Oleh :
Fauqi Amalia
132011101090
Pembimbing:
dr. Samsul Huda, Sp. B
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4
2.1 Keseimbangan Cairan Tubuh .............................................. 4
2.2 Keseimbangan Elektrolit Tubuh ......................................... 10
2.2.1 Natrium ........................................................................ 10
2.2.2 Kalium .......................................................................... 12
2.2.3 Kalsium ........................................................................ 13
2.2.4 Klorida ......................................................................... 13
2.2.5 Magnesium ................................................................... 15
2.3 Asam Basa Tubuh ................................................................. 15
2.3.1 Keseimbangan Asam-Basa........................................... 16
2.3.2 Gangguan Keseimbangan Asam-Basa ......................... 20
BAB 3. KESIMPULAN .............................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24
ii
2
BAB 1. PENDAHULUAN
Gambar 2.1 Volume dan distribusi cairan tubuh (Price & Wilson, 2012)
5
Gambar 2.2 Kandungan elektrolit dari bagian-bagian cairan (Price & Wilson, 2012)
6
Pembatas utama dari perpindahan zat-zat terlarut adalah membran sel dan
yang dapat dengan mudah menembusnya adalah zat-zat yang larut dalam lemak.
Hampir semua zat terlarut berpindah dengan transportasi pasif. Difusi sederhana
merupakan perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau
gas. Beberapa faktor yang menentukan mudah tidaknya menembus membran
kapiler dan sel antara lain permeabilitas membran, konsentrasi, potensial listrik,
dan perbedaan tekanan.
Permeabilitas merupakan perbandingan ukuran dari partikel zat yang akan
lewat terhadap ukuran pori-pori membran. Dalam proses difusi, zat terlarut
berpindah dari daerah dengan konsentrasi lebih tinggi ke daerah dengan
konsentrasi yang lebih rendah hingga terjadi keseimbangan konsetrasi pada kedua
sisi membran. Selain itu, difusi dari partikel yang bermuatan negatif, begitupun
sebaliknya. Kedua proses difusi tersebut disebut sebagai potensial elektrokimiawi.
Keseimbangan air diperahankan dengan mengatur asupan air dan
pengeluaran air. Keseimbangan tersebut dipengaruhi oleh pengaturan hormon
salah satunya yaitu hormon ADH. Dalam keadaan normal (osmolalitas plasma
270-300 mOsmol/kg), terjadi hambatan pengeluaran hormon ADH sehingga urin
dikeluarkan secara maksimal. Bila terjadi peningkatan osmolaritas disertai
tonisitas cairan ekstrasel atau penurunan cairan tubuh total sebanyak 1-2L maka
kelenjar pituitari akan terangsang mengeluarkan ADH dan berakibat pada
peningkatan resorbsi air di nefron bagian distal. Hormon ADH ini akan meningkat
pada keadaan hipovolemia atau hipotensi, dan sekresi ADH berlebihan bila tubuh
kehilangan >30% cairan intravaskular.
Natrium merupakan kation utama dan memegang peranan penting dalam
mempertahankan konsentrasi dan volume cairan ekstrasel atau sangat menentukan
osmolalitas CES. Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstrasel, jumlah
total natrium menentukan volume dari cairan ekstrasel (Luckey & Parsa, 2003).
Dalam keadaan normal, kita dapat dengan mudah memperkirakan osmolalitas
CES, yaitu sebesar dua kali kadar natrium plasma. Natrium juga berperanan
penting dalam penghantaran rangsang dan kepekaan jaringan saraf dan otot serta
7
konsentrasi partikel, apakah sama, kurang atau melebihi cairan sel tubuh. Pada
dasarnya larutan isotonik secara fisiologis isoosmotik terhadap plasma dan cairan
sel. Osmolalitas plasma yang normal berkisar 287 mOsmol/kg.
Jika sel-sel darah merah ditempatkan pada larutan garam isotonik (0,9%),
maka tidak akan mengalami perubahan volume. Konsentrasi osmolalitas dari
larutan garam isotonik tepat sama dengan isi sel (isoosmotik), sehingga hasil akhir
difusi air kedalam dan keluar sama dengan nol. Jika sel darah merah ditempatkan
dalam larutan hipotonik, misalnya larutan garam 0,45%, maka sel-sel itu akan
membengkak. Sebaliknya, jika sel-sel darah merah ditempatkan dalam larutan
garam 3%, akan menyebabkan sel-sel mengkerut karena larutamtersebut
hiperosmotik terhadap sel.
Mekanisme pengaturan keseimbangan volume terutama tergantung pada
perubahan volume sirkulasi efektif, yang merupakan bagian dari CES pada ruang
vaskuler yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Sistem renin angiotensin
aldosteron merupakan mekanisme yang paling penting dalam mengatur CES dan
ekskresi natrium oleh ginjal. Aldosteron merupakan hormon yang disekresi di
daerah glomerulosa korteks adrenal, yang produksinya terutama dirangsang oleh
reflek yang terdapat pada arteriol aferen ginjal. Penurunan volume sirkulasi efektif
akan dideteksi oleh baroreseptor yang mengakibatkan sel-sel jukstaglomerular
ginjal memproduksi renin, yang bekerja sebagai enzim yang melepaskan
angiotensin I dari protein plasma angiotensinogen. Angiotensin I kemudian
dirubah menjadi angiotensin II pada paru-paru. Angiotensin II merangsang
korteks adrenal untuk mensekresi aldosteron, yang bekerja pada duktus kolektivus
ginjal dan mengakibatkan retensi natrium (dan air). Selain itu, angiotensin II
menyebabkan vasokonstriksi pada otot polos arteriol. Kedua mekanisme ini
membantu memulihkan volume sirkulasi efektif
Pada dasarnya aldosteron merupakan komponen pengendali utama bagi
sekresi kalium pada nefron distal ginjal, dimana peningkatannya menyebabkan
reabsorbsi natrium (dan air) dan ekskresi kalium, sedangkan penurunannya
menyebabkan ekskresi natrium (dan air) dan penyimpanan kalium. Sekresi
aldosteron dirangsang oleh penurunan volume sirkulasi efektif atau penurunan
10
2.2.2 Kalium
Kalium merupakan kation yang memiliki jumlah yang sangat besar dalam
tubuh dan terbanyak berada di intrasel. Kalium berfungsi dalam sintesis protein,
kontraksi otot, konduksi saraf, pengeluaran hormon, transpot cairan, dan
perkembangan janin. Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam
cairan intrasel. Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi
kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang
dewasa berkisar 50-60 per kilogram berat badan (3000-4000 mEq).
Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah
kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium
pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak. Perbedaan
kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial dipengaruhi oleh
keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan
cairan interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif kalium ke
dalam sel bertukar dengan natrium).
Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang
masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari
jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi
60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium). Kalium
difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70- 80%) direabsorpsi secara aktif
maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan
klorida di lengkung henle. Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus
gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai 90%. dan cairan
interstisial dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan
kalium cairan intrasel dengan cairan interstisial adalah akibat adanya transpor
aktif (transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium). Kadar kalium
plasma kurang dari 3,5 meq/L disebut sebagai hipokalemi dan kadar lebih dari 5
meq/L disebut hiperkalemi. Kedua kelainan ini dapat menyebabkan kelainan fatal
listrik jantung yaitu disebut aritmia.
13
2.2.3 Kalsium
Tubuh orang dewasa mengandung 1–2 kg kalsium, lebih dari 99% terdapat
di dalam tulang. Kalsium dalam tulang terikat dalam bentuk Kristal hidroksiapatit.
Selebihnya, terdapat di dalam sel dan cairan ekstraseluler. Kalsium ekstraseluler
terdapat dalam tiga bentuk, yaitu kalsium terikat protein, terutama albumin (50%),
bentuk bebas/terion (45%), dan bentuk kompleks terutama terikat fosfat, sitrat,
bikarbonat dan laktat (5%).
Ion kalsium berperan penting dalam fisiologi intraseluler maupun
ekstraseluler. Ion kalsium intraseluler merupakan regulator penting fungsi sel,
antara lain proses kontraksi otot, sekresi hormon, metabolisme glikogen dan
pembelahan sel. Secara fisiologi, ion kalsium ekstraseluler berperan sebagai
kofaktor pada proses pembekuan darah, misalnya untuk faktor VII, IX, X dan
protrombin, memelihara mineralisasi tulang, berperan pada stabilisasi membran
dengan berikatan pada lapisan fosfolipid, dan menjaga permeabilitas membran
plasma terhadap ion natrium.
Metabolisme kalsium diatur tiga hormon utama yaitu hormon paratiroid
(PTH),kalsitonin dan hormon sterol (1,25 dihidroksikolekalsiferol/ vitamin D).
Kadar kalsium normal 4–5,6 mg/dL (1–1,4 mmol/L).
Keseimbangan kalsium merupakan hubungan timbal balik antara absorsi
usus, eksresi dalam urine dan faktor hormonal. Absorbsi kalsium terjadi diusus
halus terutama di duodenum dan jejunum proksimal.
2.2.4 Klorida
Klorida, anion utama dari cairan ekstraseluler, ditemukan lebih banyak
pada kompartemen interstitial dan cairan limfoid daripada dalam darah. Klorida
juga merupakan bagian dari cairan sekresi lambung dan pankreas, keringat,
kantung empedu, dan air liur. Natrium dan klorida merupakan komposisi elektrolit
terbesar dalam cairan ekstraseluler dan berperan dalam menentukan tekanan
osmotik. Klorida diproduksi dalam lambung, yang dikombinaksikan dengan
hidrogen untuk membentuk adam hidroklorida. Kontrol klorida tergantung dari
14
intake klorida, ekskresi, dan absorpsi ion tersebut dari ginjal. Klorida dalam
jumlah kecil dibuang dalam feses.
Kadar klorida dalam serum mencerminkan pengenceran atau pemekatan
yang terjadi di cairan ekstrseluler serta menunjukkan secara langsung proporsi
konsentrasi natrium. Osmolalitas serum paralel dengan kadar klorida. Sekresi
aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium, yang juga meningkatkan reabsorpsi
klorida. Pleksus koroid, yang mensekresi cerebrospinal fluid di otak, bergantung
pada natrium dan klorida untuk menarik air dan membentuk proporsi dari
cerebrospinal fluid.
Bikarbonat memiliki hubungan dengan klorida. Saat klorida berpindah
dari plasma menuju sel darah merah (disebut dengan chloride shift), bikarbonat
berpindah kembali ke plasma. Ion hidrogen terbentuk, yang kemudian membantu
pelepasan oksigen dari hemoglobin.
Ketika kadar salah satu dari elektrolit ini terganggu (natrium, bikarbonat,
dan klorida), kedua elektrolit lainnya pun akan terpengaruh. Klorida berperan
dalam menjaga keseimbangan asam basa dan bekerja sebagai buffer dalam
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah. Klorida diperoleh
dari makanan seperti garam dapur. Kadar normal klorida dalam serum ialah 97–
107 mEq/L.6 Sedangkan kebutuhan asupan klorida ialah 1–2 mEq/kgBB/hari.
2.2.5 Magnesium
Magnesium merupakan kation intraseluler yang penting, berfungsi sebagai
kofaktor berbagai jalur enzim. Hanya 1–2% dari total magnesium tubuh yang
disimpan di cairan ekstraseluler, 67% terdapat di tulang, dan sisanya 31% ada di
intraseluler.
Kadar magnesium normal dalam serum adalah 1.7–2.1 mEq/L. Sedangkan
kebutuhan asupan magnesium ialah 0.2–0.5 mEq/kgBB/hari.
menerima ion hidrogen. Adapun beberapa definisi oleh para pakar dimana
menurut Bronsted-Lowry, Asam didefinisikan sebagai senyawa kima yang dapat
bertindak sebagai proton donor (H+), sedangkan basa adalah senyawa kimia yang
dapat bertindak sebagai akseptor proton. Dalam solusi fisiologis, mungkin lebih
baik menggunakan definisi dari Arrhenius, dimana dia mendefinisikan asam
sebagai senyawa yang mengandung hidrogen dan bereaksi dengan air untuk
membentuk ion hidrogen dan basa adalah senyawa yang menghasilkan ion
hiroksida dalam air.
Dalam keadaan normal tubuh manusia memproduksi asam dari hasil
metabolisme sel (protein, karbohidrat, lemak) dalam bentuk asam volatile (asam
karbonat) dan nonvolatile (metabolic acids, laktat, keton, sulfat, fosfat, dll). Untuk
mempertahankan keseimbangan asam basa (homeostasis), kelebihan asam
karbonat akan dikeluarkan melalui paru-paru dalam bentuk karbondioksida, dan
kelebihan asam nonvolatile akan dinetralisasikan oleh sistem dapar (buffer.
Sel tubuh dapat berfungsi secara optimal bila terjadi keseimbangan asam
dan basa. Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan
konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH
darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis,
dan jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari
aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan
ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu,
1. Pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H
dan bikarbonat
2. Katabolisme zat organik
3. Disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada
metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam
ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H+ dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi
normal sel, antara lain :
1. Perubahan eksitabilitas saraf dan otot. Pada asidosis terjadi depresi
susunan saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hiperekstabilitas.
16
BAB 3. KESIMPULAN
Cairan tubuh dan zat-zat terlarut didalamnya berada dalam mobilitas yang
konstan. Ada proses menerima dan mengeluarkan cairan yang berlangsung terus-
menerus, baik didalam tubuh secara keseluruhan maupun diantara berbagai bagian
untuk membawa zat-zat gizi, oksigen kepada sel, membuang sisa dan membentuk
zat tertentu dari sel. (Yaswir & Ferawati, 2012)
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter
penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur
keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-
basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urin sesuai
kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa
adalah paru-paru dengan mengekskresi ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar
(buffer) kimia dalam cairan tubuh.
Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan
pengaturan ion-ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai
homeostasis, harus ada keseimbangan antara asupan dan produksi ion hidrogen
dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Terdapat juga mekanisme penyangga
asam basa yang melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk
mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan
intraseluler
Elektrolit merupakan substansi berupa ion dalam larutan yang dapat
mengkonduksi muatan listrik di dalam tubuh. Keseimbangan elektrolit dalam
tubuh sangat esensial untuk menjalankan fungsi normal dari sel dan organ tubuh.
Elektrolit serum meliputi natrium, elektrolit bermuatan positif yang membantu
keseimbangan cairan dalam tubuh dan berhubungan dengan fungsi
23
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Textbook of
Medical Physiology) Edisi 11. Jakarta: EGC.
Luckey, A. E., & Parsa, C. J. 2003. Fluid and Electrolyte in Aged. Arch Surg Vol.
138 Oktober.
Sjamsuhidajat, & Jong, d. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC.
Yaswir, R., & Ferawati, I. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium,
Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal Kesehatan
Andalas 1(2).
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/
PRODI._KEPERAWATAN/197011022000121-
HAMIDIE_RONALD_DANIEL_RAY/Bahan_Kuliah/CAIRAN_TUBUH.pdf
diakses pada Senin, 18 September 2017 Pukul 19.48