Faktor pendukung
A. Faktor Internal
Masih kacaunya pemilihan kepala daerah mulai dari tingkat walikota, bupati,
gubernur sampai dengan pemilihan anggota legislative menyebabkan ketidakstabilann
situasi keamanan dan politik. Investor akan mengalami kesusahan untuk berinvestasi jika
birokrasi yang terjadi tidak efisien dan bahkan apabila pemerintah maupun DPR lebih
mementingkan kepentingan pribadi dan golongan diatas kepentingan rakyat.
Pergantingan presiden yang berulang kali dengan aksi perpolitikan yang meresahkan
masyarakat.
2. Kemiskinan
Rendahnya upah buruh di Indonesia menjadi masalah sendiri. Berbagai survei tentang
masalah tenaga kerja yang bias kita lihat dari televise dan kit abaca dari majalah
disebutkan bahwa upah buruh yang ada di Indonesia paling murah, dibandingkan negara-
negara Asia lainnya. Upah yang sangat kecil ini jelas sekali sangat tidak mencukupi
kebutuhan keluarga, di mana semua harga barang-barang yang ada selalu naik setiap
tahunnya. Masalah upah ini jelas berbanding terbalik dengan pengeluaran yang harus
dikeluarkan untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehingga belum bisa berkonsentrasi
terhadap pengembangan diri atau perbaikan pendidikan.
Sektor industri yang ada kurang/belum mampu menyerap tenaga kerja yang ada. Di
samping itu banyak sekali perusahaan yang tutup. Serta harga-harga yang terus
melambung tinggi hampir tiap tahun, yang biasanya seiring dengan naiknya harga-harga
minyak dan gas (migas).
Realita yang menggambarkan jarak ekonomis dan sumber daya manusia antar daerah
di Indonesia akibat pembangunan yang terjadi puluhan terakhir ini, sehingga banyak
masalah yang timbul yaitu:
Tingkat KKN di daerah bertambah
Penyelenggaraan pelayanan pemerintah bertambah parah
Defisit anggaran yang membengkak
Ketidakstabilan politik dan ancaman disintegrasi
6. Akses informasi ekonomi yang tidak merata
Hambatan terbesar yang dihadapi oleh pengusaha kecil adalah dalam mengakses
informasi kredit formal, sehingga perlu kehadiran lembaga dan jaringan kredit informasi
untuk meningkatkan akses UKM kepada kredit perbankan.
Besarnya beban utang negara saat ini yaitu mencapai 50% dari anggaran,
sehingga akan memberatkan anggaran negara. Pemerintah harusnya mampu melakukan
negosiasi terkait dengan pengurangan beban utang misalnya dengan meminta waktu
untuk melakukan restrukturisasi. Pemerintah dan DPR hendaknya bekerja sama termasuk
dalam meningkatkan kapabilitasnya dalam pengambilan keputusan yang tepat sesuai
dengan informasi yang tepat pula. Tidak jarang keputusan penjualan aset negara,
restrukturisasi utang swasta atau penunjukkan posisi strategis didasarkan pada
kepentingan politis semata
8. Kecurangan berusaha
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tidak jarang disebabkan oleh kecurangan
dalam berbisnis, misal pola meminta utang jauh melebihi kemampuan modal sendiri
sehingga tingkat debt equity rationya sangat tinggi. Banyak terjadi pelanggaran batas
maksimum pemberian kredit, tindakan hedging banyak dilakukan dan perjanjian utang
terus dilakukan.
Banyak sekali pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh pemerintah terkait
dengan pemberantasan korupsi dan pelemahan terhadap hukum yang berlaku di
Indonesia. Banyak kasus yang tidak terselesaikan karena mengandung muatan politis dan
mementingkan kepentingan golongan sehingga menimbulkan rendahnya tingkat
kepercayaan masyarakat maupun investor.
B. Faktor eksternal
1. Globalisasi
Globalisasi mengarah pada meningkatnya arus pergerakan barang jasa dan modal
melewati batas Negara. Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang
mendunia dan tidak mengenal batas Negara. Globalisasi disamping keuntungannya juga
membawa kerugian yaitu pengangguran, memperlemah standar lingkungan dan
ketenagakerjaan, mencegah masing-masing negara mengadopsi kebijakan lingkungan dan
sosial negara lain jika akan mendiskriminasi produk dan jasa yang dihasilkan oleh negara
lain, merusak budaya nasional dan regional, keberagamam budaya, bahasa dan
keagamaan, mengurangi monopoli dari pihak regulator
Isu lingkungan hidup seringkali digunanakan oleh negara lain untuk memboikot
produk-produk dari negara-negara tertentu sehingga akan menyulitkan bagi Indonesia
untuk memasuki pasar global apabila tidak mengikuti aturan main yang telah disepakati
A. Kondisi ekonomi
Pendapatan per kapita memiliki fungsi sebagai indikasi atau tolak ukur kondisi
perekonomian suatu Negara. Suatu Negara yang memiliki pendapatan per kapita yang
tinggi dan konsisten bisa dikatakan memiliki perekonomian yang sehat. Pada tabel di
bawah kita bisa melihat ukuran pendapatan per kapita yang ditentukan oleh Bank Dunia
sebagai tolak ukur untuk Negara berkembang atau Negara maju. Tabel 1.1 Klasifikasi
Pendapatan Per Kapita Tahun 2005
Pada tabel di atas kita bisa membedakan suatu Negara maju atau tidak yang dilihat dari
pendapatan per kapitanya. Salah satu faktor suatu Negara bisa memiliki pendapatan per
kapita dengan nilai yang tinggi adalah dari kemampuan Negara tersebut untuk mengolah
dan memaksimalkan sumber daya perekonomian mereka. Salah satu sumber daya yang
dimiliki suatu Negara tentunya adalah sumber daya manusia.
Sekarang kita bisa mengkategorikan mana Negara maju dan Negara berkembang.
Setelah kita amati lebih lanjut, perbandingan pendapatan per kapita antara Negara maju
dan Negara berkembang amatlah jauh nilainya. Negara-negara maju memiliki pendapatan
per kapita yang melebihi rata-rata dari pendapatan per kapita dunia.
Salah satu indikator kemajuan suatu Negara dapat dilihat dari segi tingkat
pertumbuhan ekonominya. Negara maju memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang
pesat hingga pada suatu periode mencapai kestabilan ekonomi pada Negara tersebut.
Pada saat kestabilan ekonominya tercapai, biasanya Negara-negara maju mulai melirik
Negara-negara berkembang untuk menanamkan investasi mereka. Pada saat itulah
pertumbuhan ekonomi dari Negara berkembang mulai mengalami sedikit perkembangan.
Dari tabel diatas kita bisa lihat bahwa nilai presentase dari pertumbuhan Negara-
negara maju relative kecil namun stabil. Lalu kita coba perbandingkan dengan nilai
pertumbuhan dari beberapa Negara berkembang berikut ini :
Dapat kita lihat perbandingan dari tabel diatas. Perbedaan pertumbuhan ekonomi
Negara maju lebih kecil, namun mengalami kenaikan yang sehat secara stabil. Dan untuk
Negara berkembang mulai memacu pertumbuhan ekonominya
Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada umumnya sector pertanian di negara
berkembang lebih besar daripada di Negara maju. Meskipun terdapat beberapa negara
berkembang yang hasil pertaniannya lebih kecil daripada negara berkembang lain, tetapi
nilainya bisa melebihi negara maju. Arab Saudi dan Afrika Selatan misalnya. Sektor
pertanian memberikan sumbangan yang kecil karena kondisi wilayahnya yang tidak
subur.
d. Ketersediaan Modal
Tingkat ketersediaan modal di Negara maju tentunya lebih tinggi dari Negara
berkembang. Tentu saja, karena pertumbuhan ekonomi di Negara maju sangat stabil
dibandingkan Negara berkembang yang masih membutuhkan banyak kebutuhan di
berbagai sektor. Hal tersebut juga dilandasi dari pendapatan masyarakat di Negara maju
lebih tinggi. Sehingga modal menjadi sangat penting untuk kemajuan perekonomian.
Dengan modal suatu usaha dapat diwujudkan. Perwujudan usaha ini pun akan membuka
lapangan kerja baru serta peningkatan produksi. Kondisi ini berbeda dengan Negara
berkembang, di mana tingkat pendapatan masyarakat relative rendah, sehingga
pendapatan tersebut hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja.
Selain tingkat pendapatan, ketersediaan modal di suatu negara bisa juga dilihat
dari nilai investasi yang digunakan. Di negara maju, modal banyak disalurkan untuk
investasi baik di dalam negeri maupun luar negeri. Investasi tersebut dapat berupa
pendirian perusahaan baru. Nah, di Indonesia pun banyak ditemukan perusahaan-
perusahaan asing yang pada umumnya berasal dari negara-negara maju.
Banyaknya sumber daya alam di suatu negara tidak menentukan apakah negara
itu maju atau tidak. Namun, sumber daya alam menjadi modal yang penting bagi
pembangunan dan kesejahteraan manusia. Ironisnya banyak negara yang kaya akan
sumber daya alam tetapi tidak tergolong negara maju. Di negara maju perkembangan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah berbagai sektor kehidupan.
Penggunaan teknologi yang lebih canggih dalam pengolahan sumber daya alam dirasakan
lebih optimal meskipun sering ada kecenderungan eksploitasi berlebihan.
Kita lihat saja negara Jepang. Tidak banyak sumber daya alam yang dimilikinya.
Namun, melalui penguasaan teknologi, Jepang mampu mengatasi keterbatasan tersebut
dengan cara mengimpor bahan mentah dan bahan baku tertentu dari Negara lain serta
mengolahnya dengan lebih optimal. Perlu kita ketahui bahwa kekayaan alam yang
melimpah tidak cukup untuk menjadikan sebuah negara menjadi maju. Yang terpenting
adalah bagaimana kita mampu mengolahnya dengan teknologi yang tepat guna sehingga
efisien.
B. Kondisi Penduduk
a. Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi menjadi salah satu ciri yang dimiliki
oleh hampir semua negara berkembang. Di negara indonesia, pernah tertanam mitos
banyak anak banyak rezeki. Mitos ini masih dipercaya oleh beberapa kalangan
masyarakat di Indonesia. Tingkat usia perkawinan juga memengaruhi laju pertambahan
penduduk.
Di Indonesia pernikahan usia dini masih marak terjadi. Selain itu, tingkat
kemajuan di bidang ilmu kedokteran, kesehatan masyarakat, serta sanitasi yang baik tidak
dibarengi dengan usaha-usaha untuk mengendalikan pertambahan penduduk. Meskipun
program keluarga berencana telah digalakkan oleh pemerintah, tetapi hal ini tidak akan
berarti tanpa adanya partisipasi masyarakat. Laju pertumbuhan penduduk ditandai dengan
angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang rendah. Dapat kita lihat dari tabel
berikut :
Tabel 2.1 Tingkat Pertumbuhan Penduduk Negara Maju Tahun 2006
b. Kepadatan Penduduk
Seperti halnya setelah melewati masa tanam maupun masa panen, banyak petani
tidak bekerja secara penuh, selain itu petani sering tidak mempunyai keahlian lain. Oleh
karena itu, pada kondisi yang demikian, petani tersebut dikategorikan sebagai
pengangguran terselubung. Sebenarnya, bagaimanakah perbandingan tingkat
pengangguran di negara maju dan negara berkembang? Perhatikan tabel berikut.
Tabel 2.5 Tingkat Melek Huruf di Beberapa Negara Berkembang Tahun 2003
Faktor sosial budaya dalam hal ini didasari oleh pola pikir atau nalar. Kebanyakan
negara maju menerapkan pola pikir berdasarkan logika. mereka tidak percaya pada hal-
hal yang tidak bisa diterima oleh rasio (akal sehat). Mereka meyakini keberhasilan hanya
bisa mereka peroleh dengan bekerja keras, berhemat, dan mengembangkan potensi, serta
kemampuan yang ada. Selain itu, kehidupan di negara maju lebih mengarah ke budaya
materialisme. Hal ini berbeda dengan negara berkembang pada umumnya. Kita lihat saja
negara Indonesia, yang masih ada kepercayaan terhadap hal-hal mistis untuk menunjang
keberhasilan.
f. Kemajuan Teknologi
Meskipun suatu negara bukan sebagai negara penemu suatu teknologi, tetapi
apabila negara tersebut bisa menguasai teknologi tentunya tidak akan tertinggal. Sebagai
warga di negara berkembang sudah sepatutnya kita meningkatkan penguasaan teknologi.