Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI

LABORATORIUM BIOSISTEM

(HEWAN COBA)

Dosen Pengampu:

dr. Nur Laili Susanti, S. Ked

Asisten:

Khoirul Muaddibah

Nama : Nadia Anisah Tahani

NIM : 12620031

Tanggal Pengumpulan: 16 Mei 2013

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2013
DAFTAR ISI

BAB I .........................................................................................................................3
PENDAHULUAN .....................................................................................................3
1.1.LATAR BELAKANG ..........................................................................................3
1.2.RUMUSAN MASALAH .....................................................................................3
1.3.TUJUAN ..............................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................5
BAB III ......................................................................................................................8
METODE PENELITIAN ...........................................................................................8
3.1.ALAT DAN BAHAN ..........................................................................................8
3.1.1.ALAT ................................................................................................................8
3.1.2.BAHAN ............................................................................................................8
3.2.LANGKAH KERJA.............................................................................................9
3.2.1. Pemeliharaan dan Pemberian Nutrisi Hewan Coba ..........................................9
3.2.2. Injeksi Hewan Coba .........................................................................................9
3.3.FLOW CHART ..................................................................................................10
3.3.1.Pembuatan Kandang ........................................................................................10
3.3.2.Pembuatan Pakan Mencit (Konsentrat) ...........................................................11
BAB IV ....................................................................................................................12
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................12
4.1.GAMBAR PERCOBAAN .................................................................................12
4.2.PEMBAHASAN ................................................................................................13
BAB V .....................................................................................................................16
PENUTUP ...............................................................................................................16
5.1.KESIMPULAN ..................................................................................................16
5.2.SARAN ..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Ilmu kedokteran yang semakin berkembang di masa sekarang, menjadikan
pemanfaatan hewan sebagai obyek percobaan juga terus berkembang. Hewan
yang digunakan sebagai obyek percobaan disebut hewan coba. Merupakan hewan
yang sengaja dikembang biakkan dan digunakan untuk uji coba dan penelitian di
Laboratorium. Beberapa contoh hewan yang biasa digunakan sebagai hewan coba
antara lain adalah tikus putih dan mencit putih. Merupakan hewan yang sering
digunakan pada penelitian biomedis, pengujian, dan pendidikan.

Kebutuhan hewan coba pada dunia medis sangat erat, maka dibutuhkan
adanya perkembang biakkan mencit putih dengan jumlah yang banyak. Adapun
faktor pendukung supaya mencit putih dapat berkembang biak dengan baik adalah
adanya kandang yang merupakan tempat hidupnya harus dibuat senyaman dan
seaman mungkin hingga menyerupai habitat asalnya. Selain itu, hewan coba yang
akan digunakan sebagai obyek penelitian harus dalam keadaan sehat dan
mendapatkan nutrisi yang cukup. Oleh karena itu, pemberian imunisasi dan
vitamin juga harus diberikan pada mencit putih. Pemberian ini dapat dilakukan
dengan metode injeksi.

Praktikum kali ini akan dikenalkan dan dilakukan cara pembuatan


kandang mencit yang baik, pemberian dosis dan cara injeksi pada mencit putih,
sehingga diharapkan praktikan dapat mengetahui pengetahuan dasar mengenai
teknik perawatan hewan coba sebelum praktikan memulai praktikum pada tingkat
yang lebih spesifik dengan menggunakan hewan coba sebagai obyeknya.

1.2.RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari praktikum mengenai hewan coba ini adalah:

1. Bagaimana mengetahui teknik pemeliharaan hewan coba?


2. Bagaimana mengetahui teknik pemberian nutrisi pada hewan coba?
3. Bagaimana mengetahui teknik melakukan injeksi pada hewan coba?

1.3.TUJUAN
Tujuan dari praktikum mengenai hewan coba ini adalah:

1. Untuk mengetahui teknik pemeliharaan hewan coba


2. Untuk mengetahui teknik pemberian nutrisi pada hewan coba
3. Untuk mengetahui teknik melakukan injeksi pada hewan coba
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mencit merupakan hewan yang paling umum digunakan pada penelitian


laboratorium sebagai hewan percobaan, yaitu sekitar 40-80%. Mencit memiliki
banyak keunggulan sebagai hewan percobaan, yaitu siklus hidup yang relatif
pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah
dalam penanganannya (Moriwaki, 1994).

Mencit (Mus muculus) dan tikus (Ratus norvegicus) merupakan omnivora


alami, sehat, dan kuat, profilik, kecil, dan jinak. Selain itu, hewan ini juga mudah
didapat dengan harga yang relatif murah dan biaya ransum yang rendah (Peter,
1976).

Mencit putih memiliki bulu pendek halus berwarna putih serta ekor
berwarna kemerahan dengan ukuran lebih panjang dari pada badan dan kepala.
Mencit memiliki warna bulu yang berbeda disebabkan perbedaan dalam proporsi
darah mencit liar dan memiliki kelenturan pada sifat-sifat produksi dan
reproduksinya (Nafiu, 1996).

Mencit memiliki taksonomi sebagai berikut (Arrington, 1972):

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Klas : Mamalia

Ordo : Rotentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus


Mencit harus diberikan makan dengan kualitas tetap karena perubahan
kualitas dapat menyebabkan penurunan berat badan dan tenaga. Seekor mencit
dewasa dapat mengkonsumsi pakan 3-5 gram setiap hari. Mencit yang bunting
dan menyusui memerlukan pakan yang lebih banyak. Jenis ransum yang dapat
diberikan untuk mencit adalah ransum ayam komersial (Smith, 1988).

Kandungan protein ransum yang diberikan minimal 16%. Kebutuhan zat-


zat makanan yang diperlukan untuk pemeliharaan mencit adalah protein kasar 20-
25%, kadar lemak 10-12%, kadar pati 44-55%, kadar serat kasar maksimal 4%
dan kadar abu 5-6% (Smith, 1988).

Air minum yang diperlukan oleh setiap ekor mencit untuk sehari berkisar
antara 4-8ml. Seekor mencit mudah sekali kehilangan air sebab evaporasi
tubuhnya tinggi. Konsumsi air minum yang cukup akan digunakan untuk menjadi
stabilitas suhu tubuh dan untuk melumasi pakan yang dicerna. Air minum juga
dibutuhkan untuk menekan stress pada mencit yang dapat memicu kanibalisme
(Malole & Pramono, 1989).

Hewan percobaan yang dipelihara untuk tujuan penelitian, umumnya


berada dalam suatu lingkungan yang sempit dan terawasi. Walaupun
kehidupannya diawasi, namun diusahakan agar proses fisiologis dan reproduksi
termasuk makan, minum, bergerak dan istirahat tidak terganggu. Hewan
percobaan ditempatkan dalam kandang-kandang yang disusun pada rak-rak
didalam suatu ruangan khusus. Kandang harus dirancang untuk dapat memberikan
kenyamanan dan kesejahteraan bagi hewan tersebut (Anggorodi, 1973).

Mencit-mencit yang dipergunakan untuk penelitian yang lama


ditempatkan dalam kandang yang berukuran 22,5 cm X 10 cm untuk tiga ekor
mencit (Peter, 1976).

Penutup lantai kandang atau bedding, merupakan penyerap untuk


menampung kotoran termasuk air kencing dan sisa-sisa makanan. Pemakaian
bedding mempunyai tiga tujuan, yaitu untuk menyerap kotoran, melengkapi bahan
sarang dan untuk isolasi panas (Green, 1968).
Bahan untuk bedding ini dapat berasal dari bahan-bahan limbah industri
atau hasil pasca panen, seperti serbuk gergaji kayu, tatal kayu, sekam padi,
potongan jerami kering, tongkol jagung, ampas bit gula kering dan butiran tanah
liat (Peter, 1976).

Bak makanan berbentuk mangkok atau anyaman kawat yang disediakan


dalam masing-masing kandang. Tempat minum berupa botol dengan ukuran
tertentu diletakkan terbalik dengan mulut botol dipasang selang karet dan
ujungnya disamping dengan pipa kaca (Anggorodi, 1973).

Penjagaan kesehatan dan kebersihan merupakan tindakan yang sangat


penting dalam suatu pemeliharaan hewan laboratorium dan saran fisik yang
menunjangnya. Ruangan, kandang serta kelengkapannya harus secara rutin
dipelihara. Berbagai macam cara dapat diterapkan, tergantung kepada keperluan,
materi dan biaya (Anggorodi, 1973).

Cara ideal memegang mencit yaitu dengan memegang bagian tengah ekor
mencit. Leher dipegang dengan tangan kanan dan jangan terlalu ditekan, jari
telunjuk dan ibu jari memegang kuduk dan jari kelingking mengempit ekor
(Moriwaki, 1994).

Mus muculus jantan dan betina muda sukar untuk dibedakan. Mus
musculus betina dapat dikenali karena jarak yang berdekatan antara lubang anus
dan lubang genitalnya. Testis pada Mus musculus jantan pada saat matang seksual
terlihat sangat jelas, berukuran relatif besar dan biasanya tidak tertutup oleh
rambut (Muliani, 2011).

Rute penggunaan obat dengan cara (Anief, 1990):

a. Melalui rute oral


b. Melalui rute parenteral
c. Melalui rute inhalasi
d. Melalui rute membran mukosa seperti mata, hidung, telinga, vagina, dsb
e. Melalui rute kulit
f. Melalui rute intra muscular
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.ALAT DAN BAHAN

3.1.1.ALAT
1. Bak plastik 1 buah

2. Kawat jaring 1 buah

3. Botol minum 1 buah

4. Serutan kayu (sekam) secukupnya

5. Wadah makanan 1 buah

6. Spuit 1 cc (Needle 24) 1 buah

7. Neraca analitik 1 buah

8. Sarung tangan 1 buah

9. Lap/serbet 1 buah

3.1.2.BAHAN

1. Mencit (Mus musculus) 2 ekor

2. Aquades 4-8 ml

3. Alkohol 70% 2-5 tetes

4. Makanan mencit (konsentrat) 16 gram


3.2.LANGKAH KERJA

3.2.1. Pemeliharaan dan Pemberian Nutrisi Hewan Coba

1. Disiapkan kandang mencit:

a. dibersihkan bak plastik

b. diisi bak dengan serutan kayu (sekam)

c. ditempatkan wadah makanan dan botol minum pada posisi yang tepat

d. dibuat tutup bak dengan kawat jaring diatas bak plastik

2. Ditempatkan mencit pada bak plastik

3. Disiapkan makanan mencit: konsentrat sedikit dibasahi air lalu dibentuk


bulat dengan tujuan agar mencit dapat mengerat makanan tersebut sehingga
dapat memakannya dengan mudah. Pemberian makanan dilakukan setiap
hari sebanyak 5-8 gram

4. Dibersihkan kandang, tempat minum, dan makan mencit setiap hari

3.2.2. Injeksi Hewan Coba

1. Cara memegang mencit

a. dipegang ekor sampai pangkal ekor

b. melalui bagian belakang tubuh, digenggam dengan telapak tangan dan


dengan jari telunjuk dan jempol secara perlahan diletakkan disamping kiri
dan kanan leher

c. tangan yang lainnya digunakan untuk menyuntik

2. Perhitungan Dosis Hewan Coba

Volume dosis untuk hewan coba dikonversi dari dosis pada manusia dengan
dikalikan faktor konversinya. Untuk mencit, faktor konversinya yaitu
0,0026. Contoh: diketahui dosis sebuah zat pada manusia yang tertulis di
etiket 200 mg/70kg BB, maka dosis mencit = 200 x 0,0026 = 0,52 mg.

3. Cara Melakukan Injeksi Intramuscular

a. mencit dipegang dan dikondisikan senyaman mungkin

b. spuit diisi dengan bahan yang akan disuntikkan

c. sebelumnya disemprot bagian yang akan disuntikkan dengan alkohol 70%

d. ditusukkan jarum tegak lurus pada tengah-tengah paha

e. bahan perlakuan disuntikkan perlahan

3.3.FLOW CHART

3.3.1.Pembuatan Kandang

Disiapkan bak plastik, sekam, wadah pakan, botol minum, dan penutup

Dicuci alat-alat tersebut dengan air

Dilap dan dikeringkan dengan tisu/kain

Diisi bak plastik dengan sekam secukupnya

Dimasukkan wadah pakan dengan posisi yang tepat

Dimasukkan mencit (Mus musculus)

Ditutup kandang dengan penutup (kawat)

Ditutup kandang dengan penutup (kawat)

Diisi botol minum, ditempatkan di posisi yang tepat


3.3.2.Pembuatan Pakan Mencit (Konsentrat)

Dinyalakan neraca analitik, dilakukan “tare”

Ditimbang wadah pakan, dilakukan “tare”

Ditimbang pakan 16 gram, dicatat

Diambil wadah pakan yang telah berisi pakan, dilakukan “tare”

Dimatikan neraca analitik

Ditambahkan sedikit air pada pakan mencit

Dibentuk bulat-bulat kecil dan dibentuk-bentuk

Diletakkan pakan mencit dalam kandang


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.GAMBAR PERCOBAAN
Perlakuan Literatur / Keterangan
Gambar kandang mencit (Mus
musculus)

Gambar serutan kayu (sekam)

Gambar mencit (Mus musculus)


4.2.PEMBAHASAN
Praktikum yang dilakukan di Laboratorium Biosistem ini dilakukan tiga
percobaan, antara lain yaitu pembuatan kandang, pemberian nutrisi, dan injeksi
pada mencit (Mus musculus). Pada pembuatan kandang yang dilakukan dengan
menggunakan bak plastik sebagai wadah atau alat utama dalam pembuatan
kandang. Yang harus dilakukan pertama kali adalah bak plastik yang harus dicuci
dan dikeringkan terlebih dahulu menggunakan air kran yang mengalir sampai
bersih untuk menghilangkan kotoran yang ada dalam bak plastik sehingga
meminimalisir adanya bakteri atau mikroba yang dapat tumbuh dan berkembang
biak didalam bak plastik tersebut. Selain itu, membersihkan bak plastik juga
bertujuan supaya mencit tidak mengalami gangguan mental atau stres karena
tempat tinggalnya tidak nyaman sebelum ia digunakan untuk objek penelitian.
Sesuai dengan pernyataan menurut Anggorodi (1973), hewan percobaan yang
dipelihara untuk tujuan penelitian, umumnya berada dalam suatu lingkungan yang
sempit dan terawasi. Walaupun kehidupannya diawasi, namun diusahakan agar
proses fisiologis dan reproduksi termasuk makan, minum, bergerak, dan istirahat
tidak terganggu.

Pembersihan selesai, kemudian serutan kayu (sekam) dimasukkan ke


dalam bak plastik sebagai alas mencit beraktivitas. Menurut Green (1968), proses
ini dinamakan bedding, merupakan penyerap untuk menampung kotoran termasuk
air kencing dan sisa-sisa makanan. Pemakaian bedding mempunyai tiga tujuan
yaitu, untuk menyerap kotoran, melengkapi bahan sarang, dan untuk isolasi panas.
Menurut Lane-Petter (1976), pembuatan alas mencit dapat berasal dari bahan
limbah industri atau hasil pasca panen, seperti serbuk gergaji kayu, tatal kayu,
sekam padi, dan lain-lain.

Perlakuan selanjutnya yaitu melakukan penimbangan konsentrat (pakan


mencit) sebanyak 16 gram untuk dua ekor mencit perhari. Berkisar antara 5-8
gram untuk satu ekor mencit harus diberikan dan diganti setiap hari supaya pakan
mencit yang diberikan selalu dalam keadaan fresh dan bebas dari kontaminan
yang berasal dari kotoran mencit ataupun yang lainnya. Akan tetapi menurut
Smith dkk. (1988), mencit harus diberikan makanan dengan kualitas tetap karena
perubahan kualitas dapat menyebabkan penurunan berat badan dan tenaga. Seekor
mencit dewasa dapat mengkonsumsi pakan 3-5 gram setiap hari. Pembuatan
pakan mencit dilakukan setelah menimbang pakan mencit sudah dilakukan.
Sebanyak 16 gram pakan mecit diberi sedikit air dan dibentuk bulat-bulat supaya
mencit dapat dengan mudah memakannya.

Dimasukkan dua ekor mencit ke dalam kandang mencit yang sudah dibuat.
Menurut Moriwaki (1994), cara ideal memegang mencit yaitu dengan memegang
bagian tengah ekor mencit. Leher dipegang dengan tangan kanan dan jangan
terlalu ditekan, jari telujuk dan ibu jari memegang kuduk dan jari kelingking
mengempit ekor. Setelah mencit sudah didalam kandang, kandang segera ditutup
dengan menggunakan kawat yang sudah disediakan dan tidak diperkenankan
menggunakan plastik atau alat lain yang tidak terdapat lubang-lubang kecil supaya
ada ventilasi sehingga udara dapat masuk dan keluar dengan bebas pada kandang
mencit tersebut.

Pemberian minum pada mencit dilakukan dengan botol yang sudah


disediakan yang diisi dengan air kran. Akan tetapi, lebih utama apabila
menggunakan air masak sebagai minuman mencit supaya air yang diminum
mencit tidak mengandung kontaminan. Menurut Malole dan Pramono (1989), air
minum yang diperlukan oleh setiap ekor mencit untuk sehari berkisar antara 4-8
ml. Kemudian menurut Anggorodi (1973), tempat minum berupa botol dengan
ukuran tertentu diletakkan terbalik dengan mulut botol dipasang selang karet dan
ujungnya disambung dengan pipa kaca.

Percobaan ketiga yaitu proses injeksi pada mencit dilakukan


menggunakkan teknik injeksi intramuscular, yakni pada bagian paha mencit.
Menurut Anief (1990), rute penggunaan obat salah saatunya dengan cara melalui
rute intramuscular. Sebelumnya, dilakukan pengambilan mencit dari kandang
dengan diambil ekor mencit menggunakan tangan kanan. Setelah itu tekuk
dibagian leher belakang dipegang dan tidak sampai mengenai kuku supaya tidak
terjadi luka pada mencit. Kemudian bagian paha mencit dibersihkan
menggunakan alkohol pada kapas supaya bakteri yang ada pada bagian paha mati.
Proses injeksi dilakukan dengan menggunakan spuit dan hanya dapat dilakukan
untuk satu kali pemakaian, untuk menghindari adanya penularan penyakit.
Adapun cara injeksi dilakukan sejajar dengan kulit sehingga tidak melukai atau
menyakiti mencit. Menurut Anggorodi (1973), penjagaan kesehatan dan
kebersihan merupakan tindakan yang sangat penting dalam suatu pemeliharaan
hewan laboratorium dan saran fisik yang menunjang.
BAB V

PENUTUP

5.1.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa:

1. Teknik pemeliharaan hewan dilakukan dengan menyediakan kandang yang


dibuat sedemikian rupa dengan habitat aslinya
2. Pemberian nutrisi untuk seekor mencit berkisar antara 5-8 gram pakan
serta minum mencit 4-8 ml dengan menggunakan air matang dan pakan
serta minum mencit diganti setiap hari
3. Beberapa teknik injeksi pada hewan coba antara lain, subkutan pada kulit
dekat pundak, intramuscular pada bagian paha, vena pada ekor, oral
pemberian melalui mulut, intra-peritorial pada perut. Sebelum injeksi
dilakukan, pada bagian yang akan diijnjeksi disterilisasi terlebih dahulu
dengan menggunakan alkohol 70%
4. Pemberian dosis pada hewan coba dikonversi dengan pemberian pada
dosis manusia (dibuat perbandungan)

5.2.SARAN
Ketelitian dan keterampilan dalam pembuatan kandang lebih dilakukan
dengan lebih intensif lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. (1973). Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: Gramedia.

Anief, M. (1990). Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan. Yogyakarta: UGM
Press.

Arrington, L. (1972). Introductory Laboratory Animal. The Breeding, Care, and


Management of Experimental Animal Science. New York: The Interstate
Printers and Publishing, Inc.

Green, E. (1968). Biology of The Laboratory Mouse. New York: Hill Book.

Malole, M., & Pramono, C. S. (1989). Penggunaan Hewan Percobaan di


Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi. Bogor: IPB.

Moriwaki, K. (1994). Genetic in Wild Mice. Its Application to Biomedical


Research. Tokyo: Karger.

Muliani, H. (2011). Pertumbuhan Mencit (Mus Musculus L) Setelah Pemberian


Biji Jaraj Pagar (Jatropha curcas) White Mouse (Mus Musculus L) Growth
Exposed to Barbados Nut's Seed. Bioma, 73-79.

Nafiu, L. O. (1996). Kerenturan Fenotipik Mencit Terhadap Ransum Berprotein


Rendah. Bogor: IPB.

Peter, W. L. (1976). The Laboratory Mouse. New York: Edinburg.

Smith, B. (1988). Pemeliharaan, pembiakan, dan Penggunaan Hewan Coba di


Daerah Tropis. Jakarta: UI Press.

Anda mungkin juga menyukai