Anda di halaman 1dari 11

Made Oka Heryana

16710113
KK-ILMU KESEHATAN MASYARAKAT, 2018

STANDART KOMPETENSI DOKTER INDONESIA


KATARAK PADA DEWASA

A. Definisi

Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah tetapi dapat
disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi
pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi
karena faktor usia, namun juga dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan
kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi atau
penyakit lainnya.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun (Ilyas, 2005).

B. Anatomi Lensa

Anatomi lensa menurut AAO (1997-1998):

Lensa berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa menyumbang kekuatan


refraksi sebanyak 15-20 dioptri dalam penglihatan. Kutub anterior dan posterior
lensa dihubungkan oleh garis khayal yang disebut axis, sedangkan equator
merupakan garis khayal yang mengelilingi lensa. Lensa merupakan struktur
yang tidak memiliki pembuluh darah dan tidak memiliki pembuluh limfe. Di
dalam mata, lensa trfiksir pada serat zonula yang berasal dari badan silier. Serat
zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan
posterior dari kapsul lensa. Kapsul ini merupakan membran dasar yang
melindungi nukleus, korteks dan epitel lensa.
1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan
tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul
ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat
akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di bagian anterior dan
posterior zona pre-equator dan bagian paling tipis berada di bagian
tengah kutub posterior.
2. Serat Zonula
Lensa terfiksir oleh serat zonula yang berasal dari lamina basal pars
plana dan pars plikata badan silier. Serat-serat zonula ini menyatu dengan
lensa pada bagian anterior dan psterior kapsul lensa.
3. Epitel Lensa
Tepat di belakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel
epitel. Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan
sel-sel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel
tersebut juga dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi
lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju equator lalu
berdiferensiasi menjadi serat lensa.
4. Nukleus dan Korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan
akan menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa.
Serat-serat paling tua yang terbentuk merupakan lensa fetus yang
diproduksi pada fase embrionik dan masih menetap hingga sekarang.
Serat-serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.

C. Fisiologi Lensa
Fisiologi lensa menurut AAO (1997-1998):
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humor
sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun
hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humor. Oleh karena itu, sel-
sel yang berada di tengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap
lingkungan luar lensa dengan membangun low-resistance gap junction antar sel.
1. Keseimbangan Elektrolit dan Air Dalam Lensa
Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak
berubah seiring bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa
berada di ruangan ekstrasel. Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah
sekitar 20μM dan potasium sekitar 120μM. Konsentrasi sodium di luar lensa
lebih tinggi yaitu sekitar 150μM dan potasium sekitar 5μM.
Keseimbangan elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa sangat
tergantung dari permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa
sodium, Na+, K+ -ATPase. Inhibisi Na+, K+ -ATPase dapat mengakibatkan
hilangnya keseimbangan elektrolit dan meningkatnya air di dalam lensa.
Keseimbangan kalsium juga sangant penting bagi lensa. Konsentrasi kalsium
di dalam sel yang normal adalah 30μM, sedangkan di luar lensa adalah sekitar
2μM. Perbedaan konsentrasi kalsium ini diatur sepenuhnya oleh pompa
kalsium Ca2+-ATPase. Hilangnya keseimbangan kalsium ini dapat
menyebabkan depresi metabolisme glukosa, pembentukan protein high-
molecular-weight dan aktivasi protease destruktif. Transpor membran dan
permeabilitas sangat penting untuk kebutuhan nutrisi lensa. Asam amino
aktif masuk ke dalam lensa melalui pompa sodium yang berada di sel epitel.
Glukosa memasuki lensa secara difusi terfasilitasi, tidak langsung seperti
sistem transport aktif.
2. Akomodasi Lensa
Mekanisme yang dilakukan mata untuk merubah fokus dari benda jauh
ke benda dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan
lensa oleh aksi badan silier terhadap serat-serat zonula. Setelah umur 30
tahun, kekakuan yang terjadi di nukleus lensa secara klinis mengurangi daya
akomodasi.
Saat otot silier berkontraksi, serat zonular relaksasi mengakibatkan
lensa menjadi lebih cembung. Ketika otot silier berkontraksi, ketebalan
axial lensa meningkat, kekuatan dioptri meningkat, dan terjadi akomodasi.
Saat otot silier relaksasi, serat zonular menegang, lensa lebih pipih dan
kekuatan dioptri menurun.
Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang nervus III
(okulomotorius). Obat-obat parasimpatomimetik (pilokarpin) memicu
akomodasi, sedangkan obat-obat parasimpatolitik (atropine) memblok
akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan relaksasi otot silier disebut
cycloplegik.

D. Etiologi dan Patofisiologi


Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara
pasti. Terdapat beberapa teori konsep penuaan menurut Ilyas (2005) sebagai
berikut:
a. Teori putaran biologik (“A biologic clock”).
b. Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali  mati.
c. Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik
yang mengakibatkan kerusakan sel.
d. Teori mutasi spontan.
e. Teori “A free radical”
f. Teori “A Cross-link”

Perubahan lensa pada usia lanjut menurut Ilyas (2005):


1. Kapsul
 Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)
 Mulai presbiopia
 Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
 Terlihat bahan granular
2. Epitel → makin tipis
 Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
 Bengakak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa:
 Lebih iregular
 Pada korteks jelas kerusakan serat sel
 Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah
protein nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin)
lensa, sedang warna coklet protein lensa nukleus mengandung
histidin dan triptofan dibanding normal
 Korteks tidak berwarna karena: Kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi fotooksidasi dan Sinar tidak banyak mengubah protein
pada serat muda.
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut
biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.

E. Klasifikasi
Katarak senilis secara klinik dikenal dengan empat stadium yaitu insipien,
imatur, matur dan hipermatur.
Tabel 1. Klasifikasi Katarak Senilis

F. Manifestasi Klinis
Gejala katarak senilis biasanya berupa keluhan penurunan tajam
penglihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif).
Penglihatan seakan-akan melihat asap/kabut dan pupil mata tampak berwarna
keputihan. Apabila katarak telah mencapai stadium matur lensa akan keruh
secara menyeluruh sehingga pupil akan benar-benar tampak putih. Gejala umum
gangguan katarak menurut GOI (2009) dan Medicastore (2009) meliputi:

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

2. Peka terhadap sinar atau cahaya.

3. Dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata.

4. Memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca.

5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

G. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya
penyakit-penyakit yang menyertai (contoh: diabetes melitus, hipertensi, cardiac
anomalies). Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak
subkapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil.
Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra,
konjungtiva, dan kornea dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat
normal. Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan
pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada penyakit katarak
senilis. Ada juga pemeriksaan-pemeriksaan lainnya seperti biomikroskopi,
stereoscopic fundus examination, pemeriksaan lapang pandang dan pengukuran
TIO.

H. Penatalaksanaan
Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan kapan
katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan. Tajam
penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita.
Pembedahan Katarak
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan
penggantian lensa dengan implan plastik. Saat ini pembedahan semakin
banyak dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi
lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan
secara topikal. Jika keadaan sosial memungkinkan, pasien dapat dirawat
swbagai kasus perawatan sehari dan tidak memerlukan perawatan rumah
sakit.
Operasi ini dapat dilakukan dengan:
 Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh
ekstraksi katarak ekstrakapsular (extra-capsular cataract
extraction, ECCE). Insisi harus dijahit.
 Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang
dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil di kornea atau sklera
anterior (fakoemulsifikasi). Biasanya tidak dibutuhkan
penjahitan. Sekarang metode ini merupakan metode pilihan di
negara barat.
Kekuatan implan lensa intraokular yang akan digunakan dalam
operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang maata secara
ultrasonik dan kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik) secara
optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung sehingga pasien tidak akan
membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga
dipengaruhi oleh refraksi mata kontralateral dan apakah terdapat terdapat
katarak pada mata tersebut yang membutuhkan operasi. Jangan biarkan
pasien mengalami perbedaan refraktif pada kedua mata.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik
jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu,
ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan
kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien
membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak
dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
intraokular multifokal, lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang
dalam tahap pengembangan.

I. Komplikasi

1. Komplikasi Pembedahan Katarak (James et.al, 2006)


a. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama
operasi maka gel vitreousnya dapat masuk ke dalam bilik mata depan
yang merupakan resiko terjadinya glaukoma atau traksi pada retina.
b. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protus melalui insisi bedah pada
periode paska operasi dini. Pupil mengalami distorsi.
c. Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun
jarang terjadi (<0,3%), pasien datang dengan mata merah yang terasa
nyeri, penurunan tajam penglihatan, pengumpulan sel darah putih di bilik
mata depan (hipopion).
d. Astigmatisma pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan
kornea untuk mengurangi astigmatisma kornea. Ini dilakukan sebelum
melakukan pengukuran kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh
dan tetes mata steroid dihentikan. Kelengkungan kornea yang berlebih
dapat terjadi pada garis jahitan bila jahitan terlalu erat. Pengangkatan
jahitan biasanya menyelesaikan masalah ini dan bisa dilakukan dengan
mudah di klinik dengan anastesi lokal, dengan pasien duduk di depan slit
lamp. Jahitan yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi
namun mungkin diperlukan jahitan kembali jika penyembuhan lokasi
insisi tidak sempurna. Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melalui insisi yang
kecil menghindarkan komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka
memungkinkan koreksi astigmatisma yang telah ada sebelumnya.
e. Edema makular sistoid. Makula menjadi edema setelah pembedahan,
terutama bila disertai dengan hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring
berjalannya waktu, namun dapat menyebabkan penurunan tajam
penglihatan yang berat.
f. Ablasio retina. Teknik-teknik modern dalam ekstraksi katarak
dihubungkan dengan rendahnya tingkat komplikasi ini. Tingkat
komplikasi ini bertambah bila terdapat kehilangan vitreous.
g. Opasifikasi kapsul posterior. Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul
posterior berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel
epitel residu bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi
kabur dan mungkin didapatkan rasa silau. Dapat dibuat satu lubang kecil
pada kapsul dengan laser (neodymium yttrum (ndYAG) laser) sebagai
prosedur klinis rawat jalan. Terdapat risiko kecil edema makular sistoid
atau terlepasnya retina setelah kapsulotomi YAG. Penelitian yang
ditujukan pada pengurangan komplikasi ini menunjukkan bahwa bahan
yang digunakan untuk membuat lensa, bentuk tepi lensa, dan tumpang
tindih lensa intraokular dengan sebagian kecil cincin kapsul anterior
penting dalam mencegah opasifikasi kapsul posterior.

2. Komplikasi Katarak bila berlanjut


Apabila dibiarkan katarak akan menimbulkan gangguan penglihatan,
pelelehan lensa, prolaps isi lensa, inti lensa tenggelam, dan komplikasi
seperti glaukoma, uveitis dan kerusakan retina.

J. Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat
sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan
pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.

K. Komunikasi, Informasi dan Edukasi


Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak
senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan
terhadap hal-hal yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik,
mencegah paparan langsung terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan
kaca mata gelap dan sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam
vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat
Rencana KIE :
a. Memberitahukan kepada pasien bahwa keluhan penglihatan kabur pre
operasi adalah karena kekeruhan pada lensa mata (katarak matur)
b. Terapi yang diberikan kepada pasien dengan katarak senilis adalah dengan
operasi untuk mengangkat lensa mata yang keruh dan diganti dengan lensa
mata buatan
c. Tujuan operasi adalah merehabilitasi tajam penglihatan
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophtalmology. Lens and Cataract. 1997-1998. San


Fransisco: AAO
2. Anonim. 2010. Cataract. Diakses dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Cataract, tanggal 31 Januari 2010.
3. Global Online Information. 2009. Pengertian dan Definisi Katarak. Diakses
dari http://info.g-excess.com/id/info/PengertiandanDefinisiKatarak.info,
tanggal 31 Januari 2010.
4. Harvard Health Publications. Harvard Medical School. 2007. Cataract
Surgery-Cataract: Eye Care. Diakses dari http://www.aolhealth.com/eye-
care/learn-about-it/cataract/cataract-surgery, tanggal 31 Januari 2010.
5. Ilham. 2006. Epidemiologi Katarak, diakses dari
http://www.scribd.com/doc/2028 3414/EPIDEMIOLOGI-KATARAK,
tanggal 9 Januari 2010.
6. Ilyas, S. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. FKUI: Jakarta.
7. James, B., Chew, C., Bron, A. 2006. Lecture Notes Oftalmologi. 9th ed.
Erlangga Medical Series: Jakarta.
8. Medicastore. (2009). Katarak. Diakses dari
http://medicastore.com/penyakit/65/ Katarak.html, tanggal 31 Januari 2010.
9. Ocampo, V.V.D. (2009). Cataract, Senile: Differential Diagnoses and
Workup. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1210914-
overview, tanggal tanggal 31 januari 2010.

Anda mungkin juga menyukai