Anda di halaman 1dari 2

ASAL USUL AIR DI BUMI

Kaum sekuler percaya bahwa Bumi yang terdiri dari materi gumpalan
yang dikondensasikan terlempar keluar dari nebula matahari milyaran tahun yang
lalu. Bumi ini awalnya berupa gumpalan cair panas yang didinginkan karena
proses kondensasi. Mereka berpendapat bahwa sebagian besar air di bumi berasal
dari dalam bumi yang dingin ini, tetapi jumlahnya memang tidak cukup untuk
mengisi lautan yang terdapat di permukaan bumi saat ini. Teori yang pernah
populer mengenai asal usul air di bumi ini yaitu bahwa komet (yang pada
dasarnya merupakan bola salju besar dan kotor) bertabrakan dengan bumi
sehingga memenuhi permukaan bumi dengan air.

Penelti dari University of Hawaii percaya mereka telah menemukan asal-


usul air Bumi. Selama bertahun-tahun, para ilmuwan tidak yakin apakah air hadir
ketika planet kita terbentuk atau apakah itu dibawa oleh komet dan asteroid.
Dengan menganalisis batuan dari Pulau Baffin di Kanada, para peneliti mampu
menghasilkan bukti yang paling meyakinkan yang mendukung hipotesis asal usul
air. Batual dari mantel yang belum pernah terpengaruh oleh material dari kerak, di
dalam batu tersebut peneliti menemukan kristal-kristal kaca yang telah menjebak
tetesan kecil air di dalamnya. Air itu memiliki komposisi air yang sama dengan air
yang sekarang ada di planet bumi.

Air terbuat dari oksigen dan hidrogen, hidrogen sering ditemukan dalam
tiga bentuk, yang disebut dengan isotop yaitu : hidrogen normal, deuterium, dan
tritium. Air yang terbentuk oleh oksigen dan deuterium disebut air berat.

Dengan mempelajari komposisi berbagai benda di Tata Surya, para


peneliti menemukan bahwa komet memiliki rasio air berat yang lebih tinggi
terhadap air normal. “Kita tidak dapat mengesampingkan penambahan air ke
permukaan bumi setelah pembentukannya (yaitu melalui komet dan asteroid),
tetapi data kami menunjukkan bahwa bumi memiliki air sejak awal
pembentukannya, sehinga sejumlah besar penambahan air nantinya belum tentu
diperlukan untuk membuat lautan di bumi” Dr. Lydia Hallis, penulis utama dalam
penelitian tersebut. Dr. Hallis menjelaskan, “Batuan Baffin Island dikumpulkan
kembali pada tahun 1985, dan para ilmuan memliki banyak waktu untuk
menganalisisnya di tahun-tahun berikutnya, dan sekarang ditemukan bahwa batu
tersebut mengandung komponen dari mantel dalam bumi”.

Gambar Batuan Baffin Island (Jenis batuan basaltik) yang dipindai dengan
mikroskop elektron

Mineral Olivin yang ditampilkan sebagai biji-bijian retak berwarna abu-


abu yang mengandung kaca yang didalamnya terdapat sejumlah kecil air yang
bersumber dari mantel bumi yang dalam (Institute for Astronomy University of
Hawaii, 2015)

Gambar oleh Lydia J. Hallis.

Anda mungkin juga menyukai