TINJAUAN TEORITIS
I. Konsep lansia
A. Definisi
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000)
Usia lanjut adalah golongan penduduk atau populasi berumur 60 tahun
atau lebih (Bustan, 2000).
Usia lanjut adalah masa yang dimulai sekitar usia 60 hingga 65 tahun
dan berlanjut hingga akhir kehidupan (Stolte, 2003).
B. Batasan-Batasan Lansia
1. DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 th) sebagai masa VIRILITAS
b. Kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa PRESENIUM
c. Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
2. WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Usia lanjut : 60 – 74 tahun
b. Usia Tua : 75 – 89 tahun
c. Usia sangat lanjut : > 90 tahun
C. Teori-Teori Proses Penuaan
1. Teori Biologis
a. Teori Genetik dan Mutasi
Teori genetik menyatakan bahwa menua itutelah terprogram secara
genetik untuk spesies tertentu. Teori ini menunjukkanbahwa menua
terjadi karena perubahan molekul dalam sel tubuh sebagai hasil
darimutasi spontan yang tidak dapat dan yang terakumulasi seiring
dengan usia.Sebagai contoh mutasi sel kelamin sehingga terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana,1994;
Constantinides,1994).
b. Teori Imunologis
1
Teori imunologis menua merupakan suatu alternatifyang diajukan oleh
Walford 1965. Teori ini menyatakan bahwa respon imun yangtidak
terdiferensiasi meningkat seiring dengan usia. Mutasi yang berulang
dapatmenyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinyasendiri. Jika mutasi merusak membran sel akan
menyebabkan sistem imun tidakmengenal dirinya sendiri sehingga
merusaknya. Hal inilah yang mendasaripeningkatan penyakit auto-imun
pada lanjut usia (Goldstein,1989).
c. Teori Stres
Teori stres menyatakan bahwa menua terjadi akibathilangnya sel-sel
yang biasanya digunakan oleh tubuh. Regenerasi jaringan tidakdapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan
stressyang menyebabkan sel-sel tubuh lemah.
d. Teori Pakai dan Usang
Dalam teori ini, dinyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup
manakala sel-sel tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori ini
dikenalkan oleh Weisman (1891). Hayflick menyatakan bahwa kematian
merupakan akibat dari tidak digunakannya sel-sel karena dianggap tidak
diperlukan lagi dan tidak dapat meremajakan lagi sel-sel tersebut secara
mandiri.Teori ini memandang bahwa proses menua merupakan proses
pra–program yaitu proses yang terjadi akibat akumulasi stress dan
injuri dari trauma. Menua dianggap sebagai “Proses fisiologis yang
ditentukan oleh sejumlah penggunaan dan keusangan dari organ
seseorang yang terpapar dengan lingkungan (Matesson, Mc.Connell,
1988)
2. Teori Psikologis
a. Teori Tugas Perkembangan
Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa
tua antara lain adalah :
1) Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
2) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya
penghasilan
3) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
4) Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya
2
5) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
6) Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
Selain tugas perkembangan diatas, terdapat pula tugas perkembangan
yang spesifik yang dapat muncul sebagai akibat tuntutan :
1) Kematangan fisik
2) Harapan dan kebudayaan masyarakat
3) Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi
b. Teori Delapan Tingkat Kehidupan
Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya
kondisi dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap
kehidupan tertentu. Ericson (1950) yang telah mengidentifikasi tahap
perubahan psikologis (depalan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa
pada usia tua, tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk
mencapai keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa.
Peck (1968) menguraikan lebih lanjut tentang teori perkembangan
erikson dengan mengidentifikasi tugas penyelarasan integritas diri dapat
dipilah dalam tiga tingkat yaitu : pada perbedaan ego terhadap peran
pekerjaan preokupasi, perubahan tubuh terhadap pola preokupasi, dan
perubahan ego terhadap ego preokupasi.
Pada tahap perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas
perkembangan yang harus dijalani oleh lansia adalah menerima
identitas diri sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang
adekuat dari lingkungan untuk mengnhadapi adanya peran baru
sebagai orang tua (preokupasi). Adanya pensiun dan atau pelepasan
pekerjaan merupakan hal yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang
menyakitkan dan dapat menyebabkan perasaan penurunan harga diri
dari orang tua tersebut.
Perubahan fisik dan pola fikir pada usia lanjut juga dapat menjadi salah
satu gangguan yang berarti bagi kehidupan lanjut usia. Kondisi fisik/pola
fikir yang menurun kadang tidak disadari oleh lanjut usia dan hal ini
dapat mengkibatkan konflik terhadap peran baru dari lanjut usia yang
harus dijalaninya.
Tugas perkembangan terakhir yang harus diterima oleh lanjut usia
adalah bahwa mereka harus mampu menerima kematian yang bakal
3
terjadi pada dirinya dalam kesejaheraan. Pemanfaatan sisa keefektifan
tubuh untuk aktivitas sehari-hari dapat menjadi salah satu upaya untuk
meningkatkan moral individu dalam menerima perubahan ego menuju
keselarasan diri.
c. Teori Jung
Carl Jung merupakan psikolog swiss yang mengembangkan teori
bahwa perkembangan personal individu dilalui melalui tahapan-tahapan
: masa kanak-kanak, masa remaja dan remaja akhir, usia pertengahan,
dan usia tua. Kepribadian personal ditentukan oleh adanya ego yang
dimiliki, ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran kolektif. Teori ini
mengungkapkan bahwa sejalan dengan perkembangan kehidupan,
pada masa usia pertengahan maka seseorang mulai mencoba
menjawab hakikat kehidupan dengan mengeksplorasi nilai-nilai,
kepercayaan dan meninggalkan khayalan. Pada masa ini dapat terjadi
“krisis usia pertengahan” yang dapat mempengaruhi/menghambat
proses ketuaan itu sendiri secara psikologis. Adanya sikap ekstrovert
maupun introvert sangat berpengaruh sekali terhadap peran dan
penyelesaian masalah kehidupan saat usia pertengahan. Pencapaian
keselarasan hidup merupakan salah satu indikator telah
tereksplorasinya nilai-nilai kehidupan oleh individu dan pencapaian ini
sangat dipengaruhi oleh kepribadian (introvert maupun ekstrovert).
Berdasar pada pemahaman diatas, maka Jung menilai bahwa
seseorang mampu dianggap sukses dalam proses menua manakala
individu mampu untuk menjadi “orang yang berfokus pada orang lain”
dan memiliki kepedulian yang penuh terhadap kehidupan sosial.
3. Teori sosial
a. Teori Aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa seorang individu harus mampu eksis dan
aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam
kehidupan di hari tua. (Havigurst dan Albrech. 1963). Aktivitas dalam
teori ini dipandang sebagai sesuatu yang vital untk mempertahankan
rasa kepuasan pribadi dan kosie diri yang positif. Teori ini berdasar
pada asumsi bahwa : (1) aktif lebih baik daripada pasif (2) Gembira
lebih baik daripada tidak gembira (3) orang tua merupakan adalah orang
4
yang baik untuk mencapai sukses dan akan memilih alternatif pilihan
aktif dan bergembira.
b. Teori Kontinuitas
Teori ini memandag bahwa kondisi tua merupakan kondisi yang selalu
terjadi dan secara berkesinambungan yang harus dihadapi oleh orang
lanjut usila.
D. Karakteristik Penyakit Pada Lansia
1. Saling berhubungan satu sama lainPenyakit sering multiple
2. Penyakit bersifat degeneratif
3. Gejala sering tidak jelas berkembang secara perlahan
4. Sering bersama-sama problem psikologis dan social
5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
6. Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi
obat yang tidak sesuai dengan dosis)
E. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1. perubahan fisik
a. Sel.
1) Lebih sedikit jumlahnya.
2) Lebih besar ukurannya.
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler.
4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
5) Jumlah sel otak menurun.
6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
b. Sistem pernafasan pada lansia
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume
udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru (mengembang & mengempisnya) sehingga
jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami
penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
5
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan
normal 50m²), sehingga menyebabkan terganggunya prose difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg mengganggu
proses oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut
semua kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri
juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh
sendiri.
7) Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret &
corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial
terjadinya obstruksi.
c. Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
d. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1) Penglihatan
a) Kornea lebih berbentuk skeris.
b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar.
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya
gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau
pada skala.
6
2) Pendengaran.
a) Presbiakusis (gangguan pendengaran) : hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun.
b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin.
3) Pengecap dan penghidu.
a) Menurunnya kemampuan pengecap.
b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan
selera makan berkurang.
4) Peraba.
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.
b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
e. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah sehingga kurangnya
efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan
posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak).
4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
f. Sistem genito urinaria
1) Ginjal mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, penyaringan diglomerulo menurun sampai
50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria
7
(biasanya + 1) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi
BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ±75% dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi
sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya seksual, Frekwensi sexsual intercouse cenderung menurun
tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
g. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya
ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH,
FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod sehingga BMR turun dan menurunnya
daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon gonads : progesteron, estrogen,
testosteron.
7) Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodisme, depresi dari
sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa
(stess).
h. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut
1) Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari
syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
8
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).
7) Liver (hati)makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah
i. Perubahan sistem muskuloskeletal
1) Tulang kehilangan densikusnya sehingga rapuh.
2) Resiko terjadi fraktur.
3) Kyphosis.
4) Persendian besar & menjadi kaku.
5) Pada wanita lansia > resiko fraktur.
6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi
badan berkurang).
j. Perubahan sistem kulit & karingan ikat
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan
hilangnya jaringan adiposa.
3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga
tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran
darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan
penyembuhan luka luka kurang baik.
6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta
warna rambut kelabu.
8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang
menurun.
9
9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun.
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak rendahnya akitfitas otot.
k. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan seksual
1) Perubahan sistem reprduksi
a) Selaput lendir vagina menurun/kering.
b) Menciutnya ovarium dan uterus
c) Atropi payudara.
d) Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan
secara berangsur berangsur.
e) Dorongan seks menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal
kondisi kesehatan baik.
2) Kegiatan seksual.
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi
kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang
mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam
tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara
biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses
reproduksi, 2) rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai
manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan
seksualitas melalui pola-pola yang baku seperti binatang dan 3)
sosial, Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan
orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan
dalammenjalani seksualitas.
10
2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis
11
3. Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses
belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain
sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat.
Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian
lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe
kepribadian lansia sebagai berikut:
a. Tipe kepribadian konstruktif (Construction personality), biasanya tipe
ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai
sangat tua.
b. Tipe kepribadian mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada
masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan
otonomi pada dirinya
c. Tipe kepribadian tergantung (Dependent personality), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak,
tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit
dari kedukaannya.
d. Tipe kepribadian bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini
setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
e. Tipe kepribadian kritik diri (Self Hate personality), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu
orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
12
II. Konsep Dasar Diabetes Mellitus
A. Definisi
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein. ( Askandar, 2004 ).
a. Diabetes Melitus
1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2) Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain
agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
13
4) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang
terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
3. Patofisiologis
14
4. Klasifikasi
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
1. Pengkajian
15
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data
1. Anamnese
a. Identitas penderita
b. Keluhan Utama
16
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
f. Riwayat psikososial
2. Pemeriksaan fisik
c. Sistem integumen
17
d. Sistem pernafasan
e. Sistem kardiovaskuler
f. Sistem gastrointestinal
g. Sistem urinary
h. Sistem muskuloskeletal
i. Sistem neurologis
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
18
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah
puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
c. Kultur pus
b. Analisa Data
2. Diagnosa keperawatan
19
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan.
Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan
keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Perencanaan
20
a. Diagnosa no. 1
Rencana tindakan :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada
waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat,
hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
21
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya
arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi
pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
b. Diagnosa no. 2
Rencana tindakan :
22
2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara
abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan
yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
c. Diagnosa no. 3
23
Rencana tindakan :
6. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
24
d. Diagnosa no. 4
Rencana tindakan :
25
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
e. Diagnosa no. 5
Rencana Tindakan :
26
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat
badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan
diet diabetik.
f. Diagnosa no. 6
Rencana tindakan :
27
2. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga
kebersihan diri selama perawatan.
g. Diagnosa no. 7
3. Istirahat cukup.
28
Rencana tindakan :
4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien
untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga
yang menunggu.
29
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
h. Diagnosa no. 8
Rencana Tindakan :
30
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
i. Diagnosa no. 9
Rencana tindakan :
31
1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri
berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi
secara normal.
j. Diagnosa no.10
Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
32
2. Pasien tenang dan wajah segar.
Rencana tindakan :
3. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti
cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.
33
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku
yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
34
35
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NY. S
PADA KELUARGA TN. S DENGAN KASUS DIABETES MILLITUS
DI JALAN ABABIL NO. 35 RT 03/RW 10 RANDUGUNTING
TEGAL SELATAN
A. DATA KELUARGA
A. Identitas kepala keluarga :
Nama : TN. S
Usia : 68 th
Jenis kelamin : Laki - laki
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Jawa / Indonesia
36
Agama : Islam
Alamat : Jalan Ababil 35 RT 03 / RW 10
Randugunting Tegal Selatan
Genogram
37
Keterangan :
: Perempuan
: Laki - laki
: Laki-laki / perempuan meninggal dunia
: Pasien
: Hubungan suami istri
: Hubungan anak
: Tinggal serumah
: Tinggal serumah
E. PEMERIKSAAN FISIK
a. Sistem Kardiovaskuler
Ny. S mempunyai riwayat Hipertensi, dia mempunyai hipertensi
sudah lama sudah 5 th dan terkontrol. Pada saat pengkajian TD 140/
80 mmHg, Hr 75 – 80 x / mnt, nadi kuat, mur-mur ( - ) dan gallop ( - )
b. Sistem pernafasan
Klien tidak mengalami masalah dalam pernafasan , sesak nafas (-),
batuk (-), whezing (-), ronchi (-) , RR 16 – 20 x / mnt, suara nafas
vesikuler di kedua paru
c. Sistem pencernaan
Klien mengeluh malas makan karena merasa mual dan merasa
keyang,sehingga Ny S cuma makan sedikit dari diit ( ½ porsi ) juga
mengalami penurunan BB dari 65 kg menjadi 58 kg dalam waktu 1
bulan., asupan makan 3x/sehari,klien makan sesuai diit yang sudah
38
dianjurkan dan minum 6 – 8 gelas / hari, BAB tidak mengalami
gangguan, BAB rutin 1x perhari dengan konsistensi lunak. Pada
palpasi perut supel, perkusi perut normal.
d. Sistem genito urinaria
Tidak ada keluhan dalam sistem urinaria, BAK sering,4 – 6 x perhari,
volume 100 – 150 cc tiap kali BAK. BAK lancar, warna urine
kekuningan dan jernih
e. Sistem penglihatan
Klien tidak memiliki masalah dalam penglihatan, kedua mata masih
jelas untuk memandang objek, klien tidak memakai kaca mata,
kondisi mata,konjungtiva tidak ikterik, sklera tidak anemis.
f. Sistem persyarafan
Klien tidak mengalami gangguan dalam sistem persyarafan, tidak
ada kelemahan otot, perestesia pada ekstremitas.
g. Sistem integumen
Kulit tampak bersih, turgor agak kurang, tidak ada luka di kulit, tektur
kulit agak tipis.
h. Sistem pengindraan
Klien tidak mengalami masalah dalam pengindraan, indra klien
masih berfungsi dengan baik.
i. Sistem reproduksi
Klien tidak mengalami masalah dalam alat reproduksi, pada saat ini
klien sudah menopause
j. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada masalah dalam muskuloskeletal,deformitas (-), nyeri sendi
(-), pembengkakan sendi(-),Cuma ada kekakuan kalau habis bangun
tidur, dan hilang setelah mandi.
NO INTEGUMEN YA TIDAK
39
1 Lesi/luka
2 Pruritus
3 Perubahan pigmentasi
4 Perubahan tektur
5 Perubahan nevi
6 Sering memar
7 Perubahan rambut
8 Perubahan kuku
9 Penonjolan tulang kalus
NO HEMOPOIETIK YA TIDAK
1 Perdarahan/memar abnormal
2 Pembengkakan kelenjar limfe
3 anemia
4 Riwayat tranfusi darah
NO PERKEMIHAN YA TIDAK
1 Disuria
2 Frekuensi
3 Menetes
4 Ragu - ragu
5 Dorongan
6 Hematuria
7 poliuria
8 oligoria
9 Nokturia
10 Inkontenensia
11 Batu
12 infeksi
40
NO MUSKULOSKLELETAL YA TIDAK
1 Nyeri persendian
2 Kekakuan
3 Pembengkakan sendi
4 Deformitas
5 Spasme
6 Kelemahan otot
7 Masalah cara berjalan
8 Nyeri pinggang
9 Protesi
NO ENDOKRIN YA TIDAK
1 Intoleransi panas
2 Intoleransi dingin
3 Goiter
4 Pigmentasi kulit
5 Perubahan rambut
6 Poliphagia
7 polidipsi
41
8 Poliuria
NO PERNAFASAN YA TIDAK
1 Batuk
2 Sesak nafas
3 Hemopty
4 Sputum
5 Mengi alergi pernafasan
NO KARDIOVASKULER YA TIDAK
1 Nyeri dada
2 Palpitasi
3 Sesak nafas
4 Dispnoe the effort
5 Dispnoe nokturnal
6 Orthopnoe
7 Mur-mur
8 Edema
9 varises
10 Parestesia
11 Perubahan warna kulit
42
5 Perubahan nafsu makan
6 Intoleransi makanan
7 Ikterus
8 Diare
9 Konstipasi
10 Perdarahan rectum
11 Hemoroid
NO KEPALA YA TIDAK
1 Sakit kepala
2 Riwayat trauma
3 Pusing
4 Gatal dikulit
NO MATA YA TIDAK
1 Perubahan penglihatan
2 Kacamata
3 Air mata berlebih
4 Pruritus
5 Bengkak
6 Diplopia
7 Pandangan kabur
8 Forophobia
9 Riwayat infeksi
NO TELINGA YA TIDAK
43
1 Perubahan pendengaran
2 Keluaraan
3 Tinitus
4 Vertigo
5 Sensitifitas pendengaran
6 Riwayat infeksi
7 Alat-alat protese
NO LEHER YA TIDAK
1 Kekakuan
2 Nyeri a
3 Benjolan massa
4 Keterbatasan gerak
G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. PSIKOSOSIAL
44
Kegiatan sehari – hari Ny. S adalah sebagai guru TK,dia seorang
yang mudah bergaul, orangnya supel, ramah dan ceria. Hubungan
antara guru dan siswa didiknya baik, begitu juga hubungan dengan
dengan wali murid juga baik.
Ny. S menyadari sepenuhnya tentang penyakit yang dideritanya, ny.
S tampak menerima serta menjalani hidupnya dengan tenang.
Hubungan dengan keluarga harmonis, NY. S beserta suaminya ikut
dalam club senam DM RSU Islam Harapan Anda yang diadakan tiap
2 minggu sekali, tiap minggu pertama. Mereka selalu berangkat
bersama dan tampak harmonis.
2. Identifikasi masalah emosional
Dalam lingkungan tempat tinggalnya Ny. S merupakan seorang
yang supel, mudah bergaul dan ramah.hubungan dengan
masyarakat lingkungan rumahnya baik, begitu juga dalam
pekerjaannya Ny. S juga seorang guru yang sabar, ia seorang yang
yang telaten dan tidak pernah marah dengan siswa didiknya.
3. Spiritual
NY. S adalah seorang muslim, dalam kesehariannya ny. I selalu
taat menjalankan sholat lima waktu. Ny.S juga mengikuti pengajian
yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Dalam kesehariaannya ia
selalu berdoa dan selalu ingat kepada Allah.
45
pakaian, menyeka tubuh,menyiram )
6 Mandi
7 Jalan dipermukaan datar
8 Naik turun tangga
9 Mengenakan pakaian
10 Kontrol bowel (BAB)
11 Kontrol blader (BAK)
12 Olah raga
13 Rekreasi/ pemanfaatan waktu
46
Score total : 9 Salah : 1
Interprestasi hasil : Fungsi intelektual utuh
Keterangan :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Orientasi 5
Dimana kita sekarang
berada ?
Negara Indonesia
Provinsi Jawa
Tengah
5
47
Kota Tegal
PSTW Nazaret
2 Registrasi 3 Wisma
Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga objek
tadi ( untuk disebutkan )
3 Objek meja
3 Perhatian dan 5
Objek kursi
kalkulasi
Objek televisi
4 Mengingat 3 93
- 86
- 79
- 72
- 65
5 Bahasa 9
48
mengulang ketiga objek P
No.2 ( registrasi ) tadi,
bila benar I point untuk
masing – masing objek
Misalnya jam
tangan
Misalnya pensil /
Bolpoint
Pernyataan benar
3 2 buah, jika :
tetapi minta klien
untuk mengikuti
perintah berikut
yang terdiri dari 3
langkah : “ ambil
kertas ditangan
anda, lipat 2 dan
taruh dilantai.”
Ambil kertas
ditangan anda
9
Lipat 2
49
Taruh dilantai
Keterangan :
1. Score > 23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
2. Score 18 – 22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
3. Score < 17 : Kerusakan aspek mental berat
50
Duduk ke kursi ( dimasukkan dalam analisis)
Hasil : Duduk ke kursi , duduk di tengah kursi
Nilai : 0
Menahan dorongan pada sternum ( pemeriksaan mendorong sternum
perlahan – lahan sebanyak 3 kali )
Hasil : Memegang objek untuk dukungan
Nilai : 1
Mata tertutup
Nilai : 0
Perputaran leher
Nilai : 0
Gerakan menggapai sesuatu dukungan
Nilai : 1
Membungkuk
Hasil : Tidak ada kesulitan
Nilai : 0
b. Komponen gaya berjalan atau gerakan
Minta untuk berjalan atau gerakan
Hasil : Jalan sangat baik, tidak ada kesulitan
Nilai : 0
Ketinggian langkah kaki ( mengangkat kaki saat melangkah )
Hasil : Menggangkat kaki
Nilai : 0
51
Berbalik
Hasil : Berbalik tanpa mengalami kesusahan
Nilai : 0
Penyimpangan jalur
Hasil : tidak menunjukkan kelainan
Nilai : 0
Keterangan :
J. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Ny. S mengatakan Ketidakmampuan Ketidak
malasmakan dalam memasukan seimbangan
52
karena merasa ,mencerna,mengabsorsi nutrisi
mual dancepat Makan karena faktor
keyang,sehingga biologis
Ny I cuma makan
sedikit dari diit
( ½ porsi ).
DO : -Ny.I tampak
mengantuk
-Wajah tampak
kusam
-Ny. I tampak
53
lemah
- TD 140/80 mmHg
Hr 75 – 80 x
permenit
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak seimbangan nutrisi b.d Ketidakmampuan dalam
memasukan ,mencerna,mengabsorsi makan an karena faktor
biologis
2. Gangguan pola tidur b.d Imsomnia dalam waktu yang lama
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. DX : 1
NOC : Status nutrisi
Setelah dilakukan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan
NY. I mampu:
Asupan nutrisi tidak bermasalah,porsi yang disajikan
habis
Asupan makan dan cairan tidak bermasalah
Energi tidak bermasalah
Gula darah dalam keadaan seimbang
BB ideal
Turgor kulit baik, kulit lembab
Gula darah dalam range normal
NIC : Management
Ketidakteraturan makan ( eating disorder management)
54
Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk masalah
pencernaan
Diskusikan dengan tim dan klien untuk membuat
target BB yang akan dicapai, jika BB klien tidak
sesuai dengan usia dan bebtuk tubuh klien
Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan
asupan kalori setiap hari supaya mencapai dan
mempertahankan BB sesuai target
Dorong klien untuk memonitor diri sendiri terhadap
asupan makanan dan pemeliharaan BB
Gunakan tehnik modifikasi tingkah laku , untuk
meningkatkan BB / meminimalkan BB
Berikan pujian atas peningkatan BB dan tingkah laku
yang mendukung peningkatan BB
Timbang BB tiap hari/secara berkala
Pantau dan lakukan pemeriksaan gula darah secara
berkala
Anjurkan kepada klien untuk minum obat/ therapi DM
sesuai intruksi dokter
2. DX. 2
NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam
diharapkan pola tidur klien baik dengan harapan klien
mampu :
Mengatur jumlah jam tidur
Tidur secara teratur/ rutin
Meningkatkan pola tidur
Tidak ada gangguan dalam tidur
Meningkatkan kwalitas tidur,klien tampak segar dan
tidak mengantuk
Vital sign dalam batas normal
55
NIC : Peningkatan pola tidur
Tetapkan pola kegiatan dan tidur klien
Monitor pola tidur klien dan jumlah jam tidur klien
Jelaskan pentingnya tidur untuk kesehatan (selama
sakit dan stress)
Bantu klien untuk menghilangkan stimulasi stress
sebelum jam tidur
Jaga ketenangan ruangan saat klien tidur/beri
lingkungan yang nyaman
56
menentukan asupan
kalori setiap hari -Diit habis 2/3 porsi
supaya mencapai
J.17:30
dan mempertahankan
BB yang sesuai target
-mendorong klien
untuk memotivasi
dirinya sendiri
terhadap asupan
-Klien termotivasi
makanan dengan
memperhatikan BB dan berusaha
untuk
-Menggunakan tehnik
menghabiskan
modifikasi tingkah
laku , untuk
J.17:35 diit yg disajikan,
meningkatkan BB
atau meminimalkan untuk
BB
meningkatkan BB
-Memberikan pujian
kepad klien atas
-Klien makan
peningkatan BB dan
tingkah laku yang sesuai diit yang
mendukung
peningkatan BB diberikan
-Menimbang BB
-memantau dan
57
melakukan
pemeriksaan gula
darah secara berkala
J.17:40
-BB 53,5 kg
J.17:45 (+)
J.17:50
-therapi metformin
500mg 3x sehari
58
J.17:55
59
sebelum tidur
-Menjaga ketenangan
J.18:00 ruangan saat klien -Ruangan rumah
tidur/memberikan tenang ,bising (-)
lingkungan yang -Klien istirahat (+)
nyaman
N. EVALUASI
Teratasi
60
terbangun kalau mau BAK
-Klien menyatakan sudah tidak
mengantuk lagi
-Klien mengerti pentingnya istirahat
untuk kesehatan
O : Klien tidur 7-8 jam sehari,tidur siang
(+), wajah tampak tenang, rileks,
dan tampak segar
TD : 120/80 mmHg, HR 70-80 x
permenit
A : Gangguan pola tidur mulai teratasi
sebagian
P : Intervensi dipertahankan
-Biasakan tidur siang dan rileks
sebelum tidur
-Pertahankan lingkungan yang
tenang dan
nyaman
61
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Militus pada Usia
Lanjut, jilid I Edisi Ketiga . Jakarta : FKUI , 1996
2. Kushariyadi 2010, Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia, Jakarta :
Salemba Medika
3. Luecknocte, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek
Marunani, Jakarta : EGC , 1997
4. Mary Baradevo, Mary Wilfrid dan Yakubus Siswandi 2009, Klien Gangguan
Endokrin : seri Asuhan Keperawatan , Jakarta ; EGC
5.
62