Anda di halaman 1dari 20

BAB VII

POMPA DAN PERPIPAAN


Perpipaan Air Dan Refrigeran
pada sistem perpipaan air dan pompa yang digunakan untuk menggerakkannya, yang biasa
disebut sistem hidronik. Bab ini juga akan diisi dengan petunjuk pemilihan ukuran pipa untuk
refrigeran. Sebenarnya ada satu prosedur khusus untuk merancang sistem uap dan pengembalian
kondensant (air penyulingan), namun hal tersebut tidaklah perlu diberi perhatian disini. Walaupun
sistem uap sudah banyak dipakai pada fasilitas industri, di dalam sistem pengkondisian udara,
sistem air panas hampir sama sekali menggantikan uap sebagai media pembawa kalor.

Persyaratan untuk sistem distribusi air adalah pengaliran air ke seluruh sistem penukar kalor
secara aman, dan dengan biaya (pemasangan dan pengoperasian) yang murah. Dalam memilih
ukuran pipa refrigeran ada beberapa standar yang disarankan, yang sangat dipengaruhi oleh
penurunan tekanan refrigeran (refrigerant pressure drop).

Konsep pengaliran kalor pada sistem pengkondisian udara

Perbandingan Air Dan Udara Sebagai Media Pembawa Kalor

Perpindahan kalor selalu berlangsung dari atau menuju ruang yang dikondisikan. Sebagai
sumber kalor biasanya tungku listrik atau minyak, dan alat untuk mengambil kalor (penampung
kalor/heat sink) adalah unit refrigerasi. Apabila digunakan pompa kalor, maka alat yang sama
dapat berperan sebagai sumber kalor dan penyerap kalor. Kadangkala sumber atau penyerap kalor
diletakkan jauh dari ruang yang dikondisikan, sehingga air atau udara dipanaskan atau didinginkan
pada tempat yang jauh dari lokasi ruang tersebut, seperti terlihat pada Gambar 7.1. Memang udara
dapat dipanaskan atau didinginkan langsung pada sumber atau penyerap kalor, dan dimasukkan
langsung ke ruang yang dikondisikan. Atau air dipanaskan atau didingikan terlebih dahulu, yang
kemudian memanaskan atau mendinginkan ruang yang akan dikondisikan.

Keuntungan penggunaan air dibanding udara, yaitu

1. Ukuran sumber kalor lebih kecil,


2. Diperlukan ruang lebih sedikit untuk pipa air dibanding untuk saluran udara, dan
3. Untuk suhu yang sangat tinggi, air lebih praktis daripada udara, karena ukuran pipa air
yang kecil akan lebih mudah disekat daripada saluran udara.

Contoh

Laju perpindahan kalor sebesar 250 kW akan ditimbulkan melalui perubahan suhu media
sebesar 15oC. Berapa ukuran penampang pipa untuk membawa aliran energi tersebut,
apabila (a) digunakan pipa air dan kecepatan alir air adalah 1 m/det, dan (b) digunakan
saluran udara dengan kecepatan alir 10 m/det?

Penyelesaian Laju air volume air adalah

250 kW 3
o 3 = 0,00398 m /det
(4,19 kJ/kg • K) (15 C) (1000kg/m )

Luas penampangnya

0,00398
= 0,00398m2
1 m/det

(b) Laju alir udara adalah


250 kW
= 13,89 m3/det
(1,0 kJ/kg • K) (15oC) (1,2kg/m3)

Luas penampangnya
13,89
= 1,38m2
10 m/det

yang 347 kali luas penampang pipa air.


Pemanas Air
Pembakaran bahan bakar (gas alam, batu bara, minyak, dan lain-lain) dan pemanas listrik
biasa digunakan sebagai sumber kalor pada sistem hidronik. Pemanas air yang menggunakan
minyak, biasanya dibuat dari baja dengan pengaturan yang ketat. Dan satu cara untuk
mengklasifikasi pemanas yaitu berdasar tekanan kerja (yang juga suhu air yang diperbolehkan).
Kelompok tekanan yang terendah, dapat memanaskan air hingga kira-kira 100oC,
Efisiensi pemanas air dengan pembakaran didefinisikan sebagai laju energi yang diberikan
kepada air dibagi dengan laju masukan energi berdasar nilai bakar bawah dari bahan bakar yang
digunakan. Nilai bakar bawah adalah suatu kalor pembakaran dengan anggapan bahwa air di dalam
gas asap keluar sebagai uap. Salah satu kerugian dalam pemanas air adalah apa yang disebut
standby loss, yang terjadi ketika pemadam dipadamkan namun udara di sekitar peralatan terus
mengalir melalui permukaan yang masih panas dan secara konveksi membawa kalor keluar
melalui cerobong.
Ukuran pemanas biasanya dipilih lebih besar daripada rancangan kapasitas pemanasan, yang
tujuannya agar masih memiliki kapasitas lebih baik untuk menaikkan suhu ruangan sesudah lewat
satu malam, atau sesudah hari libur. Apabila diperlukan kapasitas ekstra seperti ini, tentu sistem
perpipaan pendistribusiannya juga lebih besar dibanding dengan rancangan semula1. Jika tidak,
sistem distribusi akan menjadi penghambat pemindahan kapasitas ekstra ke dalam ruang yang
dikondisikan.

Distribusi Kalor Dalam Sistem Air Panas

Jenis-jenis pemindah kalor yang digunakan untuk memindahkan energi dari air panas
adalah koil yang diletakkan di dalam saluran
Pemanas air dengan pipa-pipa api (fire-tube water heater) (Cleaver-Brooks Division of Agua-
Chem, Inc.)

Udara hangat, unit koil-kipas atau konvektor konveksi-alami yang diletakkan di dalam ruang
yang dikondisikan. Bentuk konvektor, dapat berupa kabinet atau jenis baseboard (lihat Gambar 7-
3). Konvektor jenis baseboard terdiri dari pipa-pipa yang diberi sirip-sirip. Air panas dialirkan
melalui pipa-pipa tersebut, sedangkan udara dipanaskan secara konveksi alami dengan aliran ke
atas melintasi pipa dan sirip-sirip, dan kemudian keluar louver bagian atas
Contoh Berapa suhu rata-rata air diperlukan untuk dialirkan pada konvektor baseboard
seperti Gambar 7-4 agar dapat mengatasi kalor yang hilang pada dinding

Sebuah konvektor baseboard

Kapasitas pemanasan suatu konvektor baseboard yang didasarkan pada suhu udara masuk ke
ruangan 18oC
yang terbuat dari kaca-jendela tunggal (single-pane glass), yang mana suhu rancang di dalam
dan di luar adalah 21 – 23oC. Tinggi dinding kaca 2,4m, dan konvekor diletakkan di sepanjang
dinding.

Penyelesaian Harga U untuk kaca-jendela tunggal dari Tabel 4-4 adalah 6,2 W/m2 • K
sehingga diperoleh laju perpindahan kalor untuk setiap meter persegi kaca adalah

6,2 [21 – (-23)] = 273 W

Setiap panjang dinding kaca 1m, mengalami rugi kalor sebesar 2,4(273) = 655W.
menunjukkan bahwa konvektor yang dapat mengatasi rugi kalor sebesar 655W, harus memiliki
suhu air rata-rata sebesar 77oC.

Sistem Air Suhu Tinggi

Sistem Air Suhu Tinggi (SAST) bekerja dengan suplai air yang bersuhu antara 180-230oC.
Pada suhu 230oC tekanan jenuh uap air adalah 2800 kPa. Satu alasan mendasar mengapa
digunakan SAST adalah adanya kemungkinan memindahkan kalor pada laju yang diinginkan,
dengan laju alir yang lebih rendah dibandingkan apabila digunakan suhu suplai yang rendah.
Walau sistem pembangkit uap biasa digunakan sebagai pemanas pada SAST, namun sistem diberi
tekanan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi penguapan di dalam pemanas, juga tidak
diinginkan adanya bagian yang berubah menjadi uap di dalam sistem distribusi. Salah satu metoda
yang biasa digunakan untuk menjaga tekanan tersebut adalah digunakannya gas nitrogen
bertekanan

Gambar Penekanan oleh nitrogen pada sistem air suhu tinggi


tinggi, seperti pada Gambar Tabung penekan dihubungkan dengan sistem, dan permukaan cairan
juga sedemikian rupa sehingga berada diantara batas tinggi dan batas rendah. Apabila tekanan
sistem terlalu rendah, ke dalamnya ditambahkan nitrogen lagi. Apabila ada kebocoran air pada
sistem, baik tekanan atau permukaan air akan turun, dan airnya harus diganti.

Pipa dan tabung yang tersedia Ukuran standar pipa tembaga dan pipa baja yang digunakan pada
sistem-sistem refrigerasi dan pengkondisi udara dapat dilihat pada Tabel 7-1 dan 7-2. Di antara
tingkat ketebalan yang tersedia, tabung tembaga dan pipa skedul 40 yang sering digunakan.

Tabel Dimensi pipa-pipa tembaga

DD, mm DD, mm

DL, mm Jenis K Jenis L DL, mm Jenis K Jenis L

9,53 7,75 8,00 53,98 49,76 50,42

12,70 10,21 10,92 66,68 61,85 62,61

15,88 13,39 13,84 79,38 73,84 74,80

19,05 16,56 16,92 92,08 85,98 87,00

22,23 18,92 19,94 104,80 97,97 99,19

28,58 25,27 26,04 130,20 122,10 123,80

34,93 31,62 32,13 155,60 145,80 148,50

41,28 37,62 38,23 206,40 192,60 196,20

257,20 240,00 244,50

308,00 287,40 293,80

DL = diameter luar, DD = diameter dalam

Tabel Dimensi pipa baja

Ukuran DD, mm

nominal, mm DL, mm Skedul 40 Skedul 80


15 21,34 15,80 13,88

20 26,67 20,93 18,85

25 33,40 26,64 24,30

35 42,16 35,04 32,46

40 48,26 40,90 38,10

50 60,33 52,51 49,25

60 73,03 62,65 59,01

75 88,90 77,92 73,66

100 114,30 102,30 97,18

125 141,30 128,20 122,20

150 168,30 154,10 146,40

200 219,10 202, 70 193,70

250 273,00 254,50 242,90

300 323,90 303,30 289,00

Penurunan Tekanan Aliran Air Di Dalam Pipa

Persamaan penurunan tekanan cairan yang mengalir melalui pipa lurus sama dengan aliran
udara, maka Persamaan kembali diulangi lagi, yaitu :

L v2
△p = f p
D 2

Banyak ahli rekayasa yang menghiutng penurunan tekanan air di dalam pipa menyatakan
diameter D dengan dimensi mm sehingga satuan △p kilopaskal, yang merupakan satuan
penurunan tekanan air yang mudah dipakai.

Contoh Hitunglah penurunan tekanan apabila air bersuhu 80oC dan laju aliran 3,0 L/det
melalui pipa baja dengan diameter nominal 50 mm (DD = 52,5 mm) dan panjang 40 m.

Penyelesaian Dari Tabel 7-3, pada suhu 80oC, sifat air adalah
ρ = 971,64 kg/m3 μ = 0,358 mPa • det

Untuk baja, ϵ = 0,000046 m (dari Tabel 6-1). Kecepatannya alirannya,

0,003 m3 / det
V= =1,386 m / det
π (0,05252)/ 4

∈ 0,000046
= = 0,00088
𝐷 0,0525

(1,386 m/det) (0,0525 m) (971,63 kg/m3)


Re = =197.500
0,358 mPa •det

Dari bagan Moody (Gambar 6-1), pada Re = 197.500 dan ϵ/D = 0,00088, f = 0,0208

40 1,3862
maka △p = 0,0208 (971,6)=14,8 kPa
52,5 mm 2

Tabel Rapat massa dan viskositas air pada berbagai suhu

Viskositas, Rapat massa, Viskositas, Rapat massa,


t oC t oC
mPa • det kg/m3 mPa • det kg/m3

0 1,790 999,84
60 0,476 983,19
10 1,310 999,70
70 0,406 977,71
20 1,008 998,21
80 0,358 971,63
30 0,803 995,64
90 0,319 965,16
40 0,656 992,22
100 0,282 958,13
50 0,552 988,04

Banyak perancang berpendapat bahwa penurunan tekanan seperti pada Gambar 7-6 akan
cukup memadai apabila harus dibandingkan dengan beberapa perhitungan. Bagan seperti itu hanya
dapat digunakan untuk satu macam suhu air, karena suhu air akan mempengaruhi baik rapat massa
maupun viskositas. Rapat massa berkaitan langsung dengan persamaan (7-1), dan bersama-sama
dengan viskositas akan menentukan bilangan Reynold, dan juga faktor gesekan. Parameter yang
terbesar, selain suhu, yang mempengaruhi penurunan tekanan adalah kecepatan. Gambar 7-7
memuat grafik faktor koreksi yang digunakan pada Gambar 7-6 apabila digunakan suhu selain
20oC.

Contoh

Penyelesaian Untuk pipa dengan diameter nominal 50 mm dan laju air 3 L/det, maka
penurunan tekanannya adalah 425 Pa/m dan kecepatan 1,4 m/det. Faktor koreksi untuk 425
Pa/m pada suhu 80oC dan kecepatan 1,4 m/det diperoleh dari Gambar 7-7, yaitu 0,885

△p = (425 Pa/m)(0,885)(40m) = 15,1 kPa

dibandingkan dengan 14,8 kPa dari contoh di atas

Penurunan Tekanan Pada Sambungan


Salah satu pendekatan untuk menghitung penurunan tekanan yang terjadi pada sambungan
[belokan, tees, katup (open valve), dan lain-lain] pada sistem perpipaan adalah menyatakan
penurunan tekanan yang sama. Kegunaan meoda ini, bahwa pada bagian sistem perpiaan yang
berdiameter dan aliran tetap,
Gambar Penurunan tekanan aliran air di dalam pipa-pipa baja skedul-40, menggunakan Pers. (7-1) untuk suhu 20oC
Perpipaan Refrigeran

Sistem refrigerasi dan komponen-komponennya akan dibahas pada Bab 10 dan seterusnya.
Namun demikian tidak ada salahnya apabila pada bab ini dibahas tiga bagian perpipaan utama dari
sistem refrigerasi dasar. Seperti terlihat pada Gambar, ada perpipaan untuk gas buang, untuk
cairan, dan untuk gas isap. Ada beberapa alasan yang berbeda, yang digunakan untuk memilih
ukuran-ukuran dari ketiga jenis perpiaan yang berbeda tersebut.

Jalur buang (discharge line) Penurunan tekanan pada jalur ini terjadi akibat daya
kompresor, karena untuk tekanan kondensor tertentu, setiap penambahan penurunan tekanan jalur
memerlukan tekanan buang (discharge pressure) dari kompresor yang lebih

Gambar Faktor pengali untuk penurunan tekanan dari Gambar guna penyesuaian suhu
Tabel Kesetaraan panjang dengan pipa lurus bagi berbagai sambungan, dalam meter*

Diameter 90o Belokan 45o Belokan Pipa Katup Bola


pipa, mm Terbuka
Cabang Cabang
Samping Lurus

15 0,6 0,4 0,9 0,2 5

20 0,8 0,5 1,2 0,2 6

25 0,9 0,6 1,5 0,3 8

35 1,2 0,7 1,8 0,4 11

40 1,5 0,9 2,1 0,5 14

50 2,1 1,2 3,0 0,6 17

60 2,4 1,5 3,7 0,8 20

75 3,0 1,8 4,6 0,9 24

100 4,3 2,4 6,4 1,2 38

125 5,2 3,0 7,6 1,5 43

150 6,1 3,7 9,1 1,8 50

*Data dari Manual Plumbing, U.S. Natl. Bur, Std. Rep. BM 566

tinggi. Tetapi di luar batas ukuran optimum pipa, penambahan pembesaran (enlargement) akan
menaikkan biaya awal melebihi dari yang dapat dihemat dengan umur pemompaan pada
kompresor lebih panjang.

Jalur cair (liquid line) Karena pipa ini mengalirkan cairan yang lebih tinggi rapat massanya
dibandingkan uap pada bagian lain, maka diameternya akan lebih kecil. Penurunan tekana pada
jalur ini tidak mengganggu efisiensi daur, karena, kalaupun penurunan tekanan tidak terjadi pada
jalur cair akan terjadi pada alat ekspansi. Penurunan tekanan pada jalur cair dibatasi karena
berbagai alasan, apabila penurunan tekanan terlalu besar sebagian cari berubah menjadi uap,
sehingga alat ekspansi tidak bekerja dengan wajar.
Jalur isap (suction line). Sebagaimana dengan jalur buang, penurunan tekanan pada jalur
ini menentukan efisiensi karenan menurunkan tekanan yang memasuki kompresor. Tetapi ada
batas berupa ukuran terbesar pipa jalur isap dapat dipilih, berdasarkan jumlah pelumas yang harus
dialirkan oleh sistem refrigerasi dari evaporator kembali ke kompresor. Kecepatan pada jalur isap
tegak (vertical suction line) biasanya dipertahankan sebesar 6 m/det atau lebih tinggi, untuk
memungkinkan minyak mengalir kembali.

Penurunan tekanan pada pipa refrieran dapat diperhitungkan dengan menggunaan


persamaan degan sifat refrigeran pada tabel (untuk viskositasnya), dan rapat massanya dari tabel
pade apendiks. Penurunan-penurunan dalam hubungannya dengan berbagai kapasitas refrigerasi
juga dapat diperoleh dari Rujukan 4.

Gambar Perpipaan pada sistem refrigerasi

Karaktersitik Pompa Dan Pemilihannya


Data prestasi (performance) pompa yang paling diperlukan adalah perbedaan tekanan yang
dapat dicapai pada berbagai laju alir. Yang tidak kalah pentingnya adalah data tentang daya yang
dibutuhkan pada kondisi yang direncanakan, dan pada kondisi kerja lainnya
Daya yang diperlukan untuk pemompaan sempurna, atau proses kompresi (Pi) sama dengan
integral v dp

P2
Pi=w ∫P1 v dp

dengan Pi = daya ideal, W

p1 = tekanan masuk, Pa
p2 = tekanan keluar, Pa

w = laju aliran massa, kg/det

v = volume spesifik, m3/kg

Kurva volume spesifik cairan menurut pengalaman tidak menunjukkan perubahan yang
berarti apabila melewati pompa, maka v dapat dikeluarkan dari tanda integral, dan digabungkan
dengan w sehingga menghasilkan Q, yaitu laju air dalam meter kubik per detik. Persamaannya
kemudian menjadi

Pi = Q(p2 – p1)

Daya P yang dibutuhkan dalam proses pemompaan nyata, yaitu dengan terjadi rugi-rugi, adalah
Q(p2-p1)
P= η / 100

Dengan 𝜂 adalah efisiensi, persen.

Contoh Dengan menggunakan kurva efisiensi seperti tampak dalam Gambar 7-9,
hitunglah daya yang dibutuhkan oleh pompa apabila laju air adalah 6 L/det.

Penyelesaian Laju air 6 L/det sama dengan 0,006 m3/det, kenaikan tekanan pada pompa
adalah 240 kPa, dan efisiensinya 0,78. Maka dayanya sebesar,

0,006 (240,000)
Daya= =1846 W
0,78
Gambar Prestasi pompa setrifugal

Prestasi pompa harus dipertimbangkan apabila akan disambungkan dengan jaringan


perpipaan yang harus dilayani. Kombinasi karakteristik pompa dan piap dapat ditemukan pada
grafik beda-tekanan versus laju air,

Gambar Kombinasi karakteristik pompa dan pipa

pada pipa naik setara dengan kuadrat laju alir. Persamaan ini diduga dari persamaan menyatakan
bahwa penurunan-tekanan pada sambungan juga akan naik dengan kuadrat laju alir. Penurunan-
tekanan pada sambungan ini kemudian dapat dinyatakan dalam panjang pipa lurus.
Rancangan Sistem Distribusi Air

Pada sistem air tertutup, komponen-komponen utamanya adalah pipa lurus, katup,
sambungan, pompa, penukar kalor, dan tangki ekspansi. Proses perancangan termasuk juga
pemilahan ukuran serta penyusunannya. Beberapa tugas utama dalam proses perancangan adalah
menentukan lokasi komponen, memilih ukuran pipa, memilih pompa, dan memilih ukuran tangki
ekspansi.

Gambar Susunan perpipaan : (a) pengembalian langsung (direct-return), dan (b) pengembalian
berbalik (reversed return)

Dua dasar susunan perpipaan adalah pengembalian langsung dan pengembalian berbalik
Satu hal yang kurang memuaskan pada sistem pengembalian langsung adalah tidak seragamnya
beda tekanan pada berbagai penukar kalor yang ada. Penukar kalor pada A (Gambar a) akan
memiliki beda tekanan yang lebih besar dibanding penukar kalor D. Katup kendali pada penukar
kalor A mungkin mendekati tertutup, yang pada kondisi demikian kerjanya tidak stabil, dan
penukar kalor D akan memiliki beda tekanan yang tidak memadai, untuk dapat menjamin laju alir
yang diperlukan. Sedang sistem pengembalian terbalik akan memberikan beda tekanan yang relatif
stabil pada semua bagian penukar kalor. Kerugiannya, diperlukan pipa yang lebih panjang
dibanding dengan pengembalian langsung.
Gambar Urutan pemanas, tangki ekspansi, dan pompa

Pertanyaan mendasar lainnya tentang lokasi komponen adalah lokasi relatif dari pemanas,
tangki ekspansi, dan pompa.5 Beberapa prinsip dan sifat pengoperasian harus diamati. Apabila
pompa sedang bekerja, akan terjadi perubahan tekanan relatif di seluruh sistem, yaitu tekanan yang
relatif tinggi pada saluran keluar dan relatif rendah pada saluran masuk. Satu lokasi dimana
tekanan absolut selalu konstan adalah dalam tangki ekspansi. Ketika dua kenyataan ini
digabungkan, barulah dapat dipilih lokasi tangki ekpansi yang sesuai. Apabila tangki ekspansi
diletakkan sesudah pompa, maka tekanan saluran keluar akan relatif tetap dan tekanan saluran
masuk akan turun, yang ini akan menyebabkan kavitasi (cavitation), hal ini akan dijelaskan pada
sub bab selanjutnya. Aturannya adalah, “memompa dari tangki ekspansi”. Selanjutnya adalah
upaya mengurutkan tangki, pompa, dan pemanas air. Akibatnya pemanas ini akan mendapat
tekanan yang tinggi selama bekerja, dan tekanan ini dapat menjadi sedemikian tingginya sehingga
dapat membuka katup pengaman (relief-valve). Jadi urutan logisnya adalah seperti terlihat pada
Gambar , yaitu pemanas, tangki ekpansi, dan pompa.

Ketika memompa air panas harus dijaga agar jangan samapi terjadi kavitasi pada pompa.
Kavitasi disebabkan oleh air yang mencetus menjadi uap pada daerah bertekanan rendah. Kavitasi
ini mengakibatkan buruknya prestasi pompa dan mempercepat keausan. Titik kritis lokasi kavitasi
adalah pada saluran masuk pompa, dimana tekanan cukup rendah, dan pada daerah-daerah
berkecepatan tinggi akan lebih menurunkan tekanan. Untuk mencegah, , pada saluran masuk
pompa tekanan harus dijaga agar lebih tinggi daripada tekanan jenuh air yang akan dipompa.
Perbedaan tekanan ini, yang dinyatakan sebagai net positive suction head6 (NPSH), biasanya
diperlihatkan dalam katalog pembuat.
Menentukan Ukuran Tangki Ekspansi

Guna tangki ekspansi adalah sebagai bantahan udara yang dapat menampung perubahan
volume air bila terjadi perubahan suhu. Persamaan untuk menentukan ukuran tangki ekspansi
dapat dilihat pada Rujukan 7, yaitu :

△v Vs
Vt= =
vc pi / pc -pi / ph

yang mana :

△v = perbedaan volume spesifik air pada suhu kerja dan suhu pengisian

(filling), m3/kg

vc = volume spesifik air pada suhu pengisian, m3/kg

Vs = volume sistem, m3

Pi = tekanan pada tangki ekspansi ketika air pertama masuk, kPa abs

pc = tekanan pada tangki ekspansi sebelum suhu naik, kPa abs

ph = tekanan pada tangki ekspansi apabila sistem air dalam keadaan panas, kPa abs

Logika dibalik persamaan (7-5) dapat ditentukan dengan cara menelusuri peristiwa ketika
tangki pertama kali diisi dan ketika suhu air dari sistem pertama kali naik. Diagram sistem pada
Gambar 7-13 di atas memperlihatkan adanya 3 tahapan, yang digambarkan dengan tiga permukaan
air di dalam tangki ekspansi, yaitu A, B, dan C. Pada permukaan A, permukaan air hanya
menyumbat udara di dalam tangki, dan tekanan di dalam tangki sama dengan pi. Apabila pengisian
pada sistem berlangsung terus, dan udara dikeluarkan dari perpipaan, maka ketinggian statik
menimbulkan tekanan yang lebih tinggi (pc) pada bagian permukaan terendah dari tangki karena
udara di dalamnya tertekan. Sesudah pengisian, suhu air naik dan mengembang, menekan udara
di dalam tangki hingga ph dan permukaan di dalam tangki naik hingga C. Selama bekerja,
permukaan di dalam tangki akan berubah antara B dan C dengan tekanan berubah-ubah antara pc
dan ke ph.

Pada persamaan (7-5), suku (△v/vc)Vs sama dengan perubahan volume di dalam sistem
karena air dipanaskan sejak suhu pengisian hingga suhu kerjanya; karenanya
∆v
Vs=Vb-Vc
vc

Perbedaan rasio tekanan, dengan anggapan bahwa suhu udara di dalam tangki tetap adalah

1 1 Vt
= =V
pi / pc -pi / ph VB / Vt -VC / Vt B-VC

Maka hasil kali suku-suku pada persamaan (7-6) dan (7-7) menghasilkan volume tangki Vt

Gambar Level-level dan tekanan air di dalam sebuah tangki ekspansi

Contoh Berapa ukuran tangki ekspansi untuk sistem air panas dengan volume 7,6 m3
apabila titik tertinggi terletak 12 m di atas tangki ekspansi, sistem diisi dengan air bersuhu
20oC, dan 0,001036 m3/kg pada 90oC. Perubahan volume air yang harus ditampung di
dalam tangki sama dengan

∆v 0,0010361
Vs= (7,6m3)=0,261m3
vc 0,0010017

Dianggap bahwa tekanan atmosfir dan pi adalah 101 kPa abs. Sesudah pengisian dengan
air dingin, tekanan tambahan karena kolom air setinggi 12 m adalah

(12 m) (9,807 m/det2)


=117,5 kPa
0,0010017

sehingga

pc = 117,5 + 101 = 218,5 kPa abs


ph = 250 + 101 = 351 kPa abs

0,261 m3
Vt =1,496 m3
(101/218,5)-101/351

RUJUKAN-RUJUKAN

1. W.S. Harris, C.O. Pedersen, and W.F. Stoeker : Hot Water and Stream Heating ;Selection
Factors, 1: Theoretical Development; H: Experimental Verification and Application, ASHRAE
Trans, vol. 78, pt. 2, pp. 67-91, 1972.

2. “Handbook and Product Directory, Systems Volume,” chap. 17, American Society of Heating,
Refrigerating, and Air-Conditioning Engineers, Atlanta, Ga., 1980.

3. “ASHRAE Handbook, Fundamentals Volume,” chap. 32, American Society of Heating,


Refrigerating, and Air-Conditioning Engineers, Atlanta, Ga., 1981.

4. D.D. Wile, Refrgerant Line Sizing, ASHRAE Spec. Publ. 185, 1977.

5. G.A. Israel, Jr.: Centrifugal Pump Basics, Energy Eng., vol. 77, no.6, pp. 19-52, October-
November, 1980.

6. G.F. Carlson: NPSH: It Shouldn’t Mean Not Pumping So Hot, Heat., Piping Air Cond., vol
51, no. 4. Pp.65-72, April 1979.

7. “Handbook and Product Directory, Systems Volume,” chap. 15, American Society of Heating,
Refrigerating, and Air-Conditioning Engineers, Atlanta, Ga., 1980.

Anda mungkin juga menyukai