Nama kelompok :
1. Dziky arif s
2. Faishal fahmi m
3. Samsul bahri
Etiologi
1. Faktor infeksi
a) Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan akibat utama
penyebab diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut :
1. infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella, shigella dan aeromonas
2. infeksi virus : entero virus (virus echo, virus coxsakria,
poliomyelitis)
3. infeksi parasit:cacing ( ascaris, tricuris, yuris) protozoa, jamur
b) Infeksi parental : ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti tongilitis,
dan ensefalitis
2. Faktor malabsorpsi
a) Malabsorpsi karbohidrat
b) Malabsorpsi lemak
c) Malabsorpsi protein
3. Faktor makanan, seperti makanan basi atau makanan beracun
4. Faktor psikologis, seperti rasa cemas dan takut yang berlebihan
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis klien dengan gangguan gastroenteritis menurut
(Cecyly, 2002) adalah:
1. Diare yang berlangsung lama (bethari-hari atau berminggu-minggi) baik
secara menetap atau berulang-ulang penderita akan mengalami berat badan
2. BAB kadang bercampur dengan darah
3. Tinja yang berbuih
4. Konsistensi tinja tampak berlendir
5. Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak
6. Penderita merasakan sakit perut
7. Rasa kembung
8. Mual, kadang-kadang sampe muntah
9. Kadang-kadang demam
Klasifikasi
Klasifikasi gastroenteritis menurut depkes RI 1999, diare diklasifikasikan menjadi
diare akut dan diare kronis.
1. Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang
dari 14 hari. Diare akut diklasifikasikan kembali secara klinis menjadi:
a) Diare non-inflamsi
Diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan diare
menjadi cair dengan volume besar tanpa lendir dan darah. Keluhan
abdomen jarangn terjadi atau bahkan tidak sam sekali. Dehidrasi cepat
terjadi apabila tidak mendapatkan cairan yang sesuai dengan pengganti.
Tidak ditemukan leukosit pada pemeriksaan feses rutin.
b) Diare inflamasi
Disebabkan oleh invasi bakteri dan pengeluaran sitotoksin di
kolon. Gejala klinis ditandai dengan adanya mulas dengan sampai nyeri
kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, tanda dan gejala dehidrasi.
Secara mikroskopis terdapat klendir dan darah pada pemeriksaan feses
rutin dan secara mikroskopis terdapat sel leukosit polimorphonuklear.
1. Diare kronis berlangsung lebih dari 14 hari dan diklasifikasikan
kembali secara klinis menjadi
a. Diare sekresi
Yaitu diare dengan volume feses banyak yang biasanya
disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat
peningkatan produksi dan sekresi air dan elektrolit namun
kemampuan absorpsi mukosa kedalam usus menurun.
Penyebabnya adalah toksin bakteri seperti toksin kolera,
pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, laksatif
non osmotik dan hormon intestinal
b. Diare Osmotik
Terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat di
abrsopsi oleh usus sehingga osmoralitas lumen meningkat dan
air tertarik dari dalam plasma ke lumen usus sehingga terjadi
diare. Misalnya malabsorbsi karbohidrat akibat difisiensi
laptase atau akibat garam magnesium
Ptofisiologi
Gastroenteritis dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
Mikroorganisme tersebut berkembang baik, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. Enterotoksin
yang diproduksi agen bakteri (seperti Ecoly dan Fibrio cholera) akan
memberikan efek langsung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke
dalam lumen gastrointestinal. Beberapa agen bakteri bisa memproduksi
sitotoksin (seperti shigella dysenteriae, vibrio parahaemolitikus, clostridium
difficile, enterohemorrhagic E.coli) yang menghasilkan kerusakan sel-sel
mukosa, serta menyebabkan feses bercampur darah dan lendir bekas sisa
sel-sel yang terinflamasi. Invasi enterosit dilakukan beberapa mikroba
seperti Shigella, organisme campylobacter, dan enterovasif E.coly yang
menyebabkan terjadinya dekstruksi, sera inflamasi (Jones, 2003)
Pada manifestasi lanjut ari diare dan hilangnya cairan, elektrolit
memberikan manifestasi pada ketidakseimbangan asam basa (metabolit
asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan Na bikarbonat bersama feses.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam
tubuh dan terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia
jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria ) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler ke dalam cairan intraseluler
(levine, 2009)
Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat
adalah dehidrasi, yaitu gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan
output melebihi intake. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi
dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit (Prescilla, 2009)
Diare
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Menurut supartini (2004) penatalaksanaan medis terhadap pasien
gastroenteristis meliputi:
a) pemberian cairan
Pemberi cairan pada pasien gastroenteristis dan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum
1. Pemberian cairan
pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCL dan Na HCO3, KCL dan
glukosa untuk diare akut
2. Cairan parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setempat. Pada cairan pringer laktat diberikan tergantung berat atau
ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badanya
a) Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25-50 ml/kg BB/hari, kemudian 125ml/kgBB/oral
b) dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100 ml/kgBB/oral kemudian
125ml/kgBB/hari
c) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit, 16 jam
berikutnya 105 ml/kgBB oralit peroral
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang
melalui tinja dengan tanpa mutah dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
a) Obat anti sekresi
Asetosal sosis 25 mg/ch dengan doosis minimum 30mg.
Klorpomozin dosis 0,5-1mg/kg/BB/har
b) Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin estrak
deladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk
mengatasu diare akut lagi , obat pengeras tinja seperti kaolin,
pectin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untu
mengatasi diare sehingga tidak di berikan lagi
c) Antibiotik
Umumnya antibiotik diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25-
50mg/kg/BB/hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat
penyakit seperti OMA, faringitis,
bronchitis/bronkopeneumenia
2. Penatalaksanaaan keperawatan
a) Rencanakan dan berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
b) Monitor tanda-tanda dehidrasi: penurunan kesadaran, takikardi tensi
turun, anuriya, keadaan kulit atau turgor
c) Gantikan makanan padat
d) Monitor tanda-tanda vital
e) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Pencegahan
Sponsors Link
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, A. W. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ke lima jilid 1. Jakarta: Interna
Publishing.
Ardiansyah, M. (2012). Medical Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Diva Perss.
http://dokterpencernaan.com/pencegahan-gastroenteritis