Anda di halaman 1dari 9

35

Dewa, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Daya Tampung Sungai Gede Akibat PencemaranLimbah Cair Industri


Tepung Singkong di Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri

Capacity of Gede’s River Caused by Liquid Waste Disposal from Cassava


Flour Industry in Ngadiluwih, Kediri

Charista Dewa1, Liliya Dewi Susanawati2*, Bambang Rahadi Widiatmono2


1Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Brawijaya, Jl Veteran Malang 65145
2Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran malang 65145

*Email Korespondensi : liliya_10@ub.ac.id

ABSTRAK

Salah satu permasalahan lingkungan adalah pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran


sungai oleh bahan pencemar, salahsatunya Sungai Gede yang mengalami pencemaran akibat
limbah cair industri tapioka. Penelitian ini bertujuan menganalisi kondisi kualitas air sungai,
menghitung daya tampung dan status mutu air Sungai Gede berdasakan kesesuaian terhadap
baku mutu air sesuai peruntukannya. Analisis kualitas air sungai dilakukan dengan menguji
dan membandingkan parameter sebelum (T1) dan setelah (T3) mendapatkan masukan limbah
(T2) dengan parameter yang digunakan yaitu BOD, COD, TSS, pH dan suhu. Pengambilan dan
pengukuran sampel untuk parameter debit, suhu, pH, BOD, COD dan TSS dilakukan pada T1
dan T2, untuk T3 hanya dilakukan pengukuran suhu saja. Perhitungan daya tampung didapat
dari selisih antara baku mutu air sungai dengan konsentrasi air pada T3 menggunakan metode
neraca massa. Perhitungan status mutu air menggunakan metode indeks pencemaran. Hasil
penelitian T3 sudah melampaui daya tampung untuk parameter BOD, COD dan TSS namun
parameter Suhu dan pH belum melampaui daya tampung. Hasil penelitian menunjukan bahwa
T1 dan T3 mengalami pencemaran ringan dan T2 mengalami pencemaran sedang, Penurunan
pencemaran pada T3 terjadi karena mengalami pengenceran dan self purification sungai.

Kata Kunci : Analisis Sungai, daya tampung, status mutu, Sungai Gede

Abstract

One of the environmental problems is environmental pollution. River pollution caused by pollutant was
also occurred, at Gede River pollution due to tapioca industrial wastewater. This study aims to analyze
the water quality of the river, calculating river capacity to receive pollutant and water quality status of
Gede River compared to the water quality standard. Analysis of water quality was done by testing and
comparing parameters before (T1) and after (T3) the waste discharge (T2). The parameters used are BOD,
COD, TSS, pH and temperature. Parameters such as debit, temperature, pH, BOD, COD and TSS was
performed at T1 and T2, while T3 was only for temperature. Calculation of the river capacity was
obtained at T3 using a mass balance method. The determination of the water quality status at T1, T2 and
T3 were using pollution index. The results showed that T3 has exceeded the river capacity on parameters
such as BOD, COD and TSS. While temperature and pH, was not. T1 and T3 categorized as light
polluted and T2 was moderate polluted, the pollution declining in T3 occurred was due to dilution and
self purification of the river

Keywords: River analysis, assimilative capacity, quality status, Gede’s River


36
Dewa, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

PENDAHULUAN perikanan, peternakan dan pertanian


(Peraturan Gubernur, 2010). Sungai
Peningkatan penduduk dan perkembangan memiliki kemampuan untuk pulih kembali,
kawasan menyebabkan permasalahan sungai juga memiliki kemampuan untuk
lingkungan. Permasalahan akan terus menerima masukan limbah tanpa
muncul selama penduduk tidak segera menyebabkan air pada sungai tersebut
memikirkan dan mengupayakan tercemar yang disebut daya tampung (KLH,
keselamatan dan keseimbangan lingkungan. 2001). Tingkat pencemaran suatu sungai
Salah satu permasalahan lingkungan adalah dapat mempengaruhi daya tampung sungai
pencemaran lingkungan, khususnya semakin tinggi tingkat pencemaran maka
pencemaran sungai oleh bahan pencemar, dapat mengurangi daya tampung sungai
baik dari industri ataupun domestik. bahkan melebihi daya tampung sungai yang
Pencemaran di hulu sungai menimbulkan telah ditentukan.
biaya sosial di hilir dan pelestarian di hulu Sungai diklasifikasikan menjadi empat
akan memberikan manfaat di hilir (Azwir, kelas. Kelas satu, air yang peruntukannya
2006). dapat digunakan untuk air baku air minum,
Keberadaan sungai dapat memberikan dan atau peruntukan lain yang
manfaat baik pada kehidupan manusia mempersyaratkan mutu air yang sama
maupun pada alam. Manfaat atas dengan kegunaan tersebut. Kelas dua, air
keberadaan sungai ini dikenal dengan yang peruntukannya dapat digunakan
fungsi sungai. Fungsi sungai terhadap untuk sarana dan prasarana rekreasi air,
kehidupan manusia antara lain sebagai pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
penyedia air dan wadah air untuk dan air untuk mengair pertanaman. Kelas
memenuhi kebutuhan rumah tangga, tiga, air yang peruntukannya dapat
sanitasi lingkungan, pertanian, industri, digunakan untuk pembudidayaan ikan air
pariwisata, olah raga, pertahanan, tawar, peternakan, air untuk mengairi
perikanan, pembangkit tenaga listrik, pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
transportasi, dan kebutuhan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama
(Agustining, 2012). dengan kegunaan tersebut. Kelas empat, air
Pencemaran air dapat terjadi akibat yang peruntukannya dapat digunakan
adanya unsur atau zat lain yang masuk ke untuk mengairi pertanaman (KLH, 2001).
dalam air, sehingga menyebabkan kualitas Berdasarkan latar belakang di atas,
air menjadi turun (Salmin, 2005). Sungai maka tujuan penelitian penelitian ini adalah
Gede yang terletak di Kabupaten Kediri menganalisi kondisi kualitas air sungai,
merupakan salah satu sungai yang diduga menghitung daya tampung dan status mutu
mengalami pencemaran dan juga air Sungai Gede berdasakan kesesuaiannya
merupakan salah satu anak dari sungai terhadap baku mutu air sesuai
yang arah alirannya menuju Sungai Brantas. peruntukannya.
Pembuangan limbah cair tepung tapioka
pada Sungai Gede di Kecamatan Ngdiluwih BAHAN DAN METODE
kabupaten Kediri ini dilakukan sebanyak 3
hingga 4 kali pembungan dalam satu Area Studi
minggu tergantung jumlah bahan yang Penelitian ini merupakan penelitian
didapat. Limbah cair yang merupakan hasil diskriptif kuantitatif. Penelitian dilakukan
pencucian singkong dan pengendapan di Sungai Gede Desa Dukuh Kecamatan
langsung mempunyai karakteristik Ngadiluwih Kabupaten Kediri (Gambar 1).
cenderung keruh. Desa Dukuh berada pada 07054'11,4 '' LS dan
Sungai Gede mengalami pencemaran 112001'11,9 '' BT pada tanggal 15 Februari
tepatnya pada Desa Dukuh yang berada di 2015.
Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri Pengambilan sampel dilakukan pada 2
diamana terdapat beberapa industry tepung titik dengan jarak antar titik ±800 m. pada
tapioka. Sungai Gede digolongkan kedalam masing-masing titik dilakukan tiga kali
kelas II yang digunakan sebagai pemenuhan pengulangan, dengan pengambilan sampel
sarana prasarana wisata perairan, dilakukan di tepi kiri dan kanan dengan
37
Dewa, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

jarak 1 m dari dinding sungai serta pada dipantau, sampel ini hanya
tengah sungai. Titik pengambiulan sampel menggambarkan karakteristik air pada saat
sungai dibagi menjadi tiga titik Titik 1 pengambilan sampel. Pengambilan sampel
adalah titik Sungai Gede yang terletak air sungai dilakukan dengan menggunakan
sebelum terkena masukan limbah cair metode SNI No. 57 Tahun 2008 tentang
tepung tapioka dengan koordinat 07054'11,4 '' pengambilan contoh air permukaan, dimana
LS dan 112001'11,9 '' BT. Titik 2 merupakan air diambil secara langsung dengan
titik Sungai Gede yang berjarak 5 m dari memasukkan botol kedalam sungai dengan
tempat bercampurnya air sungai dengan air arah berlawanan arus kemudian
limbah cair tepung tapioka hasil keluaran menutupnya di dalam agar tidak
pabrik tepung tapioka, dengan koordinat tekontaminasi udara luar. Pengambilan
titik 07054'12,7” LS dan 112000'50,8” BT. Data sampel dilakukan sebanyak 3 kali ulangan
yang didapat dari T1 dan T2 akan dalam satu titik dengan ukuran 1,5 L yang
digunakan untuk memperkirakan kualitas, ditempatkan pada botol air mineral dan
daya tampung dan status mutu air pada T3. kemudian disimpan pada coolbox untuk
Titik 3 adalah titik Sungai Gede yang pengawetan sampel. Pengukuran pH
merupakan lokasi hilir atau outlet Sungai menggunakan pH meter dan pengukuran
Gede atau titik sesudah terjadi pencemaran, suhu menggunakan thermometer.
dengan koordinat titik 07054'13,4” LS dan
112000'21,6” BT.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan beberapa
tahap, tahap pertama pengumpulan data
primer dan sekunder. Data sekunder berupa
peta penggunaan lahan, peta administrasi
dan peraturan peraturan yang berhubungan
dengan pembuangan limbah, yang
kemudian digunakan untuk menentukan
titik lokasi. Titik koordinat diambil dengan
menggunakan GPS.
Data debit air diperoleh dari data
primer. data debit di dapat dari hasil kali
pengukuran kecepatan menggunakan Gambar 1. Peta titik pengambilan sampel
current meter dengan luas sungai Keterangan : Pemukiman, Sawah,
menggunakan pendekatan luas trapesium. Sungai, Limbah Industri Tepung Tapioka,
Luas sungai di dapat dari hasil pengukuran Titik Pengambilan Sampel, T1 : Sebelum
lebar dan panjang menggunakan meteran. Pencemaran, T2 : Waktu Pencemaran atau
Titik pengambilan data debit dapat dilihat Bercampurnya Limbah dengan Air Sungai, T3 :
pada Gambar 1. Setelah Pencemaran .
Pengambilan sampel untuk analisis air
sungai dilakukan pada T1 dan T2 dengan Setelah dilakukan pengambilan sampel
parameter debit, suhu, TSS, pH, BOD, dan air pada setiap titik, perlu dilakukan
COD untuk T3 hanya dilakukan dilakukan penangan sampel sesuai standart
pengukuran Kecepatan arus sungai dan yaitu pelabelan sampel dan pengawetan
lebar sungai. Pengambilan sampel penyimpanan sampel menggunakan
dilakukan pada tanggal 15 Februari 2015 coolbox dan kemudian dimasukkan dalam
tepatnya pada pukul 07.00 WIB dimana freezer sebelum dibawa ke laboratorium
pada waktu itu terjadi aktivitas agar tidak terjadi perubahan beberapa
pembuangan limbah cair tepung tapioka. parameter.
Pengambilan sampel menggunakan metode
grab sample. Menurut effendi (2003), Grab Analisis Sampel
sample adalah sampel yang diambil secara Sampel yang diuji terdapat beberapa
langsung dari badan air yang sedang parameter yaitu pH, Suhu, TSS, BOD, dan
38
Dewa, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

COD. Pengujian parameter dilakukan di Dimana Lij = Konsentrasi parameter


laboratorim IIP (ilmu-ilmu perikanan) kualitas air yang dicantumkan dalam baku
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan mutu peruntukan air (j), Ci = Konsentrasi
Universitas Brawijaya Malang. Pengukuran parameter kualitas air (i) (mg/L atau 0C), PIj
pH menggunakan pH meter, sedangkan = Indeks pencemaran bagi eruntukan (j),
suhu menggunakan thermometer. (Ci/Lij)M = Nilai Ci/Lij maksimum,
Pengujian TSS yang digunakan (Ci/Lij)R = Nilai Ci/Lij rata-rata (KLH,
laboratorium IIP FPIK UB yaitu 2003).
menggunakan metode gavimetri Penentuan kualitas air dan daya
menggunakan system penyaringan dan tampung sungai dilakukan dengan
pemanasan menggunakan oven dengan mendiskripsikan kondisi Sungai Gede yaitu
suhu antara 103-105oC selama 1 jam, dengan membandingkan hasil pengujian
kemudian didinginkan menggunakan laboratorium dan hasil perhitungan daya
destikator untuk kemudian dilakukan tampung dengan baku mutu standart kelas
perhitungan konsentrasi (TSS Persamaan II yaitu digunakan sebagai sarana prasarana
wisata air atau pemandian yang ditetapkan
1).
oleh Peraturan Gubernur No. 61 Tahun
TSS = (1) 2010. Penentuan status mutu air sungai
berdasarkan hasil perhitungan Indeks
Pencemaran ini dapat menunjukan tingkat
Analisa BOD ditentukan berdasarkan ketercemaran Sungai Metro dengan
metode yang telah dilakukan (Anggraeni, membandingkannya dengan baku mutu
2014). Nilai BOD diukur dengan penentuan sesuai kelas air yang ditetapkan
selisih DO5 terhadap DO1. Analisa COD berdasarkan Peraturan Pemerintah RI
menggunakan metode SNI No. 2 Tahun Nomor 82 Tahun 2001. Sehingga dapat
2009 yaitu menggunakan spektrofotometer diperoleh informasi dalam menentukan
dengan panjang gelombang 600 nm. dapat atau tidaknya air sungai dipakai
untuk peruntukan tertentu sesuai kelas air.
Analisis Data Tabel criteria dapat dilihat di Tabel 1.
Analisi daya tampung dilakukan pada T3,
setelah mendapatkan masukan yang berasal Tabel 1 Kriteria Indeks Pencemaran (Pij)
dari limbah cair industri tepung tapioka. Nilai IP Mutu Perairan
Perhitungan daya tampung menggunakan 0 -1.0 Kondisi Baik
1.0 – 5.0 Cemar Ringan
metode neraca massa (persamaan 2).
5.0 – 10.0 Cemar Sedang
>10.0 Cemar Berat
CR= = (2) Ket : Kep- MENLH No. 115 Tahun 2003

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dimana CR = konsentrasi rata-rata
aliran gabungan (mg/L atau 0C), Ci = Kondisi Wilayah
Konsentrasi konsituen pada aliran ke-i Sungai Gede ada penelitian ini terletak di
(mg/L atau 0C), Qi = Debit alirin ke-i dan Mi Desa Dukuh Kecamatan Ngadiluwih
= Massa konstituen pada aliran ke-i (m3/s) Kabupaten Kediri, Sungai Gede merupakan
(KLH, 2003) sungai yang melewati beberapa desa di
Sedangkan penentuan status mutu air kecamatan ngadluwih yaitu Desa Dukuh,
sungai dalam penelitian ini dilakukan Purwokerto dan Desa Ngadiluwih sendiri.
dengan menggunakan metode Indeks Desa Ngadiluwih berbatasan dengan
Pencemaran. Rumus perhitungan dengan Kecamatan Kras, Kandat, Mojo, Pesantren
metode Indeks Pencemaran (persamaan 3). dan Kecamatan kota Kediri. Sungai Gede
pada Kecamatan Wates merupakan hulu
sungai, Kecamatan Kandat bagian tengah
Pij= (3) sungai dan Kecamatan Ngadiluwih ini
merupakan hilir sungai dari aliran
keseluruhan Sungai Gede.
39
Dewa, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Desa Ngadiluwih memiliki 1. Debit


kepandatan penduduk ± 71.111 jiwa, Sungai Hasil pengukuran debit pada setiap
Gede digunakan warga sebagai pengairan titik yaitu 3.82 m3s-1 untuk T1, 1.89 m3s-
sawah namun menurut Peraturan Gubernur 1untuk T2 dan 5.71 m3s-1untuk T3. Jika di

No. 61 Tahun 2010, Sungai Gede masuk bandingkan dengan baku mutu kelas II
dalam Kelas II dimana digunakan sebagai berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82
Sarana Prasarana reereasi air, perikanan, Tahun 2001 yaitu keadaan alamiahnya,
peternakan dan pertanian. Mata maka kondisi kualitas air masih memenuhi
pencaharian penduduk sektar Desa baku mutu sesuai dengan peruntukannya.
Ngadiluwih adalah wirasasta, swasta,
pegawai PNS, perkebunan, perikanan, dan
pertanian dan industri. Industri di Desa
Ngadiluwih yaitu industri kecil sebanyak
±1804 dan industri besar sebanyak ± 2.
Industri tepung tapioka masuk dalam
industry kecil (Pemerintah Kabupaten,
2013).

Karakteristik limbah cair tepung tapioka


Tabel 2 merupakan konsentrasi rata-rata
dari karakteristik limbah cair industry
tepung tapioka. Parameter pH, TSS, BOD
dan COD tidak memenuhi baku mutu yang
ditentukan Peraturan Menteri LH RI No. 5
tahun 2014 tentang baku mutu air limbah Debit air sungai merupakan jumlah air
buangan. Parameter suhu saja yang masih yang mengalir di dalam saluran ungai per
memenuhi baku mutu yang ditentukan. satuan waktu, pengukuran debit air
Tabel 2. Karakteristik limbah tepung tapioka memiliki banyak fungsi, salah satunya
(T0) adalah dalam menentukan kualitas air
Parameter Rata-rata Baku mutu sungai. Fluktuasi debit air terjadi
Suhu (0C) 27 NA disebabkan perbedaan kecepatan aliran
TSS (mgL-1) 6321 100 sungai. Nilai kecepatan aliran sungai pada
pH 4.98 6-9
T1 sebesar 1.71 m3s-1 dan pada T2 sebesar
BOD (mgL-1) 225.373 150
COD (mgL-1) 1489.333 300
0.66 m3s-1, kecepatan pada T1 lebih besar
NA : Not Available dari pada T2 disebabkan pada saat menuju
aliran T2 terdapat banyaknya sampah dan
Analisis kualitas air ranting pohon bambu yang berasal dari
Analisis kualitas air Sungai Gede dilakukan aktivitas manusia disekitar sungai dan
untuk mengetahui kesesuaian air sesuai dapat menghambat laju aliran air.
peruntukan dengan membandingkan baku
mutu air sesuai kelas air. Berdasarkan 2. Suhu
peruntukannya Sungai gede termasuk Berdasarkan hasil pengujian sampel air
dalam kelas II, maka hasil pengamatan Sungai Gede pada masing-masing titik
parameter fisika TSS, Suhu, Debit dan menunjukkan suhu berkisar 270C-28.50C
parameter kimia BOD, COD, pH (Gambar 2). Pada T1 suhu sebesar 270C, T2
dibandingkan dengan baku mutu kelas II sebesar 280C, T3 sebesar 27.50C. Jika
yang terdapat pada Peraturan Daerah dibandingkan dengan baku mutu kelas II
Provinsi Jawa Timur No. 2 Tahun 2008. berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82
tentang pengelolaan kualitas air dan Tahun 2001 yaitu deviasi 3 dari keadaan
pengendalian pencemaran air, Hasil analisa alamiahnya, maka kondisi kualitas air masih
dapat dilihat sebagai berikut : memenuhi baku mutu sesuai dengan
peruntukannya.
40
Dewa, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menurut Tarigan dan Edward (2003)


TSS (Total Suspendes Solids) semua zat padat
(pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-
partikel yang tersuspensi dalam air dan
dapat berupa komponen hidup (biotik)
seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri,
fungi, ataupun komponen mati (abiotik).
Tinggi TSS pada T1 diduga disebabkan
adanya masukan limbah domestik yang
masuk sebelum T1 dan pada T2 nilai TSS
turun disebabkan berkurangnya laju aliran
air sehingga sebagian TSS terendapkan dan
debit aliran air berkurang.

4. Derajat Keasaman (pH)


Tinggi rendah suhu air sungai Hasil pemantuan parameter pH pada
dipengaruhi oleh suhu udara sekitarnya dan setiap titik pengamatan menunjukkan
intensitas paparan sinar matahari yang terjadinya peningkatan pada T1 ke T2 dan
masuk ke badan air, intensitas sinar terjadi penurunan ada T2 ke T3. Besarnya
matahari dipengaruhi oleh penutupan pH pada T1 sebesar 6.4, pada T2 sebessar
awan, musim dan waktu dalam hari, 6.46 dan T3 sebesar 6.42 (Gambar 4). Apabila
semakin banyak intensitas sinar matahari dibandingkan dengan baku mutu kelas II
yang mengenai badan air maka akan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82
membuat suhu air sungai semakin tinggi Tahun 2001 menunjukkan bahwa parameter
(Agustining, 2012). pH masih dalam baku mutu atau sesuai
dengan peruntukan sungai kelas II.
3. TSS (Total Suspended Solids)
Berdasarkan pemantauan dari setiap
titik pengamatan di Sungai Gede
menunjukakan besarnya konsentrasi pada
masing masing titik sebesar 234.67 mgL-1
untuk T1, 158.67 mgL-1 untuk T2 dan 209. 51
mgL-1 untuk T3. Sehingga jika dibandingkan
dengan baku mutu kelas II berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
yaitu 50 mgL-1, maka kondisi kualitas air
Sungai Gede untuk parameter TSS melebihi
baku mutu yangditetapkan atau tidak sesuai
dengan peruntukannya (Gambar 3).

Fluktuasi nilai pH dipengaruhi oleh


adanya buangan limbah organik dan
anorganik ke sungai (Yuliastuti, 2011).
Peningkatan nilai pH pada T2 disebabkan
karena adanya masukan limbah cair tepung
tapioka dan penurunan pH pada T3 terjadi
karena terjadi pengenceran dengan air
sungai. Untuk parameter pH masih sesuai
dengan peruntukan yang ditentukan kelas II
yaitu pH berkisar antara 6-7.
41
Dewa, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

5. Biological Oxygen Demand (BOD)


Berdasarkan hasil pemantauan
parameter BOD menunjukan bahwa terjadi
kenaian kadar BOD pada T1 ke T2 dan
Terjadi penurunan pada T2 keT3. Besar nilai
BOD pada T1 14.99 mgL-1, pada T2 sebesar
30.89 mgL-1, pada T3 sebesar 20.25 mgL-1
(Gambar 5). Jika dibandingkan dengan baku
mutu kelas II berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 yaitu 3 mgL-
1, parameter BOD pada T1, T2 dan T3 tidak

sesuai dengan peruntukan atau melebihi


baku mutu kelas II.

Angka COD yang tinggi,


mengindikasikan semakin besar tingkat
pencemaran yang terjadi (Yudo, 2010).
Peningkatan kadar COD pada Sungai Gede
disebabkan adanya masukan limbah cair
industri tapioka pada T2. Nilai BOD pada
perairan yang tidak tercemar biasanya
kurang dari 20 mgL-1 (Ali, 2013). Kualitas
Sungai Gede dengan parameter COD tidak
dapat mendukung penyedia air sebagai
sarana prasarana rekreasi air.

Analisis daya tampung Sungai Gede


Menurut Rahmawati (2011) bahan Hasil perhitungan daya tampung beban
buangan organik umumnya berupa limbah pencemaran dengan metode neraca massa
yang dapat membusuk atau terdegradasi menghasilkan daya tampung pada titik 3
oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang untuk setiap parameter. Hasil dari
ke perairan akan menaikkan BOD. Kenaikan perhitungan daya tampung tersebut
kadar BOD pada T2 disebabkan masuknya kemudian akan dibandingkan dengan baku
limbah cair industri tapioka ke badan mutu perairan untuk kelas II pada
Sungai Gede. Kualitas Sungai Gede dari Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001
hulu ke hilir menunjukkan tidak sesuai dapat dilihat pada Tabel 3. Analisis
dengan peruntukan kelas II dan perlu upaya dilakuakan berdasarakan Keputusan
pengelolaan. Menteri LH No 110 Tahun 2003 dengan
metode indeks pencemaran.
6. Chemical Oxygen Demand (COD) Tabel 3. Daya tampung Sungai Gede
Hasil pengamatan menenjukkan Lokasi Pengambilan sampel
bahwa parameter COD pada T1 ke T2 Parameter Baku
T1 T2 T3
mengalami peningkatan kadar COD dan Mutu
pada T2 ke T3 mengalami penurunan. Nilai Debit (m s )
3 -1 3.82 1.89 NA 5.71
kada COD pada T1 sebesar 93.55 mgL-1, T2 TSS(mgL-1) 234.7 158.7 50 209.5*
sebesar 370.44 mgL-1, dan T3 sebesar 185.2 COD(mgL-1) 93.6 370.4 25 185.2*
mgL-1. Jika dibandingkan dengan baku BOD(mgL-1) 14.9 30.9 3 20.25*
pH 6.4 6.42 6-9 6.46
mutu kelas II berdasarkan Peraturan
Suhu (0C) 27 28 NA 28.5
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 yaitu 25
NA : Not available
mgL-1, parameter COD pada semua titik * : Melampaui Baku Mutu
telah melebihi baku mutu dan tidak sesuai Ket : PP No. 82 tahun 2001
dengan peruntukan kelas II.
42
Dewa, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Tabel 3 merupakan hasil perhitungan Tabel 4 merupakan tabel perhitungan


daya tampung Sungai Gede pada titik outlet indeks pencemaran untuk menentukan
atau T3, menunjukkan bahwa pada daya status mutu Sungai Gede. Hasil perhitungan
tampung Sungai Gede pada T3 untuk menunjukan bahwa semua titik mengalami
parameter TSS, COD dan BOD melebihi pencemaran tetapi berbeda tingkat
baku mutu kelas II pada Peraturan pencemarannya. T1 dan T3 mengalami
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan sudah pencemaran ringan dan T2 mengalami
tidak memiliki daya tampung lagi. Pada pencemaran sedang. T2 mengalami
parameter suhu dan debit masih memiliki pencemaran sedang karena pada T2
daya tampung atau masih dalam standarat merupakan tempat bercampurnya limbah
baku mutu yang telah ditetepkan karena cair tepung tapioka dengan air sungai. T1
pada parameter suhu dan debit tidak mengami pencemaran diduga terdapat
terdapat baku mutu sehingga sesuai dengan masukan limbah domestik sebelum T1 dan
keadaan alaminya. Parameter pH masih juga banyaknya padatan atau erosi yang
sesuai dengan baku mutu berkisar pada pH masuk dalam sungai sebelum titik T1. T3
6-9. Jika terdapat masukan limbah selain mengalami pencmaran ringan karena
limbah cair tepung singkong dan diantara dampak dari T1 dan T2 yang menyebabkan
titik T1 dan T2 maka limbah tersebut tidak pada titik outlet menjadi tercemar ringan.
boleh memiliki kadar BOD, COD dan TSS Pada T2 ke T3 mengalami penurunan angka
yang tinggi dan tidak juga menyebabkan dan tingkat pencemaran dikarenakan
kenaikan maupaun penurunan juga sungai mempunyai kemampuan self
peningkatan pH yang menyebabkan tidak purification atau memulihkan dirinya sendiri
sesuai pada baku mutu kelas II yang dari bahan pencemar (Agustining, 2012).
ditetapkan di Sungai Gede. Berdasarkan hasil analasis karakteristik
limbah cair tepung tapioka menunjukkan
Analisis status mutu Sungai Gede telah melebihi baku mutu yang ditetapkan
Menurut Ali (2013), Status mutu air yaitu Peraturan Menteri LH No. 5 Tahu
mencerminkan kondisi mutu air yang 2014. Hasil analisi kualitas air Sungai Gede
menunjukan tingkat pencemaran suatu pada T1, T2 dan T3 un tuk parameter suhu
sumber air dalam waktu tertentu, dan pH tidak melebihi baku mutu kelas II
dibandingkan dengan baku mutu air yang menurut Peraturan Pemerintah No. 82
ditetapkan. Suatu sungai dikatakan terjadi Tahun 2001, namun untuk parameter BOD,
penurunan kualitas air, jika air tersebut COD dan TSS telah melebihi baku mutu
tidak dapat digunakan sesuai dengan status yang ditetapakan.
mutu air secara normal. Pada penelitian ini Berdasarkan perhitungan daya
parameter yang digunakan untuk tampung pada T3 sudah tidak memeliki
menentukan besarnya status mutu air daya tampung lagi untuk parameter BOD,
sungai gede adalah BOD, COD, TSS dan pH. COD dan TSS namun untuk parameter pH
Sedangkan baku mutu yang digunakan dan suhu masih dalam batas baku mutu,
yaitu baku mutu kelas II berdasarkan PP RI sedangkan perhitungan indeks pencemaran
No. 82 Tahun 2001 dapat dilihat pada Tabel untuk menentukan status mutu air
3. Analisis dilakukan berdasarkan menunjuukan semua titik mengalami
Keputusan Menteri LH No 115 Tahun 2003 pencemaran namun berbeda tingkatan pada
dengan metode indeks pencemaran. masing-masing titik. Oleh sebab itu perlu
adanya pengolahan limbah cair tepung
Tabel 4. Status mutu air Sungai Gede
tapioka untuk menurunkan kadar pencmar
Lokasi Status Mutu Air
Pengambilan Nilai PIj Berdasarkan seperti TSS, BOD, COD dan pH agar tidak
Sampel Kelas II mencemari sungai selainitu juga
Titik 1 (T1) 4,25 Cemar ringan memerlukan pengkajian ulang tentang
Titik 2 (T2) 5,91 Cemar sedang limbah yang masuk sebelum titik yang
Titik 3 (T3)* 4,89 Cemar ringan ditentukan sebagai objek penelitian dan
* : Merupakan titik setelah terjadi pencemaran perlu adanya upaya pengelolaan sungai
atau outlet agar kondisi sungai tetap baik.
43
Dewa, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

DAFTAR PUSTAKA Rahmawati, D. 2011. Pengaruh Kegiatan


Industri Terhadap Kualitas Air Diwak
Agustiningsih, D. 2012. Kajian Kualitas Air di Bergas Kabupaten Semarang dan
Sungai Blukar Kabupaten Kendal Upaya Pengendalian Pencemaran Air
dalam Upaya Pengendalian Sungai. Tesis. Universitas
Pencemaran Air Sungai. Tesis. Diponegoro, Semarang.
Universitas Diponegoro. Semarang.. Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan
Ali, A. Soemarno dan Purnomo, M. 2013. Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Sebagai Salah Satu Indikator Untuk
Air Sungai Metro di Kecamatan Menentkan Kualitas Perairan. Jurnal
Sukun Kota Malang. Tesis. Universitas Oseana, 30. 21-26.
Brawijaya. Malang. Standar Nasional Indonesia (SNI
Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air 6889.57:2008) tentang Metoda
Tapung Kiri oleh Limbah Industri Pengambilan Contoh Air Permukaan.
Kelapa Sawit PT.Peputra Masterindo Tarigan, M.S. and Edward. 2003. Kandungan
di Kabupaten Kampar. Tesis. Progam Total Zat Padat Tersuspensi (Total
megister ilmu lingkungan. Universitas Suspended Solids) di Perairan Raha
Diponegoro. Semarang Sulawesi Tenggara. Jurnal Sains, Vol
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi 7(3) : 110-111.
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Yudo, S. 2010. Kondisi Kualitas Air Sungai
Lingkungan Perairan. Penerbit Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta
Kanisius. Yogyakarta. ditinjau dari Parameter Organik,
KLH, 2001. Peraturan Pemerintah Republik Amoniak, Fosfat, Detergen dan
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Bakteri Coli. Jurnal Akuakultur
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Indonesia, Vol. 6(1) : 34-36.
Pendendalian Pencemaran Air. Yuliastuti, E. 2011. Kajian Kualitas Air
KLH, 2003. Keputusan Menteri Negara Sungai Ngringo Karanganyar dalam
Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun Upaya Pengendalian Pencemaran Air.
2003 tentang Pedoman Penetapan Tesis. Universitas Diponegoro,
Daya Tampung Beban Pencemaran Semarang.
Air Pada Sumber Air.
KLH, 2003. Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air.
KLH, 2010. Peraturan Gubernur Nomor 61
Tahun 2010 Penetapan Kelas Air Pada
Air Sungai.
KLH, 2014. Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Rebuplik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah.
Pavita, K. D. 2014. Studi Penentuan Daya
Tampung Beban Pencemaran Kali
Surabaya Dengan Menggunakan
Metode Neraca Masa. Skripsi.
Universitas Brawijaya. Malang.

Anda mungkin juga menyukai