(G 701 15 070)
2. Bagaimana penatalaksanaan terapi yang cocok untuk stroke iskemik pada ibu
hamil ?
Jawab :
Penatalaksanaan terapi pada ibu hamil yang mengalami stroke iskemik maka
perlu dipilihkan obat-obat yang tidak membahayakan janin yang dikandung
dan memiliki efektivitas yang baik dalam mengatasi stroke iskemik yang di
alami oleh ibu hamil tersebut. Untuk terapinya yaitu untuk penanganan akut
maka dapat diberikan obat alteplase tetapi harus dengan pertimbangan bahwa
efek menguntungkan yang dimiliki oleh obat ini untuk pasien tersebut jauh
lebih besar dibandingkan dengan kerugiannya. Obat alteplase ini termasuk
kategori C untuk ibu hamil. Aspirin juga dapat diberikan tetapi dengan
pertimbangan yang sama seperti altepalse dalam hal keuntungan dan
kerugiannya. Apirin masuk kategori C untuk ibu hamil pada trimester 1 dan
masuk kategori D untuk ibu hamil dengan trimesetr ke 2 dan 3. Untuk
pencegahan sekundernya maka terapi stroke non kardioemboli yang paling
disarankan adalah menggunakan clopidogrel sebab clopidogrel termasuk
kategori B pada ibu hamil. Sedangkan untuk penggunaan warfarin harus
dihindari karena sangat berbahaya bagi janin. Warfarin termasuk dalam
kategori X pada ibu hamil. Untuk antihipertensinya maka obat yang paling
disarankan adalah diuretik Thiazid sebab obat ini masuk dalam kategori B
untuk ibu hamil sedangkan untuk obat golongan ACEI dan ARB sebaiknya di
hindari karena beresiko menyebabkan janin mengalami gagal ginjal yang
sifatnya irreversible. ACEI dan ARB termasuk dalam obat ketegori C untuk
ibu hamil. Sedangkan untuk penggunaan obat antihiperlipidemia maka hindari
penggunaan golongan statin seperti simvastatin, atorvatatin dan lain-lain
karena obat gologan statin termasuk dalam kategori X untuk ibu hamil. Sebagai
gantinya maka kita masih daapt mempertimbangkan penggunaan fenofibrat
selama obat ini memiliki keuntungan yang lebih besar bagi ibu hamil tersebut
dibandingakan kerugiannya. Fenofibrat termasuk kategori C untuk ibu hamil.
4. Bagaimana penggunaan obat pada ibu hamil yang mengalami stroke iskemik
dan apakah obat-obat tersebut aman atau tidak dan jika tidak aman kenapa ?
Jawab :
Tidak semua obat-obat yang digunakan dalam stroke iskemik aman untuk ibu
hamil. Untuk obat-obat yang digunakan dalan terapi akut seperi alteplase dan
aspirin maka sebaiknya obat ini digunakan hanya jika keuntungannya pada ibu
hamil tersebut lebih besar dari pada kerugiannya. Alteplase dan aspirin
termasuk dalam ketegori c pada ibu hamil. Pada studi di hewan uji alteplase
menunjukkan terjadinya kerusakan janin namun pada manusia belum ada studi
yang tersedia. Aspirin dengan dosis penuh pada trimester akhir kehamilan
dapat menyebabkan persalinan tertunda serta menyebabkan berbagai gangguan
jantung dan paru pada bayi baru lahir dan resiko perdarahan bayi dan ibu hamil
tersebut. Aspirin masuk dalam kategori c pada ibu hamil untuk trimester 1 dan
kategori d untuk trimester 2 dan 3. Obat yang aman untuk ibu hamil dalam
terapi stroke untuk pencegahan sekunder non kardioemboli yaitu klopidogrel.
Untuk terapi kardioemboli berupa warfarin maka obat ini harus di hindari
penggunaannya apabila pasien sedang hamil. Warfarin termasuk dalam
kategori X pada ibu hamil. Efek warfarin pada janin dikenal dengan istilah
warfarin embryopathy, yang ditandai dengan nasal hypoplasia dan stippled
epiphyses (berbintik-bintik). Ciri yang lebih jarang terjadi dapat berupa
kelainan pada SSP dan mata. Insiden warfarin embryopathy berkisar 3,9 % dari
1399 kehamilan yang mengunakan warfarin yang dilaporkan. Pada saat
persalinan, warfarin meningkatkan kejadian perdarahan pada ibu dan juga
perdarahan otak pada janin pada saat melewati jalan lahir. Jika tetap harus
menggunakan antikoagulan maka dapat di pertimbangkan penggunaan heparin.
Heparin masuk dalam ketegori C untuk ibu hamil. Untuk obat-obat
antihipertensi pada stroke berupa ACEI dan ARB maka sebisa mungkin untuk
dihindari karena efek paling fatal terhadapa janin dari penggunaan terapi ACEI
dan ARB adalah gagal ginjal pada janin yang irreversible. Sehingga untuk
terapi antihipertensinya maka dapat digunkan hidroklorotiazid.
Hidroklorotiazid masuk dalam ketegori B pada ibu hamil sehingga aman untuk
digunakan. Untuk obat antihiperlipidemia pada stroke iskemik maka hindari
penggunaan obat golongan statin. Obat-obat golongan statin seperti
simvastatin masuk dalam kategori X pada ibu hamil. Penggunaannya dapat
menyebabkan peningkatan kejadian anomali konginetal pada janin. Oleh
karena itu apabila terapi antihiperlipidemia sangat dibutuhkan maka kita dapat
mempertimbangkan penggunaan fenofibrat. Obat fenofibrat ini masuk dalam
kategori C pada ibu hamil sehingga penggunaannya juga harus dengan
pertimbangan yang matang terkait keuntungan dan kerugiannya pada ibu hamil
dan janinnya.
7. Berapa lama waktu serangan stroke terjadi dan apakah harus di terapi atau tidak
?
Jawab :
Serangan stroke biasanya terjadi dalam kurun waktu sekitar 24 jam untuk
stroke ringan dan bertahun-tahun untuk stroke berat. Serangan stroke ringan
biasanya berupa Salah satu sisi mulut dan wajah penderita terlihat turun,
Lengan atau kaki yang mengalami kelumpuhan atau menjadi lemah sehingga
tidak bisa diangkat yang kemudian diikuti kelumpuhan pada satu sisi tubuh,
Cara bicara yang kacau dan tidak jelas, Kesulitan memahami kata-kata orang
lain, Kehilangan keseimbangan atau koordinasi tubuh, Pusing, Linglung,
Kesulitan menelan, Pandangan yang kabur atau kebutaan Kunci utama dalam
penanganan stroke pertama adalah kecepatan. Waktu penanganan terbaik untuk
mencegah serangan yang lebih parah sejak serangan pertama adalah 3 jam
pertama setelah serangan stroke pertama tersebut. Untuk serangan akut adalah
dengan menggunakan altepalse 0,9 mg/kg secara intravena atau aspirin 160-
325 mg. Penanganan 3 jam setelah seranagan pertama stroke sangat penting
untuk mencegah kerusakan otak yang lebih parah akibat kurangnya aliran
darah yang masuk ke otak akibat sumbatan pada pembuluh darah di otak. Dan
untuk pencegahan sekunder maka dapat di lanjutkan penggunaan aspirin tetapi
dengan dosis 50-325 mg, ataupun menggunakan obat clopidogrel, atau
kombinasi aspirin dan diprimadol. Apabila diketahui bahwan sumbatannya
disebabkan kerena kardioemboli maka dapat digunakan warfarin. Untuk
antihipertensinya maka digunakan obat golongan ACEI atau ARB maupun
diuretik thiazid dan untuk antihiperlipidemia maka dapat digunakan obat
golongan statin