Anda di halaman 1dari 10

Tugas : ROLE PLAY

Dosen : Rosdianah,S.ST.,SKM.,M.Keb

Oleh :

Kelompok IV

1. RINA INDA SARI


2. MEGA MUSTAMIN
3. NUR RAHMA
4. KASTURI
5. WIRA ASTUTI
6. YANI ANGGRIANI
7. ERNIATI APRA

PROGRAM STUDY D-IV BIDAN PENDIDIK


STIKES MEGA REZKY MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
PEMERAN

RINA INDA SARI BIDAN INDAH

MEGA MUSTAMIN ASISTEN BIDAN

EKA SRI WAHYUNI NENGSIH BIDAN EKA

NURFADYA RATU IBU FADYA

SUNARTI PASIEN NARTI

DESRI RUKMAYANTI SUAMI NARTI

ERMALINDA LURUK TAHU PASIEN ERMA

ERNIATI APRA KAKAK ERMA


PERSALINAN YANG TIDAK TERDUGA

Mentari yang selalu menampakkan sinarnya seakan telah menadi


pelengkap dari desa kecil ini. Yah, desa kecil dimana mata pencaharian
penduduknya mayoritas petani desa ini sudah menjadi bagian dari hidup
seorang bidan desa, cerita demi cerita terdengar bahwa bidan tersebut sudah
cukup lama mengabdi di desa ini dan bidan tersebut sangatlah ramah
terhadap masyarakat setempa sehingga di senangi oleh semua warga desa.

Di tengah asyiknya pembicaraan mereka (bidan desa dan asistennya)


di pustu tentang maraknya kasus aborsi. Tiba-tiba beberapa orang datang
mengetuk pintu. Dan sepertinya orang itu adalah orang yang kemarin
datang mengira bahwa dia sudah mau melahirkan tapi ternyata belum dan
akhirnya dianjurkan pulang dulu oleh bidan.

Suami : assalamualaikum, Bidan ! (sambil mengetuk pintu )

Asisten : waalaikum musalam , silahkan masuk, silahkan duduk

ibu/bapak.

Ibu Fadya : Bidan tampaknya anak saya sudah mau melahirkan ,

sejak tadi subuh dia merasa kesakitan.

Asisten : ibu sudah ada pengeluaran air di rasakan ?

Pasien Narti : ia Bidan,sudah ada tapi tidak terlalu banyak. Saya sudah

kesakitan sekali ini bidan.(pasien tampak meneyrit)

Asisiten : baik ,ibu silahkan baring saya panggil Bd. Indah yah !

Bd. Indah yang sementara serius membaca laporan bulan pustu


akhirnya menghentikan aktifitasnya dan segera melihat pasien tersebut.

Asisten : Bidan, pasien yang datang kemarin, datang kembali

katanya sudah merasa kesakitan.

Bd. Indah : baik , saya priksa dulu pasiennya.


Bd. Indah segera bergegas kekamar bersalin dan mempersiapkan diri
untuk melakukan pemeriksaan.

Bd.Indah : ibu, saya priksa dulu untuk memastikan pembukaannya.

Pasien Narti : Ia Bidan hati-hati bidan saya sudah kesakitan sekali.

Bd. Indah : ibu ini sudah pembukaan 6 silahkan ibu miring kiri ,

miring kanan ,bisa juga ibu berjalan-jalan,ibu sudah tidak

bisa pulang yah ,pak sialhkan pulang kerumah mengambil

persiapan yang di butuhkan.

Suami : baik bidan. Saya akan kerumah mengambil semua

keperluan

Bd. Indah : tolong persiapkan alat persalinan dan persiapan lainnya

dan tolong priksa TTV pasien. (memberi tahu asisten

sambil keluar dari ruangan bersalin)

Ibu Fadya : saying, orang yang mau melahirkan memang sakit, ini

bukan pertama kalinya kan kamu rasakan. Jadi sabar , ada

mama dan suamimu di sini yang menemani.

Pasien Narti : sakitnya luar biasa ,saya sudah tidak tahan lagi ( sambil

menangis kesakitan karena kontraksi )

suami : tidak boleh menyerah, harus semangat ayo berjuang untuk

anak kita ( sambil mengelus kepala istri).


2 jam kemudian , Bd. Indah kembali melakukan pemeriksaan dalam
dan pembukaan masih 6 cm , bidan tersebut sudah mulai curiga akan
adanya partus lama. Bidan memutuskan untuk membicarakan hal ini pada
keluarga pasien

Bd. Indah : pak , maaf sebelumnya saya harus sampaikan, ini tidak

diminta-minta yah pak, tapi karena melihat keadaan

istrinya bapak tampaknya persalinannya tidak mengalami

kemajuan, saya harap bapak bisa mempersiapkan

persiapan untuk rujukan ibu. Mohon brkas-berkasnya

dilengkapi bapak tau sendiri tempak kita sangat jauh dari

tempat rujukan, fasilitas pun kurang memadai. Tapi bapak

berdoa saja semoga ibu bisa melahirkan disini.

Suami : jadi istri saya harus dirujuk ? saya mohon usahakan

supaya istri saya melahrikan disini saja

Bd. Indah : saya juga harap istrinya bapak melahirkan disini tapi perlu

siap-siap saja pak kita akan tunggu 2 jam lagi kalau

memang tidak ada kemajuan bapak dan ibu harus

mengambil keputusan.

Selepas pembicaraan dengan bidan suami pasien menyampaikan


kepad aibu mertuanya dan mencoba untuk menjelaskan kepada pasien
tersebut.

Suami : tadi saya sudah bicara dengan bidan dan katanya kita

harus dirujuk.
Pasien Narti :saya tidak mau dirujuk, saya tidak mau di oprasi

pokoknya saya mau melahirkan disini saja.

Ibu : nak, ini persalinannya tidak maju-maju dan kasian sama

bayinya .jadi kita harus dirujuk

Pasien Narti : tidak bu, tidak ,saya tidak mau ( sambil menangis)

Karena tidak mau mendengarkan perkatan suami dan ibunya


akhirnya bidan pun memberitahu dan menjelaskan serta memberikan
komunikasi yang baik kepada pasien sehingga pasien akhirnya mau dirujuk .

Bd. Indah : ibu, ini belum pasti di rujuk, tapi kalau memang 2 jam

kemudian tidak ada perubahan kami akan merujuk ibu ,ini

demi keselamatan ibu dan bayi ibu sendiri.

Pasien Narti : Bidan ,saya tidak mau, anak pertama,saya di tolong sama

bidan dan melahirkan disini .kenapa sekarang saya harus

dirujuk.

Bd. Indah : ibu, melahirkan normal pada kehamilan pertama itu tidak

menentukan kalau persalinan kedua pun demikian, bisa

jadi ada faktor-faktor yang mengharuskan untuk

dilakukan tindakan. Saya mau rujuk ibu demi

kebaikannya ibu, kalau disini melahirkan peralatan kita

terbatas sementara ibu ini beresiko.jangan samapi

ditunggu sampai pembukaan lengkap itu bayi nya ibu

nanti bermasalah pada pernapasannya .kalau dirujuk

sekarang kita bisa sampai tepat waktu ,ibu tau sendirikan

perjalanan jauh, jalanan berliku-liku alat transportasinya


juga tidak terlalu memadai.

Pasien Narti : baiklah bidan, tapi bidan harus ikut dan temani saya.

Setelah 2 jam kemudian bidan melakukan pemeriksaan dalam dan hasilnya


tetap sama dan akhirnya pasien segera di rujuk.

Bd. Indah : tolong persliapkan rujukan, saya yang akan membawa

pasien dan tolong tetap jaga disini ,segera telpon saja jika

ada apa-apa.

Akhirnya Bd. Indah bersama keluarga pasien merujuk pasien ke


apsilitas kesehatan yang lengkap dan memadai meskipun ajrak begitu jauh
serta jalanan yang dilalui berliku-liku. Selang beberapa jam setalah bidan
merujuk seorang datang dengan muka kesakitan bersama wanita entah apa
itu saudaranya atau sekedar temannya.

Erni : assalamualaikum,,,assalamualaikum…!!! ( sambil

mengetuk pintu dengan begitu panik )

asisten : waalaikum musalam, silahkan masuk, ibu silahkan duduk

ada yang bisa saya bantu ?

erni : bidan , adik saya ini tampaknya mau melahirkan sejak tadi

pagi sudah merasakan kesakitan

asisten : maaf sebelumnya ibu, ibu warga baru di desa ini ? saya

sebelumnya tidak pernah melihat ibu ?

Pasien Erma :sebenarnya kami dari desa sebelah ,kebetulan lagi

berkunjung kerumah keluarga, saya kemarin baik-baik

saja tadi pagi kenapa baru merasakan sakit perut.

Asisten : Bidan yang bertugas disini sementara pergi merujuk , saya

telpon dulu yah bidannya.


Asisten yang menelpon bidan berkali-kali tidak bisa etrsambung
semakin tambah panik, ini mungkin karena faktor jaringan. Asisten terus
mencoba dan akhirnya tersambung juga.

Bd. Indah : hallo,,,iya kenapa ?

Asisten : bidan ,ada pasien yang datang mau melahirkan dan saya

tidak pernah melihat dia sebelumnya katanya dari desa

sebelah.

Bd. Indah : tolong lakukan anamnesa seperti biasanya yah.saya

hubungi bidan desanya dulu.

Bd. Indah : hallo, Assalamualaikum,kak minta maaf mengganggu, kak

saya dapat telpon dari asisten saya katanya di pustu ada

pasien dari desanya kakak mau melahirkan !

Bd. Eka : pasien saya ? siapa ?

Bd. Indah : saya juga kurang tau kak,karena saya lagi perjalanan

merujuk . minta tolong kakak kesana !

Bd. Eka : astagfirullah,,,kenapa bisa pasien saya sampai disitu, saya

siap-siap dulu baru segera kesana.

Bidan desa sebelah pun segera berangkat meskipun jarak antara desa
lumayan jauh tapi dia harus berangkat dan janlankan tugasnya untuk
menolong pasien.

Bd. Eka : Assalamualaikum….

Asisten : Waalaikum musalam, kak pasien……

Bd. Eka : iya ,saya sudah ditelpon Bd. Indah


Asisten : iya kak

Bd. Eka : ibu, sudah saya Tanya dari kemarin-kemarin jangan

bepergian tanggal persalinannya sudah dekat.

Pasien Erma : kemarin saya tidak apa-apa bidan kebetulan ada keluarga

yang syukuran jadi sekalian silaturahmi.

Erni : dari kemarin saya Tanya bidan tidak usa pergi, eh ..malah

mau sekali pergi yah begini jadinya .

Bd. Eka : untung dekat dari pustu kalau tidak bisa dibayangkan

sendiri.

Sementara Bd. Eka menolong persalinan di pustu , di mobil


ambulance Bd. Indah juga sementara berjuang di ½ perjalanan menuju
tempat rujukan pasien yang dirujuk tiba-tiba melahirkan di ambulance.
Hingga membuat Bd. Indah sedikit panik.

Pasien Narti : bidan ,sakit sekali sepertinya anak saya sudah mulai lahir

Bd. Indah : coba saya priksa dulu .

Ibu Fadya : jangan melahirkan dulu nak, perjalanan masih jauh ,ini

masih di mobil,bagaimana kalau terjadi apa-apa. Bidan

bagaimana ini?

Bd. Indah : sabar bu, jangan panik alat-alat untuk menolong selalu

kami bawah saat merujuk.

Suami : tolong lakukan yang terbaik buat istri saya , bidan.

Bd. Indah : subhanallah, Bu,ini bayinya sudah mau lahir, pak tolon

hentikan mobilnya ( teriaknya pada supir ambulance).

Pasien Narti : Ufffhhhh…sakit bidan..


Bd. Indah : tarik napas bu, yah bagus sedikit lagi…

Suami : tarik napas sayang…sebentar lagi anak kita lahir.

Bd. Indah : tarik napas bu, yaa bagus bu..alhamdullillah bayinya

sudah lahir, bayinya cowok bu. Ini jarang sekali terjadi,

saya mengalami ini lagi setelah 5 tahun , dulu saya juga

pernah merujuk dan pasiennya juga melahirkan di mobil

mungkin pengaruh guncangan yang terlalu kuat karena

jalanannya.

Setelah menangani persalinan akhirnya Bd.Indah memutuskan untuk


kembali ke pustu dan melakukan pengawasan persalinan di pustu. Akhirnya
kedua pasien yang bersalin dengan keadaan luar biasa ini bisa melahirkan
normal dan selamat. Meskipun banyak kendala yang dilalui termasuk pada
saat merujuk.

Anda mungkin juga menyukai