Anda di halaman 1dari 32

GANGUAN INTEGUMEN

AKIBAT INFEKSI PARASIT DAN JAMUR PADA KASUS SCABIES

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Oleh

Albertus Budi A. (30120110001)

Astri Nur Raharjo (30120110025)

Bibiana Pindani (30120110005)

Hernita Ariani (30120110009)

Yohana Ayu Ambarwati (30120110022)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN SANTO BORROMEUS

BANDUNG

2011
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem integumen(terutama kulit) merupakan suatu massa atau jaringan terbesar di


tubuh. Kulit bekerja melindungi struktur-struktur di bawahnya dan berfungsi sebagai
cadangan kalori. Kulit dan stres yang kita alami serta berdampak pada penghargaan orang
lain terhadap kita. Suatu kondisi stres psikologis pada keadaan sakit atau pada berbagai
masalah pribadi, serta keluaraga pada umumnya akan bermanifestasi keluar sebagai masalah
sistem integumen. Pada kondisi klinik pasien yang dirawat di rumah sakit dapat secara tiba-
tiba mengalamin gatal-gatal dan ruam yang terjadi sekunder akbat pengobatannya.

Sebagai sistem orgam tubuh yang paling luas, kulit tidak bisa terpisahkan dari
kehidupan manusia. Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan oragan-organ internal
dengan lingkungan luar dan turut berpatisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang vital. Kulit
tersambung pada membran mukosa pada ostium eksterna sistem gastrointestinal, respiratorius
, dan urogenetalis. Oleh karena kelainan mudah terlihat, keluhan sistem integumen dapat
menjadi alasan utama mengapa pasien mencari pelayanan kesehatan.

Salah satu gangguan integumen yaitu terjadi akibat jamur dan parasit. Terdapat
bermacam-macam penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem ini, yaitu tinea pedis,
tinea corporis, tinea capitis, tinea curis, dan scabies. Dalam makalah ini penulis akan
membahas mengenai asuhan keperawatan scabies. Scabies sering dijumpai pada orang-orang
miskin yang hidup dengan kondisi higiene dibawah standar, walaupun juga sering terdapat
diantara oarang-orang yang sangat bersih. Kutu scabies sering mejangkiti jari-jari tangan, dan
sentuhan tangan yang dapat menimbulkan infeksi. Gejala yang sering terjadi adalah gatal-
gatal yang akan terasa pada malam hari.

Lokasi lainnya adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki, ujung-ujung
sendi siku, daerah disekitar puting susu, lipatan axilla, dibawah payudara yang menggantung,
dan pada atau didekat lipat paha atau lipat gluteus, serta penis atau skrotum.
B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:

1. Mahasiswa mampu mendiskripsikan berbagai penyakit jamur-parasit pada


sistem integumen

2. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi atau maslah keperawatan


pada pasien dengan gangguan scabies

3. Melakukan pengkajian, diagnosa, dan intervensi keperawatan untuk


menurunkan masalah pasien dengan gangguan scabies

C. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu: Mahasiwa dapat mendeskripsikan


berbagai penyakit jamur parasit pada sistem integumen, menjelaskan
patofisiologi, melakukan pengkajian, diagnosa, dan membuat NCP untuk
menyelesaikan masalah pasien dengan gangguan scabies.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisna makalah ini, yaitu studi pustaka,
mencari bahan di perpustakaan dan internet, serta konsultasi dengan dosen
pembimbing.
BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Anatomi dan Fisiologi Kulit

Kulit adalah Lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan melindungi
tubuh dari bahaya yang datang dari luar dan berfungsi untuk menutupi dan melindungi
permukaan tubuh. Lapisan kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan
subkutis.

Lapisan epidermis merupakan struktur lapisan kulit terluar. Ketebalan lapisan


epidermins kurang lebih 1mm. Terdiri dari 5 lapisan di dalamnya, yaitu : stratum
korneum, stratum lucidum, stratum granulosum, stratum spinosum, stratum basal.

Lapisan dermis, yaitu lapisan di bawah epidermis. Terdiri dari 2 lapisan yaitu:

1. Lapisan Papilla
Dikenal dengan lapisan subepitel karena di bawah lapisan epidermis dan tersusun dari
sel-sel fibroblast yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen.
2. Lapisan Retikulosa
Terdiri dari jaringan ikat. Memiliki serabut kolagen yang kasar dan berkas serabut
yang saling bersilangan membentuk seperti jaring. Terletak di bawah lapisan papilaris
dan tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat, serta
sebasea dan akar rambut.

Lapisan subkutis, yaitu Lapisan kulit yang paling dalam yang terdiri dari jaringan
adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot
dan tulang. Banyak mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf, serta
terdapat gulungan kelenjar keringat dan dasar dari folikel rambut yang memungkinkan
mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas tubuh.

Fungsi Kulit, yaitu sebagai berikut:


1. Sebagai pelindung
2. Sebagai alat peraba
3. Sebagai alat pengatur panas
4. Sebagai tempat penyimpanan
5. Sebagai tempat absorpsi
6. Sebagai ekskresi
7. Sebagai pembentuk warna kulit

B. Definisi Gangguan Integumen Akibat Infeksi Jamur dan parasit

Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.


Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis, yaitu mikosis superficial
dan mikosis sistemik. Mikosis superfisial merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku,
dan rambut terutama disebabkan oleh 3 genera jamur, yaitu Trichophyton, Microsporum,
dan Epidermophyton. Sedangkan mikosis sistemik merupakan mikosis yang menyerang
alat-alat dalam, seperti jaringan sub-cutan, paru-paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus,
dan vagina.

Beberapa jenis mikosis superfisial antara lain sebagai berikut

1. Tinea capitis
Merupakan infeksi jamur yang menyerang stratum corneum kulit kepala dan
rambut kepala, yang disebabkan oleh jamur Mycrosporum dan Trichophyton.
Gejalnya adalah rambut yang terkena tampak kusam, mudah patah dan tinggal
rambut yang pendek-pendek pada daerah yang botak. Pada infeksi yang berat dapat
menyebabkan edematous dan bernanah.
2. Tinea favosa
Merupakan infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan kuku.
Penyebabnya adalah Trichophyton schoenleinii. Gejalnya berupa bintik-bintik
putih pada kulit kepala kemudian membesar membentuk kerak yang berwarna
kuning kotor. Kerak ini sangat lengket daln bila diangkat akan meninggalkan luka
basah atau bernanah.
3. Tinea barbae
Merupakan infeksi jamur yang menyerang daerah yang berjanggut dan kulit leher,
rambut dan folikel rambut. Penyebabnya adalah Trichophyton mentagrophytes,
Trichophyton violaceum, Microsporum cranis.
4. Dermatophytosis (Tinea pedis, Athele foot)
Merupakan infeksi jamur superfisial yang kronis mengenai kulit terutama kulit di
sela-sela jari kaki. Dalam kondisi berat dapat bernanah. Penyebabnya adalah
Trichophyton sp.
5. Tinea cruris
Merupakan infeksi mikosis superfisial yang mengenai paha bagian atas sebelah
dalam. Pada kasus yang berat dapat pula mengenai kulit sekitarnya. Penyebabnya
adalah Epidermophyton floccosum atau Trichophyton sp.
6. Tinea versicolor (panu)
Merupakan mikosis superfisial dengan gejala berupa bercak putih kekuning-
kuningan disertai rasa gatal, biasanya pada kulit dada, bahu punggung, axilla, leher
dan perut bagian atas. Penyebabnya adalah Malassezia furtur.

malassezia furfur

7. Tinea circinata (Tinea corporis)


Merupakan mikosis superfisial berbentuk bulat-bulat (cincin) dimana terjadinya
jaringan granulamatous, pengelupasan lesi kulit disertai rasa gatal. Gejalanya
bermula berupa papula kemerahan yang melebar.
8. Otomycosis (Mryngomycosis)
Merupakan mikosis superfisial yang menyerang lubang telinga dan kulit di
sekitarnya yang menimbulkan rasa gatal dan sakit. Bila ada infeksi sekunder akan
menjadi bernanah. Penyebabnya adalah Epidermophyton floccosum dan
Trichophyton sp.

Beberapa jenis mikosis sistemik antara lain sebagai berikut.


1. Nocardiosis
Merupakan mikosisi yang menyerang jaringan subkutan, yakni terjadi
pembengkakan jaringan yang terkena dan terjadinya lubang-lubang yang
mengeluarkan nanah dan jamurnya berupa granula. Penyebabnya adalah Nocardia
asteroides.
2. Candidiasis
Merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku atau organ tubuh seperti Jantung
dan paru-paru, selaput lendir dan juga vagina. Infeksi ini terjadi karena faktor
predisposisi, misalnya diabetes, AIDS, daerah kulit yang lembab dan obesitas.
Penyebabnya adalah Candida albicans.
3. Actinomycosis
Merupakan mikosis yang ditandai dengan adanya jaringan granulomatous,
bernanah disertai dengan terjadinya abses dan fistula. Penyebabnya adalah
Actinomyces bovis.
4. Maduromycosis (Madura foot)
Merupakan mikosis pada kaki yang ditandai dengan terjadinya massa
granulomatous yang biasanya meluas ke jaringan lunak dan tulang kaki. Gejalanya
dimulai dengan adanya lesi pada tapak kaki bagian belakang, timbul massa
granulomatous dan abses yang kemudian terjadi sinus-sinus yang mengeluarkan
nanah dan granula. Penyebabnya adalah Allescheris boydii, Cephalosporium
falciforme, Madurella mycetomi, dan Madurella grisea
5. Coccidioidomycosis
Merupakan mikosis yang mengenai paru-paru yang disebabkan oleh Coccidioides
immitis. Gejalnya mirip dengan pneumonia yang lain, berupa batuk dengan atau
tanpa sputum yang biasanya disertai dengan pleuritis,
6. Sporotrichosis
Merupakan mikosis yang bersifat granulomatous menimbulkan terjadinya benjolan
gumma, ulcus dan abses yang biasanya mengenai juga kulit dan kelenjar lympha
superfisial. Penyebabnya adalah Sporotrichum schenckii. Gejala awalnya berupa
benjolan (nodul) di bawah kulit kemudian membesar, merah, meradang,
mengalami nekrosis kemudian terbentuk ulcus. Nodul yang sama terjadi sepanjang
jaringan lympha.
7. Blastomycosis
Merupakan mikosis yang menyerang kulit, paru-paru, viscera, tulang dan sistem
saraf. Penyebabnya adalah Blastomyces dermatitidis dan Blastomyces
brasieliensis. Blastomycosis kulit gejalanya brupa papula atau pustula yang
berkembang menjadi ulcus kronis dengan jaringan granulasi pada alasnya. Kulit
yang sering terkena adalah wajah, leher, lengan dan kaki. Bila menyerang organ
dalam, gejalanya mirip tuber

C. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Scabies

1. Definisi
Menurut Handoko (2007), scabies adalah penyakit kulit menular yang
disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau (mite) Sarcoptes scabei.
Penyakit ini dikenal juga dengan nama the itch, gudik, atau gatal agogo.
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal
sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk
kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.

Klasifikasi Scabies
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal,
sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara
lain (Sungkar, S, 1995):

a. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).


Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit
jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.

b. Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga
gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa
terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa,
distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
c. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal
dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau
scabies.
Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan.
Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun
meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.

d. Skabies yang ditularkan melalui hewan.


Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan
skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan
genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan.
Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat
sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var.
binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.

e. Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi
biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan
dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa
gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat
menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).
Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun
tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.

f. Skabies pada bayi dan pasien.


Lesi scabies pada pasien dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder
berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi
di muka. (Harahap. M, 2000).

g. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).


Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat
tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).

2. Etiologi

Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian
hominis. Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis.
Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik
merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya
rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.

3. Manifestasi Klinik

Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :


a. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lembab dan panas.
b. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seleruh
anggota keluarga.
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang
1cm, pada uung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya
daerah dengan stratum komeum tpis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae
dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan
seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit
kepala dan wajah.
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemikan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.

Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya sedikit
sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama,
dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.

4. Patofisiologi

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan
sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan
tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh sensitisasi terhadap secret dan ekskret
tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat it
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan
kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulitstratum corneumdan lucidum


membuatterowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalamterowongan inilah Sarcoptes betina bertelur
dandalam waktu singkat telur tersebut menetasmenjadi hypopi yakti sarcoptes muda dengan tiga
pasang kaki. Akibat terowongan yang digaliSarcoptes betina dan hypopi yangmemakan sel-sel di
lapisan kulit itu,penderita mengalami rasa gatal,akibatnya penderita menggarukkulitnya
sehingga terjadi infeksiektoparasit dan terbentuk kerakberwarna coklat keabuan yang berbau
anyir.
PATHWAY SCABIES

Tungau scabies penderita


sendiri dan digaruk
Kontak kulit kuat

Timbul lesi di pergelangan


tangan
Gatal-gatal Tidak dapat tidur Gangguan pola tidur
pada malam hari

Ansietas Sensitivitas

Waktu 1 bulan
pasien cemas terhadap proses
penyakitnya Timbul papul, vesikel, urtika, erosi, krusta

Kelainan kulit dermatitis Resiko Nyeri akut


menyebar luas infeksi

Kerusakan integritas

Rasa malu dengan penampilan Gangguan citra tubuh


tubuhnya, pasien kurang PD
5. Penatalaksanaan

Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai
pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.

Jenis obat topical :

a.Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada
bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan
efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena
tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat
menimbulkan iritasi.

b. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan


setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan
kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.

c.Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau losio,
termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan,
dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada pasien dibawah umur 6
tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya
cukup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu kemudian.

d. Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai


antiscabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim
(eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-
turut dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian.
e.Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena sangat
mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.

f. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya


bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.

6. Konsep Asuhnan Keperawatan


a. Pengkajian Keperawatan

 Biodata
a. Identitas pasien
b. Identitas penanggungjawab

 Riwyat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan
gatal terutama pada malam hari.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema
karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk RS karena alergi
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien
alami yaitu kurap, kudis.

 Pola fungsi kesehatan


a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak terjadi
perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit : Berpakaian
Makan Eliminasi
Mandi Mobilisasi di tempat tidur

c. Pola istirahat tidur


Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada
malam hari.

d. Pola nutrisi metabolik


Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.

e. Pola eliminasi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, warna kuning bau khas dan BAK
4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.

f. Pola kognitif perceptual


Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan
penglihatan normal.

g. Pola peran hubungan

h. Pola seksual reproduksi


Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.

i. Pola koping
F Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal, dan
pasien menjadi malas untuk bekerja.
F Kehilangan atau perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas
sehari-hari.
F Takut terhadap kekerasan : tidak
F Pandangan terhadap masa depan
F Klien optimis untuk sembuh
Analisa Data

Pengelompokan Data Etiologi Masalah Keperawatan


DO: Terdapat lesi di Tungau scabies penderita sendiri dan digaruk Nyeri akut
pergelangan tangan
klien Kontak kulit kuat

DS: Klien mengeluh Timbul lesi di pergelangan tangan


nyeri di daerah
pergelangan tangan dan Gatal-gatal
jari-jari
Sensitivitas terhadap secret

Waktu 1 bulan setelah infeksi

Timbul papul, vesikel, urtika, erosi, krusta

Nyeri akut

DO: Terdapat lesi, Tungau scabies penderita sendiri dan digaruk Gangguan pola tidur
papul, vesikel, urtika,
erosi, krusta. Kontak kulit kuat

DS: Klien mengeluh Timbul lesi di pergelangan tangan


gatal-gatal pada malam
hari Gatal-gatal

Tidak dapat tidur pada malam hari

Gangguan pola tidur

DO: Timbul papul, Tungau scabies penderita sendiri dan digaruk Gangguan citra tubuh
vesikel, urtika, erosi,
krusta pada Kontak kulit kuat
pergelangan tangan
klien Timbul lesi di pergelangan tangan

DS: Klien menmgeluh Gatal-gatal


malu dan kurang
percaya diri dengan Sensitivitas terhadap secret
penampikan tubuhnya.
Waktu 1 bulan setelah infeksi

Timbul papul, vesikel, urtika, erosi, krusta

Kelainan kulit dermatitis menyebar luas

Kerusakan integritas jaringan kulit

Rasa malu dengan penampilan tubuhnya,


pasien kurang PD

DO: Timbul papul, Ansietas


Tungau scabies penderita sendiri dan digaruk
vesikel, urtika, erosi,
krusta dipergelangan
Kontak kulit kuat
tangan klien dan
semakin menyebar luas
Timbul lesi di pergelangan tangan

DS: Klien mengeluh


Gatal-gatal
cemas dan takut
terhadap penyakitnya
Sensitivitas terhadap secret

Waktu 1 bulan setelah infeksi

Timbul papul, vesikel, urtika, erosi, krusta

Kelainan kulit dermatitis menyebar luas


Pasien cemas terhadap proses penyakitnya

Ansietas

DO: Timbul papul, Tungau scabies penderita sendiri dan digaruk Kerusakan intregitas kulit
vesikel, urtika, erosi,
krusta dipergelangan Kontak kulit kuat
tangan klien
Timbul lesi di pergelangan tangan
DS: klien mengeluh
gatal-gatal pada Gatal-gatal
pergelengan tangan
klien Sensitivitas terhadap secret

Waktu 1 bulan setelah infeksi

Timbul papul, vesikel, urtika, erosi, krusta

Kelainan kulit dermatitis menyebar luas

Kerusakan integritas jaringan kulit

DO: Timbul papul, Resiko infeksi


Tungau scabies penderita sendiri dan digaruk
vesikel, urtika, erosi,
krusta dipergelangan Kontak kulit kuat
tangan klien
Timbul lesi di pergelangan tangan
DS: klien mengeluh
gatal-gatal pada Gatal-gatal
pergelengan tangan
klien Sensitivitas terhadap secret

Waktu 1 bulan setelah infeksi


Timbul papul, vesikel, urtika, erosi, krusta

Resiko infeksi
b. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi ditandai dengan pasien mengungkapkan secara verbal.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun pada malam hari akibat rasa ketidaknyamanan nyeri dan gatal pada
malam hari
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya edema
6. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan dan peningkatan pajanan dengan lingkungan

N Diagnosa keperawatan Perencanaan


Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
o
1. Nyeri akut berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji intensitas nyeri, 1. Nyeri selalu dirasakan pasien
dengan agen cidera asuhan keperawatan diharapkan nyeri karakteristik dan terutama pada malam hari
biologi ditandai dengan pasien dapat teratasi dengan catat lokasi. karena akibat dari aktivitas
KH:
pasien mengungkapkan S.scabiei di malam hari. Nyeri
1. Nyeri terkontrol
secara verbal. 2. Gatal mulai hilang tergantung pada beberapa derajat
3. Pus hilang
beratnya keterlibatan jaringan.
4. kulit tidak memerah
Perubahan
lokasi/karakter/intensitas nyeri
dapat menindikasikan terjadinya
komplikasi (contoh iskemia
tungkai) atau
2. Berikan perawatan perbaikan/kembalinya fungsi
kulit dengan sering, saraf/sensasi.
hilangkan
2. Perawatan kulit dapat
rangsangan
membantu menghilangkan
lingkungan yang
S.scabiei sehingga nyeri dapat
kurang
hilang. Suhu berubah dan
menyenangkan.
gerakan udara dapat
3. Kolaborasi dengan
menyebabkan nyeri hebat pada
dokter untuk
pemajanan ujung saraf.
pemberian
3. Pemberian analgesic
analgesic.
membantu untuk meningkatkan
ambang nyeri sehingga pasien
tidak dapat merasakan nyerinya
lagi. Metode IV sering
4. kolaborasi
digunakan pada awal untuk
pemberian
memaksimalkan efek obat.
antibiotika. 4. Antibiotik dapat diberikan
untuk menghilangkan S.scabiei.
2 Gangguan pola tidur Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tidur pasien 1. Mengkaji berapa jam pasien
berhubungan dengan asuhan keperawatan diharapkan tidur tidur dalam sehari, mengkaji
sering terbangun pada pasien tidak terganggu. penyebab pasien mengalami
KH :
malam hari akibat rasa 1. Mata pasien tidak bengkak lagi. 2. Berikan gangguan tidur.
2. Pasien tidak sering terbangun di 2. Dengan modifikasi
ketidaknyamanan nyeri kenyamanan pada
malam hari.
lingkungan tempat tidur dapat
dan gatal pada malam 3. Pasien tidak pucat. pasien (kebersihan
meningkatkan kenyaman pasien
hari ditandai dengan tempat tidur pasien,
saat tidur sehingga pasien tidak
tiap malam pasien kurangi kebisingan
terbangun lagi. Lingkungan
rewel, mata pasien pasien)
yang bising akan mengganggu
bengkak, pasien pucat
pasien yang sedang tidur
3. Kolaborasi dengan sehingga pasien dapat terbangun
3. Analgetik membantu untuk
dokter pemberian
mengurangi nyeri yang biasanya
analgetic.
dirasakn pada malam hari yang
dapat menimbulkan gangguan
tidur, dengan pemberian
analgetik berarti membantu
4. Berikan minum pasien untuk tidur dengan
hangat (susu) jika nyaman.
4. minuman hangat terutama
perlu.
susu dapat merilekskan tubuh
sehingga meningkatkan
5. klasik sebagai
kenyamanan tidur.
pengantar tidur
5. Musik klasik merupakan
musik yang dapat membuat
tubuh rileks sehingga dapat
memberikan kenyamanan pasien
saat tidur.
3. Gangguan citra tubuh Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong individu 1. Episode traumatik
berhubungan dengan asuhan keperawatan diharapkan pasien untuk mengakibatkan perubahan tiba-
perubahan dalam tidak mengalami gangguan dalam cara mengekspresian tiba. Tak diatisipasi, membuat
penampilan ditandai penerapan citra diri. perasaan khususnya perasaan kehilangan actual/yang
KH :
dengan pasien mengenai pikiran, dirasakan.. ini memerlukan
1. Mengungkapkan penerimaan atas
mengungkapkan bahwa pandangan dirinya. dukungan dalam perbaikan
penyakit yang di alaminya.
dia malu dengan 2. Mengakui dan memantapkan optimal.
2. Terima dan akui
2. Penerimaan perasaan sebagai
keadaan kulitnya, kembali system dukungan yang ada
ekspresi frustasi,
repons normal terhadap apa
pasien tidak percaya diri
ketergantungan,
yang terjadi membantu
marah. Perhatikan
perbaikan. Ini tidak membantu
perilaku menarik
atau kemungkinan mendorong
diri dan
pasien sebelum siap untuk
pengguanaan
menerima situasi. Penyangkalan
penyangkalan.
mungkin lama dan mungkin
mekanisme adaptif, karena
pasien tidak siap mengatasi
masalah tersebut.
3. Bantu pasien dan 3. Mekanisme koping dapat
keluarga untuk mencegah atau menghindari
mengidentifikasi adanya situasi yang
mekanisme koping menimbulkan pasien tidaak
dan kekuatan percaya diri.
personal
4. meningkatkan kepercayaan
4. Berikan realistis dan
dan mengadakan hubungan
positif selama
antara perawat dan pasien.
pengobatan
5. Meningkatkan perilaku positif
5. Berikan harapan
dan memberikan kesempatan
dalam parameter
untuk menyusun tujuan dan
situasi individu.
rencana untuk masa depan
Jangan memberikan
berdasarkan realita.
keyakinan yang
salah.
4. Ansietas berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan penjelasan 1. Pengetahuan apa yang
dengan ancaman konsep asuhan keperawatan diharapkan pasien dengan sering dan diharapkan menurunkan
diri ditandai dengan tidak cemas lagi. informasi tentang ketakutan dan ansietas,
KH :
pasien cemas, prosedur perawatan memperjelas kesalahan konsep,
1. Pasien tidak resah
ketakutan, perasaan 2. Pasien tampak tenang dan mampu dan meningkatkan kerjasama.
2. Kaji status mental,
menerima kenyaataan 2. Pada awal terkena scabies,
tidak adekuat,
3. Pasien mampu mengidentifiasi dan etrmasuk suasana
pasien dapat menggupasienn
iritabilitas mengungkapkan gejala cemas
hati/afek, ketakutan
penyangkalan dan repesi untuk
pada kejadian, dan
menurunkan dan menyaring
isi pikiran, contoh
informasi keseluruhan karena
ilusi atau pada pasien dengan scabies
manifestasi panic kulitnya akan mengelupas
seluruh tubuh. Beberapa pasien
menunjukkan tindakan tenang
dan status mental waspada,
menunjukkan disosiasi
kenyataan, yang juga
3. Bantu pasien merupakan mekanisme
mengenal situasi perlindungan.
3. Dengan pasien mengenal
yang menimbulkan
situasi yang menimbulkan
kecemasan.
kecemasan, pasien akan mecarai
koping yang tepat untuk
4. Berikan informasi
mencegah dan menghindari
aktual tentang
situasi tersebut.
diagnosis, tindakan
4. Pernyataan kompensasi
prognosis.
menunjukkan realitas situasi
yang dapat membantu pasien
5. Berikan obat untuk
dan orang terdekat menerima
mengurangi
realitas dan mulai menerima apa
kecamasan
yang terjadi.
5. Obat ansietas deperlukan
untuk periode singkat sampai
pasien lebih stabil secara psikis
dan fokus internal control
ditingkatkan.
5 Kerusakan integritas Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji/catat ukuran, 1. Mengkaji ukuran untuk
kulit berhubungan asuhan keperawatan diharapkan warna, kedalaman mengukur seberapa luas
dengan adanya edema lapisan kulit pasien terlihat normal. luka, perhatikan jaringan kulit yang rusak. Warna
KH :
ditandai dengan kulit jaringan nekrotik kulit yang kemerahan
1. Integritas kulit yang baik dapat
mengelupas, memerah, dan kondisi sekitar merupakan salah satu tanda
dipetahankan (sensasi, elastisitas,
terdapat lesi dikulit luka. infeksi. Kedalaman luka
temperatur).
2. Anjurkan pasien
seluruh tubuh 2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit. berguna untuk mengetahui
3. Mampu melindungi kulit dan menggunakan
sedalam mana kulit yang
mempertahankan kelembapan kulit
pakaian yang
serta perawatan alami. terkena. Kulit yang mengalami
4. Perfusi jaringan baik . longgar.
nekrotik akan berwarna hitam
karena kurangnya suplai darah
3. Jaga kebersihan
akibat aktivitas S.scabiei.
kulit agar tetap
2. Pekaian yang sempit dapat
bersih dan kering.
mengurangi kelancaran suplai
darah sehingga integritas kulit
menjadi rusak.
3. Kulit yang terkena S.scabiei
mudah terjadi infeksi jika tidak
sering dibersihkan karena kulit
4. Mandikan pasien terpapar langsung oleh dunia
dengan air hangat luar. Pembersihan kulit untuk
dan sabun menyiapkan jaringan untuk
penanaman dan menurunkan
resiko infeksi.
4. Air hangat membantu
melancarkan sirkulasi darah
sehingga mencegah kerusakan
integritas kulit. Sabun berfungsi
untuk mencegah
mikroorganisme masuk ke
dalam kulit, mencegah jaringan
nekrotik dan untuk membantu
menghilangkan S.scabiei.
6 Resiko infeksi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan 1. Pada penderita scabies
berhubungan dengan asuhan keperawatan diharapkan pasien gejala infeksi. kulitnya akan mengelupas
kerusakan jaringan dan tidak terjadi resiko infeksi. sehingga dapat menimbulkan
KH :
peningkatan pajanan resiko infeksi. Jadi perawat
1. Pasien bebas dari tanda dan gejala
dengan lingkungan infeksi. harus selalu memonitor tanda
2. Menunjukan kemampuan untuk
dan gejala infeksi.
mencegah timbulnya infeksi.
2. Monitor 2. Pasien-pasien lebih mudah
3. Menunjukkan perilaku hidup sehat.
4. Mendeskripsikan proses penularan kerentanan terkena resiko infeksi karena
penyakit, factor yang mempengaruhi terhadap infeksi. system imun pasien rendah.
penularan dan penatalaksanaannya. 3. Batasi pengunjung 3. Mencegah kontaminasi silang
bila perlu. dari pengunjung. Masalah resiko
infeksi harus seimbang melawan
kebutuhan pasien untuk
dukungan keluarga dan
4. Instruksikan pada
sosiaslisasi.
pengunjung untuk
4. Individu yang datang ke
mencuci tangan
pasien harus mencuci tangan
saat berkunjung
dulu untuk mencegah
dan setelah
kontaminasi silang, menurunkan
meninggalkan
resiko infeksi.
pasien.
5. Pertahankan
5. Mencegah terpajan pada
lingkungan aseptik
mikroorganisme infeksius pada
selama
alat yang dipasang.
pemasangan alat.
6. Berikan perawatan
6. Perawatan kulit berfungsi
kulit pada area
untuk membersihkan area luka
epidema.
dari kotoran dan kuman yang
dapat menginfeksi kulit yang
terkena scabies.
7. Inspeksi kulit dan
7. Membran mukosa yang
membrane mukosa
kemerahan dan panas
terhadap merupakan tanda-tanda
kemerahan, panas. inflamasi, tanda inflamasi
merupakan salah satu tanda
infeksi juga
8. Inspeksi kondisi 8. Memeriksa apabila luka
luka terdapat pus, kemerahan,
bengkak karena itu merupakan
salah satu tanda infeksi.
9. Berikan terapi 9. Antibiotik pilihanpada infeksi
anibiotik bila scabies berguna melawan
perlu. organism gram negative/gram
positif.
10. Pasien diharuskan
10. Ajarkan cara
melaporkan pada perawat jika
menghindari
ada tanda-tanda kemerahan,
infeksi.
terdapat pus, bengkak, panas,
dan nyeri.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Scabies sering dijumpai pada orang-orang miskin yang hidup dengan kondisi higiene
dibawah standar, walaupun juga sering terdapat diantara oarang-orang yang sangat bersih.
Kutu scabies sering mejangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan yang dapat menimbulkan
infeksi. Gejala yang sering terjadi adalah gatal-gatal yang akan terasa pada malam hari.

Lokasi lainnya adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki, ujung-ujung
sendi siku, daerah disekitar puting susu, lipatan axilla, dibawah payudara yang menggantung,
dan pada atau didekat lipat paha atau lipat gluteus, serta penis atau skrotum.

Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.


Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis, yaitu mikosis superficial dan
mikosis sistemik. Mikosis superfisial merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku, dan
rambut terutama disebabkan oleh 3 genera jamur, yaitu Trichophyton, Microsporum, dan
Epidermophyton.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid :
1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis

Harahap. M, 2000. Ilmu penyakit kulit. Hipokrates. Jakarta.

Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

Anda mungkin juga menyukai