Anda di halaman 1dari 14

Mekanisme dan Fungsi dari Alat Pendengaran

Erly Furhana Furny Binti Saharudin


10- 2012- 476

Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)


Alamat korespondensi : Universitas Kristen Krida Wacana,
Jalan Arjuna Utara, No 6, Jakarta 11510.
erly_ana92@yahoo.com
Pendahuluan

Makalah ini membahaskan masalah yang dihadapi oleh seorang laki-laki berusia 65
tahun yang mengeluh telinga kirinya terasa kurang jelas dibandingkan dengan telinga kanan
sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu. Dalam kasus ini, istilah yang tidak diketahui adalah
test cara Rinne, cara Weber dan cara Schwabach dan garpu penala. Tiga test tersebut adalah
test untuk menguji pendengaran. Perberdaannya akan dibahaskan di perbahasan. Garpu
penala pula adalah suatu alat dari baja melengkung berbentuk U, bertangkai di bagian tengah
sebagai pegangan. Jika salah satu ujung diketukkan, akan terjadi getaran harmonis
berfrekuensi tetap yang merupakan nada dasar garpu penala itu. Garpu penala dipakai untuk
memperoleh frekuensi standar, untuk pengkajian nada pada alat musik, dan penelitian
pendengaran. Garpu penala dipakai untuk memperoleh frekuensi standar, untuk pengkajian
nada pada alat musik, dan penelitian pendengaran.1 Rumusan masalah adalah laki-laki
berusia 65 tahun mengalami gangguan pendengaran pada telinga kiri sejak 2 minggu yang
lalu. Analisis masalah dapat dilihat pada mindmap dibawah.

Struktur
telinga

Penurunan
Faktor yang ketajaman Mekanisme
mempengaruhi pendengaran pendengaran

Test
ketajaman
pendengaran
Hipotesis bagi kasus ini adalah, seorang berusia lanjut lebih beresiko mengalami gangguan
pendengaran. Sasaran pembelajaran adalah mampu memahami struktur alat pendengaran dan
fundi setiap bagiannya, mampu memahami mekanisme pendengaran, mampu memahami test
ketajaman pendengaran dan mampu mengetahui factor yang mempengaruhi gangguan
pendengaran

Perbahasan

Stimulus suara terjadi ketika gerakan atau getaran dari suatu obyek menyebabkan
perubahan tekanan udara, air atau media lainnya yang elastis yang mengelilingi obyek. 2
Proses penyaluran suara adalah dari telinga yang megubah gelombang suara di lingkungan
luar menjadi potensial aksi di saraf pendengaran. Gelombang diubah oleh gendang telinga
dan tulang-tulang pendengaran menyebabkan terjadinya gerakan-gerakan lempeng kaki
stapes. Gerakan ini menimbulkan gelombang dalam cairan telinga dalam. Efek gelombang
pada organ Corti menimbulkan potensial aksidi serat-serat saraf. Organ yang berperan untuk
proses pendengaran ini adalah telinga.

Struktur telinga

Telinga adalah organ sensoris yang sangat sensitif yang menerima dan mengubah
suara menjadi impuls saraf yang nantinya akan diinterpretasikan di pusat sensoris otak. Organ
pendengaran ini terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga luar yang berfungsi untuk menangkap gelombang udara terbagi dua yaitu aurikula
dan meatus akustikus externus. Aurikula pula terdapat banyak bagian yan bisa dilihat secara
anatomi. Bagian – bagian yang terdapat pada aurikula adalah helix, scapha, fossa triangularis,
antihelix, concha auriculae, crus helix, crura antihelices, tragus, incisura intertragica,
antitragus dan lobulus auriculae.
Gambar 1 : Bagian-bagian yang terdapat pada aurikula
Sumebr : Netter F.H. Atlas of anatomy. 5th edition. Saunders Elsevier. USA. 2011. p93
Aurikula terdiri atas lempeng tulang rawan elastis dengan bentuk tidak teratur,
dibungkus perikondrium yang mengandung banyak serat elastis. Kulit yang menutupi tulang
rawan mempunyai lapis subkutan jelas hanya di bagian posterior aurikula. Ia dilengkapi
beberapa rambut pendek dan kelenjar sebasea terkait. Kelenjar keringat jarang dan bila ada
hanya kecil-kecil. Pada jaringan subkutan pada bagian ini terdapat otot skelet. Tetapi di
bagian lobulus tidak terdapat jaringan lemak.
Meatus akustikus eksternus adalah saluran yang terbentang antara aurikula sampai ke
membrana timpani dengan panjang kira-kira 2,5 cm. meatus akustikus eksternus ini terbagi
kepada 2 bagian. 1/3 luar dasarnya merupakan lanjutan dari tulang rawan aurikula dan 2/3
dalam dasarnya adalah tulang temporal.
Gambar 2 : Telinga
Sumber : Patrik W.T, Thomas R.G. Atlas anatomi edisi bahasa latin. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2009.hal 360

Kulit yang melapisi meatus ini adalah tipis dan melekat erat pada perikondrium dan
periosteum di bawahnya. Terdapat rambut halus pada kulit tersebut dan kelejar sebasea pada
folikel rambut sangat besar. Kulit pada segmen ini juga mengandung kelenjar seruminosa
yang merupakan modifikasi kelenjar keringat menjadi kelenjar apokrin. Kelenjar seruminosa
apabila bercampur kelenjar sebasea akan menghasilkan serumen yaitu secret sejenis lilin
coklat. Serumen ini diduga membuat kulit yang melapisi meatus setempat kedap air dan
bersama rambut-rambut tadi mencegah kemasukan serangga. .jadinya, rambut halus dan
serumen sebagai protektif.3
Membrana timpani
Gambar 3 : Bagian membrana timpani, tampak lateral
Sumber : Patrik W.T, Thomas R.G. Atlas anatomi edisi bahasa latin. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2009.hal 360

Membrana timpani adalah suatu membran yang membatasi telinga luar dan dalam.
Membran ini berbentuk oval dan semi transparan. Membran ini dibentuk oleh tiga lapisan
yaitu pada lapis luar dilapisi epidermis tipis dan pemukaan dalamnya dilapsi epitel selapis
kubis. Lapis tengah pula terdiri dari serat kolagen dan fibroelastis. Lapis dalam terdapat
mukosa yang terdiri atas epitel selapis kubis dan lamina propria tipis. Pada kwadran
anteroposterior terdapat bagian lunak yang disebut membran Schrapnell. Ini adalah daerah
segitga kecil, pars flaccida yang longgar dan hamper bebas serat kolagen.4

Telinga tengah pula mencakup kavum timpani, tuba eustachii dan ruang mastoid.
Kavum timpani adalah ruang berisi udara berbentuk tidak teratur. Ianya berdiameter 6-15
mm. Kavum ini terletak di dalam tulang temporal. Dinding lateralnya sebagian besar
dibentuk oleh membrana timpani dan dinding medialnya oleh tulang dari telinga dalam. Ke
posterior, ia menyatu dengan rerongga berisikan udara dari proses mastoid tulang temporal,
dan ke anterior ia berlanjut ke dalam tuba eustachii, yang menghubungkan kavum timpani
dan nasofaring. Kavum mengandung tiga tulang pendengar dan muskulus tensor timpani dan
muskulus stapedius yang berhubungan dengan tulang pendengar. Kavum ini dilapisi epitel
selapis gepeng, namun dekat muara tuba eustachii dan dekat tepian membrana timpani, ia
adalah kuboid dan mungkin bersilia. Namun tidak terdapat kelenjar di sini.
Terdapat tiga tulang pendengar. Ianya adalah tulang bersendi kecil yaitu malleus,
inkus dan stapes terbujur melintangi kavum dari pelekatan malleus pada membrana timpani
ke dinding medial, tempat stapes duduk di atas foramen ovale yaitu lubang dari labirin tulang
dari telinga dalam. Ligamen annulare fibrosa adalah ligament yang mempertahankan
landasan stapes pada foramen ovale ini. Fungsi tulang pendengar ini adalah untuk
meneruskan energi atau gelombang bunyi dari gelombang tekanan suara yang relative rendah
menjadi getaran kuat di cairan telinga dalam.5

Dinding anterior telinga tengah berisi pembukaan yang biasa disebut sebagai tuba
eustachii. Tuba ini menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring. Ia biasanye ditutup
pada akhir medialnya. Selama menelan dan menguap, tuba eustachii ini terbuka yang
memungkinkan udara untuk memasuki atau meninggalkan telinga tengah sampai tekanan di
telinga tengah sama dengan tekanan atmosfer. Tuba eustachii ini juga merupakan sebuah
jalur dimana patogen mungkin berjalan dari hidung dan tenggorokan ke telinga tengah yang
akhirnya bisa menyebabkan infeksi telinga.6

Telinga dalam terdapat alat pendengaran dan alat keseimbangan. Alat keseimbangan
mencakup semisirkularis kanal (superior, posterior, lateral), utrikulus, sakulus dan ampula.
Alat pendengaran pula bagian koklea dan organ Corti.

Gambar 4 : bagian telinga dalam


Sumber : kuliah Blok 6
Melihat pada gambar 4, ujung-ujung semisirkularis mempunyai bagian uang lebar
yang disebut ampula. Ianya bermuara ke utrikulus. Utrikulus sakulus dan duktus
semisirkularis dilapisi epitel selapis gepeng. Utrikulus dan sakulus membentuk saluran
menjadi satu saluran yang disebut duktus endolimfatikus dan berakhir menjadi sakus
endolimfatik. Dalam saluran duktus semisirkularis, utrikulus dan sakulus ini, terbentuk cairan
endolimf. Apabila cairan endolimf ini terlalu banyak, ianya akan dibuang melalui duktus
emdolimfatikus yang nanti akan dicurahkan ke runag subdural. Pada sekitar duktus
semisirkularis pula terdapat jaringan perilimf yang akan membentuk cairan perilimf dan
masuk ke dalam runag vestibularis. Apabila cairan ini bertambah banyak, ia akan dikeluarkan
ke duktus perilimfatikus ke ruang subarachnoid. Kokhlea pula terdapat bangunan segitiga
yang melingkar yaitu Modiolus. Ianya akan melingkar kemudian terdapat ruang-ruang yaitu
ruang skala vestibule, timpani dan media. Pada skala media, terdapat alat organ corti dan
membrana tectoria.

Gambar 5 : bagian kokhlea


Sumber : Gail W.J, Christopher P.K, Geradr J.T. Anatomy and physiology from science to.
Asia: Penerbit John Wiley & Sons, Inc; 2010.pg 535
Mekanisme pendengaran

1) Suara ditangkap oleh aurikula dan, masuk ke dalam melalui meatus akustikus
eksternus.
2) Ketika gelombang suara menemukan membran timpani, tekanan tinggi dan rendah
yang bergantian dari udara menyebabkan membran timpani bergetar bolak balik.
Jarak ia bergerak, yang sangat kecil, tergantung pada intensitas dan frekuensi
gelombang suara. Membran timpani ini bergetar perlahan dalam menanggapi suara
frekuensi rendah (nada rendah) dan respon cepat untuk suara frekuensi tinggi
(bernada tinggi. Ia bergetar lebih kuat dalam menanggapi suara intensitas yang lebih
tinggi, lebih lembut dalam menanggapi suara intensitas rendah
3) Daerah pusat dari membran timpani terhubung ke malleus, yang mulai bergetar.
Getaran yang ditransmisikan dari malleus ke inkus dan kemudian ke stapes
4) Apabila stapes bergerak maju mundur, itu mendorong membran dari fenestra vestibuli
(oval window) masuk dan keluar. Fenestra vestibuli bergetar sekitar 20 kali lebih
keras daripada gendang telinga karena auditory ossicles mengirimkan getaran kecil
secara efisien, menyebar ke daerah permukaan besar (membran timpani), menjadi
getaran lebih besar dari permukaan yang lebih kecil (fenestra vestibuli)
5) Gerakan fenestra vestibuli mengatur gelombang tekanan cairan di koklea dengan
menekan bagian perilimfe dari scala vestibuli.
6) Gelombang tekanan yang dikirimkan dari scala vestibuli ke scala timpani dan
akhirnya ke fenestra koklea (round window), di mana gelombang tekanan akhirnya
diserap sebagai membran fleksibel pada fenestra koklea menonjol keluar ke telinga
tengah
7) Apabila gelombang tekanan merusak dinding scala vestibuli dan scala tympani,
mereka juga mendorong membran vestibular bergerak bolak-balik, menciptakan
gelombang tekanan dalam endolimfe dalam saluran koklea
8) Gelombang tekanan dalam endolymph menyebabkan membran basilar bergetar, yang
menggerakkan sel-sel rambut organ terhadap membran tectorial. Apabila sel rambut
membengkok kea rah kinocilium akan terjadi depolarisai yang menghasilkan potensi
reseptor yang pada akhirnya mengarah pada generasi impuls saraf.
Gambar 6 : Proses mekanisme pendengaran
Sumber : Gail W.J, Christopher P.K, Geradr J.T. Anatomy and physiology from science to.
Asia: Penerbit John Wiley & Sons, Inc; 2010.pg 535

Gambar 7 : Organ Corti


Sumber : Gail W.J, Christopher P.K, Geradr J.T. Anatomy and physiology from science to.
Asia: Penerbit John Wiley & Sons, Inc; 2010.pg 535
Terdapat beberapa test yang bisa digunakan untuk test pendengaran seseorang. Antaranya
adalah test Rinne, test Weber dan test Schwabach. Setiap test ini mempunyai cara
melaksanakan yang berbeda dan tujuannya juga berbeda.

1. Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang
dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.
Caranya adalah dengan menggetarkan penala (frekuensi 256 atau yang lain)
dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-
kali memukulkannya pada benda yang keras. Kemudian tekankanlah ujung tangkai
penala pada processus mastoideus salah satu telinga orang percobaan. Orang
percobaan akan mendengarkan bunyi mendengung di telinga yang diperiksa dan saat
bunyi itu sudah hilang, orang percobaan harus segera memberitahu pemeriksa. Pada
saat itu, pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus dan kemudian ujung
jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga yang sedang
diperiksa.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :7
1) Normal : tes rinne positif (bila masih mendengar dengungan secara hantaran
aerotimpanal)
2) Dengan gangguan pendengaran konduktif, konduksi tulang suara terdengar
lebih lama dari atau sama asalkan udara konduksi
3) Dengan gangguan pendengaran sensorineural, konduksi udara terdengar lebih
lama dari konduksi tulang pada telinga yang terkena, tetapi kurang dari rasio
2:1
Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa
maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garpu penala tidak
tegak lurus, tangkai garpu penala mengenai rambut pasien dan kaki garpu penala
mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien
tebal.
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah
tidak mendengar bunyi garpu penala saat kita menempatkan di processus mastoideus
pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garpu penala sudah berhenti saat kita
memindahkannya kedepan meatus akustukus eksternus.
2. Test Weber

Test ini dapat mendeteksi gangguan pendengaran unilateral (satu sisi) konduktif
yaitu gangguan pendengaran telinga tengah dan juga unilateral gangguan pendengaran
sensorineural (kehilangan pendengaran telinga bagian dalam). Cara kita melakukan
test weber yaitu membunyikan garpu penala lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus
pada dahi. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras.
Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi
lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau
sama-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi. Getaran melalui tulang
akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh
bagian kepala.
Interpretasi:
a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai
ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.
b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:
1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan.
2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan
ebih hebat.
3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di
dengar sebelah kanan.
4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada
sebelah kanan.
5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang terdapat.
Seorang pasien dengan gangguan pendengaran konduktif sepihak akan mendengar garpu tala
paling keras pada telinga yang terpengaruh. Temuan ini karena masalah konduksi telinga
tengah (inkus, maleus, stapes, dan tabung estachius) masker kebisingan ambient ruangan,
sedangkan telinga bagian dalam yang berfungsi dengan baik (koklea dengan membran basilar
nya) mengambil suara atas melalui tulang tengkorak menyebabkan ia dianggap sebagai suara
keras dari dalam telinga terpengaruh / normal.8
3. Test Schwabach
Teknik untuk memperkirakan sensitivitas pendengaran pasien dengan lewat tulang-
konduksi. Test ini memiliki dua prinsip karakteristik. Pertama menggunakan fakta bahwa
nada yang dihasilkan oleh garpu menjadi lebih lembut dengan waktu semakin lama setelah
bunyi dihasilkan karena redaman. Kedua, pendengaran pasien itu dinyatakan secara relatif
dibandingkan dengan kemampuan pendengaran pemeriksa. Perbandingan waktu dilakukan
dengan melihat berapa lama pasien mendengarkan bunyi itu sehingga bunyi menghilang
dengan tempoh waktu yang di dengar pemeriksa. Sekiranya pasien mendengar dalam jangka
waktu yang pendek, maka pasien mengalami kehilangan sensorineural. Dalam jangka waktu
yang panjang, maka pasien mungkin mengalami kehilangan konduktif. Pasien adalah normal
sekiranya waktunya adalah sama panjang dengan pemeriksa.

Faktor mempengaruhi pendengaran

Pendengaran yang baik ditentukan oleh :


1) Penghantaran getaran bunyi dari udara ke sel reseptor di skala media
2) Pengantaran potensial aksi dari sel reseptor ke susunna sarap pusat
Hal ini ditentukan oleh keutuhan fungsi :
- Membrana timpani
- Tulang pendengaran
- Membrane fenestra ovalis dan fenestra rotunda
- Cairan perilimf di skala vestibuli dan skala timpani

Kesimpulan
Bagian-bagian yang terdapat pada telinga berperan penting dalam mendapatkan pendengaran
yang baik. Kerusakan atau kelemahan yang terjadi pada mana-mana bagian di telinga
terutama telinga dalam menyebabkan terjadinya penurunan ketajaman pendengaran pada
seseorang.
Daftar Pustaka

1) Garpu penala. www.kumpulanistilah.com. 17 April 2013


2) Goldstein E.B. Sensation & perception. 8th edition. USA: Wadsworth Cengange
Learning; 2010.pg 261
3) Bloom & Faweett. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran ECG;
2002.pg 824
4) Bloom & Faweett. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran ECG;
2002.pg 825
5) Gail W.J, Christopher P.K, Geradr J.T. Anatomy and physiology from science to.
Asia: Penerbit John Wiley & Sons, Inc; 2010.pg 529
6) Gail W.J, Christopher P.K, Geradr J.T. Anatomy and physiology from science to.
Asia: Penerbit John Wiley & Sons, Inc; 2010.pg 530
7) Test Rinne. http://www2.webster.edu/~davittdc/ear/rinne/rinne.htm. 22 April 2012
8) Test Weber. http://en.wikipedia.org/wiki/Weber_test. 22 April 2012
9) Stanley A.G. Essentials of Audiology. 3rd editiom. USA: Thieme Medical Publicher,
Inc; 2009.pg 152

Anda mungkin juga menyukai