Anda di halaman 1dari 10

Bab 2 Isi

Dengan meningkatnya kebutuhan manusia di bidang pangan namun keadaan lahan yang
semakin memburuk akibat penggunaan lahan pertanian yang tiada henti mengakibatkan perlunya
suatu usaha untuk membalikan keadaan dimana lahan yang digunakan tetap terjaga namun dapat
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kendala yang demikian mengakibatkan adanya suatu
inovasi yang dinamakan Pertanian Berkelanjutan dimana pertanian ini memanfaatkan lahan sebaik
mungkin namum dapat mengurangi kerusakan lingkungan yang ada. Pembangunan pertanian
berkelanjutan bukan hanya sebagai transformasi progresif terhadap struktur sosial dan politik.
Pembangunan pertanian berkelanjutan juga untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam
memenuhi kepentingan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kepentingan masyarakat pada masa saat ini(Supardi, 2003: 204). Pada pertanian jenis
ini digalakan kembali mengenai pertanian yang berbasis organik dimana semua kebanyakan
berasal dari alam dan meminimalisir penggunaan bahan kimia.

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang


dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable
resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan
seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas
dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan
lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo
Untung, 1997).
Mary V. Gold.1999 menyatakan bahwa “pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
memadukan tiga tujuan yang meliputi: pengamanan lingkungan, pertanian yang menguntungkan
dan kesejahteraan masyarakat petani. Tujuan-tujuan tersebut telah didefinisikan secara beragam
oleh berbagai disiplin, tetapi kata kuncinya adalah: manfaat atau keuntungannya bagi petani dan
konsumen.”

KONSEP USAHA TANI ORGANIK


Keberhasilan pembangunan pertanian selama ini telah memberikan dukungan yang sangat
tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia, namun demikian disadari atau
tidak bahwa dibalik keberhasilan tersebut terdapat kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki.
Produksi yang tinggi yang telah dicapai banyak didukung oleh teknologi yang memerlukan input
(masukan) bahan-bahan anorganik yang tinggi terutama bahan kimia pertanian seperti pupuk urea,
TSP/SP-36, KCl, pestisida, herbisida, dan produk-produk kimia lainnya yang berbahaya bagi
kesehatan dengan dosis yang tinggi secara terus-menerus, terbukti menimbulkan banyak
pencemaran yang dapat menyumbang degradasi fungsi lingkungan dan perusakan sumberdaya
alam, serta penurunan daya dukung lingkungan.
Adanya kesadaran akan akibat yang ditimbulkan dampak tersebut diikuti dengan perhatian
masyarakat Dunia yang secara perlahan mulai bergeser kepertanian yang berwawasan lingkungan.
Dewasa ini masyarakat sangat peduli terhadap alam dan kesehatan, maka muncullah teknologi
alternatif lain, yang dikenal dengan “pertanian organik”, “usaha tani organik”, “pertanian alami”,
atau “pertanian berkelanjutan masukan rendah”. Pengertian tersebut pada dasarnya mempunyai
prinsip dan tujuan yang sama, yaitu untuk melukiskan sistem pertanian yang bergantung pada
produk-produk organik dan alami, serta secara total tidak termasuk penggunaan bahan-bahan
sintetik.
Konsep Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan adalah pertanian yang memproduksi makanan tanpa
menghabiskan sumber daya alam atau mengotori lingkungan. Ini adalah praktek pertanian yang
mengikuti prinsip-prinsip alami untuk mengembangkan sistem bertanam dan/atau memelihara
ternak, seperti di alam, yang mampu mencukupi diri sendiri. Pertanian berkelanjutan juga
merupakan pertanian dari nilai-nilai sosial
Di Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau, dengan jenis tanah dan keadaan iklim yang
berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain, dan juga terdapat berbagai ragam budaya,
konsep pertanian berkelanjutan dari suatu wilayah tidak akan sama persis dengan wilayah yang
lain. Oleh karena itu pendekatan yang dilakukan untuk melaksanakan pertanian berkelanjutan
harus memperhatikan keadaan sumber daya fisik, ekonomi, dan sosial setempat. Pendekatan
penyeragaman yang seperti selama ini dianut tidak bisa lagi dilakukan. Pendekatan yang akan
dilakukan haruslah spesifik lokasi (Briljan Sudjana,2013).

Aspek-Aspek Pelaksanaan Pertanian Berkelanjutan


Konsep pembangunan berkelanjutan berorientasi pada tiga dimensi keberlanjutan, yaitu:
keberlanjutan usaha ekonomi (profit), keberlanjutan kehidupan sosial manusia (people),
keberlanjutan ekologi alam (planet). Ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi sehingga
ketiganya harus diperhatikan secara berimbang. Ketiganya yaitu :
1. Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang dapat
diperoleh dengan setidaknya mempertahankan asset produktif yang menjadi basis dalam
memperoleh pendapatan tersebut. Indikator utama dimensi ekonomi ini ialah tingkat
efisiensi, dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai tambah (termasuk laba), dan
stabilitas ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan kebutuhan ekonomi
(material) manusia baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang.
2. Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan kesejahteraan
sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis (termasuk tercegahnya konflik
sosial), preservasi keragaman budaya dan modal sosio-kebudayaan, termasuk perlindungan
terhadap suku minoritas. Untuk itu, pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan
berusaha dan pendapatan, partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial-budaya merupakan
indikator-indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan.
3. Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam yang
mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Termasuk dalam hal ini ialah
terpeliharanya keragaman hayati dan daya lentur biologis (sumber daya genetik),
sumberdaya tanah, air dan agro klimat, serta kesehatan dan kenyamanan lingkungan.
Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur (resilience) dan dinamika ekosistem untuk
beradaptasi terhadap perubahan, bukan pada konservasi suatu kondisi ideal statis yang
mustahil dapat diwujudkan

Beberapa Pendekatan Kegiatan yang Menunjang Pertanian Berkelanjutan.


Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam
meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas
lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut (Rija
Sudirja, 2008) :
1. Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk mengendalikan hama yang
dikombinasikan dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk
meminimalkan; biaya, kesehatan dan resiko-resiko lingkungan. Adapun caranya dapat melalui;
 Penggunaan insek, reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk mengendalikan hama atau
dikenal musuh alami hama, seperti Tricogama sp., sebagai musuh alami dari parasit telur dan
parasit larva hama tanaman.
 Menggunakan tanaman-tanaman “penangkap” hama, yang berfungsi sebagai pemikat
(atraktan), yang menjauhkan hama dari tanaman utama.
 Menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk menurunkan infeksi jamur,
dalam upaya menurunkan kebutuhan terhadap fungsida sintetis.
 Melakukan rotasi tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan hama setiap tahun .
2. Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput
Sistem pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan memberikan tempat bagi
binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami rumput berkualitas tinggi, dan
secara tidak langsung dapat menurunkan biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan
pula untuk memberikan waktu bagi pematangan pupuk organik. Areal peternakan yang
dipadukan dengan rumput atau kebun buah-buahan dapat memiliki keuntungan ganda, antara
lain ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk areal pertanian.
3. Konservasi Lahan
Beberapa metode konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi atau tidak
melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh erosi angin maupun erosi
air. Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi:
 Menciptakan jalur-jalur konservasi.
 Menggunakan dam penahan erosi.
 Melakukan penterasan.
 Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah.
4. Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah
Konservasi dan perlindungan sumberdaya air telah menjadi bagian penting dalam pertanian.
Banyak diantara kegiatan-kegiatan pertanian yang telah dilaksanakan tanpa memperhatikan
kualitas air. Biasanya lahan basah berperan penting dalam melakukan penyaringan nutrisi
(pupuk anoraganik) dan pestisida. Adapun langkah-langkah yang ditujukan untuk menjaga
kualitas air, antara lain;
 Mengurangi tambahan senyawa kimia sintetis ke dalam lapisan tanah bagian atas (top soil)
yang dapat mencuci hingga muka air tanah (water table).
 Menggunakan irigasi tetes (drip irrigation).
 Menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air.
 Melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak untuk mencegah peningkatan racun
akibat aliran air limbah pertanian yang terdapat pada peternakan intensif.
5. Penggunaan Tanaman Pelindung
Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir musim panen tanaman
sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk menekan pertumbuhan
gulma (weed), pengendalian erosi, dan meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.
6. Diversifikasi Lahan dan Tanaman
Bertanam dengan memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian dapat mengurangi
kondisi ekstrim dari cuaca, hama penggangu tanaman, dan harga pasar. Peningkatan
diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain seperti pohon-pohon dan rumput-rumputan, juga
dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi lahan, habitat binatang, dan meningkatkan
populasi serangga yang bermanfaat. Beberapa langkah kegiatan yang dilakukan;
 Menciptakan sarana penyediaan air, yang menciptakan lingkungan bagi katak, burung dan
binatang-binatang lainnya yang memakan serangga dan insek.
 Menanam tanaman-tanaman yang berbeda untuk meningkatkan pendapatan sepanjang
tahun dan meminimalkan pengaruh dari kegagalan menanam sejenis tanaman saja.
7. Pengelolaan Nutrisi Tanaman
Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi tanah dan melindungi
lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya nutrisi di lahan pertanian, seperti
pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan (leguminosa) sebagai penutup tanah dapat
mengurangi biaya pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk organik
yang bisa digunakan
antara lain:
 Pengomposan
 Penggunaan kascing
 Penggunaan Pupuk Hijauan (dedaunan)
 Penambahan nutrisi pada tanah dengan emulsi ikan dan rumput laut.
8. Agroforestri (wana tani)
Agroforestri merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen, dimana tanaman
semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotasi membentuk suatu
tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk melindungi tanah dari hempasan air hujan.
Sistem ini akan memberikan keuntungan baik secara ekologi maupun ekonomi.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan sistem agroforestri ini
antara lain:
• Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman musiman dan tanaman-
tanaman tahunan.
• Dapat dicegah terjadinya serangan hama secara total yang sering terjadi pada tanaman satu
jenis (monokultur).
• Keanekaan jenis tanaman yang terdapat pada sistem agroforestry memungkinkan
terbentuknya stratifikasi tajuk yang mengisi ruang secara berlapis ke arah vertikal. Adanya
struktur stratifikasi tajuk seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena
energi kinetik air hujan
setelah melalui lapisan tajuk yang berlapis-lapis menjadi semakin kecil daripada energi
kinetik air hujan yang jatuh bebas.
9. Pemasaran
Petani dan peternak mengakui bahwa meningkatkan pemasaran merupakan suatu langkah
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Adapun cara yang dapat dikembangkan
antara lain:
 Pemasaran langsung melalui surat permintaan, pasar petani, restoran lokal, supermarket,
dan kios-kios pasar tradisional.
 Menggunakan bisnis usaha kecil produk lokal sebagai bahan mentah makanan olahan.
Kendala untuk mengadopsi praktek pertanian berkelanjutan
Walaupun pertanian berkelanjutan memiliki manfaat yang cukup banyak namun dalam
pengaplikasiannya terdapat beberapa kendala yang dirasakan di berbagai negara termasuk di
Indonesia. Berikut ini kendala yang pada umumnya dihadapi dalam pengaplikasian Pertanian
Berkelanjutan menurut Didi Rukmana, 2013, adalah:
 Kondisi agro-klimat lokal. Teknik dan sistem yang berbeda diterapkan, dan
diadaptasikan, dalam kondisi agroekologi yang berbeda, memberikan hasil yang berbeda.
Misalnya, di Ethiopia, pengolahan tanah kurang dan teras batu memberikan hasil yang
lebih baik pada daerah agak kering (semi arid) dibandingkan dengan daerah dengan curah
hujan tinggi. Faktor-faktor biofisik lokal atau regional seperti kualitas tanah dan
karakteristik plot telah ditemukan menjadi faktor penentu penting untuk mengadopsi
teknologi pengolahan tanah konservasi. Teknologi yang sama mungkin tidak sesuai untuk
semua keluarga petani karena perbedaan sumber daya yang dimilikinya, atau pasar yang
tidak sempurna atau bahkan tidak ada, serta tidak adanya kredit.
 Ketersediaan biomasa. Adopsi praktek pertanian berkelanjutan oleh petani miskin
bergantung pada jumlah dan ketersediaan biomassa (misalnya sisa-sisa tanaman, kotoran
hewan). Hal ini karena kebanyakan praktek pertanian berkelanjutan (seperti kontrol erosi,
konservasi air, peningkatan kesuburan tanah, pengikatan karbon) berhubungan secara
langsung dengan biomasa yang digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah. Kuantitas
biomasa yang tersedia bagi petani kecil umumnya tidak mencukupi karena petani miskin
mempunyai sumber daya yang terbatas (seperti lahan, ternak dan/atau tenaga kerja).
 Insentif ekonomi. Tingkat keuntungan (dalam jangka pendek dan jangka panjang) dari
praktek pertanian berkelanjutan akan mempengaruhi penyebarannya secara luas. Adopsi
dan pendapatan ekonomi dari sebuah teknologi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
harga, permintaan konsumen untuk pangan jenis tertentu, infrastruktur fisik, akses pasar,
agro-ekologi dan karakteristik dari rumah tangga (seperti kaya lawan miskin dan kepala
keluarga laki-laki lawan kepala keluarga perempuan).
 Pasar produk. Permintaan juga menjadi pendorong diadopsinya sebuah teknologi.
Pengetahuan yang meningkat dan perbaikan jalur komunikasi akan mengarahkan
konsumen untuk meningkatkan permintaannya akan produk pangan yang diproduksi
secara organik di negara-negara maju. Pada saat yang sama, konsumen semakin meminta
produk makanan yang diproduksi dengan menggunakan teknik konservasi sumber daya
alam, mengurangi tekanan terhadap lingkungan.
 Akses Informasi. Akses terhadap informasi juga penting dalam menimbulkan kesadaran
dan sikap terhadap adopsi teknologi. Ketidakcukupan informasi tentang ketersediaan,
manfaat bersih dari adopsi, dan detil teknis implementasi praktek pertanian berkelanjutan
menjadi penghambat untuk mengadopsi teknologi ini.
 Kelembagaan. Kelembagaan juga merupakan aspek penting dalam memfasilitasi promosi
dan adopsi praktek pertanian berkelanjutan. Penelitian terapan, pelayanan penyuluhan, dan
jaringan LSM dapat menjadi jembatan untuk pengembangan, implementasi, dan adaptasi
dari pratek-praktek seperti ini.
Kurangnya pelayanan penyuluhan yang layak telah diidentifikasi sebagai penghambat dari
adopsi teknologi untuk meningkatkan produktivitas, dan dianggap sebagai salah satu
kelemahan sistem penyampaian dalam penyuluhan. Untuk menjamin bahwa informasi
yang tepat dan terkini telah disampaikan oleh para penyuluh, diperlukan pengembangan
sistem pelatihan dan organisasi yang senantiasa meningkatkan kompetensi para penyuluh,
terutama mengenai praktek-praktek bertani tidak konvensional seperti pertanian
berkelanjutan.
Sistem pertanian berkelanjutan harus dievaluasi berdasarkan pertimbangan beberapa
kriteria, antara lain:
1. Aman menurut wawasan lingkungan, berarti kualitas sumber daya alam dan vitalitas
keseluruhan agro ekosistem dipertahankan atau mulai dari kehidupan manusia,
tanaman dan hewan sampai organisme tanah dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dicapai
apabila tanah terkelola dengan baik, kesehatan tanah dan tanaman ditingkatkan,
demikian juga kehidupan manusia maupun hewan ditingkatkan melalui proses
biologi. Sumber daya lokal dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat menekan
kemungkinan terjadinya kehilangan hara, biomassa dan energi, dan menghindarkan
terjadinya polusi. Serta berfokus pada pemanfaatan sumber daya.
2. Menguntungkan secara ekonomi, berarti petani dapat menghasilkan sesuatu yang
cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri/pendapatan, dan cukup memperoleh
pendapatan untuk membayar buruh dan biaya produksi lainnya. Keuntungan menurut
ukuran ekonomi tidak hanya diukur langsung berdasarkan hasil usaha taninya, tetapi
juga berdasarkan fungsi kelestarian sumberdaya dan menekan kemungkinan resiko
yang terjadi terhadap lingkungan.
3. Adil menurut pertimbangan sosial, berarti sumber daya dan tenaga tersebar sedemikian
rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi, demikian
juga setiap petani mempunyai kesempatan yang sama dalam memanfaatkan lahan,
memperoleh modal cukup, bantuan teknik dan memasarkan hasil. Semua orang
mempunyai kesempatan yang sama berpartisipasi dalam menentukan kebijakan, baik
di lapangan maupun dalam lingkungan masyarakat itu sendiri.
4. Manusiawi terhadap semua bentuk kehidupan, berarti tanggap terhadap semua bentuk
kehidupan (tanaman, hewan dan manusia) prinsip dasar semua bentuk kehidupan
adalah saling mengenal dan hubungan kerja sama antar makhluk hidup adalah
kebenaran, kejujuran, percaya diri, kerja sama dan saling membantu. Integritas
budaya dan agama dari suatu masyarakat perlu dipertahankan dan dilestarikan.
5. Dapat dengan mudah diadaptasi, berarti masyarakat pedesaan atau petani yang
mampu dalam menyesuaikan dengan perubahan kondisi usahatani: pertambahan
penduduk, kebijakan dan permintaan pasar. Hal ini tidak hanya berhubungan dengan
masalah perkembangan teknologi yang sepadan, tetapi termasuk juga inovasi sosial
dan budaya.
Bab 3 penutup
Kesimpulan
Semakin bertambahnya populasi manusia di Bumi maka semakin meningkat pula akan
kebutuhan pangan sehingga membutuhkan usaha untuk menunjang kebutuhan pangan tersebut
salah satunya dengan pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan merupakan kegiatan
pertanian yang berbasis lingkungan yang berarti pada kegiatan pertanian tersebut seminimal
mungkin memberikan dampak negatif bagi alam atau lingkungan sekitarnya. Pertanian
Berkelanjutan terdiri dari tiga aspek, diantaranya dimensi social, ekonomi dan lingkungan alam.
Beberapa cara yang dilakukan dalam pertanian berkelanjutan adalah penggunaan bahan-bahan
alami dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman, mengurangi pembajakan tanah, dll.
Selain itu dalam penerapan pertanian berkelanjutan terdapat beberapa kendala yang pasti dihadapi
diantaranya kondisi agro-klimat, pasar produk, insentif ekonomi, dan lainnya serta pada
pengaplikasian pertanian berkelanjutan diperlukan evaluasi agar tetap menguntungkan baik itu
terhadap petani maupun konsumen serta tetap memerhatikan kondisi lingkungan sekitar area
pertanian.

Dapus
Academic paper: MEMBANGUN SISTIM PERTANIAN BERKELANJUTAN. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/267970004_MEMBANGUN_SISTIM_PERTANIA
N_BERKELANJUTAN [accessed Apr 8, 2017].
Cutler, H.G and R.A Hill, 1994, Natural fungicides and their delivery systems as alternatives to
synthetics, in Biological contro of postharvest diseases theory and practice : C. L Wilson and
M.E Wisniewski (Eds), CRC Press, Tokyo, p. 135-152.
Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman, 2000.
Kebijakan Perlindungan Tanaman Hortikultura Dengan Orientasi Pasar Global. Jakarta.
Rukmana, Didi. 2013. PERTANIAN BERKELANJUTAN: MENGAPA, APA DAN PELAJARAN
PENTING DARI NEGARA LAIN.
Sudirja, Rija. 2008. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sistem Pertanian Organik.
Sudjana, Briljan.2013. PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KESEHATAN TANAH
DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN. Diakses dari
file:///C:/Users/Tamu/Downloads/80-171-2-PB.pdf pada 9 April 2017.

Anda mungkin juga menyukai