Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kerangka kerja konseptual memberikan adaptasi sistematik dalam standar

akuntansi bagi lingkungan bisnis yang terus berubah. FASB menggunakan kerangka kerja
konseptual untuk membekali perkembangan standar akuntansi yang baru secara terorganisasi
dan konsisten. Disamping itu, mempelajari kerangka kerja konseptual FASB akan
memudahkan seseorang untuk mengerti dan mengantisipasi standar masa depan.

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai:


“a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to
consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial
accounting and reporting”. Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu
sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan,
yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi,
serta batas- batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan, yang dimaksud tujuan
adalah tujuan pelaporan keuangan.

Kerangka kerja konseptual menyebutkan tujuan dari pelaporan keuangan dan


karakteristik dari informasi akuntansi yang baik, mendefinisikan dengan tepat istilah-istilah
yang biasa digunakan seperti aset dan pendapatan serta menyediakan petunjuk untuk
pengakuan, pengukuran, dan pelaporan keuangan yang tepat. Dengan adanya Standard
Akuntansi Keuangan (SAK) yang baru, memberikan petunjuk-petunjuk dan aturan-aturan
pelaporan keuangan yang berbeda dari sebelumnya. Sehingga diperlukan adanya publikasi
kepada seluruh pelaku akuntansi di Indonesia agar menyesuaikan dengan peraturan baru yang
berlaku.

Kerangka konseptual dibutuhkan agar aturan pelaporan keuangan dapat berguna dan
tidak mengambang. IASB dan FASB masing-masing memiliki konsep tersendiri, dimana
kerangka konseptual IASB tercermin pada dokumennya, sedangkan FASB ada pada
pengembangan dokumen itu, sekarang FASB dan IASB telah bekerja sama untuk
menghasilkan konsep yang dapat diterima secara umum.

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa saja bagian-bagian dalam perumusan Kerangka Konseptual?
2. Apa saja perbedaan Kerangka Konseptual?
3. Bagaimana penerapan IFRS di Indonesia dan negara lain?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui perumusan Kerangka Konseptual
2. Mengetahui perbedaan Kerangka Konseptual
3. Mengetahui penerapan IFRS di Indonesia dan negara-negara lain.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KERANGKA KONSEPTUAL :


Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai:
“a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to
consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial
accounting and reporting”. Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu
sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan,
yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi,
serta batas- batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan . Sedangkan fundamentals
(kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni
yang menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus
dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep
lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi
berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan
dan pelaporan.
Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual:
1. Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan
pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan
komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan.
2. Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu
pada kerangka teori yang telah ada Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual
FASB (Financial Accounting Standard Board) telah menerbitkan enam statement
of financial accounting concept yang berhubungan dengan pelaporan keuangan
entitas bisnis, yaitu:
 SFAC no. 1 “objective of financial reporting by business enterprises”,
yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
 SFAC no. 2 “qualitative caracteristics of accounting information”, yang
menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.

3
 SFAC no. 3 “element of financial statement of business enterprises”, yang
memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan
seperti aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
 SFAC no. 4 “tujuan pelaporan keuangan bagi organisasi nirlaba”
 SFAC no. 5 “recognition and measurement in financial statement of
business enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan
pengukuran fundamental serta pedoman tentang informasi.
 SFAC no. 6 “element of financial statement”, yang menggantikan SFAC
no. 3 dan memperluas SFAC no. 3 dengan memasukkan organisasi-
organisasi nirlaba.
 SFAC no. 7 “using cash flow information and present value in accounting
measurement”, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas
masa depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai
dasar pengukuran.

[1] TINGKAT PERTAMA: TUJUAN DASAR ·


 Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk
menyediakan informasi:
1. yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas
bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit;
2. untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial,
serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa
depan;
3. tentang sumber daya ekonomi, klaimterhadap sumber daya tersebut, dan perubahan
di dalamnya. ·

 Tujuan(objectives) dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang berguna
bagi para investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu menyempit
pada kepentingan investor dan kreditor atas prospek penerimaan kas dari investasi
mereka dalam, atau dari pinjaman yang telah mereka berikan ke entitas bisnis. Pada
akhirnya, tujuan berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan informasi yang
berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima entitas bisnis yaitu arus kas
yang menjadi harapan investor dan kreditor. Pendekatan ini dikenal sebagai kegunaan

4
keputusan (decision usefulness). · Dalam menyediakan informasi kepada pemakai
laporan keuangan, profesi akuntan mengandalkan laporan keuangan bertujuan-
umum(general-purpose financial statement), yaitu menyediakan informasi paling
bermanfaat dengan biaya minimal kepada berbagai kelompok pemakai Tujuan dari
pelaporan keuangan menurut SFAC NO. 1 (Statement of Financial Accounting
Concepts) : · Pelaporan keuangan memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor
dan kreditor, dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan
yang serupa secara rasional. Informasi tersebut harus bersifat comprehensive bagi
mereka yang memiliki pemahaman yang rasional tentang kegiatan bisnis dan ekonomi
dan memiliki kemauan untuk memelajari informasi dengan cara yang rasional. ·
Pelaporan keuangan memberikan informasi untuk membantu investor , kreditor dan
pemakai lainnya tentang penerimaan kas bersih yang berkaitan dengan perusahaan. ·
Pelaporan keuangan memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu
perusahaan dan klaim terhadap sumber-sumber tersebut. · Pelaporan keuangan
menyediakan informasi tentang hasil usaha (performan keuangan) selama satu periode. ·
Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang bagaimana perusahaan memperoleh
dan membelanjakan kas, pinjaman dan pengembaliannya, transaksi modal, dividen dan
equities lainnya dan faktor yang mempengaruhi solvenci dan likuiditas perusahan. ·
Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang bagaimana manajemen
mempertanggung-jawabkan kepada pemilik atas pemakaian sumber ekonomi yang
dipercayakan kepadanya. · Pelaporan keuangan memberikan informasi yang bermanfaat
bagi manajer dan direktur sesuai kepentingan pemilik.

[2] TINGKAT KEDUA : KONSEP-KONSEP FUNDAMENTAL Karakteristik Kualitatif


Informasi Akuntansi Agar berguna dalam pengambilan keputusan (decision
usefulness), informasi akuntansi harus memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan
kualitas sekunder. Tentu saja terdapat beberapa kendala untuk mencapai dua kualitas
tersebut. Kualitas Primer Relevansi (relevance) dan keandalan (reliability) harus melekat
pada informasi akuntansi.
a. Relevansi. Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam
sebuah keputusan. Informasi itu mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan
berkaitan erat dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak berarti informasi
tersebut dikatakan tidak relevan. Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan
balik (feed-back value), yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi

5
harapan masa lalu. Informasi juga harus memiliki nilai prediktif (predictive value)
yakni dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang. Selain itu kualitas relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu
(timeliness). Informasi harus disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu
kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.
b. Keandalan. Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara
tepat serta bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat
diperlukan bagi individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian
untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi. Realibilitas sangat diperlukan oleh
individu-individu yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi
faktual dari informasi. · Daya Uji (verifiability): ditunjukkan ketika pengukur-
pengukur independen, dengan menggunakan metode pengukuran yang sama,
mendapatkan hasil yang serupa. · Ketepatan penyajian (representational faithfulness):
angka-angka dan penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar
ada dan terjadi. · Netralitas(neutrality): informasi tidak dapat dipilih untuk
kepentingan sekelompok pemakai tertentu. Info yang disajikan harus faktual, benar
dan tidak bias
c. Keberdayaujian (verifiability). Informasi harus dapat diuji kebenarannya. Dapat
diujinya kebenaran informasi akuntansi berdasar pada keobyektifan dan konsensus.
Contoh, keandalan informasi harga perolehan fixed assets harus diuji berdasar data
masa lalu yang terekam pada faktur (keobyektifan). Tetapi keandalan informasi
tentang depresiasi aktiva tetap itu adalah berdasarkan konsensusa mengenai metode
depresiasi yang digunakan, taksiran nilai residu, dan taksiran umur ekonomis.
d. Kenetralan (neutrality). Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi tujuan
berbagai kelompok pemakai. Oleh karena itu harus bebas dari usaha-usaha untuk
memberikan keuntungan lebih kepada kelompok tertentu.
e. Kejujuran penyajian (representational faithfulness). Penyajian yang jujur berarti
adanya kesesuaian antara fakta dan informasi yang disampaikan.
Kualitas Sekunder Kualitas sekunder yang harus dimiliki informasi akuntansi adalah
keberdayabandingan (comparability) dan konsistensi (consistency).
1. Keberdayabandingan. Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat
dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu industri
(perbandingan horizontal) atau membandingkan perusahaan yang sama untuk periode
yang berbeda (perbandingan vertikal). Jadi diperlukan standar dan ukuran tertentu.

6
2. Konsistensi. Sebuah entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan standar
akuntansi apabila mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang
sama untuk kejadian-kejadian serupa, dari periode ke periode.
3. Kendala-kendala. Terdapat dua kendala yang mempengaruhi tercapainya kualitas
informasi seperti yang telah dijelaskan, yaitu pertimbangan manfaat-biaya dan tingkat
materialitas. Dua kendala lainnya yang kurang dominan tapi merupakan bagian dari
lingkungan pelaporan adalah praktek industri dan konservatisme.
 Pertimbangan manfaat-biaya (cost-effectiveness). Untuk menghasilkan
informasi yang relevan,andal, berdaya banding, dan konsisten dibutuhkan
biaya yang mahal. Oleh karena biaya dan terutama manfaat tidak mudah
diukur, maka mempertimbangkan hubungan manfaat-biaya menjadi masalah.
 Materialitas (materiality) berhubungan dengan dampak suatu item terhadap
operasi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap
material jika pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau
mengubah penilaian seorang pemakai laporan keuangan. Baik faktor-faktor
kuantitatif maupun kualitatif harus dipertimbangkan dalam menentukan
apakan suatu item material atau tidak.
a. Praktik industri.(industry practices) Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan
terkadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar.
b. Konservatisme (conservatism) berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil
kemungkinannya dalam menghasilkan penetapan laba dan aktiva yang terlalu tinggi.
Tujuan dari konvensi ini, jika diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan
pedoman yang paling rasional dalam situasi sulit : jangan menyajikan angka laba
bersih dan aktiva bersih yang terlalu tinggi.
Elemen-elemen Laporan Keuangan. SFAC No. 6 menetapkan sepuluh elemen utama
laporan keuangan. Cakupannya bukan hanya perusahaan yang berorientasi laba, tetapi juga
organisasi nirlaba. Elemen-elemen laporan keuangan bagi organisasi yang berorientasi laba
meliputi 10 macam, yaitu : aktiva, kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi
kepada pemilik, laba komprehensif, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. Adapun
bagi organisasi nirlaba ada 7 macam, yaitu : aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban,
keuntungan, dan kerugian.

7
TINGKAT KETIGA : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Tingkat ketiga kerangka konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk
mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan
apa, kapan, dan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan
dilaporkan oleh sistem akuntansi.
1. Asumsi-Asumsi Dasar. Asumsi-asumsi menyediakan satu landasan bagi profesi
akuntansi. Jadi, asumsi dasar akuntansi adalah anggapan-anggapan yang digunakan
oleh para akuntan agar akuntansi dapat dipraktikkan.
a. Asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption). Akuntansi
memandang bahwa perusahaan merupakan unit yang berdiri sendiri
dan terpisah dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan (pemilik,
kreditor, karyawan, dan lainnya).
b. Kesinambungan (going concern). Sebagian besar metode akuntansi di
dasarkan pada asumsi kelangsungan hidup yaitu perusahaan bisnis
akan memiliki umur yang panjang.pengalaman mengindikasikan
bahwa, meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis, perusahaan
dapat memiliki kelangsungan hidup yang panjang
c. Asumsi unit moneter ( monetary unit assumption). Akuntansi
menggunakan unit moneter sebagai alat pengukur suatu obyek atau
aktivitas perusahaan dan menganggap nilai uang adalah stabil dari
waktu ke waktu.
d. Asumsi periodisitas (periodicity assumption). Cara yang paling akurat
untuk mengukur hasil operasi perusahaan adalah dengan mengukurnya
pada saat perusahaan tersebut di likuidasi. Namun, pengambil
keputusan tidak bisa menunggu selama itu untuk menerima informasi
semacam itu. Asumsi periodisitas (periodicity assumption) atau
periode waktu menyiratkan bahwa aktivitas ekonomi sebuah
perusahaan dapat di pisahkan dalam periode waktu artifisial periode
waktu ini bervariasi, tetapi yang paling umum yaitu secara bulanan,
kuartalan dan tahunan
Prinsip-Prinsip Dasar Akuntansi
a. Biaya historis (historical cost). GAAP mewajibkan sebagian besar aktiva dan
kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Kos(cost)

8
memiliki keunggulan yang penting dibandingkan penilaian yang lainnya yaitu dapat
diandalkan.
b. Pengakuan pendapatan. Pendapatan umumnya diakui jika (1) telah direalisasi atau
dapat direalisasikan dan (2) telah dihasilkan.
c. Prinsip Penandingan (matching principle).Beban untuk suatu periode ditentukan
dengan mengaitkannya dengan pendapatan tertentu atau dengan periode tertentu..
Beban diakui :
 jika terdapat hubungan langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau
penyerahan jasa,
 pada periode terjadinya, yakni pada saat kas dikeluarkan jika tidak terdapat hub.
Langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau jasa,
 dengan alokasi yang sistematis dan rasional, jika butir 1 dan 2 tidak terpenuhi.
Contoh: depresiasi.
d. Prinsip Pengungkapan Penuh (full disclosure principle) Mengakui sifat dan jumlah
informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan trade off
penilaian, seperti :
 Hal-hal yang harus diungkapkan karena mempengaruhi keputusan pemakai
 Kebutuhan untuk menyajikan secara penuh agar informasi dapat dipahami.
Catatan atas laporan keuangan umumnya ditujukan untuk memperkuat

Tiadanya kerangka konseptual dapat mengakibatkan penyusun standar akuntansi


diperalat oleh pihak tertentu (Vested interest group) untuk menghasilkan standar yang
menguntungkan pihak tersebut. Dengan kata lain, kerangka konseptual melindungi profesi
akuntansi dari politisasi ( politization) untuk kepentingan pihak yang tidak semestinya
sehingga kepentingan umum (public interest) dikorbankan.
Sebagai suatu kesatuan konsep-konsep koheren yang menetapkan sifat dan fungsi
laporan keuangan, kam (1990) menguraikan manfaat- manfaat rerangka konseptual
sebagai berikut:
1. Memberi pengarahan atau pedoman kepada badan yang bertanggung jawab dalam
penyusunan/penetapan standar akuntansi
2. Menjadi acuan dalam memecahkan masalah-masalah akuntansi yang dijumpai
dalam praktik yang perlakuannya belum diatur dalam standar atau pedoman
spesifik

9
3. Menentukan batas-batas pertimbangan (Bounds for judgment ) dalam penyusunan
statemen keuangan
4. Meningkatkan pemahaman pemakai statemen keuangan dan meningkatkan
keyakinan terhadap statemen keuangan
5. Meningkatkan keterbandingan statemen keuangan antar perusahaan

B. KRITIK TERHADAP KERANGKA KONSEPTUAL

Di Amerika berbagai kritik ditujukan terhadap proyek kerangka konseptual


bahwasanya perkembangan berjalan agak lambat. Dua pendekatan yang digunakan dalam
analisis adalah : · Kerangka konseptual seharusnya merupakan pendekatan ilmiah yang
mampu membenarkan observasi berdasarkan logika dan bukti empiris · Pedekatan yang
dipusatkan pada pemilihan tindakan yang dianggap paling baik berdasarkan nilai-nilai
professional.

KERANGKA KONSEPTUAL IASC

Kerangka konseptual versi IASC ( International Accounting Standards of Financial


Statements) disebut frame work for the preparation and presentation of financial statements
dan diterjemahkan oleh IAI sebagai kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan, mempunyai konsep dasar yang mirip dengan komponen konsep versi FASB yaitu:

1. The objective of financial statements


2. Underlying assumptions
3. Qualitative characteristics of financial statement
4. The elements of financial statements
5. Recognition of the elements of financial statements
6. Measurement of the elements of financial statements
7. Concepts of capital maintenance and the determination of profit

Kerangka konseptual versi FASB mempunyai keunggulan dalam aspek kependidikan


dibandingkan dengan kerangka konseptual versi IASC . kerangka konseptual FASB memuat
secara komprehensif penalaran dan argumen yang melekat dalam tiap penjelasan komponen
konsep. Penalaran dan argumen tersebut membentuk pengetahuan yang dapat dipandang
sebagai suatu teori deduktif-normatif untuk memahami mengapa konsep-konsep tertentu
dipilih dan apa implikasi yang diharapkan

10
Agar operasional dan efektif dalam mempengaruhi praktik, kerangka konseptual harus
dijabarkan dalam bentuk standar akuntansi sebagai pedoman dalam perlakuan akuntansi suatu
objek atau elemen. Karena tisak semua perlakuan dapat diatur langsung dengan standar
akuntansi, perlu suatu kerangkan pedoman yang sering disebut the house of GAAP untuk
menentukan perlakuan akuntansi yang tepat ( wajar) dalam suatu lingkungan akuntansi
(negara). Kerangka pedoman ini disebut dengan Prinsip akuntansi berterima umum (PABU).

PABU adalah pedoman yang dapat ditentukan secara resmi oleh badan yang
berwenag dalam bentuk standar akuntansi ( Accounting standards) atau dapat juga pedoman
pedoman yang baik dan telah banyak dipraktikkan ( sound accounting practices) yang dapat
digunakan sebagai acuan bila hal tersebut tidak bertentangan dengan kersngka konseptual.

Perbedaan Antara Rerangka Konseptual FASB dan IASC

Kedua struktur meta teori versi FASB dan IASC, memiliki unsur-unsur yang mirip. Tetapi
ada beberapa perbedaan prinsip dalam kedua model tersebut, yaitu :

 Pernyataan tujuan di FASB adalah tujuan pelaporan keuangan, tetapi di IASC tujuan
laporan keuangan. Lingkup penerapan FASB adalah di amerika serikat yang
mempertimbangkan karakteristik lingkungan. Sedang lingkup penerapan IASC adalah
internasional sehingga karakteristik lingkungan local/Negara menjadi tidak relevan.

 Focus utama tujuan pelaporan keuangan. Dalam FASB 34 diungkapkan bahwa focus
utama adalah investor dan kreditor, karena mereka adalah pengguna mayoritas dan
pelaku utama di pasar modal Amerika. Sementara di IASC target pemakai dinyatakan
secara umum, tidak focus pada kelompok tertentu karena harus mempertimbangkan
karakteristik pelaku utama di berbagai Negara, dengan tingkatan pertumbuhan
ekonomi yang berbeda, tingkatan kecanggihan pasar keuangan yang juga berbeda
sehingga dinyatakan secara umum.

 Asumsi yang mendasari penyusunan laporan keuangan (underlying assumption) dan


konsep modal dan mempertahankan modal secara eksplisit dinyatakan dalam IASC.
Tetapi FASB tidak menyajikan kedua komponen konsep yang terpisah, karena kedua
hal tersebut merupakan konsep dasar yang digunakan FASB dalam penjelasan,
argument dan penalaran yang menyertai setiap komponen konsep.

11
Dengan memperhatikan beberapa perbedaan diatas, tampak bahwa struktur meta teori
FASB lebih sempurna dibandingkan dengan IASC. FASB menggunakan penalaran yang
lebih kuat serta penjelasan yang lebih lengkap untuk setiap konsepnya, sehingga FASB
mempunyai nilai pendidikan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan pedoman penyusunan laporan
keuangan yang diterima secara global. Adapun dampak perubahan yang terjadi pada
perkembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia dapat diketahui seperti perbedaan
antara PSAK 1 dengan IAS No.1 yaitu mengenai format penyajian laporan keuangan dan
komponen laporan keuangan dan juga mengenai informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan.
Dampak perubahan yang terjadi pada perkembangan standar akuntansi keuangan di
Indonesia membuat setiap perusahaan melakukan perubahan pada penyajian laporan
keuangan di perusahaan. Dampak yang ditimbulkan dari konvergensi ini akan sangat
mempengaruhi semua kalangan, baik itu bidang bisnis maupun pendidikan.

13
Daftar Pustaka

http://elsamahromi.blogspot.co.id/2012/06/tugas-teori-akuntansi.html

https://www.academia.edu/26144341/RERANGKA_KONSEPTUAL

http://mihok.my.id/kerangka-konseptual-dalam-pelaporan-keuangan-sebuah-telaah-
komparatif/

14

Anda mungkin juga menyukai