Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah
melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam meningkatkan
mutu pembelajaran, guru diharapkan mampu mengembangkan dan memilih strategi
yang tepat demi tercapainya tujuan pembelajaran. Jika guru menggunakan
pendekatan pembelajaran yang menarik dan terpusat pada siswa, maka motivasi dan
perhatian siswa akan terbangkitkan sehingga akan terjadi interaksi antara siswa
dengan siswa dan siswa dengan guru sehingga kualitas pembelajaran akan meningkat.
Suasana belajar siswa sangat tergantung pada kondisi pembelajaran dan
kesanggupan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran di kelas
merupakan proses yang sangat kompleks dan dinamis dalam hal transfer ilmu
pengetahuan antara guru sebagai pendidik dengan siswa sebagai siswa. Hal tersebut
dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari faktor guru, siswa, karakteristik materi
yang diajarkan sampai fasilitas pendukung di sekolah. Keberhasilan siswa dalam
belajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai (Izzati, 2015).
Guru harus memperhatikan dua faktor yang mempengaruhi peningkatan
prestasi belajar siswa, yaitu faktor dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor
dari luar diri siswa (faktor eksternal). Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan
faktor psikologi. Faktor psikologi terdiri dari kecerdasan, bakat, sikap, kebiasaan,
minat, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. Faktor eksternal adalah faktor yang
datang dari luar siswa yang menyebabkan siswa tidak dapat mengoptimalkan prestasi
belajarnya seperti, 1) faktor keluarga, 2) faktor guru atau pengajar, 3) faktor
lingkungan sekolah, 4) faktor lingkungan masyarakat, 5) faktor fasilitas belajar, 6)
faktor pergaulan. Oleh karena itu, pembelajaran remedial sangat diperlukan untuk
menolong siswa sehingga dapat memperbaiki prestasi belajarnya dan tujuan dari
pendidikan serta KKM yang ditentukan dapat tercapai dengan baik (Slamet, 2015).
Dari faktor siswa, tidak semua siswa dapat langsung memahami dan mengerti
materi yang diajarkan oleh guru. Perbedaan latar belakang, karakteristik dan

1
kemampuan siswa membuat siswa berbeda-beda dalam kecepatan menerima
pelajaran. Ada siswa yang cepat, ada yang sedang dan ada pula yang lambat dan
susah dalam menerima pelajaran. Ditambah lagi oleh karakteristik mata pelajaran
Biologi yang memiliki banyak istilah yang jarang digunakan dalam kehidupan sehari-
hari sehingga sulit dipahami dan beberapa materi yang tidak dapat diamati langsung
(Izzati, 2015). Hal-hal tersebut mempengaruhi siswa dalam pencapaian ketuntasan
belajar sehingga ada siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar dan ada siswa
yang belum mencapai ketuntasan belajar.
Tugas guru sebagai fasilitator belajar di kelas berkewajiban untuk membantu
dan memfasilitasi semua kebutuhan siswa termasuk dalam mencapai ketuntasan
belajar dan memaksimalkan potensi diri yang dimiliki siswanya, baik kelompok
siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar maupun kelompok siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar. Untuk itulah guru harus mampu membuat program
yang mampu mengayomi kebutuhan seluruh siswa, bukan hanya fokus membantu
kelompok siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, tetapi juga tetap
memberikan perhatian pada kelompok siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar.
Salah satu program yang bisa dibuat dan diberikan untuk memfasilitasi kedua
kelompok siswa tersebut adalah dengan menerapkan program remedial atau
perbaikan kepada kelompok siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dan
memberikan program pengayaan kepada kelompok siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar.
Pengajaran perbaikan adalah salah satu upaya guru untuk membantu siswa
yang belum mencapai ketuntasan belajar, berupa kegiatan perbaikan yang mencakup
segala bantuan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan hasil
belajar agar mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan. Bentuk pengajaran
perbaikan dapat berupa pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media
yang berbeda, pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan,
pemberian tugas-tugas, latihan secara khusus, dan pemanfaatan tutor sebaya
(Sukiman, 2015). Sedangkan program pengayaan merupakan kegiatan yang
diperuntukkan bagi siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi yang

2
berarti mereka adalah siswa yang tergolong cepat dalam menyelesaikan tugas
belajarnya (Sugihartono, 2012). Dengan adanya pengajaran perbaikan dan pengayaan
diharapkan perolehan pengetahuan sebagai hasil dari belajar yang diperoleh siswa
menjadi meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengajaran perbaikan dalam biologi?
1.2.2 Bagaimana pengajaran pengayaan dalam biologi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengajaran perbaikan dalam biologi.
1.3.2 Untuk mengetahui pengajaran pengayaan dalam biologi.

1.4 Manfaat
1.4.1 Sebagai referensi alternatif pengajaran yang dapat diterapkan untuk siswa.
1.4.2 Sebagai penambah wacana ilmu pendidikan dan bahan acuan bagi mahasiswa
pendidikan biologi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengajaran Perbaikan (Remedial teaching)


2.1.1 Definisi Pengajaran Perbaikan
Istilah remedial berasal dari kata remedy, remedial, remedies (dari bahasa
Inggris) yang berarti obat, memperbaiki, atau menolong (Echols, 2007). Karena itu,
remedial berarti hal-hal yang berhubungan dengan perbaikan. Program remedial
merupakan implikasi dari teori belajar tuntas yang memerlukan upaya tambahan
untuk mengatasi dan membantu siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, salah
satunya adalah dengan mengadakan program remedial untuk membantu siswa yang
belum mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan menurut Prayitno (2008), remedial
merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok
siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka.
Pengajaran remedial (remedial teaching) adalah suatu bentuk pengajaran yang
bersifat penyembuhan atau membetulkan atau dengan singkat pengajaran yang
membuat menjadi baik. Dalam memberikan pengajaran remedial kepada siswa yang
memiliki kesulitan belajar harus dengan menggunakan metode dan pendekatan yang
tepat sehingga bantuan yang diberikan dapat diterima dengan jelas (Sukminawati,
2009). Pengajaran remedial merupakan salah satu wujud pengajaran khusus yang
sifatnya memperbaiki prestasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar (Marika
dan Munzayanah, 1992). Sedangkan menutut Hariati (1992), pengajaran remedial
secara umum dapat diartikan sebagai upaya yang berkaitan dengan perbaikan pada
diri seseorang yang mengalami hambatan dalam proses belajar mengajar. Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran remedial merupakan suatu
bentuk pengajaran perbaikan yang ditujukan kepada siswa yang mengalami hambatan
dalam proses belajar mengajar dan bersifat menyembuhkan dan membetulkan siswa
agar hasil belajar yang diperoleh lebih baik.
Menurut Slamet (2015), siswa yang harus dimasukkan dalam kelompok
pembelajaran remedial biasanya mengalami kesulitan dalam hal sebagai berikut:

4
1) Kemampuan mengingat relatif kurang.
2) Perhatian yang sangat kurang dan mudah terganggu dengan sesuatu yang lain
disekitar pada saat belajar.
3) Relatif lemah dalam memahami secara menyeluruh.
4) Lemah dalam memecahkan masalah.
5) Sering gagal dalam menyimak suatu gagasan dari sumber informasi.
6) Mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep yang abstrak.
7) Gagal menghubungkan suatu konsep dengan konsep lainnya yang relevan.
8) Memerlukan waktu relatif lebih lama dalam penyelesaian tugas.
Pembelajaran remedial merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam
dunia pendidikan, selama dalam proses pendidikan itu terdapat standar yang harus
dicapai oleh siswa. Pembelajaran remedial harus disediakan karena pada hakikatnya
pembelajaran remedial merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menolong siswa
meningkatkan prestasi belajarnya sehingga siswa mampu mencapai suatu standar
yang telah ditetapkan, karena setiap individu dilahirkan unik begitu pula dalam proses
pendidikan dan pembelajaran setiap masing-masing individu mempunyai kemampuan
yang berbeda. Setiap individu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Hal tersebut menyebabkan perbedaan hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran
(Slamet, 2015).
2.1.2 Tujuan Pengajaran Perbaikan
Menurut Warkitri (1990) dalam (Sugihartono, dkk., 2012) tujuan pengajaran
perbaikan dibagi menjadi dua yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus.
Secara umum pengajaran perbaikan bertujuan untuk membantu siswa mencapai hasil
belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum. Secara
khusus tujuan pengajaran perbaikan adalah membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar agar mencapai prestasi yang diharapkan melalui proses
penyembuhan dalam aspek kepribadian atau dalam proses belajar mengajar.
Kustawan (2013) menyebutkan bahwa tujuan pengajaran perbaikan adalah:
1) Setiap siswa mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan.

5
2) Memahami kelebihan dan kekurangan kompetensi siswa, termasuk jenis dan
sifat kesulitan yang dihadapinya.
3) Memilih dan menggunakan fasilitas belajar yang tepat dan mengatasi hambatan
yang menjadi latar belakang kesulitannya.
4) Mengubah atau memperbaiki cara belajar siswa agar lebih efektif dan efisien
sesuai dengan karakteristiknya.
5) Agar siswa dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat memotivasi
pencapaian hasil belajar yang lebih baik dan melaksanakan tugas belajar yang
lebih baik juga.
Slamet (2015) menambahkan bahwa tujuan dari pengajaran perbaikan sebagai
berikut.
1) Diharapkan siswa dapat memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi
belajar, baik yang meliputi segi kekuatannya, segi kelemahannya, maupun jenis
dan sifat kesulitannya.
2) Diharapkan siswa dapat mengubah atau memperbaiki cara-cara belajar yang
selama ini dia lakukan ke arah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan belajar
yang dihadapinya.
3) Diharapkan siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar yang tepat yang dapat
menunjang keberhasilannya.
4) Diharapkan siswa dapat mengatasi hambatan belajar yang menjadi latar belakang
kesulitan belajarnya.
5) Diharapkan siswa dapat mengembangakan sikap dan kebiasaan yang dapat
menunjang tercapainya hasil belajar yang lebih baik.
6) Diharapkan siswa dapat melaksanakan tugas pembelajaran yang diberikan oleh
guru.
7) Dan diharapkan siswa dapat menguasai materi pembelajaran yang dimaksud.
Dari pemaparan para tokoh dapat disimpulkan bahwa pengajaran perbaikan
merupakan suatu program yang perlu dilakukan sesuai dengan kesulitan belajar yang
siswa alami. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membantu siswa yang mengalami

6
kesulitan belajar untuk mencapai SKL yang telah ditentukan, melalui proses
penyembuhan sesuai dengan karakteristik siswa.
2.1.3 Fungsi Pengajaran Perbaikan
Terdapat beberapa fungsi pengajaran perbaikan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar, antara lain fungsi korektif, pemahaman, penyesuaian,
pengayaan, akselerasi dan terapeutik (Warkitri, 1990 dalam Sugihartono, dkk., 2012).
1) Fungsi korektif, merupakan usaha untuk memperbaiki atau meninjau kembali
sesuatu yang dianggap keliru. Fungsi korektif dilakukan melalui perbaikan dalam
proses pembelajaran. Proses pembelajarannya berkaitan dengan aspek perumusan
tujuan, penggunaan metode mengajar, materi, alat peraga, cara belajar, evaluasi
dan kondisi dari masing-masing siswa. Aspek-aspek tersebut harus ditinjau dalam
mengadakan pengajaran perbaikan sehingga mampu membantu tercapainya
pembelajaran yang optimal.
2) Fungsi pemahaman, yaitu terjadi proses pemahaman terhadap pribadi siswa, baik
dari guru, pembimbing maupun siswa itu sendiri. Guru berusaha membantu siswa
untuk memahami dirinya dalam kesulitan, kelemahan dan kelebihan yang
dimilikinya. Dengan bantuan ini diharapkan siswa dapat melaksanakan tugas-
tugas belajaranya dengan baik.
3) Penyesuaian, artinya siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga
siswa dapat benar-benar mengoptimalkan kemampuannya sehingga tidak
menjadi beban namun akan menjadi peluang memperoleh prestasi bagi siswa.
4) Pengayaan, maksudnya pengajaran perbaikan dapat memperkaya proses
pembelajaran pada siswa. Melalui pengayaan, siswa dapat memperoleh materi
lebih banyak dan lebih dalam. Guru berusaha membantu siswa mengatasi
kesulitan belajar dengan menyediakan atau menambah materi pembelajaran
yang tidak atau belum disampaikan dalam pembelajaran biasa.
5) Akselerasi, maksudnya pengajaran perbaikan dapat mempercepat proses belajar
baik dari segi waktu atau materi yang diberikan. Guru mempercepat pembelajaran
dengan menambah frekuensi pertemuan dan materi pembelajarannya.

7
6) Terapeutik. Secara langsung atau tidak langsung, pengajaran perbaikan dapat
menyembuhkan kondisi pribadi yang kurang baik sehingga penyembuhan ini
dapat menunjang pencapaian prestasi belajar dan pencapaian prestasi yang baik
dan berpengaruh terhadap pribadi.
Dari fungsi-fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi pengajaran perbaikan
adalah membantu guru dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam
mencapai prestasi belajar.
2.1.4 Pendekatan Pengajaran Perbaikan
Sugihartono, dkk (2012) menyebutkan bahwa pendekatan dalam pengajaran
perbaikan dibagi menjadi tiga, yaitu pendekatan yang bersifat preventif, kuratif dan
pengembangan.
2.1.4.1 Pendekatan Pencegahan (preventif)
Pendekatan ini diberikan pada siswa yang diduga akan mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan program yang akan ditempuh. Pendekatan ini bertolak dari
hasil pretes atau evaluasi reflektif. Dari hasil pretes, guru dapat mengklasifikasikan
kemampuan siswa menjadi tiga golongan, yaitu siswa yang diperkirakan mampu
menyelesaikan program sesuai waktu yang disediakan, siswa yang diperkirakan dapat
menyelesaikan lebih cepat dari waktu yang ditetapkan dan siswa yang diperkirakan
terlambat atau tidak dapat menyelesaikan program sesuai waktu yang telah
ditetapkan. Dari penggolongan tersebut maka teknik layanan yang dapat dilakukan
adalah:
1) Kelompok belajar homogen, dalam kelompok ini siswa diberi pelajaran, waktu
dan tes yang sama.
2) Layanan individual, pembelajarannya disesuaikan dengan keadaan siswa,
sehingga setiap siswa mempunyai program sendiri.
3) Layanan pembelajaran dengan kelas khusus, siswa mengikuti program
pembelajaran yang sama dalam satu kelas. Siswa yang mengalami kesulitan
dibidang tertentu disediakan kelas khusus remedial dan bagi siswa yang cepat
belajarnya disediakan paket program pengayaan. Setelah selesai kembali ke
dalam kelompok dan mengikuti pembelajaran di kelas (Sulistyani, 2014).

8
2.1.4.2 Pendekatan Penyembuhan (curative)
Pendekatan ini diberikan kepada siswa yang sudah nyata mengalami
hambatan dalam mengikuti proses belajar mengajar. Gejala yang terlihat yaitu
prestasinya sangat rendah dibandingkan dengan kriteria tingkat keberhasilan yang
ditetapkan. Pendekatan kuratif dilakukan setelah program pembelajaran yang pokok
selesai dilaksanakan dan dievaluasi. Guru akan menemukan bagian dari siswa yang
tidak mampu menguasai seluruh bahan yang telah disampaikan. Guru mengambil
sikap dengan memberikan bimbingan belajar remedial teaching, sedangkan siswa
yang hampir berhasil dan berhasil dapat diberikan layanan pengajaran pengayaan atau
diarahkan pada program pembelajaran selanjutnya. Menurut Buna’i (2007),
pelaksanaannya dapat dilakukan dengan pengulangan (repetition), pengayaan
(enrichment) dan pengukuhan (reinforcement), serta percepatan (acceleration)
sebagai berikut.
1) Pengulangan (repetition) dapat dilakukan setiap akhir jam pertemuan, akhir
unit pembelajaran, atau setiap pokok bahasan. Pelaksanaannya bisa secara
individual maupun kelompok.
2) Pengayaan dan pengukuhan (enrichment & reinforcement), layanan pengayaan
ditujukan pada siswa yang mempunyai kelemahan ringan secara akademik,
mungkin siswa itu cerdas. Program ini dapat dilakukan dengan memberikan tugas
rumah atau tugas yang dikerjakan di kelas pada saat pembelajaran berlangsung.
3) Percepatan (acceleration), layanan ini diberikan kepada siswa yang berbakat
tetapi menunjukkan kesulitan psikososial. Pelaksanaannya bagi siswa yang
berbakat dengan dinaikkan pada kelas yang lebih tinggi sesuai kemampuannya
tetapi statusnya sama dengan teman seangkatannya.
2.1.4.3 Pendekatan Pengembangan (development)
Pendekatan pengembangan merupakan upaya diagnostik yang dilakukan guru
selama pembelajaran. Tujuannya agar siswa dapat segera mengatasi hambatan-
hambatan yang dialami selama mengikuti pembelajaran, tentunya dengan adanya
bantuan dan bimbingan dari guru. Pendekatan ini menuntut guru untuk memonitor
terus-menerus kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung. Setiap ada

9
hambatan segera dan secara terus-menerus sehingga dengan demikian guru senantiasa
mengikuti perkembangan pada siswanya secara sistematis (Sulistyani, 2014).
Ketiga pendekatan tersebut sangat membantu guru dalam menentukan
tindakan baik itu sebelum, saat pembelajaran maupun keseluruhan program
pembelajaran sehingga siswa yang mengalami masalah dan yang tidak mengalami
masalah tetap biasa mencapai prestasi belajarnya dengan baik.
2.1.5 Metode Pengajaran Perbaikan
Metode pengajaran perbaikan merupakan metode yang dilaksanakan dalam
keseluruhan kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari langkah-langkah
identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak lanjut. Pemilihan metode harus
mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai, tingkat kesulitan yang dialami siswa,
fasilitas yang dimiliki, karakteristik siswa, karakteristik guru serta kesempatan yang
dimiliki oleh guru dan siswa. Menurut Mulyadi (2010) menyatakan ada beberapa
metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pengajaran perbaikan sebagai
berikut.
2.1.5.1 Metode Pemberian Tugas
Metode ini merupakan metode yang dilakukan guru dengan memberikan
tugas tertentu pada siswa secara individual ataupun kelompok, dilanjutkan dengan
adanya pertanggungjawaban. Tugas yang diberikan dimaksudkan untuk mengenal
kasus dan mendiagnosis kesulitan belajar, hendaknya ditetapkan dengan jelas cara-
cara mengerjakan dan patokan penilaiannya. Keuntungan penggunaan metode ini
antara lain, siswa lebih memahami kemampuan/kelemahan dirinya sendiri, siswa
dapat memperluas dan memperdalam materi yang dipelajari, siswa dapat
memperbaiki cara-cara belajar yang telah dilakukan, dan terdapat kemajuan belajar
siswa baik secara individual maupun kelompok.
2.1.5.2 Metode Diskusi
Metode ini bertujuan untuk menemukan pemecahan masalah, suatu pertemuan
pendapat/kompromi yang disepakati bersama sebagai gambaran dari gagasan-gagasan
terbaik yang diperoleh dari pembicaraan bersama. Metode diskusi dapat juga

10
digunakan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, dengan adanya
interaksi bersama siswa lain dalam kelompoknya.
2.1.5.3 Metode Tanya Jawab
Tanya jawab dilaksanakan untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan
cara guru bertanya pada siswa atau siswa yang bertanya pada guru. Berdasarkan
jenis dan sifat kesulitan yang dialami siswa tujuan metode tanya jawab ialah
untuk membantu siswa mengenali dirinya secara mendalam, memahami kelemahan
dan kelebihan, serta membantu memperbaiki cara belajar siswa.
2.1.5.4 Metode Kerja Kelompok
Dalam metode ini beberapa siswa secara bersama-sama ditugaskan untuk
mengerjakan suatu tugas tertentu. Kelas dapat dipandang sebagai suatu kesatuan
kelompok tersendiri, dan dapat juga dibagi menjadi beberapa kelompok dan
kemudian dapat juga dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil,
semua pembagian kelompok itu tergantung dari tujuan dan kepentingan. Keuntungan
dari metode ini yakni adanya pengaruh anggota kelompok yang cakap dan
berpengalaman, dapat meningkatkan minat belajar, memupuk tanggung jawab, saling
memahami diri.
2.1.5.5 Metode Tutor Sebaya
Dalam pelaksanaannya metode ini dapa membantu siswa baik secara
individual maupun kelompok berdasarkan petunjuk yang diberikan oleh guru. Tutor
dapat berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok atau berperan sebagai
pengganti guru. Keuntungan dari model ini antara lain, dapat meningkatkan rasa
tanggungjawab dan kepercayaan diri, hubungan siswa semakin akrab, dan bagi
tutor sendiri kregiatan ini dapat sebagai pengayaan dalam belajar dan untuk
menambah motivasi belajar.
2.1.5.6 Pengajaran Individual
Pelaksanaan pembelajaran individual akan berbeda antara siswa satu
dengan yang lain, sehingga materi yang diberikan bisa bersifat pengulangan atau
pengayaan ataupun materi baru, sesuai dengan bentuk kesulitannya. Dalam
pelaksanaannya guru dituntut nmemiliki kemampuan sebagai pembimbing,

11
misalnya: ulet, sabar, bertanggungjawab, menerima, memahami, disenangi. Guru
juga harus mampu mencipkan suasana sedemikian rupa sehingga dalam proses
pembelajaran terjai interaksi yang bersifat membantu.
2.1.6 Pelaksanaan
Warkitri (1990) (dalam Sugihatono, dkk. 2012) bahwa untuk melaksanakan
remedial teaching harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Penelaahan kembali kasus
Langkah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kasus yang
di hadapi dan kemungkinan pemecahannya. Dalam langkah ini guru diharapkan
memperoleh gambaran tentang siswa yang perlu mendapatkan layanan,
tingkat kesulitan yang dialami siswa, letak terjadinya kesulitan, bagian ranah
yang mengalami kesulitan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan
siswa.
2) Pemilihan alternatif tindakan
Karakteristik kasus atau permasalahan yang dihadapi peserta didik dapat
digolongkan menjadi kasus yang berat, cukup berat, dan ringan. Kasus yang
ringan yaitu apabila siswa belum menemukan cara belajar yang baik, tindakan
yang ditempuh adalah pemberian pengajaran remedial. Kasus yang cukup
berat yaitu apabila siswa telah mampu menemukan cara belajar tetapi belum
berhasil karena hambatan psikologis. Kasus dikatakan berat bila siswa belum
mampu menemukan cara belajar yang baik dan memiliki hambatan emosional.
Maka sebelum melaksanakan pengajaran remedial, siswa harus diberi layanan
konseling untuk mengatasi hambatan emosional yang mempengaruhi kegiatan
belajarnya.
3) Pemberian layanan khusus
Layanan khusus yaitu layanan konseling, yang bertujuan agar siswa yang
mengalami kasus atau permasalahan terbebas dari hambatan emosional, sehingga
dapat mengikuti pembelajaran secara wajar.
Berikut ini kasus atau permasalahan siswa dan cara mengatasi yang dapat
ditangani oleh guru bidang studi:

12
a) Kasus kurang motivasi dan minat belajar, cara mengatasinya: menghindarkan
siswa dari pertanyaan pertanyaan negatif yang dapat melemahkan semangat
belajar, termasuk memarahi, merendahkan, dan membandingkan dengan
orang lain yang lebih sukses.
b) Kasus sikap negatif terhadap guru, cara mengatasinya dengan cara
menciptakan hubungan yang akrab antara guru dengan siswa dan antar
siswa, memberikan pengalaman yang menyenangkan dan menciptakan iklim
atau suasana sosial yang sehat dalam kelas.
c) Kasus kebiasaan belajar yang salah, cara mengatasinya menunjukan cara
belajar yang salah, memberikan kesempatan untuk berlatih dan belajar dengan
pola-pola belajar yang baru.
d) Kasus ketidakcocokan antara keadaan pribadi dengan lingkungan dan
program studinya, cara mengatasinya dengan cara memberikan layanan
informasi tentang pemilihan program studi dan cara belajarnya serta
prospek dari program studi yang dipilih oleh siswa.
Menurut Mulyadi (2010) patokan untuk mendeteksi keberhasilan layanan
bantuan sementara (immediate criteria) adalah sebagai berikut.
a) Menunnjukkan minatnya untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi.
b) Menunjukkan kesediaan kerjasama dengan pihak lain, guna mencari jalan
pemecahan masalah yang dihadapi.
c) Ketegangan, sikap keterbukaan dan kemampuan menyadari masalahnya
secara realistis mulai tampak.
d) Mulai tampak kemampuan untuk mengembangkan, mempertimbangkan
dan memilih alternatif pemecahan yang mungkin ditempuh.
e) Menunjukkan ketersediaan dan kesanggupan untuk melaksanakan
alternatif tindakan pemecahan lebih lanjut yang telah dipilih. Termasuk
penyesuaian baik terhadap dirinya maupun lingkungannya.
4) Pelaksanaan remedial teaching

13
Sasaran pokok langkah ini adalah meningkatkan prestasi dan kemampuan
siswa dalam menyesuaikan diri dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
guru.
5) Pengukuran kembali hasil belajar
Setelah pengajaran remedial selesai, selanjutnya diadakan pengukuran terhadap
perubahan dalam diri siswa yang bersangkutan. Pengukuranini untuk mengetahui
kesesuaian antara rencana dengan pencapaian hasil yang diperolehnya.
6) Re-evaluasi dan re-diagnostik
Hasil pengukuran pada langkah kelima ditafsirkan dengan menggunakan cara
dan kriteria seperti pada proses pembelajaran yang sesungguhnya. Hasil
penafsiran tersebut menghasilkan tiga kemungkinan sebagai berikut:
a) Siswa menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaiannya
mencapai kriteria keberhasilan minimum seperti yang diharapkan.
b) Siswa menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian
dirinya, tetapi belum sepenuhnya memadai kriteria keberhasilan minimum
yang diharapkan.
c) Siswa menunjukkan perubahan yang berarti, baik dalam prestasinya
maupun kemampuan penyesuaian dirinya.
Sebagai tindak lanjut dari pengajaran perbaikan ini ada tiga kemungkinan
kegiatan yang harus ditempuh guru, yaitu:
1) Bagi siswa yang berhasil, diberi rekomendasi untuk melanjutkan ke program
pembelajaran utama tahap berikutnya.
2) Siswa yang belum sepenuhnya berhasil, sebaiknya diberi pengayaan dan
pengukuhan prestasi sebelum diperkenankan melanjutkan ke program
selanjutnya.
3) Siswa yang belum berhasil, sebaiknya dilakukan re-diagnostik untuk
mengetahui letak kelemahan, kesalahan atau kekurangan pengajaran remedial
yang telah dilakukan, sehingga mungkin perlu adanya ulangan dengan
alternatif yang sama atau alternatif yang lain.

14
2.2 Pengajaran Pengayaan
2.2.1 Definisi
Pengayaan adalah kegiatan tambahan yang diberikan kepada
siswa yang telah mencapai ketentuan dalam belajar yang dimaksudkan
untuk menambah wawasan atau memperluas pengetahuannya dalam
materi pelajaran yang telah dipelajari. Menurut Mukhtar dan Rusmini
(2005) pengayaan merupakan kegiatan pengayaan merupakan kegiatan
yang relatif bebas karena bersifat memperluas, memperdalam dan
menunjang satuan pelajaran yang diterapkan kepada para siswa yang
sudah tuntas dalam belajar. Arikunto (2002) berpendapat bahwa
pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan
untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang
memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat
mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya.
Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta didik yang
memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi
untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal dalam belajarnya.
Dalam kurikulum dirumuskan secara jelas kompetensi inti (KI) dan
kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan
KI dan KD setiap peserta didik diukur dengan menggunakan sistem
penilaian acuan kriteria (PAK). Jika seorang peserta didik mencapai
standar tertentu maka peserta didik tersebut dipandang telah mencapai
ketuntasan. Oleh karena itu program pengayaan dapat diartikan sebagai
kegiatan memberikan tambahan dan perluasan pengalaman atau kegiatan
peserta didik yang teridentifikasi melampaui ketuntasan belajar yang
ditentukan oleh kurikulum. Dalam program pengayaan guru
memfasilitasi peserta didik untuk memperkaya wawasan dan
keterampilannya serta mampu mengaplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari.

15
2.2.2 Tujuan
Beberapa tujuan utama dari pelaksanaan pembelajaran pengayaan menurut
Sugihartono (2012) adalah:
a. Siswa lebih menguasai bahan materi pelajaran dengan cara siswa
ditugaskan membuat ringkasan materi pelajaran menjadi tutor sebaya
bagi teman satu kelasnya.
b. Siswa memperdalam pengetahuan terkait mata pelajaran yang
disampaikan guru dengan tugas-tugas membaca surat kabar, dan belajar
dari sumber belajar lain yang relevan dengan materi pelajaran.
c. Siswa memiliki rasa tanggung jawab dengan cara melaporkan tentang
apa saja tugas-tugas yang telah dilakukanya dan pengetahuan yang
didapatkannya dari membaca surat kabar, bukubuku, atau media belajar
lainnya kepada guru dan juga kepada siswa satu kelasnya.
2.2.3 Strategi dan Bentuk
Strategi pengayaan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas (2015) adalah dengan mengidentifikasi kemampuan
berlebih. Identifikasi kemampuan berlebih peserta didik dimaksudkan
untuk mengetahui jenis serta tingkat kelebihan belajar peserta didik.
Kelebihan kemampuan belajar itu antara lain meliputi:
a. Belajar lebih cepat: peserta didik yang memiliki kecepatan belajar tinggi
ditandai dengan cepatnya penguasaan kompetensi (KI/KD) mata
pelajaran tertentu.
b. Menyimpan informasi lebih mudah: peserta didik yang memiliki
kemampuan menyimpan informasi lebih mudah, akan memiliki banyak
informasi yang tersimpan dalam memori/ ingatannya dan mudah diakses
untuk digunakan.
c. Keingintahuan yang tinggi: banyak bertanya dan menyelidiki
merupakan tanda bahwa seorang peserta didik memiliki hasrat ingin
tahu yang tinggi.

16
d. Berpikir mandiri: peserta didik dengan kemampuan berpikir mandiri
umumnya lebih menyukai tugas mandiri serta mempunyai kapasitas
sebagai pemimpin.
e. Superior dalam berpikir abstrak: peserta didik yang superior dalam
berpikir abstrak umumnya menyukai kegiatan pemecahan masalah.
f. Memiliki banyak minat: mudah termotivasi untuk meminati masalah
baru dan berpartisipasi dalam banyak kegiatan.
Adapun bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan menurut
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2015) dapat dilakukan
antara lain melalui:
a. Belajar kelompok, yaitu sekelompok peserta didik yang memiliki minat
tertentu diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam pelajaran
sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya yang mengikuti
pembelajaran remedial karena belum mencapai ketuntasan.
b. Belajar mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar mengenai
sesuatu diminati.
c. Pembelajaran berbasis tema, yaitu memadukan kurikulum di bawah
tema besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara
berbagai disiplin ilmu.
d. Pemadatan kurikulum, yaitu pemberian pembelajaran hanya untuk
kompetensi/materi yang belum diketahui peserta didik. Dengan
demikian tersedia waktu bagi peserta didik untuk memperoleh
kompetensi/materi baru, atau bekerja dalam proyek secara mandiri
sesuai dengan kapasitas
Bentuk pelaksanaan program pengayaan menurut Izzati (2015)
adalah:
e. Menugaskan siswa membaca materi pokok dalam kompetensi dasar
selanjutnya.
f. Memfasilitasi siswa melakukan percobaan, soal latihan,
menganalisa gambar.

17
g. Memberikan bahan bacaan untuk didiskusikan guna menambah
wawasan para siswa.
h. Membantu guru membimbing teman-temannya yang belum
mencapai standar ketuntasan belajar minimum.
2.2.4 Materi dan Waktu
Menurut Majid (2009) materi dan waktu pelaksanaan pengajaran
pengayaan adalah:
1. Materi pengayaan diberikan sesuai dengan kompetensi dasar yang
dipelajari.
2. Waktu pelaksanaan pengajaran pengayaan yaitu:
a. setelah mengikuti tes/ujian KD tertentu
b. setelah mengikuti tes/ujian pada semester tertentu.
Sehingga materi dan waktu pelaksanaan pengajaran pengayaan sangat
bergantung pada kompetensi dasar yang dipelajari.
2.2.4. Jenis
Beberapa jenis dalam pelaksanaan pembelajaran pengayaan adalah:
a. Kegiatan eksploratori yang masih terkait dengan KD yang sedang
dilaksanakan yang dirancang untuk disajikan kepada peserta didik.
Sajian yang dimaksud contohnya : bisa berupa peristiwa sejarah,
buku, narasumber, penemuan, uji coba, yang secara regular tidak
tercakup dalam kurikulum.
b. Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar
berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap
topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
c. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang
memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan
masalah nyata dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah atau pendekatan investigatif atau penelitian ilmiah.
Pemecahan masalah ditandai dengan:
a. Identifikasi bidang permasalahan yang akan dikerjakan;

18
b. Penentuan fokus masalah/problem yang akan dipecahkan;
c. Penggunaan berbagai sumber;
d. Pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan;
e. Analisis data;
f. Penyimpulan hasil investigasi.
2.2.5. Prinsip Pelaksanaan
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengonsep pembelajaran
pengayaan menurut Khatena (1992) adalah:
a. Inovasi: guru perlu menyesuaikan program yang diterapkannya
dengan kekhasan peserta didik, karakteristik kelas serta lingkungan
hidup dan budaya peserta didik.
b. Kegiatan yang memperkaya: dalam menyusun materi dan mendisain
pembelajaran pengayaan, kembangkan dengan kegiatan yang
menyenangkan, membangkitkan minat, merangsang pertanyaan dan
sumber yang bervariasi dan memperkaya.
c. Merencanakan metodologi yang luas dan metode yang lebih bervariasi.
Misalnya dengan memberikan project, pengembangan minat dan
aktivitas menggugah (playful).
d. Menerapkan informasi terbaru, hasil penelitian atau kemajuan
program pendidikan terkini.
2.2.6. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Merancang Pelaksanaan
Passow (1993) menyarankan bahwa dalam merancang
pembelajaran pengayaan penting untuk memperhatikan 3 hal berikut:
a. Keluasan dan kedalaman dari pendekatan yang digunakan dan
materi yang diberikan tidak hanya berisi yang yang luarnya saja
tetapi diberikan dengan lebih menyeluruh dan lebih mendalam. Contoh:
membahas mengenai prinsip Phytagoras, tidak hanya memberikan
rumus dan pemecahan soal saja tetapi juga memberikan
pemahaman yang luas dari mulai sejarah terbentuknya hukum
phytagoras dan bagaimana penerapan prinsip tersebut dalam kehidupan

19
b. Tempo dan kecepatan dalam membawakan program. Menyesuaikan
cara pemberian materi dengan tempo dan kecepatan peserta didik dalam
menangkap materi yang diajarkan. Hal ini berkaitan dengan kecepatan
daya tangkap yang dimiliki peserta didik sehingga materi dapat
diberikan dengan lebih mendalam dan lebih dinamis untuk
menghindari kebosanan karena peserta didik yang telah menguasai
materi pelajaran yang diberikan di kelas.
c. Memperhatikan isi dan tujuan dari materi yang diberikan. Hal ini
bertujuan agar kurikulum yang dirancang lebih tepat guna dan
responsif terhadap kebutuhan peserta didik.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan:
3.1.1 Pengajaran perbaikan adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat
penyembuhan atau membetulkan atau dengan singkat pengajaran yang membuat
menjadi baik. Secara umum pengajaran perbaikan bertujuan untuk membantu
siswa mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ditetapkan dalam kurikulum. Secara khusus tujuan pengajaran perbaikan
adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar agar mencapai
prestasi yang diharapkan melalui proses penyembuhan dalam aspek
kepribadian atau dalam proses belajar mengajar.
3.1.2 Pengajaran pengayaan adalah kegiatan tambahan yang diberikan kepada
siswa yang telah mencapai ketentuan dalam belajar yang dimaksudkan
untuk menambah wawasan atau memperluas pengetahuannya dalam materi
pelajaran yang telah dipelajari. Tujuan utama dari pelaksanaan pembelajaran
pengayaan adalah:
a. Siswa lebih menguasai bahan materi pelajaran dengan cara siswa ditugaskan
membuat ringkasan materi pelajaran menjadi tutor sebaya bagi teman satu
kelasnya.
b. Siswa memperdalam pengetahuan terkait mata pelajaran yang disampaikan
guru dengan tugas-tugas membaca surat kabar, dan belajar dari sumber
belajar lain yang relevan dengan materi pelajaran.
c. Siswa memiliki rasa tanggung jawab dengan cara melaporkan tentang apa
saja tugas-tugas yang telah dilakukanya dan pengetahuan yang
didapatkannya dari membaca surat kabar, buku atau media belajar lainnya
kepada guru dan juga kepada siswa satu kelasnya.

21
3.2 Saran
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, semakin bervariasi pula
pembelajaran yang dapat diterapkan untuk siswa. Pengajaran perbaikan dan
pengayaan yang dapat diterapkan untuk siswa perlu diimbangi dengan adanya
keterampilan yang harus dimiliki guru dalam kegiatan pembelajaran, seperti memilih
metode pembelajaran yang tepat untuk mendukung pembelajaran perbaikan dan
pengayaan. Oleh karena itu, perlu adanya tinjauan kembali berkaitan dengan metode
yang dapat digunakan dalam pengajaran perbaikan dan pengayaan.

22
DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2007. Managemen Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.


Buna’i. 2007. Program Remedial (Solusi Alternatif bagi Siswa yang Kesulitan
Belajar dalam UNAS). Tadris, 2(2), 264_278.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2015. Panduan Remedial dan
Pengayaan Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Echols, J.M. & Hasaan, S. 2007. Kamus Inggris Indonesia (An English Indonesia
Dictionary). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hariati, S. 1992. Pengajaran Remedial. Yogyakarta: PT. Mitra Gama Widya.
Izzati, N. 2015. Pengaruh Penerapan Program Remedial dan Pengayaan Melalui
Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa.
EduMa, 4(1), 54_68.
Kustawan, D. 2013. Analisis Hasil Belajar. Jakarta: Luxima.
Majid, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Marika, S. & Munzayanah. 1992. Remedial Teaching. Surakarta: Bumi Aksara.
Mukhtar dan Rusmini. 2005. Pengajaran Pengayaan. Jakarta: Nimas Multima.
Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar. Yogyakarta: Nuhu Litera.
Prayitno. 2008. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Slamet. 2015. Pembelajaran Remedial untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar
Siswa. An-Nuha, 2(1), 97_117.
Sugihartono, dkk. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani.
Sukminawati, T. 2009. Penanganan Anak Berkesulitan Belajar Matematika melalui
Pembelajaran Remedial Siswa pada Kelas IV Sekolah Dasar. Surakarta: Prodi
PJJ S1-PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Sulistyani, P. 2014. Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran
Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman. Skripsi. UNY: FIP.

23

Anda mungkin juga menyukai