Anda di halaman 1dari 24

PERMASALAHAN INVESTIGASI INKUIRI AUTENTIK DALAM

PEMBELAJARAN SAINS/BIOLOGI

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah Problematika Pendidikan Biologi
yang dibina oleh Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M. Pd.

Disusun oleh

Allvanialista Ikalor 170341864511


Ella Rahmawati H. 170341864572
Usratussyarifah 170341864522

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM MAGISTER
APRIL 2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penyusunan
makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi penjelasan terkait permasalahan yang berkaitan dengan
Investigasi Inkuiri Autentik Dalam Pembelajaran Sains/Biologi. Penyusunan
makalah ini diharapkan dapat memberikan referensi dalam pengembangan
kegiatan pembelajaran yang lebih baik lagi.
Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati,
M.Pd atas arahan, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan sehingga proses
pembelajaran menjadi sistematis, terarah, bermakna untuk diterapkan dalam
kondisi pembelajaran nantinya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dan
banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Malang, April 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iii
DAFTAR TABE;..............................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Pembelajaran Inkuiri...............................................................................................3
2.2 Investigasi Inkuiri Autentik dalam Sains/Biologi...............................................11
2.3 Permasalahan Investigasi Inkuiri Autentik dalam Pembelajaran
Sains/Biologi ...................................................................................................15

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan...........................................................................................................18
3.2 Saran.....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Software Olfactory Sistem...........................................................................14

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis dan Tahapan Pembelajaran Inkuiri............................................................7


Tabel 2.2 Karakteristik Inkuiri...........................................................................................7
Tabel 2.3 Tahapan Model Inkuiri dan Kemampuan Inkuiri...............................................8
Tabel 2.4 Sintak Pembelajaran Inkuiri...............................................................................8
Tabel 2.5 Rangkuman Permasalahan dan Solusi Investigasi Inkuiri pada Guru.............17
Tabel 2.6 Rangkuman Permasalahan dan Solusi Investigasi Inkuiri pada Siswa............18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk


menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di
sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir ke dunia. Sejak kecil manusia
memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan,
pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa
keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan
otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna
(meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu.
Pada saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas, akan terjadi
hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu akan
mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana pengaruh
tingkah lakunya terhadap motivasi belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung
guru sulit menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh positif terhadap
motivasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar mana yang memberi kesan positif
pada diri siswa selama ini, strategi mana yang dapat membantu kejelasan konsep
selama ini, metode dan model pembelajaran mana yang tepat untuk dipakai dalam
menyajikan suatu pembelajaran sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa
dalam belajar. Didasari hal inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan
inquiry dikembangkan. Menemukan sendiri fakta dan prosedur tentu lebih
bermakna daripada hanya diberikan dan kemudian dihafalkan. Pembelajaran
inkuiry mengajak siswa untuk melakukan investigasi, menyintesis, merumuskan
hipotesis dan mengujinya melalui data dan fakta yang diperoleh, serta menarik
kesimpulan. Kegiatan tersebut memberikan dua hal pada siswa, yakni memahami
tentang konsep serta pengetahuan tentang metode ilmiah itu sendiri.
Inkuiri direkomendasikan sebagai salah satu strategi pembelajaran penting
dalam pengembangan literasi sains dan ketrampilan berpikir siswa. Telah banyak
dilakukan berbagai penelitian terkait efektivitas pembelajaran inkuiri dalam sains.
Terdapat kebutuhan nyata untuk meningkatkan kegiatan penyelidikan ilmiah

1
dengan memasukkan banyak fitur keautentikan pembelajaran (Tan & Kim, 2012).
Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi kemampuan siswa dalam
memahami dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam situasi nyata
misalnya dalam menyelesaikan tugas, masalah atau meregulasi situasi (Pantiwati,
2010).
Dalam perjalanannya penerapan pembelajaran inkuiri autentik dalam
sains/biologi masih jarang dilakukan dan tentu menemui banyak permasalahan
yang terjadi, sehingga diperlukan beberapa alternatif penyelesaian masalah
tersebut guna meningkatkan kualitas pembelajaran sains/biologi. Untuk itu
penulis merasa perlu membahas lebih lanjut Permasalahan Investigasi Inkuiri
Autentik Dalam Pembelajaran Sains/Biologi dalam sebuah makalah

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana pembelajaran inkuiri?
1.2.2 Bagaimana investigasi inkuiri autentik dalam sains/biologi?
1.2.3 Bagaimana permasalahan investigasi inkuiri autentik dalam pembelajaran
sains/biologi?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini sebagai berikut.
1.3.1 Mengetahui pembelajaran inkuiri.
1.3.2 Mengetahui investigasi inkuiri autentik dalam sains/biologi.
1.3.3 Mengetahui permasalahan investigasi inkuiri autentik dalam pembelajaran
sains/biologi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembelajaran Inkuiri


2.1.1 Pengertian Inkuiri

2
Inkuiri berasal dari inquire yang berarti mencari atau mempertanyakan.
Pembelajaran inkuiri dalam sains dapat diartikan sebagai pembelajaran yang
mengutamakan keterlibatan siswa dalam membangun dan mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri melalui proses pencarian atau eksperimen tertentu. Inkuiri
merupakan suatu proses bagi siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan
dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik
kesimpulan, dengan demikian siswa akan menjadi terbiasa berperilaku sebagai
saintis (objektif, jujur, kreatif, dan menghargai yang lain) (Kemendiknas, 2010).
Menurut Sanjaya (2008) ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pembelajaran
inkuiri sebagai berikut: a) aktivitas siswa secara maksimal, b) aktivitas siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan, c) mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan ketrampilan
proses, proses yang dilakukan melalui penyelidikan masalah, penemuan informasi
baru, merencanakan percobaan, pengumpulan data, analisis data dan menarik
kesimpulan pengetahuan tertentu. Sehingga melalui inkuiri siswa bebas
menciptakan suatu makna dan pengertian baru berdasarkan informasi dan
pengalaman yang telah dimiliki atau dipelajarinya. Secara umum, inkuiri
merupakan proses bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi,
merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi sumber-sumber informasi
secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview hal yang
telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan
alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta
membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya (Sanjaya, 2008).
Inkuiri juga bermaksud untuk mencari pola, menyiasati suatu fenomena
yang berlaku di alam sekitar berdasarkan hasil penemuan. Pembelajaran secara
inkuiri berlaku apabila konsep dan prinsip sains dilakukan dan ditemukan oleh
siswa sendiri. Sains sebagai inkuiri mementingkan siswa untuk mempelajari
keterampilan proses sains seperti pengamatan, membuat inferensi dan
bereksperimen. Guru sains harus melibatkan siswa dalam inkuiri dengan
memberikan peluang kepada siswa untuk bertanya mengenai persoalan,
menjelaskan kejadian alam, menguji ide dan berkomunikasi tentang apa yang

3
dipelajari. Menurut National Science Teachers Association Amerika Serikat
(1993) mencirikan inkuiri sebagai:
1. Mempertanyakan dan penyelesaian masalah yang dapat dipecahkan
(Questioning and formulating solvable problems).
2. Membuat refleksi dan membuat pengetahuan melalui data (Reflecting on, and
constructing knowledge from data).
3. Berkolaborasi dan bertukar informasi untuk mencari jawaban (Collaborating
and exchanging information while seeking solutions).
4. Mengembangkan konsep dan mengaitkan dengan data empiris (Developing
concepts and relationships from empirical data).
Secara umum, inkuiri merupakan proses yang terlibat aktif dalam
pemikiran sains (scientific thinking), perencanaan dan membangun pengetahuan.
Kelebihan sains inkuiri dapat dicermati melalui kata-kata Kessen (1964) di bawah
ini;
There is joy in the search of knowledge; there is excitement in seeing
however partially, into the workings of the physical and biological world;
there is intellectual power to be gained in learning the scientist's approach
to the solutions of human problems. The first task and central purpose of
science education is to awaken in the child, whether or not he will become a
professional scientist, a sense of the joy, the excitement and the intellectual
power of science.
Pengajaran secara inkuiri menjadikan sains sebagai suatu mata pelajaran
yang unggul karena siswa sendiri terlibat secara aktif dalam proses perencanaan
dan pencarian informasi. Peran guru tidak lagi sebagai pemberi informasi tetapi
lebih sebagai fasilitator pembelajaran, pemberi pertanyaan, prescriber of
appropriate activities, stimulator of curiosity, penjelasan ide siswa dan salah satu
sumber rujukan (resource person). Pembelajaran sains secara inkuiri memerlukan
guru sains yang mampu merancang permasalahan secara sistematik dan fokus.
Guru sains harus dipandang sebagai seorang yang berperan sebagai penanya
permasalahan dan yang mengemukakan masalah, yaitu seseorang yang bertindak
sebagai perangsang pembentukan ide, pengujian ide dan pemantaban konsep yang
menggunakan permasalahan sebagai mekanisme untuk mencapai tujuan tersebut.
2.1.2 Ciri-Ciri Pembelajaran Inkuiri

4
Menurut Marzano (1993), pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri
utama diantaranya:
 Pembelajaran inkuiri berorientasi pada aktivitas dan kegiatan proses belajar
siswa dalam mencari dan menemukan informasi. Sehingga siswa berperan
aktif dalam menemukan sendiri konsep pengetahuan.
 Aktivitas dan kegiatan siswa diarahkan dan dibantu untuk mencari dan
menemukan jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan siswa
sendiri. Guru bertindak sebagai fasilitator, mediator dan motivator bagi siswa
bukan sebagai sumber utama pentransfer informasi.
 Pembelajaran inkuiri bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, logis, sistematis dan ilmiah. Secara umum tidaknya aspek kognitif yang
diukur namun juga segala aspek ketrampilan dan sikap.
2.1.3 Prinsip Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sanjaya (2009) penerapan pembelajaran inkuiri harus
memperhatikan beberapa prinsip utama diantaranya:
 Berorientasi pada pengembangan intelektual. Pembelajaran inkuiri
berorientasi utama dalam pengembangan kemampuan berpikir, namun
kemampuan ketrampilan proses dalam aktivitas penelitian mulai dari mencari
hingga menemukan sesuatu juga dipertimbangkan untuk menentukan
keberhasilan siswa dalam belajar.
 Prinsip interaksi. Pembelajaran inkuiri memiliki prinsip interaksi yaitu
pembelajaran sebagai proses untuk berinteraksi, interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan.
Interaksi ini membuat masing-masing memiliki peran sendiri-sendiri dalam
pembelajaran namun berkaitan dalam jalannya pembelajaran.
 Prinsip bertanya. Inkuiri merupakan proses dalam menemukan suatu jawaban
atas pertanyaan yang dimunculkan, siswa seharusnya memiliki ketrampilan
berpikir kritis untuk memunculkan berbagai pertanyaan-pertanyaan dalam
suatu permasalahan kemudian dicari jawabannya. Guru dalam hal ini mampu
melatih kemampuan berpikir siswa melalui pertanyaan-pertanyaan kritis bagi
siswa.

5
 Prinsip belajar untuk berfikir. Inkuiri memiliki prinsip bahwa belajar
merupakan proses untuk berlatih berfikir dengan tidak hanya melalui
mengingat, tetapi juga melalui proses berfikir dengan mencari solusi,
menemukan ide, gagasan, dan sebagainya.
 Prinsip keterbukaan. Prinsip ini memberikan ruang kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis yang dimiliki dan secara terbuka membuktikan
kebenaran hipotesis yang diajukan melalui uji penelitian atau eksperimen.
2.1.4 Jenis dan Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri
Menurut Marimuthu (2001), inkuiri adalah hubungan dialectical antara
guru dan siswa. Penggunaan permasalahan adalah sangat penting dan merupakan
ciri utama proses pembelajaran secara inkuiri. Oleh karena itu, guru perlu
merancang permasalahan secara sistematik untuk merangsang siswa berpikir
secara induktif atau deduktif. Melalui kegiatan inkuiri, siswa akan
menghubungkan pengetahuannya yang sudah ada dengan bukti-bukti atau gagasan
yang baru didapatnya. Dengan demikian, selain terampil berinvestigasi mereka
juga mampu membangun pemahaman ilmiahnya. Fadiawati (2006) guru
mengajukan masalah pada tiga tingkatan untuk tujuan pengembangan dan
orientasi inkuiri yaitu, (1) guru memberi masalah yang tidak dibicarakan dalam
teks, dan menjelaskan dengan cara lain untuk mendekati penyelesainnya; (2) guru
mengajukan masalah tanpa memberi metodenya; (3) guru memberikan fenomena
yang didesains untuk merangsang siswa agar dapat mengidentifikasi masalah.
Anggraeni (2006) mengajukan tiga tahapan pembelajaran berbasis inkuiri.
1. Tahap pertama adalah belajar discovery, guru yang menyusun masalah dan
proses tetapi mengijinkan siswa untuk mengidentifikasi hasil alternatif.
2. Tahap kedua yang lebih kompleks adalah inkuiri terbimbing (guided inquiry),
guru mengajukan masalah dan (maha)siswa menentukan penyelesaian dan
prosesnya.
3. Ketiga, suatu level yang sangat dibutuhkan adalah inkuiri terbuka (open
inquiry), guru hanaya memberikan konteks masalah dan (maha)siswa
mengidentifikasi dan memecahkannya sendiri.
Akbar (2007) menyatakan bahwa tahapan pembelajaran inkuiri dinyatakan
sebagai berikut:

6
Tabel 2.1 Jenis dan Tahapan Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri terstruktur Inkuiri terbimbing Inkuiri bebas
Siswa mengikuti dengan Siswa mengembangkan cara Siswa menurunkan pertanyaan
tepat instruksi guru untuk kerja untuk menyelidiki tentang topic yang dipilih guru
menyelesaikan kegiatan pertanyaan yang dan merencanakan sendiri
hands-on dengan sempurna dipilih/diberikan guru penyelidikannya

Menurut Zulfiani (2006) menyatakan empat karakteristik inkuiri yaitu: (1)


Koneksi, (2) Desain, (3) Investigasi, (4) Membangun pengetahuan. Berikut
perbandingan uraian singkat masing-masing karakteristik inkuiri dalam bentuk
matriks (Tabel 2.2 ).
Tabel 2.2 Karakteristik Inkuiri
Membangun
Koneksi Desain Investigasi
Pengetahuan
 Proses koneksi melalui  Proses desain melalui  Proses melalui  Proses melalui refleksi-
konsiliasi, pertanyaan, procedure-materi koleksi dan konstruksi-prediksi
dan observasi  Siswa membuat mempresentasi-kan  Konsep yang dilakukan
 Siswa mampu perancanaan data dengan eksperimen akan
menghubungkan mengumpulkan data  Siswa dapat memberikan arti yang
pengetahuan sains yang bermakna yang membaca data secara lebih bermakna dan
pribadi dengan konsep ditujukan pada akurat, mampu berpikir kritis. Ia
komunitas sains yang pertanyaan. Di sini mengorganisasi data harus menghubungkan
dilakukan dengan terjadi integrasi konsep dalam cara yang antara interpretasi data
diskusi bersama, sains dengan proses logis dan bermakna, dengan interpretasi
eksplorasi fenomena sains dan memperjelas ilmiah yang diterima
 Guru mendorong untuk  Siswa berperan aktif hasil penyelidikan  Siswa dapat
mendiskusikan dan mendiskusikan mengaplikasikan
menjelaskan pemahaman prosedur, persiapan pemahamannya pada
mereka bagaimana suatu materi, menentukan situasi baru yang
fenomena bekerja, variabel kontrol, dan mengembangkan
menggunakan contoh pengukuran inferens, generalisasi,
dari pengalaman pribadi,  Guru memantau dan prediksi
menemukan hubungan ketepatan aktivitas  Guru bertukar pendapat
dengan literatur siswa (sharing) terhadap
pemahman siswa.
(Sumber: Zulfiani, 2006)
Menurut Kemendiknas (2010) sintaks inkuiri, yaitu ask (merumuskan
pertanyaan atau hipotesi), investigate (merencakanan penyelidikan dan
mengumpulkan data), create (menganalisis data dan menginterpretasikan hasil),
discuss (mendiskusikan temuan penyelidikan dan membuat simpulan), reflect
(melakukan refleksi dan membuat hubungan antar konsep). Menurut Zulfiani
(2006) ada enam tahap yang disebut sebagai model inkuiri yaitu Planning,
Retrieving, Process, Create, Sharing, Evaluating (Tabel 2.3).
Tabel 2.3. Tahapan Model Inkuiri dan Kemampuan Inkuiri
I. Perencanaan
a. Menggunakan pertanyaan yang mengarahkan pada penyelidikan
b. Mengidentifikasi area topik untuk berinkuiri

7
c. Mengidentifikasi sumber informasi yang memungkinkan
d. Mengidentifikasi format peserta dan presentasi
e. Mempertahankan kriteria evaluasi
II. Mengungkapkan Kembali
a. Mengumpulkan sumber referensi
b. Memilih informasi yang relevan
c. Mengevaluasi informasi
d. Mereviu dan merevisi rencana untuk berinkuiri
III. Proses
a. Mempertahankan fokus berinkuiri
b. Memilih informasi yang tepat
c. Merekam informasi
d. Membuat hubungan dan inferensi
e. Melakukan reviu ddan revisi untuk berinkuiri
IV. Menciptakan
a. Mengorganisasi informasi
b. Menghasilkan produk/hasil karya
c. Berpikir tentang audience
d. d. Revisi dan edit
V. Bertukar Pendapat
a. Mengkomunikasikan dengan audiens
b. Menyajikan pemahaman yang baru
c. Mendemonstrasikan perilaku audiens yang tepat
VI. Evaluasi
a. Mengevaluasi produk
b. Mengevaluai proses inkuiri dan rencana inkuiri
c. Mereviu bentuk inkuiri yang dilakukan
d. Mentransfer pembelajaran pada situasi baru
(Sumber: Zulfiani, 2006)
Secara rinci sintaks pembelajaran inkuiri juga dipaparkan dalam tabel 2.4
berikut ini;
Tabel 2.4 Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Langkah-langkah Inkuiri
No. Kegiatan yang dilakukan guru
Terstruktur
1. Identifikasi dan penetapan ruang Memberikan masalah
lingkup masalah
2. Merencanakan dan memprediksi Memberikan prosedur langkah demi langkah setiap
hasil tahap untuk diikuti
Menyediakan alat dan bahan seperti yang tercantum
pada lembar kegiatan
3. Penyelidikan untuk pengumpulan Membimbing dan memastikan semua siswa pada
data tugas dan memahami prosedur
4. Interpretasi data dan Mendorong siswa untuk bekerja sebagai sebuah
mengembangkan kesimpulan kelompok
5. Melakukan Refleksi Mendorong siswa untuk berfikir atau melakukan
refleksi pada pengetahuan yang baru mereka
temukan
(Sumber: Zubaidah dkk., 2013)
2.1.5 Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri memiliki kelebihan dan kekurangan, menurut Majid
(2013). Kelemahan pembelajaran inkuiri sebagai berikut.

8
a. Sulit melakukan kontrol dan monitoring kegiatan dan keberhasilan belajar
siswa. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang cenderung
eksperimen sesuai kegiatan siswa sehingga pemantauan sulit dilakukan
secara mendetail.
b. Sulit merencanakan pembelajaran karena perbedaan kebiasaan siswa dalam
belajar.
c. Sulit menyesuaikan waktu pembelajaran, hal ini dikarenakan dalam
penerapannya kadang memerlukan waktu yang lama atau tidak sesuai
dengan yang telah ditentukan.
d. Model pembelajaran inkuiri mengandalkan suatu kesiapan berpikir siswa,
bagi siswa yang mempunyai kemampuan berpikir lambat bisa kebingungan,
menemukan hubungan antara konsep dalam suatu mata pelajaran. Siswa
yang mempunyai kemampuan berpikir tinggi bisa memonopoli model
pembelajaran inkuiri, sehingga menyebabkan adanya jarak dengan siswa
yang lain.
e. Pada bidang sains membutuhkan banyak fasilitas untuk menguji ide-ide
dengan menggunakan pembelajaran inkuiri (Majid, 2013).
Pembelajaran inkuiri juga memiliki kelebihan sebagai berikut.
a. Pembelajaran inkuiri tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif namun
juga pada aspek pengembangan afektif dan psikomotor sehingga semua
potensi siswa dieksplor secara seimbang.
b. Pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menggunakan gaya belajar sesuai dengan dirinya sendiri, sehingga
penemuan dan pencarian informasi dapat tercapai dengan mudah.
c. Pembelajaran Inkuiri megikuti perkembangan pembelajaran modern yang
mengaccu pada proses pengalaman sebagai agen perubahan tingkah laku
siswa.
d. Pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan pada siswa untuk mengatur
informasi yang didapatkan untuk lebih mudah memahaminya serta
pengetahuan siswa akan bertahan lama (Majid, 2013).
2.1.6 Penerapan Inkuiri dalam Pembelajaran Sains/Biologi
Pembelajaran biologi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara
sengaja oleh guru atau siswa dalam usaha memahami fakta-fakta, konsep-konsep,
aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan teori-teori yang akan diterapkan
ke dalam situasi lain seperti: hafalan-hafalan, pemahaman, perhitungan-

9
perhitungan, praktikum, dan penarikan kesimpulan. Biologi bukan hanya
kumpulan fakta dan konsep, karena di dalam biologi juga terdapat berbagai proses
dan nilai yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari (Handayani, 2007).
Perkembangan ilmu biologi/sains hingga saat ini merupakan hasil dari kerja
para peneliti dalam melakukan penelitian sesuai metode ilmiah. Kegiatan inkuiri
tersebutlah yang berperan mengembangkan sains menjadi suatu kajian yang
sangat luar biasa di masa kini. Selama ratusan tahun, dengan rasa ingin tahunya
dan dengan aktivitas ilmiahnya, manusia telah mampu membuka berbagai rahasia
dunia. Hal tersebut didasarkan pada pernyataan Tan & Kim (2012) yang
menyatakan bahwa kegiatan inkuiri saintifik berperan vital dalam perkembangan
sains hingga saat ini. Lebih lanjut, keduanya menyatakan bahwa penerapan
inkuiri pun seharusnya digunakan dalam pembelajaran sains di sekolah juga.
Inkuiri merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi melalui
langkah-langkah observasi, merumuskan pertanyaan, melakukan kajian pustaka,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data melaui eksperimen, menguji hipotesis
dan merumuskan kesimpulan. Dalam proses inkuiri terdapat langkah investigasi
yang dilakukan yaitu proses penyelidikan untuk mengetahui suatu informasi yang
benar hal ini dapat dilakukan melalui penyelidikan sumber data, pengamatan
objek data, identifikasi masalah dan sebagainya.
Pelaksanaan inkuiri beriringan dengan monitoring dan evaluasi pencapaian
perkembangan siswa, hal ini dapat dilakukan melalui proses penilaian dan
pengukuran yang terintergrasi dari berbagai sumber dan informasi kompetensi
yang diukur pada siswa, baik penilaian pribadi, kinerja, sosial dan produk. Dalam
praktek penyelidikan otentik, siswa menentukan pertanyaan ilmiah, merencanakan
penyelidikan, menentukan data apa saja yang akan dikumpulkan, memutuskan
bagaimana menafsirkan data itu, membahas hasil, membuat cara terbaik untuk
menyajikan data itu, dan kemudian menarik kesimpulan dari data. Guru berperan
dalam memberikan kerangka kerja yang diperlukan untuk penyelidikan dan
mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan melakukan investigasi secara
mandiri (Lim 2004; Zion dan Slezak 2005 dalam Tan & Kim, 2012).

10
2.2 Investigasi Inkuiri Autentik dalam Sains/Biologi
2.2.1 Pengertian Pembelajaran Investigasi Inkuiri Autentik
Secara sederhana, pembelajaran berbasis inkuiri dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar, yaitu inkuiri bebas (open/full inquiry) dan inkuiri
terbimbing (guided inquiry). Sesuai dengan penjelasan Hansen (2002), inkuiri
bebas dapat didefinisikan sebagai pendekatan student-centered yang dimulai
dengan pertanyaan dari siswa, diikuti dengan pendesainan dan pelaksanaan
penelitian oleh siswa, serta penomunikasian hasil penelitian yang telah dilakukan
siswa tersebut. Sedangkan inkuiri terbimbing berdasarkan referensi yang sama
adalah aktivitas dimana guru membantu siswa untuk mengembangkan
penyelidikan inkuiri di dalam kelas. Namun ada bentuk lain dari inkuiri, yaitu
inkuiri autentik, suatu bentuk pembelajaran inkuiri yang dapat kita temukan di
dalam Tan & Kim (2012).
Tan & Kim (2012) tidak menjelaskan secara langsung definisi dari inkuiri
autentik. Namun, beberapa referensi lain dapat digunakan sebagai rujukan dalam
mendefinisikan bentuk inkuiri ini. Berikut beberapa pengertian inkuiri autentik
menurut beberapa referensi tersebut.
a. Istilah inkuiri autentik merupakan aktivitas inkuiri yang benar-benar
dilakukan oleh para saintis (Chinn & Malhotra, 2002).
b. Inkuiri autentik adalah aktivitas inkuiri yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari siswa (Windschitl, 2004).
c. Inkuiri autentik adalah pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan
keinginan dan pengalaman siswa, lalu siswa mengkontruksi pengetahuannya
berdasarkan apa yang ia lakukan setelah menentukan minatnya sendiri.
Inkuiri ini dikatakan autentik karena aktivitas inkuiri tersebut dari dan oleh
siswa itu sendiri (Learning Emergence, 2012).
Dari ketiga penjelasan tersebut, secara garis besar dapat ditarik kesimpulan
bahwa inkuiri autentik adalah pembelajaran inkuiri yang benar-benar
menggambarkan aktivitas inkuiri yang dilakukan saintis sebenarnya. Seorang
saintis memulai kegiatan inkuirinya dari pertanyaan atau permasalahan yang ia
temukan sendiri, menyusun prosedur penelitiannya sendiri, serta menganalisis,
menginterpretasi, dan melaporkan data temuannya sendiri. Begitu pula dalam
inkuiri autentik, siswa bertindak sebagai seorang saintis yang sebenarnya.
Permasalahan, prosedur, dan kegiatan setelah pengumpulan data ditentukan oleh

11
siswa itu sendiri. Karena permasalahan berasal dari siswa itu sendiri, maka
dimungkinkan siswa mengaitkan aktivitas inkuirinya dengan permasalahan yang
ia temui sehari-hari di kehidupannya. Meski tidak dijelaskan secara khusus, Tan &
Kim (2012) mendeskripsikan pembelajaran inkuiri autentik seperti uraian yang
telah disampaikan tersebut.
Penerapan investigasi inkuiri autentik jelas sangat dapat dilakukan dalam
pembelajaran sains/biologi, karena sains memiliki banyak objek dan permasalahan
untuk diselidiki dan diamati sehingga mampu memberikan gambaran konsep
pengetahuan yang akan dibangun atau dibentuk. Monitoring autentik yang dapat
dilakukan adalah melalui penilaian proses belajar. Misalnya meliputi partisipasi
dan kontribusi siswa dalam diskusi kelompok, performa siswa dalam
menyelesaikan tugas dan performa siswa dalam kegiatan investigasi yang
dilakukan.

2.2.2 Contoh Penerapan Inkuiri dalam Pembelajaran Sains/Biologi


Pembelajaran biologi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara
sengaja oleh guru atau siswa dalam usaha memahami fakta-fakta, konsep-konsep,
aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan teori-teori yang akan diterapkan
ke dalam situasi lain seperti: hafalan-hafalan, pemahaman, perhitungan-
perhitungan, praktikum, dan penarikan kesimpulan. Biologi bukan hanya
kumpulan fakta dan konsep, karena di dalam biologi juga terdapat berbagai proses
dan nilai yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari (Handayani, 2007).
Perkembangan ilmu biologi/sains hingga saat ini merupakan hasil dari kerja
para peneliti dalam melakukan penelitian sesuai metode ilmiah. Kegiatan inkuiri
tersebutlah yang berperan mengembangkan sains menjadi suatu kajian yang
sangat luar biasa di masa kini. Selama ratusan tahun, dengan rasa ingin tahunya
dan dengan aktivitas ilmiahnya, manusia telah mampu membuka berbagai rahasia
dunia. Hal tersebut didasarkan pada pernyataan Tan & Kim (2012) yang
menyatakan bahwa kegiatan inkuiri saintifik berperan vital dalam perkembangan
sains hingga saat ini. Lebih lanjut, keduanya menyatakan bahwa penerapan
inkuiri pun seharusnya digunakan dalam pembelajaran sains di sekolah juga.

12
Inkuiri merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi melalui
langkah-langkah observasi, merumuskan pertanyaan, melakukan kajian pustaka,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data melaui eksperimen, menguji hipotesis
dan merumuskan kesimpulan. Dalam proses inkuiri terdapat langkah investigasi
yang dilakukan yaitu proses penyelidikan untuk mengetahui suatu informasi yang
benar hal ini dapat dilakukan melalui penyelidikan sumber data, pengamatan
objek data, identifikasi masalah dan sebagainya.
Pelaksanaan inkuiri beriringan dengan monitoring dan evaluasi pencapaian
perkembangan siswa, hal ini dapat dilakukan melalui proses penilaian dan
pengukuran yang terintergrasi dari berbagai sumber dan informasi kompetensi
yang diukur pada siswa, baik penilaian pribadi, kinerja, sosial dan produk. Dalam
praktek penyelidikan otentik, siswa menentukan pertanyaan ilmiah, merencanakan
penyelidikan, menentukan data apa saja yang akan dikumpulkan, memutuskan
bagaimana menafsirkan data itu, membahas hasil, membuat cara terbaik untuk
menyajikan data itu, dan kemudian menarik kesimpulan dari data. Guru berperan
dalam memberikan kerangka kerja yang diperlukan untuk penyelidikan dan
mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan melakukan investigasi secara
mandiri (Lim 2004; Zion dan Slezak 2005 dalam Tan & Kim, 2012).

Dalam lingkungan inkuiri autentik, siswa ditantang untuk bekerja secara


independen dan harus berusaha untuk mengembangkan kontrol diri sendiri dan
peraturan mekanisme untuk mencapai keberhasilan. Proses pengaturan diri
muncul secara dinamis dalam tiga fase siklus:
a. tahap pemikiran, termasuk proses yang mendahului usaha belajar tetapi
dirancang untuk meningkatkan kinerja, dan memberdayakan sumber motivasi
diri yang merupakan bentuk awal diri dari pembelajaran;
b. tahap kinerja, termasuk strategi pengendalian diri dan bentuk pengamatan diri
yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kinerja seseorang;
c. tahap refleksi diri, termasuk penilaian diri dan reaksi diri terhadap kinerja
seseorang (Zimmerman dan Tsikalas 2005 dalam Tan dan Kim, 2012).

2.2.3 Manfaat Penerapan Investigasi Inkuiri Autentik dalam Pembelajaran

13
Ada berbagai manfaat yang dapat dirasakan bila investigasi inkuiri
autentik diterapkan dalam pembelajaran biologi. Sesuai dengan hasil penelitian
Niwat Srisawasdi yang dimuat dalam Tan & Kim (2012), ada berbagai manfaat
yang diperoleh dalam penerapan pembelajaran inkuiri ini. Berikut beberapa
manfaat tersebut.
a. Siswa mampu belajar berbagai konsep baru.
b. Siswa mampu meningkatkan keterampilan inkuiri saintifiknya.
c. Siswa mampu berkolaborasi untuk merancang rencana,
mengimplementasikan, dan memonitor penelitiannya.
d. Siswa mampu belajar untuk menginterpretasikan dan menggambarkan
kesimpulan saintis dari hasil statistik.
e. Siswa memahami fungsi dan aplikasi dari inkuiri saintifik.
f. Literasi sains dan keterampilan berpikir siswa mampu meningkat

2.3 Permasalahan Investigasi Inkuiri Autentik Dalam Pembelajaran


Sains/Biologi
Angket mengenai permasalahan investigasi inkuiri autentik dalam
pembelajaran sains diberikan kepada guru dan siswa. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana guru sudah menerapkan dan memahami model
pembelajaran inquiry, serta menggali informasi terkait kesulitan-kesulitan yang di
alami selama menerapkan model pembelajaran inquiry. Sedangkan anngket yang
dibagikan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui pemahaman mereka
mengenai model pembelajran inquiry serta efektivitas penerapan model
pembelajaran ini dalam menunjang aktivitas dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan angket yang telah kami sebar pada sekolah yang ada di beberapa
kota (Mataram, Denpasar, Madura) mengenai pemahaman guru tentang model
pembelajaran inkuiri dapat diketahui bahwa dari 10 guru yang mengisi angket
40% menyatakan sering menerapkan model pembelajaran inkuiry, 40%
menyatakan tidak pernah menerapkan dan 20% menyatakan jarang menerapkan
model pembelajaran inquiry.
Berdasarkan angket yang telah kami sebarkan di beberapa sekolah (Mataram,
Denpasar, Madura, Magetan, dan Tulungagung) mengenai penerapan investigasi
inquiry yang digunakan dalam proses pembelajan sains dan biologi adalah
sebagian besar siswa (64%) masih banyak mengalami kesulitan dalam
mengidentifikasi fenomena, 50% menyatakan masih kesulitan dalam merumuskan
hipotesis dan 62% menyatakan masih belum melakukan penilaian antar teman.

14
2.3.1 Permasalahan Investigasi Inkuiri pada Guru
Berikut merupakan beberapa permasalahan yang terjadi dalam investigasi
inkuiri autentik dalam pembelajaran sains/biologi.
Tabel 2.5 Rangkuman permasalahan investigasi inkuiri autentik
No Permasalahan Solusi
1. Kurangnya keterampilan guru dalam - Guru secara aktif sering mengikuti kegiatan
merancang kelas berbasis berupa diklat, seminar, pelatihan, atau bahkan
pembelajaran inkuiri yang berkaitan workshop guna meningkatkan profesionalitas
dengan pembuatan media dan kemampuan dalam pembelajarannya
pembelajaran inkuiri. sehingga dalam penerapan pembelajaran
berbasis investigasi inkuiri autentik dapat
terlaksana dengan baik dan benar serta runtut
sehingga dapat mengungkap konsep yang
dituju dengan tepat sesuai dengan tujuan
kurikulum dan silabus.
2. Masih banyaknya materi IPA yang - Guru melibatkan siswa dalam proses belajar
menggunakan metode tradisional dengan memberikan peluang mereka untuk
seperti ceramah dan diskusi bertanya mengenai persoalan, menjelaskan
kejadian alam, menguji ide, dan
berkomunikasi tentang hal yang dipelajari
- Siswa diajak untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang ada di lingkungan sekitar
kemudian dibawa ke kelas untuk didiskusikan
bersama.
3. Belum adanya sarana dan prasarana - Guru diwajibkan memiliki kreativitas yang
yang memadai dalam kegiatan tinggi sehingga dapat memanfaatkan sesuatu
pembelajaran ivestigasi inkuiri. yang ada di lingkungan sekitar menjadi
maksimal untuk digunakan dalam
pembelajaran berbasis investigasi inkuiri
autentik.
- Pihak instansi/sekolah juga memberikan
solusi berupa berusaha melengkapi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan guna menunjang
keterlaksanaannya suatu pembelajaran
berbasis investigasi inkuiri autentik sehingga
kenyamanan dalam pembelajaran akan
tercipta dan tidak akan lagi menjadi suatu
kendala dalam pembelajaran.
- Untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam
pembelajaran investigasi inkuiri autentik bisa
dilakukan dikelas dijadikan laboratorium,
tetapi dengan catatan kelas tersebut harus
tetap dalam keadaan rapi agar tidak
mengganggu mata pelajaran yag lain.
4. Penerapan inkuiri belum maksimal - Waktu pembelajaran yang minim sangat sulit
karena keterbatasan waktu untuk mengakomodasi suatu pembelajaran
berbasis investigasi inkuiri autentik
menyebabkan guru harus meningkatkan
manajemen waktu dalam pembelajaran.
- Guru juga dituntut memperbaiki strategi
dalam mengatur suatu pembelajaran berbasis
investigasi inkuiri autentik di kelas hingga
menemukan suatu konsep dan dapat dipahami

15
No Permasalahan Solusi
oleh siswanya.
- Usaha yang dilakukan oleh pihak
instansi/sekolah adalah dengan beberapa cara
seperti mengadakan workshop dan pelatihan
guru dalam memahami pelaksanaannya
dengan mendalam.

5. Kurangnya kemampuan guru dalam - Guru ditutut agar menggunakan strategi-


mengondisikan situasi kelas strategi yang dapat mengakomodasi
kebutuhan siswa di dalam kelasnya dari yang
berkemampuan tinggi hingga berkemampuan
rendah sehingga pembelajaran dalam kelas
heterogen dapat teratasi dan mencapai
penemuan konsep bersama-sama dan tidak
tercecer sehingga menjadi suatu permalasahan
baru (Nur, 2001).
- Pihak sekolah juga memberi solusi berupa
diklat, seminar, pelatihan, atau bahkan
workshop dalam penerapan strategi, metode,
dan model pembelajaran guna
mengakomodasi kebutuhan tersebut sehingga
pembelajaran berbasis investigasi inkuiri
autentik dapat berjalan secara baik dan
maksimal.

2.3.2 Permasalahan Investigasi Inkuiri pada Siswa

No Permasalahan Solusi
1. guru masih belum menjelaskan model - Pada awal pembelajaran sebaiknya guru
pembelajaran yang akan digunakan memberikan penjelasan kepada peserta didik
selama proses pembelajaran terkait dengan model pembelajaran apa yang
akan digunakan oleh guru, sehingga peserta
didik juga akan memahami apa yang harus
mereka lakukan. Sehingga tujuan
pembelajaran yang dinginkan tercapai.
2. masih ada guru yang belum - Guru dapat menyajikan fenomena dengan
menyajikan fenomena mengaitkannya kedalam kehidupan sehari-
hari, selain itu melalui video, pengamatan
yang dilakukan di luar kelas, memberikan
contoh real dan dapat membawa misalnya
media realia yang menyesuaikan dengan
materi yang akan diajarkan pada hari itu.
3. siswa masih belum dapat - Fenomena yang disajikan oleh guru
mengidentifikasi fenomena yang sebaiknya fenomena yang berkaitan dengan
diberikan oleh guru kehidupan sehari-hari.
- Guru dapat membimbing dan mengarahkan
siswa dalam mengidentifikasi fenomena
4. siswa masih kesulitan dalam - Merumuskan hipotesis memang bukanlah hal
merumuskan hipotesis yang mudah. Dalam menyiasati hal ini jika
peserta didik belum pernah merumuskan
hipotesis sebaiknya pada lembar kerja siswa
tersebut diberikan contoh cara merumuskan
hipotesis, sehingga siswa mempunyai
gambaran dan dapat melihat contoh cara

16
No Permasalahan Solusi
merumuskan hipotesis.
- Dalam pembelajaran menggunakan model
inquiry ini peran guru sangat penting yang
mana dalam membimbing dan memfasilitasi
peserta didik dalam proses pembelajaran
sehingga guru dapat membimbing dan
mengarahkan agar siswa dapat merumuskan
hipotesis.
5. siswa masih belum melakukan - Guru dapat memberikan kesempatan kepada
penilaian antar teman siswa untuk melakukan penilaian antar teman.
Peilaian antar teman dapat melatih siswa
dalam hal misalnya saja dalam sikap jujur,
tangggung jawab. Dengan adanya penialaian
antar teman guru dapat melihat pakah
penilaian yang dilakukan sudah objektif.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Pembelajaran inkuiri dalam sains yaitu sebagai pembelajaran yang
mengutamakan keterlibatan siswa dalam membangun dan mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri melalui proses pencarian atau eksperimen tertentu.
Pembelajaran inkuiri dilakukan melalui penyelidikan masalah, penemuan
informasi baru, merencanakan percobaan, pengumpulan data, analisis data
dan menarik kesimpulan pengetahuan tertentu.
3.1.2 Penerapan invesigasi inkuiri autentik jelas sangat dapat dilakukan dalam
pembelajaran sains/biologi, karena sains memiliki banyak objek dan
permasalahan untuk diselidiki dan diamati sehingga mampu memberikan
gambaran konsep pengetahuan yang akan dibangun atau dibentuk.
Pelaksanaan inkuiri beriringan dengan monitoring dan evaluasi pencapaian
perkembangan siswa.
3.1.3 Permasalahan pada investigasi inkuiri dalam pembelajaran inkuiri yaitu
kurangnya pemahaman dan keterampilan guru terkait langkah
pembelajaran inkuiri, penggunaan metode ceramah dan diskusi,
kurangnya sarana dan prasarana yang memadai di sekolah, penerapan
inkuiri belum maksimal karena keterbatasan waktu dan kurangnya
keterampilan guru dalam mengkondisikan kelas dalam pembelajaran
inkuiri. Penerapan investigasi inkuiri dalam pembelajaran yang diberikan

17
kepada siswa, siswa masih banyak mengalami kesuitan dalam hal
mengidentifikasi fenomena yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari
serta dalam merumuskan hipotesis ketika mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.
3.2 Saran
Dalam makalah ini saran yang diberikan yaitu pembahasan pada makalah ini
masih terdapat keterbatasan sehingga mencari lebih banyak lagi referensi yang
dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran pada matakuliah Problematika
Pendidikan Biologi.

DAFTAR RUJUKAN

Akbar, B. 2007. Inkuiri. Makalah/bahan kuliah tidak dipublukasikan. Bandung:


SPs. UPI.
Anggraeni, S. 2006. Pengembangan Program Perkuliahan Biologi Umum
Berbasis Inkuiri bagi Calon Guru Biologi. Disertasi Program Studi
Pendidikan IPA. Bandung: SPs. UPI
American National Science Teachers Association. 1993. Benchmarks for Science
Literacy Project 2061. New York: Oxford University Press.
Chinn, C. A. dan Malhotra, B. A. 2002. Epistemologically Authentic Inquiry in
Schools: A Theoretical Framework for Evaluating Inquiry Tasks. Science
Fadiawati, N. 2006. Inkuiri. Makalah/bahan kuliah tidak dipublikasikan.
Bandung: SPs UPI.
Handayani. 2007. Pelaksanaan Pembelajaran Biologi pada Pokok Bahasan
Pencemaran Lingkungan di Kelas X Imersi SMAN 2 Semarang Tahun
Ajaran 2006/ 2007. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Hansen, L. M. 2002. Defining Inquiry. The Science Teacher, (online), 34-37,
(http://people.uncw.edu/kubaskod/SEC_406_506/documents/DefiningInqu
iry.pdf), diakses 13 Maret 2018
Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.
Jakarta: Kemdiknas.
Kessen. 1964. A Comparison of Inquiry and Worked Example Web- Based
Instruction Using Physlets. Journal of Science Education and Technology.
USA: University of Nebrasca Lincoln.
Learning Emergence. 2012. Authentic Enquiry, (online),
(http://learningemergence.net/about/authentic-enquiry/), diakses 13 Maret
2018
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bantung: PT Remaja Rosdakarya

18
Marimuthu, T. 2001. Amalan Dan Masalah Pelaksanaan Strategi Inkuiri-
Penemuan Di Kalangan Guru Pelatih Sains Semasa Praktikum: Satu
Kajian Kes. Kedah: Maktab Perguruan Sultan Abdul Halim
Marzano, R. J. 1993. Designing a New Taxonomy of Educational Objectives.
Thousand Oaks, CA: Corwin Press.
Nur, M. 2001. Strategi-strategi Belajar. Surabaya: UNESA Press.
Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Tan, Kim Chwee Daniel & Mijung Kim. 2012. Issues and Challenges in Science
Education Research. London: Springer.

Zulfiani. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta.


Zubaidah, S., dkk.2013. Model dan Metode Pembelajaran IPA. Malang: UM
Press.

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai