Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari
kombinasi agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengikat (semen).
Didalam pembuatan jembatan beton yang digunakan harus mempunyai
syarat kekuatan tersendiri yang mau tidak mau harus dipenuhi karena jika
tidak nantinya akan terjadi kegagalan (failure) yang dapat berakibat fatal hal
ini disebabkan karena hampir secara keseluruhan struktur yang ada pada
jembatan adalah terbuat dari beton.
Didalam makalah ini beton yang akan dibahas adalah beton
prategang beserta baja (tendon) yang digunakan. Maka dari itu dalam
penggunaannya beton prategang dan baja (tendon) harus mempunyai syarat
kekuatan tersendiri yang harus dicapai, untuk lebih jelasnya akan dibahas
didalam makalah ini.

2. Rumusan Masalah
 Syarat umur beton sebelum digunakan
 Syarat mutu beton yang biasa digunakan pada beton prategang
 Syarat mutu baja yang digunakan sebagai tendon pada beton prategang

3. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini selain untuk menjadi
nilai tugas dalam mata kuliah Struktur Beton Jembatan 2 adalah untuk
mengetahui berapa umur beton yang baik sebelum menerima beban yang
besar, untuk mengetahui mutu beton yang sering digunakan pada beton
prategang, dan untuk mengetahui syarat mutu baja yang digunakan sebagai
tendon pada beton prategang

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Beton Prategang dan Persyaratan Kekuatan
Beton prategang biasanya lebih kuat dari pada beton bertulang. Penggunaan beton
pada beton prateggang kekuatannya harus mencapai angka 28 – 55MPa pada 28
hari dengan bentuk sampel pengujian adalah cylinder, sedangkan kekuatan beton
bertulang hanya ada pada posisi sekitar 24MPa. Untuk pengujian dengan
menggunakan bentuk sampel kubus pada beton prateggang biasanya berkisar pada
450kg/cm2 dengan ukuran kubus 10cm, 15cm, dan 20cm pada saat beton berumur
28 hari. Jika kekuatan kubus bagi 1.25 maka akan mendapatkan kekuatan cylinder
dengan persamaan sebagai berikut :
450 / 1.25 = 360kg/cm2 = 35.5 MPa (kekuatan cylinder)
Meskipun persamaan diatas biasa dipakai, terkadang nilai mutu beton yang
dibutuhkan telah ditetapkan
Ada beberapa alasan dalam menentukan besaran kekuatan beton prategang
yang dibutuhkan. Pertama, untuk meminimalisir penggunaan anggaran, angkur
untuk baja beton prategang selalu dibuat dengan menyesuaikan kuat mutu beton.
Maka dari itu lemahnya kuat mutu beton akan membutuhkan angkur khusus atau
akan terjadi kegagalan pada beton prategang. Contohnya kegagalan pada area
bantalan atau ikatan antara beton dan baja, atau didalam beton prategang.
Berikutnya, beton dengan mutu yang tinggi lebih tahan dalam tegangan dan geser,
serta ikatan atau bantalan, hal ini sangat diperlukan pada struktu beton prategang
dimana semua bagian pada beton prategang yang menerima tekanan dibanding
dengan beton bertulang. Factor lain-nya adalah, beton mutu tinggi tidak tahan
terhadap susutan (shrinkage) sehingga hal ini dapat menyebabkan ke-retakkan pada
beton, kejadian ini biasa terjadi pada saat sebelum beton ditambahkan tegangan hal
ini juga dapat terjadi pada beton mutu rendah. Demikian halnya jika beton
prategang memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan menghasilkan loss of
presress (hilangnya tegangan) yang kecil.
Berdasarkan pengalaman beton dengan mutu 28 – 34 MPa akan lebih
ekonomis dalam hal campuran material beton untuk pekerjaan beton prestress.
Selain itu kekuatan beton harus di hitung dengan mempertimbangkan fungsi dari
penggunan beton tersebut. Ada beberapa alasan yang menunjukkan bahwa
penggunaan campuran material beton dapat mempangaruhi ekonomisnya suatu
beton. Beton dengan mutu 28 – 41 MPa dapat dibuat tanpa memerlukan tenaga
kerja khusus atau pun semen khusus. Biaya pembuatan beton dengan mutu 41 MPa
biasanya berkisar 15% lebih mahal daripada beton dengan mutu 21MPa dengan
kondisi kekuatan 100% dimana hal ini sangat dibutuhkan dalam pekerjaan beton
prategang. Untuk memperoleh mutu beton yang melebihi 41MPa, di satu sisi bukan
hanya biaya yang akan meningkat tapi desain beton yang harus diperhatikan dan

2
pengontroloan dalam pencampuran material, penempatan/percetakkan, dan
perawatan beton yang mana sangat sulit diterapkan dilapangan.
Beton dengan mutu 41 – 55MPa terkadang hanya dikhususkan untuk beton
precast (pracetak), balok beton prestressed (prategang). Kuat beton 41 – 55MPa
biasanya adalah beton pabrikkan dimana mutu dari beton dapat dijaga dengan baik.
Penggunaan beton dengan mutu yang sangat jarang digunakan, tergantung pada
jenis pekerjaan.
Untuk mencapai mutu beton 34MPa, dibutuhkan factor air semen (FAS)
<0.45 dari berat total agregat. Dari segi percetakkan, tinggi slump yang digunakan
50 – 100mm, tinggi slump menyesuaikan dengan metode pemadatan yang akan
digunakan. Untuk mencapai slump 76mm FAS yang digunakan 0.45 untuk
penggunaan 8 zak semen per cu yd (1 cu yd = 0.76455 M3). Jika pemadatan dengan
menggunakan vibarator memungkinkan penggunaan tinggi slump 13mm atau pun
0mm slump dapat dilaksanakan dan 7 zak semen per cu yd sudah lebih dari cukup.
Penggunaan semen yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan effect susut
(shrinkage), maka dari penggunan semen yang lebih rendah lebih dianjurkan. Jadi,
jika situasi memungkinkan gunakan vibrator untuk proses pemadatan, penggunaan
bahan tambah (admixture) untuk mempermudah pengerjaan (workability).
Terkadang hal-hal demikian sangat dibutuhkan.
Mutu beton yang direncanakan harus mendekati dengan mutu beton yang
telah ada dilapangan. Hal itu disebabkan karena banyak bagian dari beton prategang
menerima tegangan yang tinggi dibandingkan beton konvensional. Contohnya
beton prategang dibalok, pada beton balok prategang serat atas menerima tekanan,
sementara serat bawah menerima tekanan dan menyalurkan tekanan tersebut.
Sementara itu bagian tengah balok menahan moment lentur yang besar dan pada
bagian ujung balok memikul sekaligus menyalurkan gaya tekan yang ada. Maka
dari itu, sangat penting bagi beton prategang untuk memiliki keseragaman dalam
hal kekuatan, jika dibandingkan dengan beton konvensional hal ini tidak terlalu
diperhitungkan. Banyak insinyur yakin bahwa beton hancur bukan karena
penerapan pratekan, beton harus bisa memikul sendiri karena kekuatan beton akan
terus meningkat dan penambahan pada beton struktur sangat jarang terjadi.
Perubahan sebesar 10% dibawah kekuatan rencana beton tidak terlalu berdampak
pada beton namun para insinyur harus mengambil langkah pencegahan yang tepat
untuk menambal kekurangan kekuatan yang terjadi.
Secara umum pengiriman beton prategang dengan umur belum mencapai 28
hari masih dapat diijinkan. Hal ini bisa saja dilakukan dengan mempertimbangkan
waktu pengiriman beton ke lokasi. Pada proses pengiriman beton tidak boleh
menerima beban yang berlebihan dan kekuatan yang ada pada untuk menahan
terjadinya kegagalan pada ankur dan untuk mencegah bergesernya ankur secara
perlaha-lahan. Sebagai contoh, pada pekerjaan penambahan tegangan pada beton,
kekuatan beton hanya 24MPa pada saat proses pengiriman setelah mencapai 28 hari
kekuatan beton sudah mencapai 34MPa.

3
Kekuatan tarik pada beton sangat bervariasi, biasanya berkisar di 0.06 f’c
sampai 0.1 F’c dan bisa saja mencapai angka 0 jika tidak ditemukan retakkan akibat
efek susut (shrinkage). Modulus pecah (modulus rupture) pada beton harus lebih
besar dari pada kuat tarik beton prategang; dalam menghitung modulus pecah
(modulus rupture) dapat digunakan standart ACI dengan rumus 0.62√𝑓 ′ 𝑐
Kekuatan geser langsung jarang digunakan dalam desain, namun jika tetap
ingin memperhitungkan maka kekuatan geser langsung berkisar 0.5f’c sampai
0.7f’c. Balok geser menghasilkan tegangan tarik, yang nilainya dapat diukur
berdasarkan kuat tarik langsung pada beton. Untuk balok geser nantinya akan
dibahas di dalam bab 7

4
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Beton prategang sangat berbeda dengan beton konvensional hal dapat
dibedakan dari cara beton prategang memikul beban dan cara beton
konvensional memikul beban, pada beton prategang seluruh bagian beton
prategang menerima beban dan mentransferkan ke-bangunan bagian bawah
(pondasi) sednagkan beton konvensional tidak semua bagian beton
konvensional menerima beban. Maka dari itu beton prategang harus
diperlakukan khusus mulai dari segi pembuatan sampai pada perakitan
dilokasi pekerjaan.

2. Saran
Beton prategang adalah beton khusus yang metode pembuatannya harus
diperhatikan secara seksama agar tidak terjadi kegagalan saat proses
pembuatan maupun saat proses pemberian tegangan pada beton prategang.

Anda mungkin juga menyukai