Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyakit menular dengan peningkatan

kasus kesakitan dan kematian yang signifikan dibeberapa daerah di Indonesia,

terutama pada golongan umur di bawah lima tahun. Diare hingga kini masih

menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian, epidemiologi

penyakit diare dapat ditemukan pada seluruh daerah geografis dunia dan kasus

diare dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi penyakit berat dengan

kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita.

Pada balita, kejadian diare lebih berbahaya dibanding pada orang

dewasa dikarenakan komposisi tubuh balita yang lebih banyak mengandung

air dibanding dewasa. Jika terjadi diare, balita lebih rentan mengalami

dehidrasi dan komplikasi lainnya yang dapat merujuk pada malnutrisi ataupun

kematian. Tingginya kasus diare dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan

perilaku masyarakat karena penyakit diare merupakan salah satu penyakit

yang berbasis lingkungan (Depkes RI, 2000). Selain itu faktor – faktor yang

mempengaruhi terjadinya diare dapat berupa lingkungan, gizi, kependudukan,

pendidikan, sosial ekonomi dan faktor perilaku.

Dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,

maka diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

1
2

pengobatan penyakit (kuratif), dan penyembuhan penyakit (rehabilitatif) yang

dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Oleh karena

itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai

penularan tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian diare?

2. Apa - apa saja klasifikasi dari diare?

3. Apa etiologi dari diare?

4. Apa patofisiologis dari diare?

5. Bagaimana upaya pencegahan diare?

6. Bagaimana penanganan dini terhadap diare?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian diare.

2. Mengetahui apa - apa saja klasifikasi dari diare.

3. Mengetahui etiologi diare.

4. Megetahui patofisiologi diare.

5. Mengetahui upaya pencegahan diare.

6. Mengetahui penanganan dini terhadap diare.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diare

Suharyono (1991), menjelaskan bahwa diare adalah buang air besar

dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang

lebih lembek atau cair. Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan

sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari

tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair)

dengan atau tanpa darah.

Menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit

dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang

melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar

biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Menurut Simadibrata (2006) diare

adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah

cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari

200 gram atau 200 ml/24 jam.

Diare adalah buang air besar sedikitnya tiga kali atau lebih dalam

waktu 24 jam disertai salah satu gejala mual, muntah, kram perut atau demam

> 38˚C (Gallas, 2007). Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan

menigkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai

adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita.

3
4

B. Klasifikasi Diare

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare

menjadi empat kelompok yaitu:

1. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari

(umumnya kurang dari tujuh hari).

2. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.

3. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas

hari secara terus menerus.

4. Diare dengan masalah lain: anak yang menderita diare (diare akut dan

persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam,

gangguan gizi atau penyakit lainnya.

Menurut Suraatmaja, di bagi menjadi 2 yaitu:

1. Berdasarkan lamanya diare:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan

kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to

thrive) selama masa diare tersebut.

2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:

a. Diare osmotik

b. Diare sekretonik
5

C. Etiologi Diare

Penyebab diare dapat berupa :

1. Faktor Infeksi

a. Infeksi enteral, infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi :

 Infeksi bakteri seperti Vibro, E.Coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter.

 Infeksi virus seperti Enterovirus, Adeno – virus, Rotavirus.

 Infeksi parasit seperti cacing ( Ascaris, Trichuris, Oxyuris,

Strongyloides) protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia

lambia,Trichomonas homimis) dan jamur (Candida albicans)

b. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan

seperti otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis,

bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini

terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

2. Faktor malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa,

dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan

galaktosa). Pada bayidan anak yang terpenting dan tersering ialah

intoleransi laktosa.

b. Malabsorbsi lemak.

c. Malabsorbsi protein.

3. Faktor makanan : Makanan basi, baracun, alergi terhadap makanan.


6

4. Faktor psikologis : rasa takut, cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada

anak yang lebih besar).

D. Patofisiologis Diare

Menurut Hasan, mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare

adalah

1. Gangguan osmotik

Gangguan terjadi akibat makanan atau zat makanan tidak dapat

diserap oleh organ pencernaan. Hal ini disebabkan tekanan osmotik dalam

rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit di

rongga usus. Akibat isi rongga usus berlebihan, merangsang usus

mengeluarkannya sehingga terjadi diare.

2. Gangguan Sekresi

Diare terjadi karena ada rangsangan zat tertentu misalnya oleh

toksin. Hal ini menyebabkan dinding usus meningkatkan sekresi air dan

elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena

terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan Motilitas Usus

Hiperperitaltik usus akan mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare.

Sebaliknya jika peristaltik usus menurunkan meningkatkan bakteri tumbuh

berlebihan dan akan memicu terjadinya diare.

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi: (a)

Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya


7

gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hypokalemia dan

sebagainya), (b) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan

kurang, pengeluaran bertambah), (c) Hipoglikemia dan (d) Gangguan sirkulasi

darah.

E. Gejala Diare

Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit,

terutama natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis metabolik.

Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau

keseimbangan serum elektrolit. Setiap kehilangan berat badan yang

melampaui 1% dalam sehari merupakan hilangnya air dari tubuh. Kehidupan

bayi jarang dapat dipertahankan apabila defisit melampaui 15%.

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi

empat kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu

atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa

mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh

infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja

berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat

pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti

flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan

bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau

demam tinggi.
8

Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan mula-

mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang,

tinja mungkin disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum

dan sesudah diare. Bila penderita benyak kehilangan cairan dan elektrolit,

gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang,

mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut

serta kulit tampak kering.

Dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran

cairan tinja yang berulang-ulang. Dehidrasi terjadi akibat kehilangan air dan

elektrolit yang melebihi pemasukannya (Suharyono, 1986). Kehilangan cairan

akibat diare menyebabkan dehidrasi yang dapat bersifat ringan, sedang atau

berat.

F. Pencehana Diare

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat

dilakukan adalah :

1. Perilaku Sehat

a. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat

makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna

dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk

menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain

yang dibutuhkan selama masa ini.


9

ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti

susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-

bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI

saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,

menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan

menyebabkan diare. Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka

berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI

harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses

menyapih).

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan

adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut

memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir,

pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih

besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang disertai dengan

susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya

bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi

menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

b. Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara

bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku

pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian

terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI

diberikan.
10

Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan

pendamping ASI, yaitu:

 Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan

dapat teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan

setelah anak berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan

lebih sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan

semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta

teruskan pemberian ASI bila mungkin.

 Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan

biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur,

ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran

berwarna hijau ke dalam makanannya.

 Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak.

Suapi anak dengan sendok yang bersih.

 Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat

yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan

kepada anak.

c. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

Face-Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut

melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja,

misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-

minum yang dicuci dengan air tercemar.


11

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-

benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding

dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat

dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari

kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

 Ambil air dari sumber air yang bersih.

 Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta

gunakan gayung khusus untuk mengambil air.

 Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk

mandi anak-anak.

 Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih).

 Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air

yang bersih dan cukup.

d. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan

yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.

Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,

sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,

sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai

dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka kejadian diare

sebesar 47%).
12

e. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya

penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai

jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di

jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

 Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan

dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

 Bersihkan jamban secara teratur.

 Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

f. Membuang Tinja Bayi Yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak

berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan

penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang

secara benar. Yang harus diperhatikan oleh keluarga:

 Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban.

 Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di

jangkau olehnya.

 Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja

seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.

 Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci

tangan dengan sabun.


13

g. Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk

mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit

campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak

juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak

segera setelah bayi berumur 9 bulan.

2. Penyehatan Lingkungan

a. Penyediaan Air Bersih

Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan

melalui air antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit

kulit, penyakit mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan

air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam

memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga

kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit

tersebut, penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah tangga

harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih harus tetap

dilaksanakan.

b. Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang

biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain

itu sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan

kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak sedap dan

pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu pengelolaan

sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit tersebut.


14

Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap

hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak

terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat

pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara

ditimbun atau dibakar.

c. Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus

dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan

penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat

akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi

tempat perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat

berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk

daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran pembuangan air limbah

di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air limbah dapat

mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak

menjadi tempat perindukan nyamuk.

G. Penanganan Dini pada Diare

Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana

kesehatan melalui lima langkah tuntaskan diare ( LINTAS Diare) yang terdiri

dari :

1. Berikan Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari

rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak

tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
15

matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru

dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan

muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk

mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus

segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan

melalui infus.

Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :

a. Diare tanpa Dehidrasi

Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini

atau lebih :

 Keadaan Umum : baik

 Mata : Normal

 Rasa haus : Normal, minum biasa

 Turgor kulit : kembali cepat

Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sebagai

berikut:

 Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

 Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

 Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang

Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di

bawah ini atau lebih:

 Keadaan Umum : Gelisah, rewel

 Mata : Cekung
16

 Rasa haus : Haus, ingin minum banyak

 Turgor kulit : Kembali lambat

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb

dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa

dehidrasi.

c. Diare Dehidrasi berat

Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau

lebih :

 Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar

 Mata : Cekung

 Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum

 Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk

ke Puskesmas untuk di infus.


17

2. Berikan Obat Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam

tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide

Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan

mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam

epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi

selama kejadian diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama

dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,

mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare

pada 3 bulan berikutnya (Black, 2003). Penelitian di Indonesia

menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare

sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc

mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 % (Hidayat 1998 dan Soenarto

2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera

saat anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita :

 Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari

 Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.


18

3. Pemberian ASI / Makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi

pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta

mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus

lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan

lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi

yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang

mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah

diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu

untuk membantu pemulihan berat badan.

4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya

kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya

bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena

shigellosis), suspek kolera.


19

Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang

menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak

di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah

dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar

menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat

anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit

(amuba, giardia).

5. Pemberian Nasehat

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus

diberi nasehat tentang :

a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

 Diare lebih sering

 Muntah berulang

 Sangat haus

 Makan/minum sedikit

 Timbul demam

 Tinja berdarah

 Tidak membaik dalam 3 hari.


20

Contoh Kasus !

Ana, 48 bulan MRS karena diare >5 x/hr, 2 hari sebelum MRS tidak mau

makan, demam, muntah dan lemas, saat ini BB 8,7 kg, TB 81 cm, BB bulan

lalu 8,9 kg. Hb 11,5 g/dl, Ht 36 %, Na 141 mEq/dl, K 3,8 mEq/dl, Suhu

37,5˚C. Keluhan mual muntah. Asupan sebelum sakit baik, setelah sakit E 80

%, P 60 %, L 32% dan KH 96 %. Masih minum susu dengan dot yang dicuci

tapi tidak direbus.

Buat asuhan gizi !

PROSES ASUHAN NUTRISI

NAMA PASIEN : ANA NAMA KONSELOR : Ratna K.S

JENIS KELAMIN : P NIP :

UMUR : 48 bulan TANGGAL : 9 - 11 - 2016

a. Data Antropometri

bb = 8,7 kg

tb = 81 cm

Penilaian : Gizi Normal

b. Data Biokimia

ASSESMENT Hb : 11,5 g/dl

Ht : 36 %

Na : 141 mEq/dl

K : 3,8 mEq/dl

Penilaian : Hb ↓, Na ↓, K ↓
21

c. Data Clinik

diare >5 x/hr, tidak mau makan, mual, muntah dan

lemas, Suhu 37,5˚C

Penilaian : Demam, Diare, mual

d. Data Dietary/Riawayat Gizi/Makanan

Asupan sebelum sakit baik, setelah sakit E 80 %, P 60

ASSESMENT %, L 32% dan KH 96 %. Masih minum susu dengan

dot yang dicuci tapi tidak direbus.

Penilaian : asupan oral inadekuat karna asupan yang

kurang dari 80% AKG

e. Riwayat Personal

 Riwayat penyakit

- Penyakit dahulu : tidak ada

- Penyakit sekarang : diare

 Riwayat ekonomi, sosial budaya

Tidak ada
22

MATRIKS PENGKAJIAN GIZI

Assesment Parameter Kemungkinan Diagnosis

FH Ketidakseimbangan zat gizi / NB 1.2

kelompok makanan

Asupa makanan/kel. Makanan NI 2.9, NI 5.9.1, NI 5.1, NI

dengan zat gizi tidak mencukupi 5.10.1, NI 5.3, NI 5.11.1, NC

1.1, NC 1.2, NC 3.1, NB 2.4,

NB 3.2

Antropometri Berat menurun NI 1.6, NB 3.3, NB 2.2, NC

3.1

Biokimia Natrium menurun NI 3.2, NC 3.4, NB 1.5

Kalium menurun NI 2.5, NC 2.2, NI 2.8, NI

5.1, NI 5.5, NB 1.5

Klinik Diare NI 2.3, NI 3.1, NI 5.5, NI

5.8.2, NI 5.8.6, NB 3.1, NI

2.5, NI 5.3, NI 5.6.2, NI

5.8.3, NB 1.5, NI 2.6, NI 4.2,

NI 5.6.3, NC 1.3, NC 1.4

Suhu Meningkat NI 1.2, NC 3.2, NB 3.1

Mual NI 2.1, NI 2.3, NI 4.2, NI

5.9.2, NC 2.2, NI 2.5, NI 2.6,

NI 5.5, NC 1.4, NI 2.8, NI

3.2, NI 5.8.6, NB 3.1


23

DIAGNOSA a. Domain Intake

NI 2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan mual,

muntah dan asupan yang kurang ditandai dengan asupanE

80 %, P 60 %, L 32% dan KH 96 %.

b. Domain Clinik

NC 1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan

diare ditandai dengan penurunan berat badan.

c. Domain Behavior/Perilaku

NB 3.1 Konsumsi makanan yang tidak aman yang

berkaitan dengan minum susu dengan dot yang dicuci tapi

tidak direbus yang ditandai dengan terjadinya diare.

INTERVENSI a. Tujuan Diet

 Cegah dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit,

anemia, penurunan BB dan hipoglikemia.

b. Prinip dan Syarat Diet

 Prinsip

E : 1128,22 kkal, P : 42,3 gr, L : 16,3 gr, KH :

197,4 gr

 Syarat

- Berikan makanan secara bertahap, porsi kecil

dan sering

- Berikan makanan yang tidak merangsang

c. Perhitungan Kebutuhan Gizi

REE : 155,3 – (30,8 x 4) + 1,16 x (10,0 x 8,9) + (934 x


24

0,81) = 891,88

SF = 15 % x 891,88 = 133,782 + 891,88 = 1052,662

SDA = 10 % x 1025,662 = 102,5662 + 1052,662 =

1128,2282 kkal.

Energi = 1128,23 kkal.

Protein = 15 % dari E = 42,3 gr

Lemak = 15 % dari E = 16,3 gr

Karbohidrat = 70 % dari E = 197,4 gr

d. Preskripsi Diet

Diet : ETPT

Bentuk Makanan : ML

Frekuensi : 3 x MP , 2 X Selingan

Rute/Cara Pemberian : Oral

e. Implementasi

Memberikan makanan sesuai kebutuhan pasien dari

segi jumlah, jenis dan frekuensi. Pasien diberikan

makanan lunak dengan cara oral.

Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien,

keluarga, tenaga kesehatan lainnya mengenai diet

yang diberikan.

f. Rencana Edukasi

Metode : konseling

Materi : diet saluran cerna dan pola makan ynag baik


25

Sasaran : pasien dan keluarga

Media : leaflet, food model, lembar balik

Waktu : ± 30 menit

Tempat : poli gizi

MONITORING Asupan gizi pasien yang dikonsumsi pasien

gejala klinis pasien

Berat badan pasien

Nilai labor pasien

EVALUASI Apakah asupan sudah sesuai dengan kebutuhan

Apakah gejala klinis pasien sudah hilang

Apakah BB pasien sudah naik

Apakah pemeriksaan labor sudah normal


26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal

(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair.

2. Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), jenis diare dibagi menjadi

empat yaitu diare akut, disentri, diare persisten dan diare dengan

masalah lain.

3. Diare disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, keracunan makanan,

malabsorpsi, dan alergi.

4. Gejala dari diare yaitu mengeluarkan kotoran lembek dan sering,

muntah, demam, gejala dehidrasi yaitu mata cekung, keteganggan

kulit menurun, apatis bahkan gelisah.

5. Pencegahan diare yaitu hindari makanan dan minuman yang tidak

bersih, cuci tangan pakai sabun dengan air bersih sebelum makan dan

sesudah buang air besar, rebus air minum terlebih dahulu, gunakan air

bersih untuk memasak dan buang air besar dijamban.

6. Lima langkah penanganan dini pada diare yaitu memberikan oralit,

zinc selama 10 hari, teruskan ASI-makan, antibiotik selektif dan

nasihat.

27
28

B. Saran

Dengan adanya penulisan makalah ini, penulis sangat berharap agar

makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dapat menambah ilmu

pengetahuan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai