Anda di halaman 1dari 10

Hukum Kebendaan

Pengertian, Asas dan Macam-macam Hukum Benda

Oleh
Irit Suseno, SH.,MH
HUKUM PERDATA

Hukum Perdata - Hukum Kebendaan, Hukum Kebendaan merupakan bagian dari hukum
perdata. Hukum Benda adalah semua kaidah hukum yang mengatur hak-hak apakah yang
didapatkan pada orang dalam hubungannya dengan orang lain. Kemudian kita penasaran apa
sajakah hak-hak yang didapatkan dalam hubungannya dengan orang lain? Maka dalam
kesempatan kali ini saya akan mencoba memaparkan mengenai Hukum Benda yang
merupakan lanjutan dari materi hukum perdata.

Pengaturan Hukum Benda dalam KUHPer

Hukum benda merupakan bagian dari hukum harta kekayaan. Menurut Prof. Soediman
Kartohadiprodjo, hukum harta kekayaan ialah semua kaidah hukum yang mengatur hak-hak
apakah yang didapatkan pada orang dalam hubungannya dengan orang lain, tertentu dan tidak
tertentu yang mempunyai nilai uang. Sedangkan menurut Prof. L.J. van Apeldoorn, hukum
harta kekayaan ialah semua peraturan hubungan-hubungan hukum yang bernilai uang.

Sistem Hukum Benda

Sistem pengaturan hukum benda bersifat tertutup. Artinya orang tidak bisa atau tidak dapat
mengadakan hak-hak kebendaan baru selain yang sudah ditetapkan dalam Undang-Undang.
Jadi, hanya dapat mengadakan hak kebendaan terbatas yang sudah ditetapkan dalam undang-
undang saja.

Pengertian Benda

Menurut Pasal 499 KUHPer, benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat
dikuasai oleh hak milik. Sedangkan yang dimaksud benda dalam arti ilmu hukum adalah
segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hukum dan barang-barang yang dapat menjadi
milik serta hak setiap orang yang dilindungi oleh hukum.

Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, yang dimaksudkan dengan benda ialah semua
barang yang berwujud dan hak (kecuali hak milik)(Kartohadiprodjo, 1984: hlm 92). Menurut
Prof. Sri Soedewei Masjchoen Sofwan, pengertian benda pertama-tama ialah barang yang
berwujud yang dapat ditangkap dengan panca indra, tapi barang yang tak berwujud termasuk
benda juga (Soedewi Masjchoen, 1981: hlm 13). Sedangkan menurut Prof. Subekti, perkataan
benda (zaak) dalam arti luas ialah segala sesuatu yang dapat dihaki orang, dan perkataan
benda dalam arti sempit ialah barang yang dapat terlihat saja(Subekti, 2003: hlm 60).
Jadi dalam sistem Hukum Perdata, kata zaak mempunyai 2 arti, yaitu :
1. Barang yang berwujud
2. Bagian daripada harta kekayaan
3. Benda sebagai obyek hukum (Pasal 500 KUHPer)
4. Benda sebagai kepentingan hukum (Pasal 1354 KUHPer)
5. Benda sebagai kenyataan hukum (Pasal 1263 KUHPer)]
6. Benda sebagai perbuatan hukum (Pasal 1792 KUHPer)

Pengertian Hukum Benda

Hukum benda merupakan terjemahan dari bahasa Belanda “Zakenrecht”. Menurut Prof.
Soediman Kartohadiprodjo, hukum kebendaan ialah semua kaidah hukum yang mengatur apa
yang diartikan dengan benda dan mengatur hak-hak atas benda. Sedangkan menurut Prof. L.J
van Apeldoorn, hukum kebendaan ialah peraturan mengenai hak-hak kebendaan. Menurut
Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yang diatur dalam hukum benda adalah pertama-tam
mengatur pengertian dari benda, kemudian perbedaan macam-macam benda, dan selanjutnya
bagian yang terbesar mengatur mengenai macam-macam hak kebendaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Hukum Benda ialah
peraturan-peraturan hukum yang mengatur mengenai hak-hak kebendaan yang sifatnya
mutlak.

Macam-macam Benda

Menurut Prof. Subekti, benda dapat dibagi atas beberapa macam, yaitu:
1. Benda yang dapat diganti (contoh: uang) dan benda yang tidak dapat diganti (contoh:
seekor kuda).
2. Benda yang dapat diperdagangkan dan benda yang tidak dapat diperdagangkan
(contoh: jalan-jalanan dan lapangan umum).
3. Benda yang dapat dibagi (contoh: beras) dan benda yang tidak dapat dibagi (contoh:
seekor kuda).
4. Benda yang bergerak (contoh: perabot rumah) dan yang tidak dapat bergerak (contoh:
tanah) (Subekti, 2003: hlm.61)

Menurut Prof. Soedewi Masjchoen Sofwan, benda dapat dibedakan atas :

1. Barang yang berwujud dan barang yang tidak berwujud.


2. Barang-barang yang bergerak dan tidak bergerak.
3. Barang yang dapat dipakai habis dan barang yang tidak dapat dipakai habis.
4. Barang-barang yang sudah ada dan barang-barang yang masih akan ada (Soedewi
Masjchoen, 1984: hlm 19)
Barang yang akan ada dibedakan :
1. Barang-barang yang suatu saat sama sekali belum ada, misal: panen yang akan
datang.
2. Barang-barang yang akan ada relatif, yaitu barang-barang yang pada saat itu sudah
ada, tetapi bagi orang-orang yang tertentu belum ada, misalnya barang-barang yang
sudah dibeli, tapi belum diserahkan.
3. Barang-barang yang dalam perdagangan dan barang-barang di luar perdagangan.
4. Barang-barang yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi.

Asas-asas Hukum Benda

Menurut Prof. Sri Soedewi Majchoen Sofwan, ada 10 asas umum dari hukum benda :
1. Merupakan hukum pemaksa. Menurut asas ini, atas sesuatu benda itu hanya dapat
diadakan hak kebendaan sebagaimana yang telah disebutkan dalam undang-undang.
Dengan kata lain kehendak pihak lain tidak dapat mempengaruhi isi hak kebendaan.
2. Dapat dipindahkan. Menurut asas ini, semua hak kebendaan dapat dipindah-
tangankan, kecuali hak pakai dan hak mendiami. Jadi orang yang berhak tidak dapat
menentukan bahwa tidak dapat dipindah-tangankan.
3. Asas individualiteit. Menurut asas ini, obyek dari hak kebendaan selalu adalah suatu
barang yang dapat ditentukan. Artinya, orang hanya dapat sebagai pemilik dari
barang-barang yang berwujud merupakan kesatuan. Jadi orang tidak mempunyai hak
kebendaan di atas barang-barang yang ditentukan menurut jenis dan jumlahnya.
4. Asas totaliteit. Menurut asas ini, hak kebendaan selalu melekat atas keseluruhan
daripada obyeknya. Dengan kata lain, bahwa siapa yang mempunyai hak kebendaan
atas suatu barang, ia mempunyai hak kebendaan itu atas keseluruhan barang itu dan
juga atas bagian-bagiannya yang tidak tersendiri.
5. Asas tidak dapat dipisahkan. Menurut asas ini, pemilik tidak dapat memindah-
tangankan sebagian daripada wewenang yang termasuk suatu hak kebendaan yang ada
padanya. Jadi, pemisahan daripada hak kebendaan itu tidak diperkenankan.
6. Asas priotiteit. Menurut asas ini, semua hak kebendaan memberikan wewenang yang
sejenis dengan wewenang-wewenang dari eigendom, sekalipun luasnya berbeda-beda.
7. Asas pencampuran. Menurut asas ini, hak kebendaan terbatas wewenangnya. Jadi,
hanya mungkin atas benda orang lain, dan tidak mungkin atas hak miliknya sendiri.
8. Asas perlakuan yang berlainan terhadap benda bergerak dan tidak bergerak. Asas ini
berhubungan dengan penyerahan, pembebanan, bezit dan verjaring mengenai benda-
benda bergerak dan tak bergerak berlainan.
9. Asas publiciteit. Menurut asas ini, benda-benda yang tidak bergerak mengenai
penyerahan dan pembebanannya berlaku kewajiban untuk didaftarkan dalam daftar
(register) umum. Sedangkan untuk mengenai benda yang tidak bergerak, cukup
dengan penyerahan nyata, tanpa pendaftaran dalam register umum.
10. Sifat perjanjian. Orang mengadakan hak kebendaan misalnya mengadakan hak
memungut hasil, gadai, hipotik dan lain-lain, itu sebetulnya mengadakan perjanjian.
Sifat perjanjiannya di sini merupakan perjanjian yang zakelijk, yaitu perjanjian untuk
mengadakan hak kebendaan.(Soedewi Masjchoen, 1984:hlm 36-40).

HAK KEBENDAAN

Pengertian Hak Kebendaan

Hak Kebendaan ialah suatu hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu hak
yang dapat dipertahankan setiap orang (Subekti, 2003: hlm 62). Kemudian dapat disimpulkan
bahwa hak kebendaan ialah hak mutlak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu
benda yang dapat dipertahankan setiap orang dan mempunyai sifat melekat (Simanjuntak,
2009: hlm. 210).

Ciri-ciri Hak Kebendaan


1. Merupakan hak mutlak. Dapat dipertahankan terhadap siapapun juga.
2. Mempunyai hak yang mengikuti. Artinya hak itu terus mengikuti bendanya di
manapun juga barang itu berada.
3. Mempunyai sistem. Sistem yang terdapat dalam hak kebendaan ialah mana yag lebih
dulu terjadinya, tingkatnya lebih tinggi daripada yang terjadi kemudian.
4. Mempunyai hak yang lebih didahulukan daripada hak lainnya.
5. Mempunyai macam-macam actie (penuntutan kembali jika terjadi gangguan atas
haknya.
6. Mempunyai cara pemindahan yang berlainan

Kemungkinan untuk memindahkan hak kebendaan itu dapat secara sepenuhnya dilakukan.
(Simanjuntak, 2009:hlm 210-211)

MACAM-MACAM HAK KEBENDAAN

Hak Bezit

Pengertian Bezit
1. Menurut KUHPer. Bezit diterjemahkan dengan kedudukan berkuasa, yaitu kedudukan
seseorang yang menguasai suatu kebendaan, baik dengan diri sendiri maupun dengan
perantaraan orang lain, dan yang mempertahankan atau menikmatinya selaku orang
yang memiliki kebendaan itu (Pasal 529 KUHPer).
2. Menurut Subekti. Bezit ialah suatu keadaan lahir, di mana seorang seorang menguasai
suatu benda seolah-olah kepunyaannya sendiri, yang oleh hukum diperlindungi,
dengan tidak mempersoalkan hak milik atas benda itu sebenarnya apa pada siapa
(Subekt, 2003: hlm 60).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan bezit adalah hak
seseorang yang menguasai auatu benda, baik langsung maupun dengan perantaraan orang lain
untuk bertindak seolah-olah benda itu kepunyaannya sendiri (Simanjuntak, 2009: hlm 213).

Syarat-syarat adanya bezit

Untuk adanya suatu bezit, haruslah dipenuhi syarat-syarat, yaitu :


1. Adanya Corpus, yaitu harus ada hubungan antara orang yang bersangkutan dengan
bendanya.
2. Adanya Animus, yaitu hubungan antara orang dengan benda itu harus dikehendaki
oleh orang tersebut.

Dengan demikian, untuk adanya bezit harus ada 2 unsur, yaitu kekuasaan datas suatu benda
dan kemauan untuk memilikinya benda tersebut.

Fungsi bezit

Pada dasarnya, bezit mempunyai dua fungsi, yaitu :


1. Fungsi polisionil. Bezit itu mendapat perlindungan hukum tanpa mempersoalkan hak
milik atas benda tersebut sebenarnya ada pada siapa. Jadi siapa yang membezit
sesuatu benda, maka ia mendapat perlindungan dari hukum sampai terbukti bahwa ia
sebenarnya tidak berhak. Dengan demikian, bagi yang merasa haknya dilanggar, maka
ia harus meminta penyelesaian melalui polisi atau pengadilan.
2. Fungsi zakenrechtelijk. Bezitter yang telah membezit suatu benda dan telah berjalan
untuk beberapa waktu tertentu tanpa adanya protes dari pemilik sebelumnya, maka
bezit itu berubah menjadi hak milik melalui lembaga verjaring (lewat waktu).

Cara memperoleh bezit

Menurut Pasal 540 KUHPer, cara mendapatkan bezit ada dua macam, yaitu :
1. Dengan jalan Occupatio. Memperoleh bezit dengan jalan ini artinya memperoleh
bezut tanpa bantuan dari orang yang membezit lebih dahulu.
2. Dengan jalan traditio. Memperoleh bezit dengan jalan ini artinya memperoleh bezit
dengan bantuan dari orang yang membezit lebih dahulu.

Hapusnya bezit
1. Kekuasaan atas benda itu berpindah pada orang lain
2. Benda yang dikuasai nyata telah ditinggalkan.

Hak Eigendom

Pengertian
1. Menurut KUHPer. Hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan
leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan
sepenuhnya, asal tidak bertentangan dengan UU dan tidak mengganggu hak-hak
orang lain.
2. Menurut Prof. Subekti. Eigendom adalah hak paling sempurna atas suatu benda.
Seseorang yang mempunyai hak eigendom bebas berbuat apa saja dengan benda itu
asal tidak melanggar UU dan hak-hak orang lain (Subekti, 2003:hlm. 69)

Dari perumusan di atas dapat disimpulkan, bahwa hak eigendom adalah hak yang paling
utama jika dibandingkan dengan hak-hak kebendaan yang lain (Simanjuntak, 2009: hlm.
217).

Cara-cara memperoleh hak eigendom dalam Pasal 584 KUHPerdata itu bersifat limitative
atau terbatas terbukti dari kata-kata:

“hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain melainkan”

Hal ini tidak benar karena diluar Pasal tersebut masih ada cara lain untuk memperoleh hak
milik jadi tidak hanya lima cara saja seperti yang disebutkan

Cara-cara memperoleh hak eigendom diluar Pasal 584 KUHPerdata

1. Perjadian benda/pembentukan benda (zaakvorming, 606). Benda yang sudah ada


dijadikan benda baru, misalnya:
1. Kayu ukir menjadi patung
2. Pasir dan batu, semen dilepas menjadi rumah gedung. Orang yang dengan
bendanya sendiri menjadikan benda baru juga menjadi pemilik dari benda baru
itu.
2. Penarikan hasil (vruchttrekking, 575)

Bezitter yang beritikad baik dapat menjadi pemilik dari buah-buahan/hasil dari benda
yang dibezitnya.

Misalnya:

 Seseorang mempunyai seekor sapi betina kemudian sapi itu melahirkan seekor
anak sapi maka anak sapi tersebut adalah milik dari pemilik tadi.
 Seseorang mempunyai pohon kelapa dan berbuah maka buahnya itu adalah
milik yang punya pohon kelapa tadi.

3. Persatuan benda (vereniging, 607-609)

Memperoleh hak milik karena bercampurnya beberapa macam benda kepunyaan


beberapa orang. Jika bercampurnya benda itu karena kebetulan jadi bukan keinginan
orang-orang tersebut maka banda itu menjadi milik bersama seimbang dengan harga
benda mereka semula.
Tapi apabila bercampurnya benda tersebut atas keinginan orang-orang tersebut
(pemiliknya) maka dialah menjadi pemiliknya dengan kewajiban membayar harga
barang-barang yang bercampur itu ongkos-ongkos, ganti rugi dan bunganya.

4. Pencabutan hak (onteigening)

Penguasa dapat memperoleh hak milik dengan jalan pencabutan hak tapi harus
memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Harus berdasarkan undang-undang jadi harus ada undang-undang pencabutan


hak terlebih dahulu
2. Harus ada kepentingan umum
3. Harus dengan penggangtian kerugian yang layak
5. Perampasan (verbeurverklaring, 10 jo. 39)

Sebagai hukuman tambahan yang dijatuhkan penguasa terhadap terdakwa maka


penguasa dapat memperoleh hak milik dengan jalan perampasan.

6. Percampuran harta (boedelmenging, 119)

Suami atau istri dapat memperoleh hak milik karena adanya percampuran harta
kekayaan apabila mereka mengadakan suatu perkawinan. Menurut KUHPerdata
dengan adanya perkawinan maka secara otomatis kekayaan menjadi
bersatu/bercampur antara harta si suami dan harta istri kecuali kalau ada perjanjian
perkawinan.

7. Pembubaran sebuah badan hukum (ontbinding van rechtspersoon, 1665)

Jika ada pembubaran sebuah badan hukum maka anggota badan hukum yang masih
ada dapat memperoleh harta kekayaan dari badan hukum tersebut. Misalnya sebuah
PT di mana kekayaannya terpisah antara kekayaan pribadi dengan kekayaan PT
tersebut. Apabila terjadi pembubaran maka kekayaan PT tersebut menjadi hal milik
dari para anggota yangmasih ada.

8. Abandonnement, 663 wvk

Mengenai kapal-kapal dan barang-barang yang dipertanggungkan dapat diabandonir


atau diserahkan saja kepada si penanggung dalam hal pecahnya kapal atau karamnya
kapal.

Hapusnya hak milik


Seseorang dapat kehilangan hak miliknya apabila :
1. Seseorang memperoleh hak milik itu melaui salah satu cara untuk memperoleh hak
milik.
2. Binasanya benda itu.
3. Pemilik hak milik melepaskan benda itu.
Hak Servituut

Pengertian hak servituut


1. Menurut KUHPer. Hak servituut disebut juga dengan pengabdian, yaitu suatu beban
yang diberikan kepada pekarangan milik orang yang satu, utnuk digunakan bagi dan
demi kemanfaatan pekarangan milik orang lain
2. Menurut Prof. Subekti, S.H. Yang dimaksud dengan servituut adalah suatu beban yang
diletakkan di atas suatu pekarangan untuk keperluan suatu pekarangan lain yang
berbatasan

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa hak servituut atau hak pekarangan adalah
suatu beban yang diletakkan di atas suatu pekarangan untuk keperluan suatu pekarangan lain.

Macam-macam hak pekarangan

Menurut Pasal 677-678 KUHPer, hak pekarangan dapat dibedakan antara


1. Hak pekarangan abadi, yaitu hak tersebut dapat dilangsungkan secara terus-menerus,
tanpa bantuan orang lain atau manusia, misalnya: hak mengalirkan air, hak atas
pemandangan ke luar, dan sebagainya.
2. Hak pekarangan tak abadi, yaitu hak tersebut dalam penggunaannya memerlukan
suatu perbuatan manusia, misalnya: hak melintas pekarangan, hak mengambil air, dan
sebagainya.
3. Hak pekarangan yang nampak, yaitu hak terhadap suatu benda yang nampak,
misalnya: pintu, jendela, pipa air, dan sebagainya.
4. Hak pekarangan yang tak nampak, yaitu hak terhadap suatu benda yang tak nampak,
misalnya: larangan untuk mendirikan bangunan dan sebagainya.

Syarat-syarat hak pekarangan


1. Harus ada dua halaman, yang letaknya saling berdekatan, dibangun atau tidak
dibangun dan yang dimiliki oleh berbagai pihak.
2. Kemanfaatan dari hak pekarangan itu harus dapat dinikmati atau dapat berguna bagi
berbagai pihak yang memiliki halaman tadi.
3. Hak pekarangan harus bertujuan utnuk meninggalkan kemanfaatan dari halaman
penguasa.
4. Beban yang diberatkan itu harus senantiasa bersifat menanggung sesuatu.
5. Kewajiban-kewajiban yang timbul dalam hak pekarangan itu hanya dapat ada dalam
hal membolehkan sesuatu, atau tidak membolehkan sesuatu.
Hapusnya hak pekarangan karena:
1. Kedua pekarangan itu jatuh ke tangan seseorang (Pasal 706 KUHPer).
2. Selama 30 tahun berturut-turut tidak dipergunakan (Pasal 707 KUHPer).

Hak Opstal

Ialah suatu hak untuk memilki bangunan-banguna di atas tanaman-tanaman di atas


tanahnya orang lain. Dapat diperoleh melalui titel ataupun juga karena lewat waktu. Hak
opstal dapat hapus karena:
1. Hak opstal jatuh ke dalam satu tangan
2. Musnahnya pekarangan
3. Selama 30 tahun tidak digunakan
4. Waktu yang telah dijanjikan telah lampau

Hak Erfpacht

Ialah suatu hak kebendaan untuk menikmati sepenuhnya untuk waktu yang lama dari
sebidang tanah milik orang lain dengan kewajiban membayar sejumlah uang tiap tahun.
(PNH, Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia, 2009, hlm 224). Hak erfpacht
dapat berakhir karena:
1. Musnahnya pekarangan
2. 30 tahun tidak dipergunakan
3. Waktu yang dijanjikan telah lampau
4. Diakhiri oleh pemilik tanah.

Hak Hipotik

Dengan mengacu pada Pasal 1162 KUHper, hipotik adalah suatu hak kebendaan atas
benda tidak bergerak, untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu
perutangan. Hak hipotik menurut pasal 1209 KUHPer, dapat hapus karena:
1. Hapusnya perikatan pokoknya.
2. Si berpiutang melepaskan hipotiknya.
3. Penetapan tingkat oleh hakim.

Daftar Pustaka
MERTOKUSUMO, Sudikno, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty,
Cet.III,2007.
SOFWAN, Sri Soedewi Masjchoen, Hukum Perdata: Hukum Benda, Yogyakarta: Liberty,
Cet.IV,1981
SIMANJUNTAK, P.N.H., Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2009

Anda mungkin juga menyukai