TINJAUAN PUSTAKA
INFEKSI VIRUS DENGUE
DEFINISI
Demam dengue merupakan sindrom jinak yang disebabkan oleh virus
arthropod borned dan memiliki karakteristik yaitu demam bifasik, myalgia atau
arthralgia, kemerahan, leukopenia dan limfadenopati. Demam berdarah dengue (DHF)
merupakan penyakit demam yang berat, kadang fatal yang disebabkan oleh satu dari
empat virus dengue, yang memiliki ciri terdapatnya permeabilitas kapiler, hemostasis
yang tidak normal, dan pada kasus berat, terdapat sindrom syok dengan hilangnya
protein.
Virus Dengue ini merupakan anggota genus Flavivirus dan famili Flaviviridae
yang memiliki genom virus yang terdiri dari 11644 panjang nukleosid dan dibentuk
oleh tiga gen protein struktural yaitu core protein (C), membrane-associated protein
(M), envelope protein (E) dan tujuh gen protein non-struktural (NS). Terdapat empat
jenis serotipe virus yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4. Di Indonesia
keempat serotipe virus dengue tersebut dapat ditemukan dan DENV-3 merupakan
galur virus paling virulen.
Virus ini dibawa terutama oleh dua vektor yaitu Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Nyamuk ini merupakan nyamuk domestik yang mempunyai afinitas tinggi
untuk menggigit manusia (antrofilik) serta menggigit lebih dari satu individu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pola hidup ini menyebabkan vektor tersebut sangan
potensial untuk menularkan virus dengue dari satu individu ke individu lain. Hanya
nyamuk betina yang menggigit manusia.
DENGUE BERAT
Kasus dengue berat adalah pada pasien dengan
Kebocoran plasma berat yang menyebabkan syok dan/atau akumulasi cairan
dengandistres pernapasan
Perdarahan berat
Kegagalan organ berat
KEBOCORAN PLASMA BERAT DAN SYOK DENGUE
Sindrom syok dengue (DSS) adalah bentuk syok hipovolemik dan hasil dari
kebocoran plasma. Biasanya terjadi pada hari 4-5 sakit dan sering didahului dengan
warning signs. Pasien tanpa terapi cairan intravena akan jatuh pada keadaan syok.
Pada keadaan syok awal, mekanisme kompensasi yang mempertahankan
sistolik TD akan menyebakan takikard, dan takipneu ringan, dan vasokonstriksi
perifer dengan penurunan perfusi kulit (ekstremitas dingin dengan penurunan waktu
pengisian kapiler). Jika resistensi vaskuler perifer meningkat, tekanan diastolik akan
meningkat dan pulse pressure akan menyempit. Pada anak-anak, syok terkompensasi
diaktakan terjadi jika pulse pressure ≤20 mmHg. Pasien yang menderita dengue dan
berada dalam keadaan syok terkompensasi sering tetap sadar dan lusid.
Syok hipovolemik yang memberuk akan menujukkan peningkatan takikardi
dan vasokonstriksi perifer. Tidak hanya ekstremitas, bagian tubuh yang lain juga akan
dingin dan basah. Dalam keadaan ini pernapasan akan semakin cepat dan dalam,
kompensasi terhadap asidosis metabolik. Jika terjadi dekompensasi, tekanan sistol dan
diastol akan menghilang dan pasien mengalami syok hipotensi atau dekompesasi dan
tanda yang baisanya menyertai adalah perubahan status mental.
Syok hipotensi yang berkepanjangan dan hipoksia akan menyebabkan
asidodsis metabolik, kegagalan organ multipel dana keadaan klinis yang sangat buruk.
Dibutuhkan beberapa jam pada pasien untuk berubaha keadaan dari warning signs
menjadi syok terkompensasi dan beberapa jam kemudian menjadi dekompensasi,
namun hanya dibutuhkan beberapa menit untuk menjadi kolaps kadiovaskular dan
cardiac arrest. Hipotensi berhubungan dengan syok berkepanjangan dan kadang
dipersulit dengan perdarahan. Perdarahan mayor terjadi karena hubungan terhadap
syok tersebut dimana terdapat kombinasi dari trombositopenia, hipoksia dan asidosis
yang menyebabkan kegagalan organ multipel dan DIC. Perdarahan instan dapat
terjadi juga karena pengunaan NSAID atau kortikosteroid.
Pasien dengan kebocoran plasma berat dapat tidak mengalami syok apabila
telah diberikan penggantian cairan yang tepat. Namun dapat terjadi efusi pleura dan
asites apabila pemberian cairan terlalu banyak.
DIAGNOSIS LABORATORIUM
Viremia akibat dengue biasanya berlangsung singkat, biasanya terjadi 2-3 hari
sebelum timbulnya demam kemudian masa penyakit berlangsung selama empat
sampai tujuh hari. Selama periode ini virus dengue, asam nukleat dan beredar antigen
virus dapat dideteksi.
Selama fase awal (hingga hari ke VI sejak onset), isolasi virus, asam nukleat virus,
atau antigen dapat digunakan untuk mendiagnosa infeksi. Di akhir fase akut infeksi,
pemeriksaan imunologis merupakan metode terpilih untuk mendiagnosa infeksi.
Isolasi virus : isolasi virus dengue dari spesimen klinis mungkin dilakukan
pada sampel yang diambil dalam 6 hari pertama sejak sakit dan segera
diproses tanpa penundaan. Spesimen yang cocok untuk isolasi virus termasuk :
serum fase akut, jaringan otopsi pada kasus yang fatal. (khusunya hati, limpa,
kelenjar limfe dan timus), serta dari nyamuk yang diambil dari area yang
endemis.
Deteksi asam nukleat virus : terdiri dari reverse transcriptase-polymerase
chain reaction (RT-PCR), Nested PCR, one-step multiplex PCR, real-time
RT-PCR, metode amplitudo isotermal
Deteksi antigen virus : merupakan glikoprotein yamg diproduksi oleh semua
flavivirus (NS1). Antigen NS1 muncul di hari pertama gejala penyakit dan
menghilang di hari ke 5-6. Oleh karena itu, tes NS1 bisa dijadikan sarana
untuk diagnostik yang lebih cepat.
Respon imunologis dan uji serologis
Metode ini terdiri dari : IgM-capture
enzyme-linked immunosorbent assay (MAC- ELISA), IgG-ELISA, IgM/IgG
ratio, Haemagglutination inhibition test, Complement fixation test,
Neutralization test.
Keputusan penanganan pasien dengue dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu
kelompok A (rawat jalan), kelompok B (rawat inap), kelompok C (penanganan gawat
darurat dan rujuk cepat)
Jika pasien menunjukkan warning signs atau tanda dehidrasi, penggantian cairan
secara intravena pada fase awal ini dapat menghindari hatuh kepada keadaan berat.
Rencana terapi berikut diberikan pada bagi, anak dan dewasa :
Penilaian hematokrit sebelum terapi cairan intravena. Pemberian cairan
isotonik seperi NaCl 0,9%, RL atau Hartmann’s solution. Mulai dengan 5-7
ml/kg/jam selama 1-2 jam, kurangi menjadi 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam dan
kemudia turunkan menjadi 2-3 ml/kg/jam atau lebih kecil sesuai dengan
respon klinis
Penilaian ulang status klinis dan ulangi cek hematokrit. Jika hematokrit tetap
sama ata meningkat minimal, lanjutkan pada kecepatan 2-3 ml/kg/jam selama
2-4 jam. Jika tanda vital memburuk dan hematokrit meningkat cepat, naikkan
menjadi 5-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam. Nilai ulang kembali.
Pemberian volume cairan intravena minimal dibutuhkan untuk
mempertahankan perfusi dan output urin (0,5 ml/kg/jam). Cairan intravena
biasanya dibutuhkan hanya selama 24-48 jam. Turunkan cairan intravena
secara bertahap saat kebocoran plasma membaik menuju akhir fase kritis.
Pasien dengan warning signs harus dimonitor sampa periode risiko terlewati.
Keseimbangan cairan dipertahankan. Tanda vital dimonitor tiap 1-4 jam sekali
sampai fase kritis terlewati, urin output tiap 4-6 jam, hematokrit (sebelum dan
sesudah penggantian cairan, setelahnya tiap 6-12 jam), GDS dan fungsi organ
lainnya.
Pada buku WHO 2011 ‘Comprehensive guidelines for prevention and control of
dengue and dengue haemorrhagic fever. Revised and expanded edition’ dimana
klasifikasi DHF masih terbagi menjadi 4 tingkat (grade I-IV), terapi cairan pada kasus
rawat inap yaitu :
Dan dikatakan bahwa pada DHF terjadi hemokonsentrasi akibat kebocoran plasma
>20%, oleh karena itu jumlah cairan yang diberikan diperkirakan sebesar kebutuhan
rumatan ditambah dengan perkiraan defisit cairan 5%. Apabila hematokrit meningkat
jumlah cairan harus dinaikkan dan bila menurun jumlah cairan dikurangi.
Bila syok tidak teratasi periksa AGD, hematokrit, kalsium dan GDS untuk menilai
kemungkinan adanya ABCS yang memperberat syok hipovolemik. Apabila
ditemukan kelainan segera koreksi.
Penghentian terapi cairan intravena merupakan bagian dari terapi dengue untuk
mengindari kelebihan cairan, yang biasanya terjadi karena terlalu banyaknya jumlah
cairan/kecepatan cairan yang diberikan, penggunaan cairan hipotonik kristaloid,
pemberian terapi cairan yang terlalu lama, teransfusi tidak tepat dengan FFP,
konsentrat platelet/kriopresipitat, dan kondisi komorbid seperti CHF. Berikut adalah
tanda-tanda kelebihan cairan :
Napas cepat
Retraksi dada
Distres pernapasan, sulit bernapas
Mengi, krepitasi
Efusi pleura masif
Asites berat, nyeri perut persisten
Peningkatan JVP
Berikut adalah tanda jika terapi cairan harus diturunkan atau dihentikan :
Tanda berkurangnya kebocoran plasma
TD stabil, perfusi perifer dan nadi membaik
Penurunan hematokrit
Apireksia lebih dari 24-48 jam
Perbaikan gejala gastrointestinal
Peningkatan urin outpout
Tanda-tanda pemulihan