Anda di halaman 1dari 23

Interesting World

Laporan Praktikum Antropometri Gizi

Desember 27, 2016

LAPORAN

PRAKTIKUM ANTROPOMETRI GIZI

Tentang :

“Pengukuran Antropometri pada Dewasa”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Penilaian Status Gizi

Dosen Pengampu: Susilowati, SKM.,MKM.

Disusun Oleh:

Putri Tresna Asih Handayani

113114064

_______________________________________________________________________________

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia. Antropometri dalam
bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan
dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah
kulit, lingkaran pinggang, lingkaran pinggul dan lain-lain. (Sandjaja, dkk., 2010).

Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat dipakai secara universal, tidak mahal dan
metode yang non invasif untuk mengukur ukuran, bagian dan komposisi dari tubuh manusia.
Pertumbuhan anak-anak dan dimensi tubuh pada segala usia dapat mencerminkan kesehatan dan
kesejahteraan dari individu dan populasi, sehingga antropometri dapat juga digunakan untuk
memprediksi performa, kesehatan, dan daya tahan hidup. Selain itu, aplikasi antropometri mencakup
berbagai bidang karena dapat dipakai untuk menilai status pertumbuhan, status gizi dan obesitas.

Berdasarkan tujuan penelitian pengukuran antropometri, setidaknya ada beberapa hal penting yang
mewakili tujuan pengukuran yaitu mengetahui kekekaran otot, kekekaran tualng, ukuran tubuh secara
umum, panjang tungkai dan lengan, serta kandungan lemak tubuh di ekstremitas dan di torso. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks, misalnya berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan atau panjang badan menurut umur (TB/U atau PB/U) atau
berat badan menurut tinggi badan atau panjang badan (BB/TB atau BB/PB), lingkar lengan atas menurut
umur (LLA/U), indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) dan sebagainya (Barasi, 2008).

Dalam praktikum kali ini, kami melakukan penilaian status gizi dengan menggunakan pengukuran
antropometri terhadap beberapa responden berdasarkan kelompok umur yaitu bayi, balita, anak usia
sekolah, remaja dan lansia. Harapan kami setelah dilaksanakannya praktikum ini, mahasiswa kesehatan
masyarakat khususnya kelas 3B dapat dan mampu melakukan pengukuran antropometri secara nyata di
lapangan.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari praktikum ini adalah untuk mengetahui status gizi perseorangan dengan
pengukuran antropometri

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari percobaan ini adalah :

a. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan indeks BB/U

b. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan indeks BB/PB
atau BB/TB
c. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan indeks PB/U
atau TB/U

d. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan pegukuran indeks LILA/U

e. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan pegukuran indeks massa
tubuh menurut umur

f. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan pegukuran tebal lemak
bawah kulit

g. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan pegukuran indeks lingkar
pinggang

BAB II

METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat Pengukuran

Alat

Fungsi

Baby Scale

Mengukur BB Bayi

Dacin

Mengukur BB Balita

Timbangan injak

Mengukur BB AUS, Remaja dan Lansia

Infantometer

Mengukut panjang badan

Microtoise
Mengukur tinggi badan

Pita LiLa

Mengukur lingkar lengan atas

Waist Meter

Mengukur Lingkar pinggang

Metline

Mengukur tinggi lutut

Skin Fold Caliper

Mengukur tebal lemak bawah kulit

2.2 Prosedur Praktikum

1. Pengukuran Berat Badan dengan Baby Scale

a. Letakkan alat pada permukaan yang rata atau bidang datar

b. Pastikan jarum penunjuk pada timbangan menunjuk pada angka nol

c. Usahakan bayi menggunakan pakaian yang seminimal mungkin

d. Letakkan bayi dengan hati-hati di bagian tengah timbangan

e. Tunggu sampai bayi tenang dan jarum timbangan konstan menunjukkan angka tertentu

f. Catat hasil penimbangan dengan ketelitian sampai satu angka desimal dan angkat bayi dari
timbangan

2. Pengukuran Berat Badan dengan Dacin

a. Gantungkan dacin pada penyangga kaki tiga (tripod)

b. Periksa kembali apakah dacin sudah tergantung kuat dengan cara menarik batang dacin ke bawah
kuat-kuat

c. Posisikan bandul geser pada angka nol

d. Berikan tali pengaman pada batang dacin agar tidak menciderai pengukur saat melakukan
penimbangan

e. Pasang sarung timbang pada dacin. Pastikan bandul geser berada pada angka nol
f. Timbang balita dengan pakaian yang seminimal mungkin dan seimbangkan dacin dengan
menggeser bandul

g. Catat hasil penimbangan dengan cara melihat ujung bandul geser

h. Pindahkan bandul geser ke angka nol kembali, kemudian angkat balita dari sarung timbang

3. Pengukuran Berat Badan dengan Timbangan Injak

a. Responden mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang minimal). Responden
tidak mengguakan alas kaki

b. Dipastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0

c. Responden diminta naik ke alat timbang dengan berat badan tersebar merata pada kedua kaki
dan posisi kaki tepat di tengah alat timbang.

d. Diperhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, usahakan agar responden tetap
tenang dan kepala tidak menunduk (memandang lurus kedepan)

e. Jarum akan bergeser dan menunjukkan berat badan responden pada angkat yang ada di skala

f. Dibaca dan dicatat berat badan pada tampilan dengan skala 0 terdekat

g. Responden diminta turun dari alat timbang

4. Pengukuran Panjang Badan (PB)

a. Sebelum mengukur panjang bayi, letakannlah alat pada permukjaan yang rata dengan ketinggian
yang nyaman untuk mengukur dan cukup kuat.

b. Beri alas yang tidak terlalu tebal

c. Lepaskan penutup kepala bayi, topi, hiasan rambut dan kaos kaki bayi

d. Kemudian pengukur berdiri pada salah satu sisi, sebaiknya sisi yang paling dekat dengan skala
pengukur

e. Letakkan bayi pada kepala menempel pada bagian kepala atau head board

f. Posisikan kepala bayi sehingga sudut luar mata dan sudut atas liang telinga berada pada garis yang
tegak dengan bidang infantometer

g. Usahakan dapat mempertahankan kepala bayi pada posisi

h. Luruskan tubuh bayi sejajar dengan bidang infantometer

i. Luruskan tungkai bayi bila perlu salah satu tangan pengukur menahan agar lutut bayi lurus
j. Dengan tangan yang lain pengujkur mendorong atau menggerakkan bagian kaki atau foot board
sehingga menempel dengan tumit bayi

k. Posisi kaki bayi adalah jari kaki menunjuk ke atas

l. Baca dan catat hasil pengukuran panjang badan bayi

5. Pengukuran Tinggi Badan (TB)

a. Responden tidak mengenakan alas kaki (sandal/sepatu), penutup kepala seperti topi. Posisikan
responden tepat di bawah microtoice

b. Reponden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.

c. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada dinding tempat
microtoise di pasang.

d. Pandangan lurus ke depan

e. Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala responden. Pastikan alat geser berada
tepat di tengah kepala responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus tetap menempel
pada dinding.

f. Dibaca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih besar (ke bawah).
Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata petugas.

g. Catat tinggi badan dengan menambahkan 0,6 cm

6. Pengukuran Lingkar Pinggang

a. Responden menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat
diletakkan dengan sempurna.

b. Responden berdiri tegak dengan perut dalam keadaan rileks

c. Pengukur menghadap ke responden dan meletakkan alat ukur melingkar pinggang secara
horizontal tepat diatas pusar responden

d. Hasil pengukuran pada pita dibaca dengan teliti dan dicatat

7. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)

a. Penentuan Titik Mid Point Pada Lengan

1) Responden diminta berdiri tegak

2) Responden dminta untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan kiri atas (bagi yang kidal
gunakan lengan kanan)
3) Tekukan tangan responden membentuk 900 dengan telapak tangan menghadap ke atas. Pengukur
berdiri dibelakang dan menentukan titik tengah antara tulang rusuk atas pada bahu kiri dan siku

4) Ditandai titik tengah tersebut dengan pena

b. Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)

1) Dengan tangan tergantung lepas dan siku lurus di samping badan, telapak tangan menghadap ke
bawah

2) Diukur lingar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA menempel pada kulit dan
dilingkarkan secara hotizontal pada lengan. Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada
rongga antara kulit dan pita

3) Hasil penukuran lingkar lengan atas dibaca dan dicatat

8. Pengukuran Tinggi Lutut

a. Responden yang akan diukur tinggi lututnya duduk pada kursi

b. Posisi duduk sempurna dalam kondisi duduk siap (badan tegak, tangan bebas kebawah dan wajah
menghadap ke depan

c. Lutut kaki membentuk suduk siku-siku atau 90o

d. Telapak kaki kiri yang diukur juga membentuk sudut 90o

e. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki kiri bagian tumit dan lutut

f. Baca dan catat hasil pengukuran

9. Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit (TLBK)

Biceps Skinfold

a. Responden berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh

b. Pengukuran dilakukan pada bisep atau bagian lengan yang paling putih

c. Pada sekitar 1 cm diatas titik yang telah ditandai tersebut, tarik lipatan kulit dan
jaringan lemak dibawahnya secara vertical, dan pasang penjepit caliper dan biarkan 2 asmpai 3 detik
setelah penahan / pegas penjepit caliper dilepas

d. Biceps skinfold diukur dengan mendekati 0,1 mm

e. Baca dan catat hasil


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengukuran

Tabel Hasil Pengukuran Parameter Antropometri Berdasarkan Kelompok Umur

No

Kelompok Umur

BB (kg)

PB (cm)

TB (cm)

Umur (tahun)

IMT

LiLa (cm)

Tinggi Lutut (cm)

LiPi (cm)

Tlbk (mm)

Bayi

a. Laki-Laki

b. Perempuan

8,9

8,2

74
70

2 Juni 2016

16 Mei 2016

16,25

16,73

Balita

a. Laki-Laki

b. Perempuan

13,4

16,7

87

104,5

9 Juli 2014
12 April 2012

Usia Sekolah

a. Laki-Laki

b. Perempuan

48,9

25,5

145,6

124,5

4 September 2007

1 Agustus 2007

23,07

16,45
4

Remaja

a. Laki-Laki

b. Perempuan

47

57

160,3

154

1 Februari 2001

20 November 1999

18,29

24,03

26
5

Lansia

a. Laki-Laki

b. Perempuan

73,9

45

163

149,3

6 Juli 1967

21 Mei 1956

27,81

20,18

23,5

46

41,5
94

77

20

10

3.2 Hasil Penghitungan

Tabel Index Antropometri

No

Kelompok Umur

BB/U

BB/PB

PB/U

BB/TB

TB/U

IMT/U

LiLa/U

LP

TLBK (mm)

Bayi

c. Laki-Laki
d. Perempuan

0,85

0,57

-0,53

0,05

2,61

1,15

-0,80

-0,11

-
-

Balita

c. Laki-Laki

d. Perempuan

0,15

-0,34

1,18

0,06

-1,30

-0,62

1,40

0,02
-

Usia Sekolah

c. Laki-Laki

d. Perempuan

-
-

Median

Remaja

c. Laki-Laki

d. Perempuan

-
-

-1

Median

Tidak KEK

Lansia

c. Laki-Laki

d. Perempuan
-

Obes 1

Normal

Tidak KEK

Berisiko

Tidak berisiko
average

lean

3.3 Pembahasan

1. Bayi

Pengukuran pada responden bayi laki-laki didapatkan hasil perhitungan BB/U yaitu 0,85 SD dengan
kategori status gizi baik, BB/PB yaitu -0,53 SD dengan kategori staus gizi normal, PB/U 2,61 SD dengan
kategori status gizi tinggi dan IMT/U -0,11 SD dengan kategori status gizi normal. Sedangkan untuk
responden bayi perempuan didapatkan hasil perhitungan BB/U yaitu 0,57 SD dengan kategori status gizi
baik, BB/PB yaitu 0,05 SD dengan kategori staus gizi normal, PB/U 1,15 SD dengan kategori status gizi
normal dan IMT/U -0,11 SD dengan kategori status gizi normal.

2. Balita

Pengukuran pada responden balita laki-laki didapatkan hasil perhitungan BB/U yaitu 0,15 SD dengan
kategori status gizi baik, BB/TB yaitu 1,18 SD dengan kategori staus gizi normal, TB/U -1,30 SD dengan
kategori status gizi normal, dan IMT/U 1,4 SD dengan kategori status gizi normal. Sedangkan responden
balita perempuan didapatkan hasil perhitungan BB/U, yaitu -0,34 SD dengan kategori status gizi baik,
BB/TB yaitu 0,06 SD dengan kategori staus gizi normal, TB/U yaitu -0,62 SD dengan kategori status gizi
normal dan IMT/U yaitu 0,02 SD dengan kategori status gizi normal.

3. Anak usia sekolah

Pengukuran pada responden anak usia sekolah laki-laki didapatkan IMT/U yaitu 2 SD dengan kategori
status gizi gemuk. Sedangkan responden anak usia sekolah perempuan didapatkan IMT/U yaitu median
dengan kategori status gizi dalam median atau nilai tengah.

4. Remaja

Pengukuran pada responden remaja laki-laki didapatkan IMT/U -1 SD dengan kategori status gizi normal.
Sedangkan responden remaja perempuan didapatkan IMT/U medium dengan kategori status gizi normal
dan Lila/U didapatkan hasil 26 cm menunjukkan bahwa klasifikasi status gizi normal atau tidak
mengalami kondisi kekurangan energi kronik.

5. Lanjut usia

Pengukuran pada responden lanjut usia laki-laki didapatkan LIPI yaitu sebesar 94 cm berarti responden
tersebut beresiko terkena penyakit degeneratif dan obesitas, dengan tebal lemak bawah kulit sebesar 20
dan dalam kategori average, untuk IMT sebesar 27,81 kg/m2 dan dalam kategori obes 1 dan didapatkan
hasil pengukuran tinggi lutut 46 cm dari tinggi badan 163 cm dan dilakukan penghitungan prediksi tinggi
badan dengan menggunakan rumus hasilnya 155,15 cm dengan selisih 7,85 cm dari tinggi badan.
Sedangkan Untuk responden lanjut usia perempuan didapatkan LIPI yaitu sebesar 77 cm berarti
responden tersebut tidak beresiko terkena penyakit degeneratif, dengan tebal lemak bawah kulit sebesar
10 dan dalam kategori lean, untuk IMT sebesar 20,18 kg/m2 berarti dalam kategori normal dan Lila/U
didapatkan hasil 23,5 cm menunjukkan bahwa klasifikasi status gizi normal atau tidak mengalami kondisi
kekurangan energi kronik dan didapatkan hasil pengukuran tinggi lutut 41,5 cm dari tinggi badan 149,3
cm dan dilakukan penghitungan prediksi tinggi badan dengan menggunakan rumus hasilnya 146,38 cm
dengan selisih 2,92 cm dari tinggi badan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengukuran antropometri didapatkan status gizi bayi laki-laki berada pada status gizi baik, bayi
perempuan berada pada status gizi baik, balita laki-laki dan perempuan berada pada status gizi baik,
anak usia sekolah laki-laki berada pada status gizi lebih, anak usia sekolah perempuan berada pada
status gizi baik, remaja laki-laki dan perempuan berada pada status gizi baik dan lansia laki-laki berada
pada status gizi lebih (Obes) dan berisiko terkena penyakit degeneratif dan lansia perempuan berada
pada status gizi normal/baik.

Daftar Pustaka

Susilowati. 2013. Modul Perkuliahan Penilaian Status Gizi

Susilowati, Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama

Supariasa, nyoman. dkk. 2016. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri.
Buku-SK-Antropometri-2010

Penilaian Status Gizi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis BOCAL di Pom Bensin

Desember 27, 2016

BACA SELENGKAPNYA

Laporan Praktikum Analisis Kualitas Air

Desember 27, 2016

Gambar

BACA SELENGKAPNYA

Diberdayakan oleh Blogger

Gambar tema oleh Veronica Olson

Info Kesehatan

Foto saya

PUTRI TRESNA ASIH HANDAYANI

KUNJUNGI PROFIL
Arsip

Label

Laporkan Penyalahgunaan

Interesting World

Anda mungkin juga menyukai