Anda di halaman 1dari 61

MAKALAH PRAKTIKUM PRESKRIPSI

“KONTRASEPSI”

Disusun oleh :

Eka nur hasana mukmin 201510410311108


Irene yuni farida 201510410311125
Nencylia mahmintari 201510410311130
Neneng arfani s 201510410311129
Achmad fatoni 201510410311142
Dini berliana 201510410311143
Richa faidhatul l 201510410311149

Kelompok 4
Farmasi C

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur kehadirat dan segala puji bagi tuhan yang maha esa. Yang telah
mencurahkan rahmat dan hidayahnya bagi kita semua. Sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul “KONTRASEPSI”. Makalah ini disusun oleh penulis
diajukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah preskip di program studi farmasi fakultas
ilmu kesehatan universitas muhammadiyah malang .
Penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan. Dengan ditulisnya makalah
ini kami selaku penulis berharap bahwa yang membaca dapat mengetahui lebih jauh mengenai
kontrasepsi.
Dengan tersusunnya maklah ini, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah memberi bantuan dan dorongan serta bimbingannya. Ucapan terima
kasih tersebut khusus kami sampaikan kepada :
1. Ibu dra. Liza pristianty, m.si., m.m., apt.
2. Ibu hidajah rachmawati, s.si., apt., sp.frs.
3. Ibu ika ratna hidayati, s.farm., m.sc., apt .
4. Ibu mutiara titania, m.sc., apt.
5. Ibu astri ayu bimbika p. S.farm., apt
6. Teman-teman yang telah banyak membantu dalam perencanaan pembuatan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi peningkatan makalah.

Malang, 24 April 2018

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Masalah .................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................................................. 2
1.5 Metode Yang Digunakan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
2.1 Kontrasepsi ............................................................................................................................ 3
2.2 Kehamilan.............................................................................................................................. 9
2.3 Persyaratan Metode Pemilihan Kontrasepsi .................................................................... 17
2.4 Jenis Kontrasepsi ................................................................................................................ 19
2.4.1 Kontrasepsi Hormonal Kombinasi ................................................................................... 19
2.4.2 Kontrasepsi Progesteron ................................................................................................... 27
2.4.3 Kontrasepsi Spermasidal ................................................................................................... 44
2.4.4 KB ........................................................................................................................................ 49
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 57
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 57
3.2 Saran .......................................................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 58

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya
itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pada saat ini telah banyak
beredar berbagai macam alat kontrasepsi. Macammacam metode kontrasepsi tersebut
adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita
(MOW), metode operatif untuk pria (MOP), dan kontrasepsi pil. Alat kontrasepsi
hendaknya memenuhi syarat yaitu aman pemakaiannya dan dapat dipercaya, efek samping
yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur keinginan, tidak mengganggu
hubungan seksual, harganya murah dan dapat diterima oleh pasangan suami istri (BKKBN,
2006).
Menurut WHO, dewasa ini hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga berencana
dan 66 –75 juta diantaranya, terutama di Negara berkembang, menggunakan kontrasepsi
hormonal. Kontrasepsi hormonal yang digunakan untuk mencegah terjadi kehamilan dapat
memiliki pengaruh positif maupun negatif terhadap berbagai organ tubuh, baik organ
genitalia maupun non genitalia (Baziad, 2008).
Data SDKI 2012 menunjukkan peningkatan prevalensi penggunaan kontrasepsi atau
Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di Indonesia sejak 1991-2012 sementara angka
fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR) cenderung menurun. Tren ini menggambarkan
bahwa meningkatnya cakupan usia 15-49 tahun yang melakukan KB sejalan dengan
menurunnya angka fertilitas nasional (SDKI, 2012).
Pada tahun 2013, cakupan KB aktif secara nasional sebesar 75,88%. Data menunjukkan
bahwa ada 8.500.247 Pasangan Usia Subur (PUS) yang merupakan peserta KB baru dan
hampir separuhnya (48,56%) menggunakan metode kontrasepsi suntikan, IUD (7,75%),
MOW (1,52%), MOP (0,25%), kondom (6,09%), implant (9,23%), dan pil (26,6%)
(BKKBN, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kontrasepsi ?
2. Apa tujuan dari penggunaan kontrasepsi?
3. Apa saja macam-macam alat kontrasepsi itu?
4. Bagaimana cara penggunaan dari pemasangan alat kontrasepsi ?
5. Bagaimana prinsip kerja alat kontrasepsi?
6. Apakah metode operatif kontrasepsi ditujukan untuk wanita dan pria ?

1
1.3 Tujuan Masalah
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan kontrasepsi.
2. Menjelaskan tujuan dari penggunaan kontrasepsi.
3. Menjelaskan apa saja macam-macam alat kontrasepsi
4. Menjelaskan cara penggunaan dari pemasangan alat kontrasepsi .
5. Menjelaskan .prinsip kerja alat kontrasepsi.
6. Menjelaskan tentang metode operatif kontrasepsi wanita dan pria.
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
kontrasepsi di lingkungan tenaga kefarmasian dan keluarga pasien. Meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan pasienn serta mencegah morbiditas terkait obat.
1.5 Metode Yang Digunakan
Dalam rangka penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan
(literature study). Yakni usaha untuk memperoleh informasi dengan membaca berbagai
buku, jurnal, majalah dan sebagainya. Usaha ini dimaksudkan untuk mencari data atau
informasi yang sejenis sebagai hasil penelitian orang lain, dan mencari landasan teoritas
yang berguna dalam melakukan analisis terhadap data penelitian.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kontrasepsi
A. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007).
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan
Utama, 2014).

B. Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi


Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat
dinilai pada 2 tingkat, yakni:
1. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara
kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila
kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang benar.
2. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam
keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan
sebagainya.

C. Memilih Metode Kontrasepsi


Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Aman atau tidak berbahaya
2. Dapat diandalkan
3. Sederhana
4. Murah
5. Dapat diterima oleh orang banyak
6. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).
Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi yaitu:
1. Faktor pasangan :
 Umur

3
 Gaya hidup
 Frekuensi senggama
 Jumlah keluarga yang diinginkan
 Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
 Sikap kewanitaan
 Sikap kepriaan.
2. Faktor kesehatan
 Status kesehatan
 Riwayat haid
 Riwayat keluarga
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan panggul.

D. Macam-macam Kontrasepsi
1. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana
tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara
lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender,
Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu
perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi
sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida
(Handayani, 2010).
2. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi
(mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi
progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan
suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat
pada pil, suntik dan implant (Handayani, 2010).
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling
efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad, 2008).
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron
memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga
terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).

4
Macam-Macam Kontrasepsi Hormonal

 Kontrasepsi Pil
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron
oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid
yang normal, sehingga juga menekan releasing-factors di otak dan akhirnya
mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah
ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy
(kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar, dan terasa
nyeri (Hartanto, 2002).
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5-99,9% dan 97%
(Handayani, 2010). Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
- Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung
hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosis yang sama,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya
konstan setiap hari.
- Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet
tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
- Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang
berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap
hari.
Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:
- Menekan ovulasi
- Mencegah implantasi
- Mengentalkan lendir serviks
- Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan
terganggu.
 Kontrasepsi Suntik

5
Efektivitas kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis
kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30%
kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan
secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN
sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita
akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100
wanita per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2002).
Jenis kontrasepsi Suntik Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis
kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :
- Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg
DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat).
- Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di
suntik intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
- Mencegah ovulasi
- Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
- Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah
kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek
samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat
digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause,
membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik,

6
menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah beberapa
penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).
 Kontrasepsi Implant

Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:


- Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant, atau
Implanon
- Nyaman
- Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
- Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
- Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
- Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan
bercak, dan amenorea
- Aman dipakai pada masa laktasi.
Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
- Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
- Implanon : terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-
kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
- Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
- Lendir serviks menjadi kental
- Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
7
- Mengurangi transportasi sperma
- Menekan ovulasi.
 Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR
yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak
mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung
hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T
dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel (Hartanto,
2002).
 Metode Kontrasepsi Mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif


Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal
dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau
mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara
ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi,
vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga
cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010).

8
2.2 Kehamilan
A. Definisi Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi sampai kelahiran bayi, kehamilan
normal biasanya berlangsung dalam waktu 40 minggu. Usia kehamilan tersebut dibagi
menjadi 3 trimester yang masing-masing berlangsung dalam beberapa minggu.
Trimester 1 selama 12 minggu, trimester 2 selama 15 minggu (minggu ke-13 sampai
minggu ke-27), dan trimester 3 selama 13 minggu (minggu ke-28 sampai minggu ke-
40).

B. Diagnosis
Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan yang mudah
dikenali dan dapat menjadi petunjuk bagi diagnosis dan evaluasi kemajuan kehamilan.
Tetapi sayangnya proses farmakologis atau patofisiologis kadang memicu perubahan
endokrin atau anatomis yang menyerupai kehamilan sehingga dapat membingungkan.
Perubahan endokrinologis, fisiologis, dan anatomis yang menyertai kehamilan
menimbulkan gejala dan tanda yang memberikan bukti adanya kehamilan. Gejala dan
tanda tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, antara lain :
1. Bukti Presumtif (tidak pasti)
Gejalanya :
 Mual dengan atau tanpa muntah.
 Gangguan berkemih.
 Fatigue atau rasa mudah lelah.
 Persepsi adanya gerakan janin.
Tanda :
 Terhentinya menstruasi.
 Perubahan pada payudara.
 Perubahan warna mukosa vagina.
 Meningkatnya pigmentasi kulit dan timbulnya striae pada abdomen.
Bukti kemungkinan kehamilan :
 Pembesaran abdomen.
 Perubahan bentuk, ukuran, dan konsistensi uterus.

9
 Perubahan anatomis pada serviks.
 Kontraksi Braxton Hicks.
 Ballotement.
 Kontur fisik janin.
 Adanya gonadotropin korionik di urin atau serum.
Tanda Positif Kehamilan
 Identifikasi kerja jantung janin yang terpisah dan tersendiri dari kerja
jantung ibu.
 Persepsi gerakan janin aktif oleh pemeriksa.
 Pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamilan dengan USG
atau pengenalan janin yang lebih tua secara radiografis pada paruh kedua
kehamilan.

C. Perubahan Fisik Selama Kehamilan


Seiring berkembangnya janin, tubuh sang ibu juga mengalami perubahan
perubahan yang dimaksudkan untuk keperluan tumbuh dan kembang sang bayi.
Perubahan tersebut difasilitasi oleh adanya perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron selama kehamilan. Baik dari segi anatomis maupun fisiologis, perubahan
yang ditimbulkan terjadi secara menyeluruh pada organ tubuh ibu yang berjalan seiring
dengan usia kehamilan dalam trimester. Perubahan-perubahan tersebut meliputi :

1. Sistem Reproduksi
Trimester 1
Terdapat tanda Chadwick, yaitu perubahan warna pada vulva, vagina dan
serviks menjadi lebih merah agak kebiruan/keunguan. pH vulva dan vagina
mengalami peningkatan dari 4 menjadi 6,5 yang membuat wanita hamil lebih rentan
terhadap infeksi vagina. Tanda Goodell yaitu perubahan konsistensi serviks
menjadi lebih lunak dan kenyal.Pembesaran dan penebalan uterus disebabkan
adanya peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hyperplasia &
hipertropi otot, dan perkembangan desidua.
Dinding-dinding otot menjadi kuat dan elastis, fundus pada serviks mudah
fleksi disebut tanda Mc Donald. Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar
telur bebek dan pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa. Pada

10
minggu-minggu pertama, terjadi hipertrofi pada istmus uteri membuat istmus
menjadi panjang dan lebih lunak yang disebut tanda Hegar. Sejak trimester satu
kehamilan, uterus juga mengalami kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak
nyeri.
Proses ovulasi pada ovarium akan terhenti selama kehamilan. Pematangan
folikel baru juga ditunda. Tetapi pada awal kehamilan, masih terdapat satu corpus
luteum gravidarum yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Folikel
ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu, kemudian mengecil setelah
plasenta terbentuk.
Trimester 2
Hormon estrogen dan progesteron terus meningkat dan terjadi
hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh - pembuluh darah alat genetalia
membesar. Peningkatan sensivitas ini dapat meningkatkan keinginan dan bangkitan
seksual, khususnya selama trimester dua kehamilan. Peningkatan kongesti yang
berat ditambah relaksasi dinding pembuluh darah dan uterus dapat menyebabkan
timbulnya edema dan varises vulva. Edema dan varises ini biasanya membaik
selama periode pasca partum.
Pada akhir minggu ke 12 uterus yang terus mengalami pembesaran tidak lagi
cukup tertampung dalam rongga pelvis sehingga uterus akan naik ke rongga
abdomen. Pada trimester kedua ini, kontraksi uterus dapat dideteksi dengan
pemeriksaan bimanual. Kontraksi yang tidak teratur dan biasanya tidak nyeri ini
dikenal sebagai kontraksi Braxton Hicks, muncul tiba-tiba secara sporadik dengan
intensitas antara 5-25 mmHg. Pada usia kehamilan 16 minggu, plasenta mulai
terbentuk dan menggantikan fungsi corpus luteum gravidarum.
Trimester 3
Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk
persalinan yang seringnya melibatkan peregangan vagina. Ketebalan mukosa
bertambah, jaringan ikat mengendor,dan sel otot polos mengalami hipertrofi. Juga
terjadi peningkatan volume sekresi vagina yang berwarna keputihan dan lebih
kental. Pada minggu-minggu akhir kehamilan,prostaglandin mempengaruhi
penurunan konsentrasi serabut kolagen pada serviks. Serviks menjadi lunak dan
lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan.
Istsmus uteri akan berkembang menjadi segmen bawah uterus pada trimester
akhir. Otot - otot uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga segmen bawah

11
uterus akan melebar dan menipis, hal itu terjadi pada masa-masa akhir kehamilan
menjelang persalinan. Batas antara segmen atas yang tebal dan segmen bawah yang
tipis disebut lingkaran retraksi fisiologis.

2. Payudara / Mammae
Trimester 1
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin,
estrogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Vena-vena di
bawah kulit juga akan lebih terlihat. Areola mammae akan bertambah besar pula
dan kehitaman. Kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan cenderung
menonjol keluar dinamakan tuberkel Montgomery.
Trimester 2
Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan kental
kekuning-kuningan yang disebut Kolustrum. Kolustrum ini berasal dari asinus yang
mulai bersekresi selama trimester dua. Pertumbuhan kelenjar mammae membuat
ukuran payudara meningkat secara progresif.
Bila pertambahan ukuran tersebut sangat besar, dapat timbul stria stria seperti
pada abdomen. Walaupun perkembangan kelenjar mammae secarafungsional
lengkap pada pertengahan masa hamil, tetapi laktasi terlambat sampai kadar
estrogen menurun, yakni setelah janin dan plasenta lahir.
Trimester 3
Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan mensekresi cairan yang
kental kekuningan yang disebut Kolostrum.Pada trimester 3 aliran darah di
dalamnya lambat dan payudara menjadi semakin besar.

3. Kulit
Trimester 1
Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon perangsang melanosit sejak
akhir bulan kedua kehamilan sampai aterm yang menyebabkan timbulnya
pigmentasi pada kulit. Linea nigra adalah pigmentasi berwarna hitam kecoklatan
yang muncul pada garis tengah kulit abdomen. Bercak kecoklatan kadang muncul
di daerah wajah dan leher membentuk kloasma atau melasma gravidarum (topeng
kehamilan). Aksentuasi pigmen juga muncul pada areola dan kulit genital.
Pigmentasi ini biasanya akan menghilang atau berkurang setelah melahirkan.

12
Angioma atau spider naevi berupa bintik-bintik penonjolan kecil dan merah
pada kulit wajah, leher, dada atas, dan lengan. Kondisi ini sering disebut sebagai
nevus angioma atau teleangiektasis. Eritema palmaris terkadang juga dapat
ditemukan. Kedua kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh hiperestrogenemia
kehamilan.
Trimester 2
Peningkatan melanocyte stimulating hormone (MSH) pada masa ini
menyebabkan perubahan cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal.
Trimester 3
Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul garis-garis
kemerahan, kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang kadang juga muncul
pada daerah payudara dan paha. Perubahan warna tersebut sering disebut sebagai
striae gavidarum. Pada wanita multipara, selain striae kemerahan itu seringkali
ditemukan garis garis mengkilat keperakan yang merupakan sikatrik dari striae
kehamilan sebelumnya.

4. Perubahan metabolik dan kenaikan berat badan


Trimester 1
Terjadi pertambahan berat badan selama kehamilan yang sebagian besar
diakibatkan oleh uterus dan isinya payudara, dan peningkatan volume darah serta
cairan ekstraseluler. Sebagian kecil pertambahan berat badan terebut diakibatkan
oleh perubahan metabolik yang menyebabkan pertambahan air selular dan
penumpukan lemak serta protein baru, yang disebut cadangan ibu. Pada awal
kehamilan, terjadi peningkatan berat badan ibu kurang lebih 1 kg.
Trimester 2
Kenaikan berat badan ibu terus bertambah terutama oleh karena perkembangan
janin dalam uterus.
Trimester 3
Pertambahan berat badan ibu pada masa ini dapat mencapai 2 kali lipat bahkan
lebih dari berat badan pada awal kehamilan. Pitting edema dapat timbul pada
pergelangan kaki dan tungkai bawah akibat akumulasi cairan tubuh ibu. Akumulasi
cairan ini juga disebabkan oleh peningkatan tekanan vena di bagian yang lebih
rendah dari uterus akibat oklusi parsial vena kava. Penurunan tekanan osmotik
koloid interstisial juga cenderung menimbulkan edema pada akhir kehamilan.

13
5. Perubahan Hematologis
Trimester 1
Volume darah ibu meningkat secara nyata selama kehamilan. Konsentrasi
hemoglobin dan hematokrit sedikit menurun sejak trimester awal kehamilan.
Sedangkan konsentrasi dan kebutuhan zat esi selama kehamilan juga cenderung
meningkat untuk mencukupi kebutuhan janin.
Trimester 2
Peningkatan volume darah disebabkan oleh meningkatnya plasma dan eritrosit.
Terjadi hiperplasia eritroid sedang dalam sumsum tulang dan peningkatan ringan
pada hitung retikulosit. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kadar eritropoetin
plasma ibu setelah usia gestasi 20 minggu, sesuai dengan saat produksi eritrosit
paling tinggi.
Trimester 3
Konsentrasi hematokrit dan hemoglobin yang sedikit menurun selama
kehamilan menyebabkan viskositas darah menurun pula. Perlu diperhatikan kadar
hemoglobin ibu terutama pada masa akhir kehamilan, bila konsentrasi Hb < 11,0
g/dl, hal itu dianggap abnormal dan biasanya disebabkan oleh defisiensi besi.

6. Sistem Kardiovaskuler
Trimester 1
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8 minggu pertama
kehamilan. Pada awal minggu kelima curah jantung mengalami peningkatan yang
merupakan fungsi dari penurunan resistensi vaskuler sistemik serta peningkatan
frekuensi denyut jantung. Preload meningkat sebagai akibat bertambahnya volume
plasma yang terjadi pada minggu ke 10-20.
Trimester 2
Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus akan menekan vena cava
inferior dan aorta bawah saat ibu berada pada posisi terlentang. Hal itu akan
berdampak pada pengurangan darah balik vena ke jantung hingga terjadi penurunan
preload dan cardiac output yang kemudian dapat menyebabkan hipotensi arterial.
Trimester 3
Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta pada pembesaran uterus
juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Pada posisi terlentang
ini akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan dengan posisi miring.

14
7. Sistem Pernafasan
Trimester 1
Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat pada awal kehamilan yang
mungkin diinterpretasikan sebagai dispneu. Hal itu sering mengesankan adanya
kelainan paru atau jantung padahal sebenarnya tidak ada apa-apa. Peningkatan
usaha nafas selama kehamilan kemungkinan diinduksi terutama oleh progesteron
dan sisanya oleh estrogen. Usaha nafas yang meningkat tersebut mengakibatkan
PCO2 atau tekanan karbokdioksida berkurang.
Trimester 2
Selama kehamilan, sirkumferensia thorax akan bertambah kurang lebih 6 cm
dan diafragma akan naik kurang lebih 4 cm karena penekanan uterus pada rongga
abdomen. Pada kehamilan lanjut volume tidal, volume ventilasi per menit, dan
pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara signifikan.
Trimester 3
Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran uterus dalam
rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan volume tidal, volume ventilasi
per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan mencapai puncaknya pada
minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas lebih dalam sehingga memungkinkan
pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan
efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesteron.

8. Sistem Urinaria
Trimester 1
Pada bulan - bulan awal kehamilan, vesika urinaria tertekan oleh uterus
sehingga sering timbul keinginan berkemih. Hal itu menghilang seiring usia
kehamilan karena uterus yang telah membesar keluar dari rongga pelvis dan naik
ke abdomen. Ukuran ginjal sedikit bertambah besar selama kehamilan. Laju filtrasi
glomerulus (GFR) dan aliran plasma ginjal (RPF) meningkat pada awal kehamilan.
Trimester 2
Uterus yang membesar mulai keluar dari rongga pelvis sehingga penekanan
pada vesica urinaria pun berkurang. Selain itu, adanya peningkatan vaskularisasi
dari vesica urinaria menyebabkan mukosanya hiperemia dan menjadi mudah
berdarah bila terluka.

15
Trimester 3
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul
menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria. Keluhan sering berkemih pun
dapat muncul kembali. Selain itu, terjadi peningkatan sirkulasi darah di ginjal yang
kemudian berpengaruh pada peningkatan laju filtrasi glomerulus dan renal plasma
flow sehingga timbul gejala poliuria. Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam
amino dan vitamin yang larut air lebih banyak.

9. Sistem Muskuloskeletal
Trimester 1
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada musuloskeletal. Akibat
peningkatan kadar hormone estrogen dan progesterone, terjadi relaksasi dari
jaringan ikat, kartilago dan ligament juga meningkatkan jumlah cairan synovial.
Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas
persendian. Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasanya normal
apabila asupan nutrisinya khususnya produk terpenuhi.
Trimester 2
Tidak seperti pada trimester 1, selama trimester 2 ini mobilitas persendian
sedikit berkurang. Hal ini dipicu oleh peningkatan retensi cairan pada connective
tissue, terutama di daerah siku dan pergelangan tangan.
Trimester 3
Akibar pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita hamil memiliki
bentuk punggung cenderung lordosis. Sendi sacroiliaca, sacrococcigis, dan pubis
akan meningkat mobilitasnya diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas
tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap pada wanita hamil dan
menimbulkan perasaan tidak nyaman pada bagian bawah punggung.

10. Sistem Persarafan


Trimester 1
Wanita hamil sering melaporkan adanya masalah pemusatan perhatian,
konsentrasi dan memori selama kehamilan dan masa nifas awal. Namun, penelitian
yang sistematis tentang memori pada kehamilan tidak terbatas dan seringkali
bersifat anekdot.
Trimester 2

16
Sejak awal usia gestasi 12 minggu, dan terus berlanjut hingga bulan pertama
pascapartum, wanita mengalami kesulitan untuk mulai tidur, sering terbangun, jam
tidur malam yang lebih sedikit serta efisiensi tidur yang berkurang.
Trimester 3
Penelitian Keenan dkk (1978) menemukan adanya penurunan memori terkait
kehamilan yang terbatas pada trimester tiga. Penurunan ini disebabkan oleh depresi,
kecemasan, kurang tidur atau perubahan fisik lain yang dikaitkan dengan
kehamilan. Penurunan memori yang diketahui hanyalah sementara dan cepat pulih
setelah kelahiran.

11. Sistem Pencernaan


Trimester 1
Timbulnya rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan posisi
lambung dan aliran asam lambung ke esophagus bagian bawah. Produksi asam
lambung menurun. Sering terjadi nausea dan muntah karena pengaruh human
Chorionic Gonadotropin (HCG),tonus otot-otot traktus digestivus juga berkurang.
Saliva atau pengeluaran air liur berlebihan dari biasa. Pada beberapa wanita
ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin berkaitan dengan persepsi
individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual.
Trimester 2
Seiring dengan pembesaran uterus, lambung dan usus akan tergeser.
Demikian juga dengan organ lain seperti appendiks yang akan bergeser ke arah atas
dan lateral. Perubahan lainnya akan lebih bermakna pada kehamilan trimester 3.
Trimester 3
Perubahan yang paling nyata adalah adanya penurunan motilitas otot polos
pada organ digestif dan penurunan sekresi asam lambung. Akibatnya, tonus
sphincter esofagus bagian bawah menurun dan dapat menyebabkan refluks dari
lambung ke esofagus sehingga menimbulkan keluhan seperti heartburn. Penurunan
motilitas usus juga memungkinkan penyerapan nutrisi lebih banyak, tetapi dapat
muncul juga keluhan seperti konstipasi. Sedangkan mual dapat terjadi akibat
penurunan asam lambung.
2.3 Persyaratan Metode Pemilihan Kontrasepsi
A. Faktor Umur / Usia

17
Usia subur / reproduksi adalah dimana seorang wanita mulai mendapatkan menstruasi
pertama atau sudah terjadi ovulasi sampai dengan menopause, (PKBI, 2001). Dalam
konsep pemilihan alat kontrasepsi yang rasional pembagian umurnya adalah :
1. Umur dibawah 20 tahun adalah fase menunda kehamilan.
Kontrasepsi pada fase ini harus mempunyai sifat refersible artinya bila akseptor
lepas dari kontrasepsi, bisa hamil lagi dan efektif artinya bila sedang dipakai tidak
menyebabkan kehamilan. Prioritas penggunaan alat kontrasepsi ( metode
sederhana, KB pil, suntik KB).
2. Umur 20-30 tahun adalah fase menjarangkan kehamilan.
Syarat kontrasepsi yang diperlukan untuk fase ini adalah :
 efektifitasnya tinggi
 reversibilitas juga cukup tinggi yaitu kemampuan mengembalikan
kesuburan juga cukup tinggi.
Prioritas penggunaan alat kontrasepsi :
 metode kontrasepsi efektif (kecuali kontap)
 metode sederhana
3. Umur lebih dari 30 tahun adalah fase mengakhiri kehamilan.
Syarat kontrasepsi yang diperlukan adalah :
 metode kontrasepsi efektif (terutama kontap)
 metode sederhana
Umur reproduksi bagi seorang wanita dimulai sejak 12-45 tahun, sedangkan usia
subur pria dimulai antara 12 atau 15 tahun hingga tak terbatas, (PKBI, 2001).

B. Paritas
Paritas adalah keadaan kelahiran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).
Sedangkan menurut (Siswosudarmo, 2008) paritas adalah jumlah janin dengan berat
badan lebih dari 500 gram atau lebih, yang pernah dilahirkan, hidup, atau mati. Bila
berat badan tidak diketahui, maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu.
Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi jenis alat kontrasepsi.

C. Pekerjaan Suami
Pekerjaan adalah suatu yang kegiatan yang dilakukan / dikerjakan oleh suami
untuk mendapatkan nafkah.

18
2.4 Jenis Kontrasepsi
2.4.1 Kontrasepsi Hormonal Kombinasi
Merupakan pil kontrasepsi oral kombinasi yang menggunakan estrogen dan
progesteron untuk mencegah kehamilan
A. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja pil kombinasi adalah dengan cara menekan gonadotropin
releasing hormon. Pengaruhnya pada hifofisis terutama adalah penurunan sekresi
luitenezing hormon (LH), dan sedikit folikel stimulating hormon. Dengan tidak adanya
puncak LH, maka ovulasi tidak terjadi.
Disamping itu, ovarium menjadi tidak aktif, dan pematangan folikel terhenti.
Lendir sevik juga mengalami perubahan, menjadi lebih kental, gambaran daun pakis
menghilang, sehingga penetrasi sperma menurun (Siswosudarmo,et al. 2001, hlm 15)
B. Efektiffitas
Pada pemakaian yang seksama, pil kombinasi 99% efektif mencegah
kehamilan. Namun, pada pemakaian yang kurang seksama, efektifitasnya masih
mencapai 93% (Everett, 2008, hlm.119).
C. Keuntungan
1. Mudah menggunakannya
2. Cocok untuk menunda kehamilan pertama dari pasangan usia subur yang masih
muda
3. Mengurangi dismenoroe pada saat menstruasi
4. Dapat mencegah defisiensi zat besi
5. Mengurangi resiko kanker ovarium
6. Tidak mempengaruhi produksi ASI
D. Keterbatasan
1. Harus diminum setiap hari dan pada waktu yang sama
2. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV /AIDS
3. Tidak dapat diberikan pada wanita yang sedang menyusui karena dapat mengurangi
asi (Saifuddin, 2004, hal. MK 29 ).
E. Jenis Pil Kombinasi
Ada tiga jenis pil kombinasi :
1. Pil monofasik, berisi esterogen dan progesteron dalam jumlah sama yang
digunakan selama 21 hari.

19
2. Pil bifastik, adalah pil 21 hari yang berisi esterogen dalam jumlah yang sama
selama penggunaan paket tetapi ada pil yang memiliki dua kadar progesteron yang
berbeda di dalamnya.Biasanya pil ini di beri kode yang dengan warna yang
berbeda.
3. Pil trifasik, adalah pil 21 hari yang berisi jumlah esterogen yang bervariasi
(biasanya dua kadar yang berbeda) selama paket penggunaan tetapi memiliki tiga
kadar progestero, yang berbeda di dalamnya, yang di beri kode warna.
Macam-Macam Contoh Obat:
Estradiol+Dienogest
Indikasi kontrasepsi oral, perdarahan menstruasi yang berlebihan pada
wanita tanpa kondisi patologi organik (disfungsi perdarahan
uterus) yang menggunakan kontrasepsi oral.

Peringatan risiko tromboembolisme, tumor, wanita dengan atau riwayat


hipertrigliseridemia berisiko tinggi terkena pankreatitis setelah
penggunaan obat ini, penyakit Chron’s dan kolitis ulseratif,
kloasma.

Interaksi penggunaan bersama penginduksi enzim (fenitoin, barbiturat,


pirimidon, karbamazepin, rifampisin, okskarbazepin,
topiramat, felbamat, dan griseovulvin) meningkatkan bersihan
hormon kelamin, rifampisin menurunkan konsentrasi sehingga
efek kontrasepsi oral menurun, HIV protease (ritonavir) dan
penghambat enzim transkriptase pembalik non-nukleosida
(Non-nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors)
meningkatkan metabolisme hepatik sehingga menurunkan efek
kontrasepsi oral, antibiotik (penisilin, tetrasiklin) mengurangi
konsentrasi estradiol, penghambat CYP3A4 (ketokonazol,
eritromisin, simetidin, verapamil, diltiazem, antidepresan
dan grapefruit juice) meningkatkan konsentrasi plasma
dienogest, kontrasepsi steroid dapat memberikan hasil tes
laboratorium meningkat seperti parameter biokimia hati, tiroid,

20
adrenal dan fungsi ginjal, kadar plasma protein, parameter
metabolisme karbohidrat, parameter koagulasi dan fibrinolisis.

Kontraindikasi riwayat tromboembolisme (trombosis vena berat, emboli paru,


infark miokard) atau kejadian serebrovaskular, riwayat
prodromi trombosis (transient ischaemic attack/TIA, angina
pektoris), riwayat migrain dengan gejala neurologik fokal,
diabetes mellitus dengan komplikasi vaskular, pankreatitis atau
riwayat pankreatitis akibat hipertrigliseridemia berat, penyakit
hati berat selama nilai fungsi hati belum kembali normal, tumor
hati dan riwayat tumor hati (jinak atau ganas), malignan (organ
genital atau payudara) yang dipengaruhi hormon seks,
perdarahan vagina yang tidak terdiagnosa, kehamilan,
hipersensitivitas.

Efek Samping umum: sakit kepala, nyeri abdomen, mual, akne, amenore,
dismenore, rasa tidak nyaman pada payudara, dismenorea,
perdarahan diantara siklus haid (metrorrhagia), peningkatan
berat badan
Dosis 1 tablet setiap hari pada jam yang sama selama 28 hari.
Kemasan berikutnya dimulai satu hari setelah tablet terakhir
dari kemasan sebelumnya, penghentian perdarahan biasanya
dimulai selama minum tablet terakhir dari satu siklus dan terus
berlanjut pada kemasan berikutnya, pada beberapa wanita,
perdarahan dapat muncul setelah tablet pertama dari kemasan
berikutnya.

Etinilestradiol + drospirenon
Indikasi Kontrasepsi oral, yang mempunyai efek antimineral kortikoid
dan antiandrogenik yang juga bermanfaat untuk wanita yang
mempunyai gejala dan riwayat retensi cairan yang
berhubungan dengan hormon, dan untuk wanita yang
berjerawat dan seborrhea.

21
Peringatan Kehamilan dan menyusui
Obat ini tidak diindikasikan selama kehamilan. Jika terjadi
kehamilan selama penggunaan Obat ini, maka pemberian tablet
harus segera dihentikan. Laktasi dapat dipengaruhi oleh KOK
yaitu adanya pengurangan jumlah dan perubahan komposisi air
susu ibu, selanjutnya penggunaan KOK tidak dianjurkan
sampai selesai masa menyusui.

Interaksi terjadi peningkatan bersihan hormon sex menjadi petunjuk


adanya pendarahan dan kegagalan kontrasepsi oral. Hal
tersebut terjadi dengan adanya hidantoin, barbiturat, primidon,
karbamazepin dan rifampisin; juga dicurigai dengan
okskarbazepin, topiramat, felbamat dan griseovulfin.
Mekanisme interaksi ini berdasarkan adanya enzim di hati.
Induksi enzim maksimal umumnya tidak terlihat pada minggu
ke 2-3 tetapi kemudian bertahan selama minggu ke 4 setelah
terapi dihentikan. Kegagalan kontrasepsi juga dilaporkan
dengan adanya antibiotik, seperti ampisilin dan tetrasiklin.
Metabolit drospirenon dalam plasma dihasilkan tanpa pengaruh
sistem sitokrom P450. Penghambatan sistem enzim ini tidak
mempengaruhi metabolisme drospirenon.

Kontraindikasi Adanya riwayat trombosis vena atau arteri atau tromboemboli


(seperti venous thrombosis, pulmonary embolism, infark
miokard) atau pada kecelakaan cerebrovascular. Ada
riwayat prodromi thrombosis (serangan iskemia, angina
pektoris). Riwayat migrain dengan gejala neurologik fokal.
Faktor risiko untuk trombosis arteri yaitu diabetes melitus,
hipertensi berat, severe dyslipoproteinemia. Faktor penyebab
bawaan terjadinya trombosis vena atau arteri seperti APC-
resistance, defisiensi antitrombin III,
defisiensi Activated Protein C (APC), defisiensi protein S,
hyperhomocys-teinemia anti phospolipid-antibodies
(anticardiolipin-antibodies, lupus anticoagulant). Faktor risiko
yang menyebabkan terjadinya thrombosis vena atau arteri.
Pankreatitis atau penderita dengan riwayat hipertrigliseridemia
berat. Penyakit hati berat atau fungsi hati tidak kembali normal.
Insufisiensi ginjal atau gagal ginjal akut. Kanker hati
(benign atau malignant). Karsinoma payudara dan atau genital.
Pendarahan vaginal yang tidak terdiagnosa. Kehamilan.
Hipersensitivitas terhadap zat aktif atau zat tambahan.

22
Efek Samping Payudara: tenderness, nyeri, pembesaran, sekresi; sistem saraf
pusat: sakit kepala, migrain, perubahan libido, depresi; saluran
pencernaan: mual, muntah dan keluhan lain pada saluran
cernal; kulit: kelainan kulit seperti rash, erythema nodosum,
erythema multiforme; urogenital: perubahan dalam sekresi
vaginalmata: intoleransi lensa kontak; lain-lain: retensi cairan,
perubahan berat badan, reaksi hipersensitivitas

Dosis Tablet harus diminum setiap hari sesuai petunjuk dalam


kemasan, jangan diminum satu jam sebelum atau sesudah
makan. Tablet dimakan setiap hari selama 21 hari secara
berurutan. Tiap kemasan berikutnya dimulai setelah interval 7
hari tidak minum tablet, selama tidak makan obat biasanya
terjadi menstruasi. Biasanya mulai pada hari ke 2-3 setelah
tablet terakhir diminum dan berhenti sebelum kemasan
berikutnya dimulai.

Kontrasepsi oral kombinasi


Indikasi Kontrasepsi; gangguan haid.

Peringatan Faktor risiko untuk penyakit vaskular; diabetes mellitus; riwayat


penyakit arterial dalam keluarga terutama saudara kandung
berusia di bawah 45 tahun; varises; depresi berat; imobilisasi
lama; sickle cell anemia; penyakit radang usus.

Kontraindikasi Kehamilan, risiko tinggi untuk penyakit arterial; riwayat


penyakit tromboemboli; keadaan yang meningkatkan risiko
tromboemboli, misalnya profil lipid yang aterogenik atau
kelainan koagulasi protrombotik; migren berat, fokal, dan
bertambah berat; tia tanpa sakit kepala; penyakit hati; hepatitis;
porfiria; ikterus kolestatik; batu empedu; karsinoma payudara
atau genital; perdarahan vagina yang belum didiagnosis; wanita
menyusui.

Efek Samping Mual, muntah, sakit kepala, nyeri payudara, berat badan
bertambah, trombosis, perubahan libido, kloasma, depresi,
hipertensi, iritasi pada lensa kontak, gangguan fungsi hati,

23
tumor hati, perdarahan haid berkurang, perdarahan bercak pada
awal daur, tidak adanya perdarahan putus obat.

Dosis 1 tablet tiap hari pada jam yang sama; dilanjutkan sesuai dengan
petunjuk pada pak obat; bila terlambat 12 jam makan pil, daya
kontrasepsinya berkurang. Pak pertama dimulai pada hari
pertama daur haid; bila terlambat memulai, sebaiknya gunakan
kontrasepsi pelindung selama 7 hari pertama.

Sediaan monofasik 21 tablet: setelah selesai 1 pak, berikan


tenggang waktu 7 hari sebelum mulai dengan pak yang baru.

Sediaan monofasik 28 tablet: setelah selesai 1 pak, langsung


dilanjutkan dengan pak yang baru.

Sediaan trifasik: mulai dengan tablet berjumlah 6 pada hari


pertama daur haid.

Sediaan: lihat tabel di bawah ini.

Komponen Komponen
Jumlah tablet Nama dagang
estrogen progestin

1. Monofasik

28
Etinilestradiol 20 Desogestrel 150
Mercilon 28
mcg mcg

28
Gestoden 75 mcg Gynera
Etinilestradiol 30
mcg
Desogestrel 150
28 Marve lon 28
mcg

24
28 Microgynon

28 Nordette 28
Levonorgestrel
150 mg
28 Planotab

21 Loette 21

2. Trifasik

Linestrenol 2,5 mg 22 Lyndiol


Etinilestradiol 50
mcg
Linestrenol 1 mg 28 Ovostat 28

Etinilestradiol 30 Levonorgestrel 50
6 (coklat) Trinordiol 21
mcg mg

Etinilestradiol 40 Levonorgestrel 50
5 (putih) Trinordiol 28
mcg mg

Etinilestradiol 30 Levonorgestrel 10
Triquilar ED
mcg 125 mg 7

ETINILESTRADIOL + GESTODEN
Indikasi untuk mencegah kehamilan (kontrasepsi).

Peringatan faktor risiko tromboembolisme; kelainan arteri dan migren;


hiperprolaktinemia; riwayat depresi berat yang diinduksi oleh
kontrasepsi hormonal; penyakit anemia sickle sel; peradangan
saluran cerna termasuk penyakit Chron; tekanan darah tinggi.

25
Interaksi dengan obat untuk epilepsi (misalnya primidon, fenitoin,
barbiturat) dan tuberkulosa (misalnya rifampisin); dan antibiotika
untuk beberapa penyakit infeksi lainnya (misalnya ampisilin,
tetrasiklin, griseofulvin).

Kontraindikasi: sedang atau pernah mengalami tromboembolisme; kelainan arteri


dan migren; sedang atau pernah mengalami suatu kondisi yang
mungkin gejala awal dari serangan jantung (misalnya pada
angina pektoris atau nyeri dada) atau stroke (misalnya serangan
iskemik transien atau stroke ringan yang menetap); diabetes
mellitus dengan kerusakan pembuluh darah; ikterus (kulit yang
menguning) atau penyakit hati yang berat; sedang atau pernah
menderita tumor jinak atau ganas pada hati; mengalami
perdarahan vagina yang tidak terdeteksi; hamil atau merasa
hamil; alergi terhadap bahan-bahan yang ada dalam sediaan;
mengalami Sindrom Dubin Johnson & Sindrom Rotor; penyakit
anemia sickle cell, gangguan metabolisme lemak; mempunyai
riwayat herpes pada waktu hamil dan otosklerosis yang
memburuk selama kehamilan.

Efek Samping risiko terjadinya trombosis. Efek samping yang dapat terjadi ini
dapat dijumpai pada bulan-bulan awal pemakaian pil KB dan
biasanya akan berkurang bila dipakai terus; penegangan
payudara; nyeri dan bersekresi; sakit kepala; perubahan dorongan
seksual; penurunan libido; intoleransi lensa kontak; mual, muntah
dan perasaan tidak sehat; perubahan sekresi vagina; macam-
macam reaksi kulit; retensi cairan; perubahan berat badan; reaksi
hipersensitivitas; perubahan siklus menstruasi.

Dosis 1 tablet setiap hari pada jam yang sama dengan mengikuti arah
panah sampai 21 pil telah diminum semuanya, pemberian diulang
setelah interval 7 hari tidak minum pil. Kemasan berikutnya
dimulai pada hari ke 8 siklus menstruasi.

26
2.4.2 Kontrasepsi Progesteron
A. Kontrasepsi Oral Progesteron (KOP)
Walaupun angka kegagalannya lebih tinggi daripada Kontrasepsi Oral
Kombinasi (KOK), kontrasepsi oral progesteron (KOP) merupakan alternatif
kontrasepsi hormonal bagi wanita yang tidak dapat menerima estrogen, termasuk
pasien dengan riwayat trombosis vena. KOP ini cocok untuk wanita lansia, perokok
berat, penderita hipertensi, kelainan katup jantung, diabetes melitus, atau migrain.
Dengan KOP ini ketidakteraturan pola haid lebih sering terjadi pada awal
penggunaannya tapi akan teratasi setelah penggunaan jangka panjang.
1. Interaksi
Efektivitas KOP tidak dipengaruhi oleh antibakteri yang tidak menginduksi
enzim hati. Tetapi efektivitas KOP dikurangi oleh obat penginduksi enzim,
sehingga dianjurkan menggunakan metode kontrasepsi alternatif atau tambahan
selama penggunaan obat atau 4 minggu setelah penghentian obat.
2. Pembedahan
Semua KOP (termasuk bentuk injeksi) dapat digunakan sebagai alternatif dari
KOK sebelum pelaksanaan pembedahan besar, pembedahan pada kaki atau
pembedahan yang mempengaruhi immobilisasi jangka panjang lengan bawah.
Mulai pemberian 1 tablet perhari, dimulai hari pertama siklus dan diminum pada
waktu yang sama setiap hari (jika terlupa minum lebih dari 3 jam, daya lindung
obat hilang). Tidak perlu tambahan kontrasepsi saat memulai minum obat.
Berubah dari KOK, mulai segera setelah menyelesaikan paket KOK tanpa
melakukan interval bebas (jika menggunakan tablet ED, abaikan tablet inaktif).
Setelah melahirkan, mulai setelah 3 minggu melahirkan
(meningkatkan breakthrough bleeding jika diberikan lebih awal), tidak
mempengaruhi menyusui.
3. Lupa Minum Pil
Bila 1 pil terlupa, segera makan saat disadari, dan lanjutkan jadwal yang biasa.
Bila terlambat 3 jam makan pil, maka daya lindung pil hilang. Lanjutkan makan
pil, tetapi jangan lakukan sanggama selama 7 hari berikutnya atau gunakan
kondom.
4. Diare dan muntah

27
Muntah dalam waktu 2 jam setelah pemberian kontrasepsi oral atau terjadi diare
yang sangat berat dapat mengganggu absorpsi. Diperlukan kontrasepsi
tambahan selama muntah/diare dan 2 hari setelah sembuh.
Contoh Kontrasepsi Oral Progesteron
Kontrasepsi oral progestin
Indikasi Kontrasepsi

Kontraindikasi kehamilan, risiko tinggi untuk penyakit arterial; tumor hati;


porfiria; karsinoma payudara atau genital; perdarahan vagina
yang belum didiagnosis; setelah pengangkatan mola hidatidosa.

Dosis 1 tablet setiap hari pada jam yang sama; mulai pada hari pertama
daur haid; bila terlambat 3 jam makan pil, maka harus dianggap
telah "kelupaan pil", lihat keterangan di atas. Catatan:
penggantian sediaan dari KOK langsung dilakukan setelah pil
aktif yang terakhir.

Peringatan penyakit jantung; riwayat kehamilan ektopik; kista ovarium;


sindrom malabsorpsi; hepatitis aktif; ikterus kolestatik; riwayat
ikterus saat hamil

Interaksi obat penginduksi enzim menurunkan kadar hormon.

Efek samping kekacauan pola haid; mual, muntah, sakit kepala; nyeri payudara,
depresi, perubahan berat badan, kelainan kulit.

Desogestrel
Indikasi kontrasepsi oral.

Kontraindikasi diketahui atau diduga hamil; gangguan tromboembolik vena yang


aktif; adanya atau riwayat penyakit hati yang berat dengan nilai
fungsi hati tidak bisa kembali normal; tumor yang tergantung
progesteron; perdarahan vagina yang tidak terdiagnosa;
hipersensitivitas.

28
Dosis Tablet diminum dengan air secukupnya setiap hari dan pada
waktu yang kurang lebih sama sesuai dengan petunjuk arah pada
kemasan. 1 tablet diminum setiap hari selama 28 hari secara
berturutan. Kemasan berikutnya harus dimulai segera setelah
kemasan lama habis.

Peringatan risiko kanker payudara; kanker hati; riwayat gangguan


thromboemboli; diabetes; pernah mengalami kehamilan ektopik;
riwayat kloasma gravidarum.

Interaksi dengan hidantoin barbiturat, pirimidon, karbamazepin,


rifampisin; okskarbamazepin, rifabutin, rosiglitazon, felbamat
dan griseofulvin atau obat yang menginduksi enzim hepatik
disarankan untuk sementara menggunakan metode pelindung lain
selain menggunakan desogestrel, misalnya selama waktu
penggunaan bersama obat dan selama kurang lebih 7 hari setelah
obat dihentikan. Pada wanita yag menggunakan rifampisin,
metode pelindung tambahan sebaiknya digunakan selama waktu
pemberian rifampisin dan selama 28 hari setelah penggunaannya
dihentikan. Dengan medical charcoal, efikasi mungkin
berkurang.

Efek samping sakit kepala; peningkatan berat badan; sakit pada payudara; mual;
perdarahan ireguler; amenore; jerawat; perubahan suasana hati;
penurunan libido.

Desogestrel + etinil estradiol


Indikasi Kontrasepsi

Kontraindikasi Diketahui atau diduga hamil, gangguan tromboembolik vena


yang aktif, riwayat trombosis arterial (infark miokard, gangguan
pembuluh darah otak) atau kondisi prodormal (stroke ringan,
angina pektoris), diketahui kecenderungan trombosis vena atau
arteri seperti resistensi Protein C teraktivasi (APC), defisiensi
antitrombin III, defisiensi protein C, defisiensi protein

29
S, hiperhomosisteinemia, dan antibodi antifosfolipid, tumor yang
tergantung progesteron, perdarahan vagina yang tidak
terdiagnosa, riwayat migrain dengan gejala saraf fokal, diabetes
melitus yang berhubungan dengan vaskular, operasi besar dengan
imobilisasi berkepanjangan, riwayat pankreatitis yang terkait
dengan hipertrigliseridemia berat, riwayat penyakit hati berat
dengan nilai fungsi hati tidak bisa kembali normal, riwayat tumor
hati, keganasan (organ genital atau payudara) yang dipengaruhi
oleh steroid kelamin, hipersensitivitas.

Dosis 1 tablet sehari, pada waktu yang sama dengan sedikit air. Dimulai
dengan tablet yang besar (aktif) selama 21 hari berturut-turut
diikuti dengan tablet kecil selama 7 hari.

Peringatan Gangguan peredaran darah (risiko tromboemboli vena dan arteri),


risiko kanker serviks, risiko kanker payudara, tumor hati,
hipertrigliseridemia atau riwayat pada keluarga: risiko
pankreatitis, penyakit Crohn dan kolitis ulserasi, diabetes
melitus, riwayat kehamilan ektopik, riwayat kloasma gravidarum.

Interaksi obat penginduksi enzim menurunkan kadar hormon.

Efek samping Umum: perubahan suasana hati, sakit kepala, mual, sakit pada
perut, nyeri pada payudara. Tidak umum: retensi cairan,
penurunan libido, migrain, muntah, diare, ruam, urtikaria,
pembesaran payudara. Jarang: hipersensitivitas, peningkatan
libido, intoleransi kontak lensa, tromboembolik arterial dan vena,
eritema nodusum, eritema multiform, keluar cairan dari vagina,
keluar cairan dari payudara, penurunan berat badan.

Levonorgestrel
Indikasi kontrasepsi darurat yang dapat digunakan untuk mencegah
kehamilan sebelum 72 jam setelah intercourse. Sebagai
kontrasepsi darurat, diindikasikan untuk sexual intercourse yang

30
tidak terlindungi termasuk: bila tidak menggunakan kontrasepsi,
bila metode kontrasepsi gagal, dalam kasus pemerkosaan.

Kontraindikasi selain pada kehamilan, tidak ada kontraindikasi medis absolut


untuk penggunaan levonorgestrel. Dalam kasus pendarahan
vagina tanpa diketahui sebabnya, penyakit hepar dan empedu,
mempunyai riwayat gestational jaundice, kanker payudara,
kanker ovarium atau kanker uterus, thrombophlebitis atau
kelainan thromboembolik, penyakit serebro vaskular atau arteri
koroner, neoplasma, pendarahan genital abnormal yang tidak
didiagnosa, diketahui atau diperkirakan hamil, levonorgestrel
diberikan setelah pertimbangan yang hati-hati terhadap rasio
kemanfaatan/risiko.

Dosis dua tablet levonorgestrel (1,5 mg) sekaligus secepat mungkin,


sebaiknya dalam 12 jam namun tidak boleh lebih dari 72 jam
setelah intercourse. Levonorgestrel dapat diberikan selama siklus
menstruasi. Jika terjadi muntah dalam 3 jam setelah pemberian,
dosis diulang kembali.

Peringatan digunakan dengan ekstra hati-hati pada kasus asma, gagal


jantung, hipertensi, migrain, epilepsi, gangguan ginjal, diabetes
mellitus, hiperlipidemia, depresi, thrombophlebitis, penyakit
tromboembolik atau stroke, merokok dan gangguan fungsi hati.
Pemeriksaan medis segera diperlukan apabila efek samping
terjadi selama obat digunakan. Nyeri dada yang tajam, batuk
berdarah atau nafas pendek dengan tiba-tiba, nyeri pada betis,
kehilangan penglihatan seluruhnya dengan tiba-tiba, breast lump,
nyeri perut berat, atau kuning pada kulit atau bola mata. Tidak
untuk pemakaian rutin.

Interaksi pemberian bersamaan dengan ampisilin, rifampisin,


kloramfenikol, neomisin, sulfonamida, tetrasiklin, barbiturat dan
fenilbutazon, fenitoin, griseofulvin, karbamazepin dan pirimidon
dapat menurunkan efek kontrasepsi.

31
Efek samping mual; muntah; pendarahan uterus yang tidak teratur; breast
tenderness, sakit kepala; pusing dan fatigue.

B. Kontrasepsi Injeksi Progestin (KIP) dan Plester


Kontrasepsi injeksi progestin (KIP) merupakan kontrasepsi berupa suntikan
yang hanya mengandung hormon sistesis progesteron.
Ada beberapa mekanisme kontrasepsi hormonal antara lain dengan penggunaan
estrogen dan progestin terus menerus terjadi penghambatan sekresi GnRH dan
gonadotropin sedemikian rupa hingga tidak terjadi perkembangan folikel dan tidak
terjadi ovulasi. Progestin akan menyebabkan bertambah kentalnya mukus serviks
sehingga penetrasi sperma terhambat, terjadi gangguan keseimbangan hormonal
dan hambatan progesteron menyebabkan hambatan gangguan pergerakan tuba
(Anonim, 2007).
Kontrasepsi suntikan adalah obat pencegahan kehamilan yang pemakaiannya
dilakukan dengan jalan penyuntikan obat tersebut pada ibu yang subur. Mekanisme
kontrasepsi suntikan dalam pencegahan kehamilan :
1. Menghalangi terjadinya ovulasi
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Saifuddin, 2003)

Contoh Obat
Kontrasepsi Injeksi Kombinasi (KIK)
Indikasi Kontrasepsi; gangguan haid.

Peringatan Faktor risiko untuk penyakit vaskular; diabetes mellitus; riwayat


penyakit arterial dalam keluarga terutama saudara kandung berusia di
bawah 45 tahun; varises; depresi berat; imobilisasi lama; sickle cell
anemia; penyakit radang usus.

Interaksi Efektivitas dari kontrasepsi oral kombinasi maupun yang hanya


mengandung progesteron akan menurun jika berinteraksi dengan obat
yang menginduksi aktivitas enzim hepatik (misalnya karbamazepin,
griseofulvin, modafinil, nelfinavir, nevirapin, okskarbazepin, fenitoin,

32
fenobarbital, ritonavir, topiramat, rifabutin serta rifampisin). Kondom
dan juga kontrasepsi kerja panjang seperti kontrasepsi injeksi, lebih
tepat untuk pasien dengan infeksi HIV atau dengan risiko infeksi HIV
dan saran tentang kemungkinan interaksi dengan obat antiretrovirus
sebaiknya diberikan oleh dokter spesialis yang menangani HIV

Kontraindikasi Kehamilan, risiko tinggi untuk penyakit arterial; riwayat penyakit


tromboemboli; keadaan yang meningkatkan risiko tromboemboli,
misalnya profil lipid yang aterogenik atau kelainan koagulasi
protrombotik; migren berat, fokal, dan bertambah berat; TIA tanpa sakit
kepala; penyakit hati; hepatitis; porfiria; ikterus kolestatik; batu
empedu; karsinoma payudara atau genital; perdarahan vagina yang
belum didiagnosis; wanita menyusui.

Efek Samping Mual, muntah, sakit kepala, nyeri payudara, berat badan bertambah,
trombosis, perubahan libido, kloasma, depresi, hipertensi, iritasi pada
lensa kontak, gangguan fungsi hati, tumor hati, perdarahan haid
berkurang, perdarahan bercak pada awal daur, tidak adanya perdarahan
putus obat.

Dosis Injeksi intramuskular 0,5 mL dengan selang 30 hari.

Medroksi Progesteron Asetat


Indikasi Desogestrel, etinodiol, gestoden, levonogestrel, noretisteron dan
norgestimat digunakan dalam kontrasepsi oral kombinasi dan
kontrasepsi progestogen saja

Peringatan Progestogen sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada keadaan yang


dapat memperburuk retensi cairan misalnya epilepsi, hipertensi,
migrain, asma, gagal jantung atau gagal ginjal dan pasien yang
cenderung mengalami tromboemboli (perhatian khusus pada dosis
tinggi). Hati-hati bila diberikan pada pasien

Interaksi Progestogen telah digunakan untuk mencegah aborsi spontan pada


wanita dengan riwayat keguguran berulang (kecenderungan aborsi) tapi

33
tidak ada bukti mengenai manfaatnya dan pemberian tidak dianjurkan.
Pada wanita hamil dengan gejala antibodi antifosfolipid yang menderita
keguguran berulang, pemberian asetosal dosis rendah dan dosis
pencegahan (profilaksis) dengan heparin berat molekul rendah dapat
menurunkan risiko keguguran (penggunaan hanya di bawah
pengawasan dokter spesialis). Pada anak dengan penundaan
pertumbuhan ciri seks sekunder, progestogen berkala ditambahkan
setelah terapi dengan estrogen selama 12-18 bulan untuk memantapkan
siklus menstruasi.

Kontraindikasi Progestogen sebaiknya dihindari pada pasien dengan riwayat tumor


hati, dan gangguan hati berat. Juga kontraindikasi pada pasien dengan
kanker kelamin dan payudara (kecuali progestogen digunakan dalam
pengobatan penyakit ini), penyakit arteri berat, pendarahan vagina yang
tidak terdiagnosa dan porfiria. Progestogen tidak boleh digunakan jika
ada riwayat idiopatik jaundice, gatal-gatal berat atau pemphigoid
gestationis selama kehamilan.

Efek samping Berupa gangguan pola haid; gangguan menstruasi, gejala mirip
pramenstruasi (termasuk kembung, kekurangan cairan, breast
tenderness), berat badan bertambah, mual, sakit kepala, pusing,
insomnia, mengantuk, depresi, reaksi kulit, (termasuk urtikaria,
pruritus, kemerahan dan jerawat), hirsutisme, alopesia. Reaksi
anafilaktik dan penyakit kuning juga pernah dilaporkan.

Dosis Kanker payudara: 0,4 - 1,5 g per hari. Kanker endometrium, kanker
prostat: 100-500 mg/hari.

Oral, 2,5-10 mg/hari selama 5-10 hari dimulai pada hari ke 16-21 siklus,
diulang selama 2 siklus pada perdarahan disfungsi uterus dan 3 siklus
pada amenorea sekunder. Endometriosis ringan sampai sedang, 10 mg
3 kali/hari selam 90 hari berturut-turut, dimulai pada hari pertama
siklusProgestogenik berlawanan estrogen TSH, 10 mg/hari selama 14
hari terakhir dari tiap siklus 28 hari estrogen TSH.

34
Noretisteron Enantat
Indikasi Kontrasepsi

Peringatan Penyakit jantung; riwayat kehamilan ektopik; kista ovarium; sindrom


malabsorpsi; hepatitis aktif; ikterus kolestatik; riwayat ikterus saat
hamil.

Interaksi Penyakit jantung; riwayat kehamilan ektopik; kista ovarium; sindrom


malabsorpsi; hepatitis aktif; ikterus kolestatik; riwayat ikterus saat
hamil.

Kontraindikasi Kehamilan, risiko tinggi untuk penyakit arterial; tumor hati; porfiria;
karsinoma payudara atau genital; perdarahan vagina yang belum
didiagnosis; setelah pengangkatan mola hidatidosa.

Efek samping Kekacauan pola haid; mual, muntah, sakit kepala; nyeri payudara,
depresi, perubahan berat badan, kelainan kulit.

Dosis Endometriosis, 10-5 mg/hari selama 4-6 bulan atau lebih, dimulai pada
hari ke-5 siklus (jika pendarahan timbul dosis ditingkatkan sampai 20-
25 mg/hari, dosis dikurangi setelah pendarahan berhenti). Perdarahan
disfungsi uterus, menorrhagia, 5 mg 3 kali/hari selama 10 hari untuk
menghentikan pendarahan; 5 mg 2 kali/hari dari hari ke 19-26.
Dismenorea, (lihat keterangan di atas), 5 mg 3 kali/hari dari hari ke 5-
24 siklus Sindrom premestruasi, 5 mg 2-3 kali/hari dari hari ke 19- 26
selama beberapa siklus (tetapi tidak dianjurkan) Posponement of
menstruation, 5 mg 3 kali/hari dimulai 3 hari sebelum mulai menstruasi
(menstruasi timbul 2-3 hari setelah obat dihentikan) Progestogenik
berlawanan estrogen TSH.

C. Alat Kontrasepsi Dari Rahim (AKDR) Progesteron


1. Pengertian Intra Uterin Devices (IUD) /AKDR
AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam rahim
yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduktif (Handayani,2010,p.139)

35
AKDR sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang (dapat sampai
10 tahun:CuT 380A) Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak Pemasangan
dan pencabutan memerlukan pelatihan Dapat dipakai oleh semua perempuan
usia reproduksi Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi
menular seksual (IMS)
AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan AKDR
dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan
pertama Kemungkinan terjadi perdarahan atau spotting beberapa hari setelah
pemasangan Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak
AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak kliennya Jelaskan pada klien
jenis AKDR apa yang digunakan, kapan akan dilepas dan berikan kartu tentang
informasi semua ini AKDR tidak melindungi diri terhadap IMS termasuk virus
AIDS. Apabila pemasangannya berisiko, mereka harus menggunakan kondom
seperti halnya AKDR

Gambar Alat kontrasepsi


2. Jenis-jenis Intra Uterin Devices (IUD) /AKDR
Macam IUD menurut Handayani(2010, p.140-141) dikategorikan menjadi 2
yaitu:
 AKDR non hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4 karenaberpuluh-
puluh macam AKDR telah dikembangkan.Mulai dari11generasi
pertamayang terbuat dari benang sutera dan logam sampaigenerasi
plastik (polietilen),baik yang ditambah obat ataupun tidak

36
Menurut bentuknya AKDR di bagi menjadi 2
- Bentuk terbuka (oven device)Misalnya : Lippes Loop, CUT, Cu-
7. Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
- Bentuk tertutup (closed device) Misalnya: Ota-Ring,Atigon,dan
Graten Berg Ring.
 Menurut Tambahan atau Metal
- Medicatet IUD
Misalnya: Cu T 200(daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3
tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A(daya kerja 8
tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya
kerja 3 tahun).
- Un Medicated IUD
Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil,Antigon.
Cara insersi lippes loop : Push Out
- IUD yang mengandung hormonal
Progestasert - T = Alza Panjang 36 mm,lebar 32 mm,dengan 2
lembar benang ekor warna hitam. Mengandung 38 mg
progesterone dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg
progesterone per hari 12. Tabung insersinya terbentuk lengkung.
Teknik insersi: plunging (Modified Withdrawal)
LNG-20 Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel,dengan
pelepasan 20 mcg per hari. Sedang di teliti di Finlandia. Angka
kegagalan/kehamilan agak terendah : <0,5 per 100 wanita per
tahun. Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-
persoalanperdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD
lainya, karena 25% mengalami amenore atau perdarahan haid
yang sangat sedikit.
 Mekanisme Kerjamenurut Hartanto (2004, p.205-206).
AKDR akan berada dalam uterus, bekerja terutama mencegah
terjadinya pembuahan (fertilisasi)dengan mengahalangi
bersatunyaovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang
mencapai itu bafalopi dan menginaktifasikan sperma. Ada beberapa
mekanisme cara kerja AKDR sebagai berikut :

37
- Timbulnya reaksi radang radang lokal di dalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
- Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambatnya implantasi.
- Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telh berimplantasi
didalam endometrium.
- Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopi.
- Immobilissi spermatozoa saat melewati cavum uteri
 Efektivitas menurut Hartanto (2004, p.207)
- Efektifitas dari IUD dinyatakan pada angka kontinuitas
(continuationrate) yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-uterio
tanpa: Ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan dan
pengangkatan/pengeluaran karena alas an-alasan medis atau
pribadi.
- Efektifitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada :
IUD-nya : Ukuran, Bentuk dan mengandung Cu atau
Progesteron.
Akseptor : Umur, paritas, frekuensi senggama.
- Dari factor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan
paritas, diketahui :
Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan
pengangkatan/pengeluaran IUD.
Makin muda usia, terutama pada nulligravid, maka tinggi angka
ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD.
- Use-effectiveness dari IUD tergantung pada variabel
administratife, pasien dan medis, termasuk kemudahan insersi,
pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari pihak
akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya
ekspulsi dan kemudahan akseptor untuk mendapatkan
pertolongan medis.
 Keuntungan
- AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

38
- Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan
tidak perlu diganti).
- Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
- 4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
- 5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil.
- 6) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-
380 A)
- 7) Tidak mempengaruhi kualitas ASI.
- 8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah
abortus (Apabila tidak terjadi infeksi).
- 9) Dapat digunakan sampai menoupose (1 tahun atau lebih
setelah haid
- Terakhir)
- 10) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
- 11) Membantu mencegah terjadinya kehamilan ektopik
 Kerugian
- Efek samping yang akan terjadi.
- Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
- Haid lebih lama dan banyak.
- Perdarahan atau (spooting) antar menstruasi
- Saat haid lebih sakit
- Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
- Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering ganti-ganti pasangan.
- Penyakit radang panggul terjadi. Seorang perempuan dengan
IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas.
- Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam
pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama
pemasangan.
- Sedikit nyeri perdarahan (spooting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

39
- Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melakukanya.
- Mungkin AKDR keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering
terjadi apabila AKDR di pasang setelah melahirkan).
- Perempuan harus memeriksakan posisi benang dari waktu
kewaktu, untuk melakukan ini perempuan harus bisa
memasukkan jarinya kedalam vagina. Sebagian perempuan ini
tidak mau melakukanya. (Handayani, 2010, p.144)
 Indikasi menurut Saifudin (2006, p.MK-76)
- Usia reproduktif.
- Keadaan nulipara.
- Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
- Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
- Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
- Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya adanya
infeksi.
- Resiko rendah IMS.
- Tidak menghendaki metode hormonal.
- Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
- Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama
 Kontraindikasi menurut Saifudin (2006, p.MK-77)
- Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
- Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
- Sedang menderita infeksi alat genital.
- Tiga bulan terakhir sedang mengalami abortus.
- Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
- Penyakit trofoblas yang ganas.
- Diketahui menderiata TBC pelvic.
- Kanker alat genital.
- Ukuran rahim yang kurang 5 cm

40
 Hal yang harus diketahui oleh akseptor IUD
- Cara memeriksa sendiri benang ekor IUD.
- Efek samping yang sering timbul misalnya perdarahan haid yang
bertambah banyak/lama, rasa sakit/kram.
- Segera mencari pertolongan medis bila timbul gejala-gejala
infeksi.
- Macam IUD yang dipakinya.
- Saat untuk mengganti IUD nya.
- Bila mengalami keterlambatan haid, segera periksakan diri
kepetugas medis.
- Sebaiknya tunggu tiga bulan untuk hamil kembali setelah IUD
dikeluarkan dan gunakan metode kontrasepsi lain selama waktu
tersebut.
- Bila berobat karena alasan apapun, selalu beritahu dokter bahwa
akseptor menggunakan IUD.
- IUD tidak memberi perlindungan terhadap transmisi virus
penyebab AIDS
 Prosedur pemasangan menurut varney’s
- Informed Consent
- Pastikan bahwa wanita yang menginginkan pemasangan AKDR
tidak sedang hamil
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Lakukan pemeriksaan bimanual
- Pasang speculum dan sesuaikan untuk mendapatkan ruang
pandang terluas sehingga memudahkan pemasangan AKDR
- Membersihkan Serviks secara menyeluruh dengan antiseptic
- Memasukkan tenakulum dan jepit porsio kearah jam 11.00
atau13.00
- Mengukur kedalaman uterus dengan menggunakan sonde uterus
- Memasukkan IUD sesuai dengan macam alatnya. Lepaskan IUD
dalam bidang transverse dari kavum uteri pada posisi setinggi
mungkin difundus uteri.
- Keluarkan tabung inseternya.

41
- Periksa dan gunting benang ekor IUD sampai 2-3 cm dari
ostiumuteri eksternum.
- Lepaskan tenakulum dan spekulum.
 Waktu pemasangan menurut Everett (2008, p.203).
AKDR biasanya dipasang pada akhir menstruasi karena serviks
terbuka pada waktu ini, yang membuat pemasangan menjadi lebih
mudah. AKDR dapat dipasang sampai 5 hari setelah hari ovulasi paling
awal yang diperhitungkan, sebagai kontrasepsi pasca koitus. Setelah
kelahiran bayi, wanita dapat dipasang AKDR 6 minggu postnatal.
Setelah keguguran atau terminasi kehmilan
 Memasukan Lengan Akdr Copper T 380t Di Dalam Kemasan Sterilnya
- Jangan membuka kemasan steril yang berisi AKDR atau
memasukan lengannya sampai dipastikan bahwa klien dapat
dipasang AKDR (yaitu setelah selesai pemeriksaan panggul,
termasuk pemeriksaan spekulum dan bimanual).
- Jangan memasukan lengan AKDR dalam tabung inserter lebih
dari 5 menit sebelum dimasukan kedalam uterus. (Pada waktu
memasukan lengan AKDR didalam kemasan sterilnya, tidak
perlu memakai sarung tangan steril atau DTT).
 Cara Penggunaan AKDR
- Pastikan batang AKDR seluruhnya berada didalam tabung
inserter (sebagai batang AKDR sering keluar dari tabung inserter
meskipun kemasannya belum dibuka) dan ujung tabung inserter
yang berlawanan dengan ujung yang berisi AKDR berada di
dekat tempat pembuka kemasan
- Letakan kemasan di atas permukaan datar, keras dan bersih,
dengan kertas penutup yang transparan berada di atas. Buka
kertas penutup dibagian ujung yang berlawanan dari tempat
AKDR sampai kira-kira sepanjang setengah jarak dengan leher
biru
- Angkat kemasan dengan memegang bagian yang sudah dibuka
(hati-hati jangan sampai AKDR keluar dari tabung inserter.
Kedua bagian kertas penutup yang sudah terbuka dilipat kesetiap

42
sisinya dan dipegang saat mengangkat, sehingga pendorong
tetap seteril waktu dimasukan kedalam tabung inserter dengan
tangan yang lain masukan pendorong kedalam tabung inserter
dan dorong hati-hati sampai menyentuh ujung batang AKDR
- Letakan kembali kemasan pada tempat datar dengan bagian
transparan menghadap keatas
- Pegang dan tahan kedua ujung lengan AKDR dari atas penutup
transparan dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri. Tangan
kanan mendorong kertas pengukur dari ujung kemasan yang
sudah dibuka sampai keujung kemasan yang masih tertutup,
sehingga lengan AKDR berada diatas kerta pengukur. Sambil
tetap memegang ujung kedua lengan, dorong inserter dengan
tangan kanan sampai kepangkal lengan (seperti pada gambar
dibawah ini) sehingga kedua lengan akan terlipat mendekati
tabung inserter
- Tahan ke-2 lengan yang sudah terlipat tersebut dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Tarik tabung
inserter melewati ke-2 ujung lengan, kemudian dorong kembali
dan putar sampai ke-2 ujung lengan masuk ke dalam tabung
inserter dan terasa ada tahanan yaitu pada batas lempengan
tembaga. Bagian lengan yang mempunyai lempengan tembaga
tidak bisa di masukan ke dalam tabung inserter, sehingga tabung
inserter jangan didorong terus kalau sudah terasa ada tahanan
- Leher biru pada tabung inserter digunakan sebagai tanda
kedalaman kavum uteri dan petunjuk ke arah mana lengan akan
membuka saat dikeluarkan dari tabung inserterPegang leher biru
dari atas penutup transparan dan dorong tabung inserter sampai
jarak antara ujung lengan yang terlipat dengan ujung leher biru
bagiandepan (dekat tabung AKDR) sama panjang dengan
kedalaman kavum uteri yang telah diukur dengan sonde. Putar
tabung inserter sampai sumbu panjang leher biru berada pada
posisi horizontal sebidang dengan lengan AKDR
- AKDR sekarang siap untuk dipasang pada uterus. Buka seluruh
penutup transparan secara hati-hatiPegang tabung inserter yang

43
sudah berisi AKDR dalam posisi horizontal agar AKDR dan
pendorong tidak jatuhJangan melepas AKDR sebelum tabung
inserter mencapai fundus. Sebelum dipasang. Tabung inserter
jangan sampai tersentuh permukaan yang tidak steril agar tidak
terkontaminasi.
2.4.3 Kontrasepsi Spermasidal
A. Pengertian
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non
oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma. Spermisida merupakan alat
kontrasepsi sederhana yang mengandung zat kimia untuk membunuh sperma,
dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual untuk
mencegah kehamilan. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri.
Namun demikian, akan jauh lebih efektif bila dikombinasikan dengan alat
kontrasepsi lain seperti kondom, diafragma, cervical caps ataupun spons. Bentuk
spermisida bermacam-macam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal
contraceptive film/tissue, maupun suppositoria.
Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka kegagalan dari alat
kontrasepsi spermisida ini 18 persen per tahun apabila digunakan dengan benar dan
konsisten dan 29 persen apabila digunakan tidak sesuai petunjuk dan kurang

B. Jenis- Jenis Spermasida


1. Aerosol
2. Tablet vagina, suppositoria, dissolvable film
3. Krim

C. Cara Kerja
Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut:
1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah.
2. Memperlambat motilitas sperma.
3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

D. Pilihan
Pilihan dalam memilih spermasida
1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi).

44
2. Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau
metode kontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien.
3. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan.
Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan
(insersi) sebelum hubungan seksual.
4. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma.
 Memperlambat motilitas sperma.
 Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

E. Manfaat
Alat kontrasepsi spermisida ini memberikan manfaat secara kontrasepsi maupun
non kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi
1. Efektif seketika (busa dan krim).
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Sebagai pendukung metode lain.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
6. Mudah digunakan.
7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
8. Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik.
Manfaat non kontrasepsi
Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV dan
HIV/AIDS.

F. Keterbatasan
1. Efektifitas kurang (bila wanita selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk,
angka kegagalan 15 dari 100 perempuan akan hamil setiap tahun dan bila wanita
tidak selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk maka angka kegagalan 29
dari 100 perempuan akan hamil setiap tahun).
2. Spermisida akan jauh lebih efektif, bila menggunakan kontrasepsi lain (misal
kondom).
3. Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.

45
4. Tergantung motivasi dari pengguna dan selalu dipakai setiap melakukan
hubungan seksual.
5. Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida dimasukkan
sebelum melakukan hubungan seksual.
6. Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.
7. Harus selalu tersedia sebelum senggama dilakukan.
8. pengguna alat kontrasepsi spermisida. Hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:

Spermisida
Sesuai untuk klien yang: Tidak sesuai untuk klien yang:
Tidak suka atau tidak boleh menggunakan
Mempunyai resiko tinggi apabila hamil
kontrasepsi hormonal (seperti perokok, wanita
(berdasar umur, paritas, masalah kesehatan)
di atas 35 tahun)
Lebih suka memasang sendiri alat
Terinfeksi saluran uretra
kontrasepsinya
Menyusui dan memerlukan kontrasepsi
Memerlukan metode kontrasepsi efektif
pendukung
Tidak ingin hamil dan terlindung Tidak mau repot untuk mengikuti petunjuk
dari penyakit menular seksual, tetapi pemakaian kontrasepsi dan siap pakai sewaktu
pasangannya tidak mau menggunakan kondom akan melakukan hubungan seksual
Tidak stabil secara psikis atau tidak suka
Memerlukan metode sederhana sambil
menyentuh alat reproduksinya (vulva dan
menunggu metode lain
vagina)
Mempunyai riwayat sindrom syok
Jarang melakukan hubungan seksual
karena keracunan

G. Penanganan Efek Samping


Pemakaian alat kontrasepsi spermisida juga mempunyai efek samping dan
masalah lain. Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dan masalah-
masalah yang timbul akibat pemakaian spermisida.

46
Efek Samping Atau Masalah Penanganan
Periksa adanya vaginitis dan penyakit
menular seksual. Bila penyebabnya
Iritasi vagina atau iritasi penis dan tidak
spermisida, sarankan memakai spermisida
nyaman
dengan bahan kimia lain atau bantu memilih
metode kontrasepsi lain.
Periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan
bahwa rasa hangat adalah normal. Bila tidak
Gangguan rasa panas di vagina ada perubahan, sarankan menggunakan
spermisida jenis lain atau bantu memilih
metode kontrasepsi lain.
Pilih spermisida lain dengan komposisi
Tablet busa vaginal tidak larut dengan baik bahan kimia berbeda atau bantu memilih
metode kontrasepsi lain.

H. Cara Pakai Spermisida


1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar sebelum
melakukan hubungan seksual.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa
atau krim) dan insersi spermisida.
3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan
hubungan seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan
waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif.
4. Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun
penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke
dalam aplikator).
5. Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi
senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang
kali.
6. Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup
secara keseluruhan.
Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan
bentuknya:

47
1. Aerosol (busa) :
Cara pemakaian:
 Sebelum digunakan,
 Kocok tempat aerosol 20-30 menit.
 Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas.
 Letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi busa.
 Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi
berbaring.
 Dorong sampai busa keluar.
 Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali
pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong.
 Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian
keringkan.
 Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi.
 Spermisida aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari
satu jam sebelum melakukan hubungan seksual.
2. Krim dan Jeli
Cara pemakaian:
 Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan aplikator dan
atau mengoles di atas penis.
 Krim atau jeli biasanya digunakan dengan diafragma atau kap serviks,
atau dapat juga digunakan bersama kondom.
 Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum melakukan hubungan
seksual.
 Isi aplikator dengan krim atau jeli.
 Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks.
 Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau jeli keluar.
 Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina.
 Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian
keringkan.
 Cara memasukkan spermisida bentuk busa, krim atau jeli dengan
inserter
3. Kontrasepsi Vagina Film/Tissue

48
Cara pemakaian:
 Sebelum membuka kemasan terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir.
 Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis yang larut
dalam serviks.
 Untuk menggunakannya, lipat film menjadi dua dan kemudian letakkan
di ujung jari.
 Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan dorong film ke dalam vagina
mendekati serviks.
 Keadaan jari yang kering dan cara memasukkan film secepat mungkin
ke dalam vagina, akan membantu penempelan dan jari tidak menjadi
lengket.
 Tunggu sekitar 15 menit agar film larut dan bekerja efektif.
4. Suppositoria
Cara pemakaian:
 Suppositoria merupakan spermisida berbentuk kapsul yang dapat larut
dalam vagina.
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuka kemasan.
 Lepaskan tablet vagina atau suppositoria dari kemasan.
 Sambil berbaring, masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina.
 Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual.

2.4.4 KB
Kondom merupakan selubung/ sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani)
yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis
yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila
digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai
bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya
(misalnya penambahan spermicidal) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual
(Saifuddin, 2003)

49
A. Kondom Pria
Kondom pria merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis
sebagai tempat penampungan air mani yang dikeluarkan pria pada saat senggama
sehingga tidak tercurah pada vagina. Bentuknya ada dua macam, yaitu polos dan
berputing. Bentuk berputing ada kelebihannya yaitu untuk menampung sperma
setelah ejakulasi. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan sperma
atau mencegah spermatozoa mencapai saluran genital wanita (USU, 2009).
Jenis/tipe kondom pria adalah :
- Kondom lateks
Sebagian besar kondom terbuat dari karet lateks halus dan berbentuk silinder
bulat, umumnya memiliki panjang 15-20 cm, tebal 0,03-0,08 mm, garis tengah
sekitar 3,0-3,5 cm, dengan satu ujung buntu yang polos atau berpentil dan
dipangkal yang terbuka bertepi bulat. Namun untuk sekarang telah tersedia
dalam ukuran yang lebih besar atau lebih kecil dari standar.
- Kondom berpelumas
Sebagai usaha untuk meningkatkan akseptabilitas, telah diperkenalkan variasi
kondom yang berpelumas, mengandung spermatiside, berwarna, memiliki rasa,
dan beraroma.
- Kondom anti alergi
Kondom anti alergi terbuat dari karet lateks dengan rendah residu dan tidak
dipralubrikasi. Kondom yang lebih tebal dan melebihi standar, dipasarkan
terutama untuk hubungan intim per-anus pada pria homoseks untuk
memberikan perlindungan tambahan terhadap penularan HIV/AIDS (USU,
2009)
1. Indikasi
Semua pasangan usia subur yang ingin berhubungan sekual dan belum
menginginkan kehamilan. Selain itu, untuk perlindungan maksimum terhadap
infeksi menular seksual (IMS) (Puspitasari, 2009).
2. Kontra indikasi
 Apabila secara psikologis pasangan tidak dapat menerima metoda ini.
 Malformasi penis.
 Apabila salah satu dari pasangan alergi terhadap karet lateks
(Puspitasari, 2009)

50
3. Cara Pemasangan Kondom Pria
 Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
 Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermicidal ke dalam
kondom.
 Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau
benda tajam lainnya, pada saat membuka kemasan.
 Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada
glan penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra.
Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut
ke arah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum
penetrasi penis ke vagina.
 Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada
bagian ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian
ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
 Kondom dilepas sebelum penis melembek.
 Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga
kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom
diluar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma disekitar vagina.
 Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
 Sediakan kondom dalam jumlah cukup dirumah dan jangan disimpan
ditempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi
rusak atau robek saat digunakan.
 Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom
tampak rapuh atau kusut.
 Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari
bahan petrolatum karena akan segera merusak kondom (Saifuddin,
2003).
4. Kelebihan pemakaian kondom secara umum sebagai alat kontrasepsi
 Efektif bila digunakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI.
 Tidak mengganggu kesehatan klien.
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
 Murah dan dapat dibeli secara umum.

51
 Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
 Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus
ditunda (Saifuddin, 2003).
5. Kekurangan pemakaian kondom secara umum
 Efektifitas tidak terlalu tinggi.
 Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
 Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung).
 Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankanereksi.
 Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
 Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum.
 Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal
limbah (Saifuddin, 2003)

B. Vasektomi
Prosedur medis untuk menghentikan aliran sperma pria dengan jalan melakukan
okulasi (penutupan) vasa deferensia atau saluran sperma sehingga alur transportasi
sperma terputus. Disebut juga dengan kontrasepsi mantap (Kontap) pada pria
1. Definisi
Vasektomi Vasektomi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua kata yaitu
Vasa yang berarti saluran dan Tomy yang berarti memotong, Dengan kata lain
vasektomi adalah prosedur medis untuk menghentikan aliran sperma pria dengan
jalan melakukan okulasi (penutupan) vasa deferensia atau saluran sperma sehingga
alur transportasi sperma terputus. Dengan tidak adanya sperma yang dikelaurkan,
maka proses fertilisasi (penyatuan sperma dengan ovum) tidak dapat terjadi. Pada
kondisi normal, sperma diproduksi di dalam testis. Pada saat ejakulasi, sperma akan
mengalir melalui 2 buah saluran berbentuk pipa (vas deferens), kemudian
bercampur dengan cairan semen (cairan pembawa sperma), dan akhirnya keluar
melalui penis. Saluran (vas deferens) tersebut dipotong dan kedua ujungnya diikat,
sehingga sperma tidak dapat mengalir dan bercampur dengan cairan semen.
Vasektomi ini merupakan prosedur yang sangat efektif untuk mencegah terjadinya
kehamilan karena efek yang ditimbulkannya bersifat permanen.

52
2. Metode
Vasektomi Hingga saat ini ada beberapa macam metode penutupan vas
deferens, yang masih dinilai memiliki kemantapan, antara lain dengan cara:
Menjepit saluran vas deferens dengan klip (jepitan) dari tantalum Mengkauter
kedua ujung saluran vas deferens Menyuntik saluran vas deferens dengan
sclerotizing agent sehingga menjadi buntu Menutup saluran vas deferens dengan
tutup semacam jarum Mengikat saluran vas deferens Kombinasi antara dua metode
sebelumnya, misalnya mengikat dan kauterisasi
Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi Tidak akan
mengganggu ereksi, potensi seksual, produksi hormon Tidak menggangu
kehidupan seksual suami istri Tidak mengganggu produksi ASI (untuk kontap
wanita) Lebih aman (keluhan lebih sedikit) Lebih praktis (hanya memerlukan satu
kali tindakan) Lebih efektif (tingkat kegagalannya sangat kecil) Lebih ekonomis
(hanya memerlukan biaya untuk sekali tindakan) Pasien tidak perlu dirawat di
rumah sakit Tidak ada resiko kesehatan Tidak ada mortalitas/kematian Dapat
digunakan seumur hidup Sifatnya permanen Kerugian Selain keuntungan tersebut
metode kontrasepsi vasektomi juga memiliki beberapa kerugian yaitu: Prosedur ini
tidak dapat dilakukan oleh orang yang masih ingin mempunyai anak lagi. Hanya
boleh diterapkan pada pasangan yang memang memutuskan untuk tidak ingin
memiliki momongan lagi. Preosedur ini harus dilakukan dengan tindakan
pembedahan. Tidak langsung bisa diandalkan, karena harus menggunakan
kontrasepsi lain (kondom) dalam kurun waktu beberapa hari atau minggu setelah
prosedur sampai dinyatakan bahwa sel sperma sudah tidak ada. Efek Samping
Vasektomi Pada kebanyakan pria tindakan vasektomi tidak menimbulkan efek
samping dan sangat jarang menimbulkan komplikasi yang serius. Meskipun
demikian masih ada kemungkinan terjadi beberapa efek samping yang timbul pasca
tindakan operasi yaitu: Adanya darah di dalam air mani Memar pada skrotum
Perdarahan atau bekuan darah pada skrotum Infeksi pasca operasi Pembengkakan
Perasaan tidak nyaman Agar tidak terjadi efek samping yang timbul pasca operasi,
skrotum sebaiknya di kompres dengan air es pada waktu 24 jam setelah operasi,
dan gunakan celana yang memiliki penyangga agar tidak menimbulkan gesekan
langsung pada skrotum. Jika pembengkakan skrotum diikuti dengan skrotum yang
menjadi merah meradang kemungkinan sudah terjadi infeksi pada daerah skrotum.
C. Kondom Wanita

53
1. Definisi
Kondom untuk wanita adalah suatu sarung polyurethane dengan panjang 15 cm
dan garis tengah 7 cm yang ujungnya terbuka melekat ke suatu cincin polyurethane
lentur. Cincin polyurethane ini berfungsi sebagai alat untuk memasang dan
melekatkan kondom di vagina. Kondom wanita mengandung pelumas berbahan
dasar silikon dan tidak memerlukan pelumas spermisida serta hanya sekali pakai.
Efektivitas dari penggunaan kondom ini menunjukkan sama dengan efektivitas dari
penggunaan diafragma (USU, 2009).
Bahan polyurethane kurang menyebabkan reaksi alergi dibandingkan kondom
lateks. Bahan tersebut juga kuat dan jarang robek (40% lebih kuat dari kondom
lateks) tetapi tipis sehingga sensasi yang ditimbulkan tetap dapat dipertahankan.
Kondom wanita ini dapat mencegah kehamilan dan penularan penyakit seksual
termasuk HIV apabila digunakan dengan benar (Lubis, 2008).
Fungsi kondom sebenarnya bukan sekadar sebagai alat KB atau pengaman saja.
Kondom juga bisa digunakan sebagai bagian dari foreplay agar suasana bercinta
menjadi berbeda. Apalagi saat ini kondom tersedia dalam beragam tekstur dan
aroma.
2. Jenis-jenis kondom yang banyak beredar di pasaran (Yuniico, 2009).
 Kondom dengan aroma dan rasa.
Aroma favorit yang bisa dipilih seperti cokelat, stroberi, durian, pisang dan
mint.
 Kondom berulir (Ribbed Condom)
Jenis kondom yang satu ini memiliki keunikan di bentuknya yang berulir
untuk menambah kenikmatan pada saat bersenggama.
 Kondom ekstra tipis (Extra Thin Condom)
Tipe satu ini berbahan karet dengan ukuran yang sangat tipis. Pada saat
melakukan senggama, pasangan seakan-akan senggama tanpa
menggunakan kondom.
 Kondom bintik (Dotted Condom)
Tipe ini disertai dengan bintik-bintik di sekitarnya yang bisa menimbulkan
efek mengejutkan bagi wanita.
 Kondom ekstra pengaman (Extra Safe Condom)

54
Jenis ini memiliki tambahan lubrikan, serta mengandung perlindungan
ekstra untuk mencegah kehamilan.
 Kondom wanita (Female Condom)
Kondom berbahan lateks atau polyurethan, sehingga bersifat elastis dan
fleksibel, kondom ini lebih menimbulkan sensasi atau rangsangan.
Terutama bagi pria yang kurang suka memakai kondom.
 Kondom twist.
Tipe ini didesain secara khusus untuk menstimulasi area sensitif pada saat
bersenggama.
 Kondom getar (Vibrating Condom).
Kondom ini dilengkapi dengan cincin getar di bagian ujungnya Kondom
yang menggunakan baterai khusus untuk menggerakkan cincin getarnya ini
bisa bertahan hingga 30 menit.
 Kondom baggy.
Tipe ini bentuknya agak membesar di bagian ujung serta memiliki ulir di
bagian badannya, untuk memaksimalkan gerakan saat bersenggama.
 Kondom dengan tambahan obat kuat (Condoms with extra strong medicine)
Jenis kondom yang satu ini dilengkapi dengan lubrikan yang mengandung
obat kuat(Yuniico, 2009)
3. Cara memakai kondom wanita
 Buka kemasan dengan hati-hati agar kondom tidak sobek. Hindari
menyobek kemasan dengan gigi.
 Terdapat ujung tertutup dengan cincin lebih kecil yang akan dimasukkan ke
dalam vagina. Dan terdapat ujung terbuka dengan cincin lebih lebar yang
akan menutupi bagian luar vagina.
 Cari posisi yang nyaman untuk memasukkan kondom. Kamu bisa mencoba
posisi berjongkok, berdiri dengan mengangkat satu kaki di kursi ataupun
dengan berbaring setengah duduk sambil membuka selangkangan sedikit.
 Tekan area ujung kondom yang tertutup dengan jari tengah dan jempol.
 Dengan tangan lain, buka mulut vagina dan masukkan ujung kondom yang
tertutup tadi.

55
 Masukkan satu atau dua jari lewat ujung yang terbuka di mulut vagina,
rasakan bagian dalam ujung kondom yang tertutup dan dorong sejauh
mungkin ke dalam vagina.
 Ujung kondom yang terbuka masih akan bergantung sekitar 2,5 cm di mulut
vagina. Lebarkanlah, pastikan area sekitar mulut vagina tertutupi oleh ujung
kondom

56
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat
bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan
cara, alat atau obat – obatan. Cara KB pria/laki-laki yang dikenal saat ini adalah
pemakaian Kondom dan Vasektom (Metode Operasi Pria) serta KB alamiah yang
melibatkan pria/suami seperti : sanggama terputus (coitus interruptus), perhitungan
haid/sistem kalender, pengamatan lendir vagina serta pengukuran suhu badan. Selain
daripada itu terdapat berbagai cara KB yang masih dalam taraf penelitian seperti :
Vasoklusi, dan penggunaan bahan dari tumbuh-tumbuhan. Obat-obat kontrasepsi yang
umum antara lain Yasmin (Drospirenon 3 mg; etinilestradiol 0.03 mg), Andalan
(Levonorgestrel 0,15 mg dan Ethinylestradiol 0,03 mg ), Berisi derivat progesteron dan
esterogen, Diane 35, dan Planibu. Obat-obat ini memiliki manfaat sama yaitu mencegah
terjadinya kehamilan.

3.2 Saran
Penyusun dapat mengajukan saran sebagai berikut : bahwa pembaca memilih
kontrasepsi berdasarkan tujuan pemakaian dan dapat memilih alat kontrasepsi yang
aman.

57
DAFTAR PUSTAKA

Amerongen AVN. Ludah dan Kelenjar Ludah : Arti bagi Kesehatan Gigi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press; 1991.
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC, Wenstrom, KD.
Fisiologi Kehamilan. In: Hartanto Huriawati et.al (eds.)Obstetri Williams. 21st ed. Jakarta:
EGC; 2006. p180-213.
Everett, Suzanne. 2008. Kontrasepsi dan Kesehatan Seksiual Reproduksi. Jakarta: EGC
Hacker NF. Endokrinologi Kehamilan. In: Nugroho E (ed.) Esensial Obstetri dan Ginekologi.
2nd ed. Jakarta: Hipokrates; 2001. p59-82.
http://eprints.ums.ac.id/14845/2/BAB_1.pdf (diakses 21 April 2018 pukul 20.45)
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/73-
kontrasepsi/732-kontrasepsi-progesteron/7321 diakses online pada 21 April 2018
Mochtar Rustam. Sinopsis Obstetri jilid 1: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. 2nded.
Jakarta: EGC; 1998. p35-59.
Perubahan Anatomi pada Ibu Hamil Tiap Trimester [Internet]. Semarang: Jurnal Bidan
Diah; 2012 [updated 2012 Nov 15; cited 2018 Apr 22].Availablefrom:
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/11/perubahan - anatomi-pada-ibu-hamil-
tiap_2825.html
Pionas.pom.go.id (diakses 22 April 2018)
Prawirohardjo, S. Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir. In:
Saifuddin AB, Wiknjosastro GH (eds.) Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2008. p174-187.
Siswosurdano, dkk. 2001. Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta : Gadjahmada
Unniversitas Press

58

Anda mungkin juga menyukai