OS juga dikatakan batuk sejak seminggu SMRS. Batuk terus menerus dengan sedikit dahak tidak berwarna. Dahak sukar
dikeluarkan dan tidak berdarah. Mual dan muntah disangkal. OS juga mengeluh tenggorokan terasa gatal, disertai ada nyeri saat
menelan.
Os pilek sejak 1 hari lalu. Keluar hingusan berwarna bening, encer dan tidak berdarah. Os juga bersin pada waktu pagi
beberapa kali. Demam disangkal OS. BAB dan BAK lancar, tidak ada keluhan.
2. Riwayat Pengobatan:
Ventolin syr
3. Riwayat kesehatan/ Penyakit:
Di sangkal
4. Riwayat Keluarga:
Kakak os juga menderita asma
5. Riwayat Pekerjaan:
-
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik (rumah, lingkungan, pekerjaan)
Tinggal dirumah yang layak dengan ventilasi baik
7. Lain-lain:
Keadaan Umum : Kesan Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 134 x / menit, regular, kuat angkat
Suhu : 36,7 o C
Frekuensi Nafas : 48 x / menit
Mata : Cekung (-), Refleks cahaya (+/+), Sklera ikterik (-/-),
Konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
Tenggorokan : Tonsil T1/T1, Uvula sedikit deviasi ke kiri, Hiferemis(-), detritus (-), kripta(-)
Leher : pem KGB (-)
Paru :
Inspeksi : Bentuk normal, simetris dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga(+)
Laboratorium 21.01.2018
2. Wiesch DG, Meyers DA, Bleecker ER. Genetics ofasthma. J Allergy Clin Immunol 1999; 104:895-901.
3. Postma DS, Meijer GG, Koppelman GH. Definition ofasthma: possible approaches in genetic studies. Clin Exp
Allergy 1998; 28suppl.1:S62-4.
4. Maartinez FD. Asthma phenotypes. Wheezy infants andwheezy children. Immunol Allergy Clin North Amer
1998 ; 18:25-33.
5. Sherrill DL, Stein R, Halonen M, Holberg CJ, WrightA, Martinez FD. Total serum lgE and its association with asthma symptoms
and allergic sensitization among chil-dren. J Allergy Clin Immunol 1999; 104:28-36.
6. Saphiro GG. Management of pediatric asthma. Care bythe specialist. Immunol Allergy Clin North Am 1998;
18:1-23.
7. Bergmann RL, Edenharter G, Bergmann KE, Lau S,Wahn U, Multicenter allergy study research group. So-
Cioeconomic status is a risk factor for allergy in parentas
but not in their children. Clin Exp Allergy 2000;
30:1740-5.
8.Study Group, Wahn U. Allergic factors associ-ated with the development of asthma and the influence of centirizine in a doubleblind,
randomized, placebo-controlled trial: first result of ETAC. Pediatr Allergy
Immunol 1998; 9:116-24.
9.Pedersen S. Safety and efficacy of inhaled corticosteroidin children. Immunol Allergy Clin North Am 1999
Hasil Pembelajaran:
1. Asma merupakan penyakit respiratorikkronis yang paling sering dijumpai pada anak.Prevalensi asma meningkat dari waktu kewaktu baik
di negara maju maupun negarasedang berkembang. Peningkatan tersebutdidugaberkaitandenganpolahidupyangberubahdanperanfaktor
lingkungan,terutama polusi baik indoor maupun outdoor.Serangan asma bervariasi mulai dari ringansampai berat dan mengancam
kehidupan.Berbagai faktor menjadi pencetus timbulnyaserangan asma, antara lain adalah olahraga,alergen, infeksi, perubahan suhu
yangmendadak, atau pajanan terhadap iritanrespiratorik seperti asap rokok, debu polusi,dan lain-lain. Selain itu, berbagai faktor
yangmempengaruhi tinggi rendahnya prevalensiasma suatu tempat, misalnya usia, jeniskelamin, ras, sosioekonomi, dan faktorlingkungan.
Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi prevalensi asma, derajatpenyakit asma, terjadinya serangan asma,berat ringannya serangan,
dan kematianakibat penyakit asma.
2. awal pada pasien iniadalah pemberian β2-agonis kerja cepatdengan penambahan larutan NaCl 0,9% secaranebulisasi yang
diberikan sebanyak 1 kali.Tatalaksana awal ini sekaligus dapat berfungsi sebagai penapis, yaitu untuk menentukan derajat
serangan, karena penilaian derajatsecara klinis tidak selalu dapat dilakukan dengan cepat dan jelas.7 Pasien juga diberikan
injeksi antibiotik ampicillin 400mg/8jam sebagai profilaksis terhadap timbulnya infeksiyang dapat memperberat keluhan
danranitidin injeksi 6,25mg/12 jam sebagai antiemetik terhadap pasien. Setelah dilakukan nebulisasi dan pemberian obat,
keluhan sesakpada pasien semakin berkurang dan keadaanpasien berangsur baik, sehingga satu hari setelah dirawat pasien
dapat dipulangkan.
3. Di temukan tanda-tanda infeksi baik dari gejalamaupun tanda klinis. Keluhan muntah pada pasien terjadi karena adanya batuk.
Pada anak dengan gejala batuk, dalam paru-paru akanmemproduksi lendir berlebih. Lendir kemudian akan masuk ke dalam
saluran cerna dan dikeluarkan melalui muntah. Karena penjelasan di atas, maka penggunaan antiemetik pada kasus kurang
tepat. Untukkeluhan batuk sebaiknya diberikan terapi mukolitik untuk pengeluaran lendir, yaitu ambroxol dengan dosis 1,5
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.