Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan secara detail dan terperinci proses
implementasi load balancing dengan mikrotik RB750.
4.1 Analysis
Dalam perkembangannya, internet telah menjadi salah satu teknologi
utama dalam penyampaian informasi. Kebutuhan manusia terhadap informasi
telah menjadikan internet suatu sarana untuk mendapatkan informasi yang aktual
dan real-time dari suatu peristiwa. Semakin tingginya permintaan terhadap
informasi yang ada di internet akan berbanding lurus dengan tingginya
pengiriman pengiriman paket-paket data yang ada. Dan hal ini juga akan
mempengaruhi tingkat kecepatan pengaksesan data melalui internet. para
penyedia layanan internet mulai mendistribusikan produk dengan kelebihan
maupun kekurangan layanan internet tersebut.
Oleh karena itu, pada tahap ini penulis mencoba menganalisa dan
merumuskan sebuah masalah yang terjadi di laboratorium komputer Teknik
Informatika Universitas Madura mengenai jaringan komputer disana.

4.2 Design

1
2

Pada tahap analisis, penulis telah mendapatkan rincian spesifikasi dari


sistem yang telah berjalan. Dan di tahap perancangan ini adalah tahapan yang
bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Dari data-data yang
didapatkan dari tahap analisis, tahap perancangan ini akan membuat rancangan
topologi yang akan dibangun termasuk rincian yang akan dibutuhkan dalam
mengimplementasikan load balancing ke dalam sistem jaringan di laboratorium
Teknik Informatika Universitas Madura.

4.3 Simulation Prototyping


Sebelum melakukan tahap implementasi secara utuh, penulis melakukan
tahap simulasi atau uji coba terhadap sistem yang telah dirancang dengan
menggunakan simulator. Tahap simulasi ini bertujuan untuk melihat kinerja awal
dari jaringan yang akan dibangun, memperkecil resiko kegagalan dan akan
dijadikan sebagai bahan pertimbangan sebelum jaringan benar-benar akan
diimplementasikan.
Ada beberapa Tool yang penulis gunakan untuk mensimulasikan sistem
yang akan dibangun sebagai prototype karena kemampuannya dalam
mempresentasikan topologi jaringan dan memberikan status layaknya sebuah
sistem nyata. Adapun tujuan dari dibuatnya prototype antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Memprediksi apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses
implementasi pada lingkungan jaringan yang sesungguhnya.
2. Memperkecil resiko kegagalan saat proses pembangunan dan
implementasi sistem pada lngkungan jaringan yang sesungguhnya.
3

3. Menjamin bahwa kesalahan yang terjadi pada saat proses perancangan,


pembangunan dan implementasi tidak menganggu dan mempengaruhi
lingkungan sistem yang nyata.
Pada tahap ini, penulis menggunakan VirtualBox versi 4 untuk membuat
mesin virtual, dan akan menginstall Mikrotik RouterOS kedalam mesin virtual
tersebut. Gambar dibawah ini adalah tampilan dari aplikasi VirtualBox yang
didalamya sudah terinstall sistem operasi RouterOS mikrotik.

Gambar 4.1 Tampilan aplikasi VirtualBox dengan RouterOS mikrotik


Untuk menjelaskan proses sistem yang akan dibangun, penulis akan
membuat simulasi yang akan menggambarkan proses dari sistem yang akan
dibangun yaitu sebagai berikut:
1. Sistem terdiri dari 3 kelompok jaringan atau subnet yaitu kelompok
jaringan antara lokal dan router, kelompok jaringan antara router dan jalur
sumber internet dari universitas dan kelompok jaringan antara router dan jalur
sumber internet dari speedy telkom.
4

2. Sistem akan memproses semua data dari client yang menuju ke akses
internet pada sisi router dimana akan terjadinya proses penandaan connection
yang kemudian router akan membagi beban dengan menggunakan routing
policy.
3. Pada tahapan masquerade, IP address dari data yang akan di forward,
sebelumnya akan ditranslasikan dengan IP address dari jalur yang digunakan
menjadi gateway.

4.4 Implementation
Setelah semua tahapan simulasi telah berhasil, maka langkah selanjutnya
adalah tahapan implementasi. Tahapan ini mengacu pada tahapan desain yang
telah dibuat dan disimulasikan. Berikut ini adalah proses-proses yang dilakukan
pada tahapan implementasi.

4.4.1 Implementasi Topologi jaringan


Hal yang pertama kali penulis lakukan adalah mengumpulkan dan
memasang seluruh hardware yang diperlukan dalam mengimplementasikan load
balancing, sesuai dengan rancangan topologi yang telah penulis buat di tahapan
desain. Setelah itu barulah penulis melakukan konfigurasi pada hardware.

4.4.2 Inisialisasi Interface Mikrotik


Inisialisasi interface berguna untuk memudahkan penulis dalam
melakukan pengembangan sistem dengan cara memberikan nama pada masing-
masing interface sesuai dengan fungsinya, yaitu ethernet1 yang akan terkoneksi
dengan modem (dari speedy), ethernet2 terkkoneksi dengan antena airgrid (dari
universitas), dan ethernet4 yang akan terkoneksi dengan switch hub lab.
5

Perintah-perintah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Gambar 4.2 Inisialisasi Interface Mikrotik


Perintah “set 0,1,3” merupakan perintah untuk mengkonfigurasi interface
Ethernet yang terdapat pada mikrotik dengan perintah menghidupkan interface
dan member nama interface yaitu ”ether1-SPEEDY, ether2-UNIVERSITAS,
ether4-LAB”.

4.4.3 Pemberian Alamat IP address


Setelah memberi nama pada masing-masing interface mikrotik, kemudian
langkah selanjutnya adalah pemberian alamat. Pada tahap ini akan dilakukan
pemberian alamat IP address pada tiap interface yang akan digunakan di mikrotik.
Untuk melakukan pemberian IP address pada mikrotik perintahnya adalah sebagai
berikut :

Gambar 4.3 Pemberian Alamat IP address


Alamat IP address dari ether1-speedy adalah “192.168.1.7” karena akan
terkoneksi dengan modem yang memiliki IP “192.168.1.254”. begitu juga dengan
ether2-universitas yang akan terkoneksi dengan antena airgrid yang mempunyai IP
“192.168.2.1”sehingga diberi IP address “192.168.2.2”. Sedangkan untuk ether4-
lab diberi IP address “192.168.4.1” yang nantinya akan digunakan sebagai
gateway oleh komputer-komputer yang terkoneksi dengan switch lab. Untuk lebih
jelasnya perintah diatas apabila dilihat dari aplikasi winbox akan mendapatkan
hasil seperti gambar dibawah ini :
6

Gambar 4.4 Implementasi Pemberian Alamat IP address di Mikrotik

4.4.4 Konfigurasi Mangle


Mangle adalah tahapan dimana paket data yang dating dari suatu interface
tertentu akan diproses. Fungsi dari aturan yang ada dimangle adalah untuk
menandai paket agar dapat diarahkan sesuai dengan rule routing yang ada.
Ditahap ini penulis akan menerapkan aturan mangle dari salah satu metode load
balancing mikrotik yaitu Per Connection Classifier (PCC). Sebelumnya penulis
akan menjelaskan tentang perintah-perintah yang ada pada perintah mangle antara
lain :
1. Chain Prerouting : Proses dimana router bisa memanipulasi paket data
sebe-lum paket memasuki kebijakan routing.
2. Chain Input : Proses dimana router melakukan pemeriksaan terhadap
paket data yang akan masuk ke dalam router.
7

3. Chain Output : Proses dimana router melakukan pemeriksaan terhadap


paket yang dihasilkan router yang akan keluar sebelum masuk kedalam
kebijakan routing.
Berikut ini adalah perintah-perintah yang ada pada tahapan mangle :
1. Menetapkan aturan untuk tiap koneksi bahwa setiap traffic paket data akan
selalu melalui interface yang sama dengan interface dari mana traffic itu
berasal. Untuk Interface SPEEDY diberi connection mark dengan nama
“jalur1_conn” dan untuk interface UNIVERSITAS diberi connection mark
dengan nama “jalur2_conn”. Kebijakan ini digunakan untuk proses komunikasi
antar router.

Gambar 4.5 Konfigurasi ip Firewall Mangle


2. Kemudian menentukan routing mark sesuai dengan hasil dari mark
connection untuk tiap-tiap paket yang akan meninggalkan router. Untuk
routing yang akan dilewatkan ke SPEEDY dengan mark connection
“jalur1_conn” akan diberi nama “to_jalur1” dan yang akan dilewatkan ke
UNIVERSITAS dengan mark connection “jalur2_conn” akan diberi nama
“to_jalur2”. Hal ini digunakan untuk penerusan paket yang ada pada kebijakan
routing.

Gambar 4.6 Konfigurasi Mark Routing Mangle


3. Selanjutnya adalah tahap dilakukannya proses pembagian beban pada
masing-masing jalur atau per-connection-classifier (PCC) pada proses mangle.
Berikut perintahnya :
/ip firewall mangle
add action=mark-connection chain=prerouting comment=""
disabled=no dst-address-type=!local in-interface=ether4-
LAB new-connection-mark=jalur-1 passthrough=yes per-
connection-classifier=both-addresses-and-ports:2/0
add action=mark-connection chain=prerouting comment=""
disabled=no dst-address-type=!local in-interface=ether4-
LAB new-connection-mark=jalur-2 passthrough=yes per-
8

add action=mark-connection chain=prerouting comment=""


disabled=no dst-address-type=!local in-interface=ether5-
FT_Hotspot new-connection-mark=jalur-1 passthrough=yes
per-connection-classifier=both-addresses-and-ports:2/0
Gambar 4.7 Konfigurasi per-connection-classifier
add action=mark-connection (PCC) pada
chain=prerouting proses Mangle
comment=""
disabled=no dst-address-type=!local
4. Setelah mendapatkan hasil, kemudian PCC in-interface=ether5-
akan menerapkan marking
FT_Hotspot new-connection-mark=jalur-2 passthrough=yes
pada tiap paket data dan akan membagi traffic menjadi dua kelompok yaitu
per-connection-classifier=both-addresses-and-ports:2/1
kelompok dengan marking “jalur-1” dan kelompok dengan marking “jalur-2”.
Selanjutnya adalah penambahan rule untuk meneruskan paket yang telah di-
marking pada tahap PCC untuk tiap-tiap paket yang akan meninggalkan router.
Untuk routing yang akan dilewatkan ke jalur SPEEDY dengan mark
connection “jalur-1” akan diberi routing mark “speedy” dan yang akan
dilewatkan ke jalur UNIVERSITAS dengan mark connection “jalur-2” akan
diberi routing mark “unira”. Hal ini digunakan untuk penerusan paket yang ada
pada kebijakan routing. Berikut perintahnya :

Gambar 4.8 Konfigurasi marking pada tiap paket data dan pembagian traffic
Sehingga jika dilihat dari GUI winbox, konfigurasi dari mangle seperti
dibawah ini :
9

Gambar 4.9 Implementasi Konfigurasi Mangle di Mikrotik

4.4.5 Kebijakan Routing


Untuk meneruskan paket yang telah di marking pada proses mangle, maka
harus dibuat aturan baru pada routing tabel agar dapat melewatkan paket data
tersebut ke gateway jalur sumber internet yang sesuai dengan marking paket yang
dibuat pada tahapan mangle. Berikut perintah untuk membuat aturan pada routing
tabel :

Gambar 4.10 Aturan Pada Routing Tabel

4.5 Monitoring
NDLC mengkategorikan proses pengujian pada fase monitoring
(pengawasan). Hal ini dikarenakan pengawasan sistem yang sudah dibangun
hanya dapat dilakukan jika sistem sudah dapat bekerja sesuai dengan kebutuhan.
10

10

10

10

10

10

10

10

10

Proses pengujian (testing) dibutuhkan untuk menjamin dan memastikan bahwa


sistem yang dibangun sudah memenuhi spesifikasi rancangan.
Pada tahap ini penulis akan melakukan monitoring dan pengujian sejauh
mana sistem yang dibangun berjalan dalam lingkungan jaringan yang menerapkan
konsep load balancing. Untuk melakukan monitoring sistem ini, penulis
menggunakan tools winbox dari mikrotik.

4.5.1 Pengujian sebelum implementasi (sistem berjalan)


Pada tahap ini penulis mencoba memonitoring sistem jaringan dengan
menggunakan winbox untuk mengetahui beban koneksi. Adapun hasil
monitoringnya pada gambar berikut :
11

11

11

11

11

11

11

11

11

Gambar 4.11 Monitoring Beban Koneksi Sebelum Pengujian


Gambar diatas menunjukkan traffic yang dialami interface ether1-
SPEEDY yang menjadi satu sumber jalur internet di router mikrotik.
4.5.2 Pengujian setelah implementasi sistem
Pengujian dilakukan dengan cara mengamati traffic bandwidth pada router
dan aktifitas-aktifitas dari beberapa client yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pengamatan. Yang dijadikan sebagai parameter dalam pengamatan ini
adalah traffic bandwidth untuk download dan upload, serta pembebanan seperti
12

12

12

12

12

12

12

12

12

apa yang terjadi pada load balancing ini. Pada pengujian ini penulis juga
melakukan pengujian seperti pengujian pada sistem sebelum di implementasikan,
sebagai berikut :
1. Pengujian pemerataan beban koneksi load balancing
Pada tahap ini penguji (dalam hal ini penulis) memonitoring sistem
jaringan dengan menggunakan winbox untuk mengetahui sejauh mana beban
koneksi bisa terbagi pada tiap gateway koneksi.
Paramater yang dilihat dalam proses monitoring ini adalah besar traffic
dari masing-masing jalur yang dapat terlihat dari besar paket dan byte yang
tersebar antara interface SPEEDY dan interface UNIVERSITAS.

Gambar 4.12 Monitoring Traffic Interface SPEEDY dan UNIVERSITAS


Dari pengujian yang dilakukan dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
client diprioritaskan untuk diarahkan hanya pada salah satu jalur saja. Paket data
13

13

13

13

13

13

13

13

13

yang keluar masuk router akan dicatat pada mangle yang telah dibuat untuk
metode PCC ini. Dan paket data tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.13 Monitoring Beban Traffic Interface SPEEDY dan UNIVERSITAS


2. Pengujian terputusnya koneksi pada salah satu jalur internet
Pengujian juga dilakukan dengan cara memutuskan koneksi pada salah
satu jalur internet. Dalam praktiknya diputuskan koneksi dari jalur speedy. Ketika
koneksi dari speedy terputus ternyata ada beberapa client yang mengalami
masalah dalam membuka situs-situs tertentu. Hal ini terjadi dikarenakan client
telah diprioritaskan untuk terhubung ke speedy. Client yang sebelumnya meng-
gunakan koneksi jalur-1 sebagai jalurnya untuk terhubung ke situs tertentu, akan
tetap diingat oleh router untuk selalu menggunakan koneksi jalur-1. Mikrotik
menganggap belum adanya permintaan dari client untuk membuat suatu koneksi
baru pada mangle. Sehingga mikrotik akan tetap melihat ke reminder yang ada
pada mangle yang menyatakan bahwa client tersebut melewati jalur-1 yang
14

14

14

14

14

14

14

14

14

merupakan jalur speedy yang dalam kondisi terputus. Kejadian seperti ini juga
dapat terjadi pada client yang terhubung ke jalur universitas jika jalur universitas
yang mengalami disconnect (koneksi terputus).
Untuk menangani masalah seperti ini, teknik fail over merupakan solusi
yang tepat. Fail over adalah kemampuan untuk beralih secara otomatis ke
gateway lainnya yang tersedia atas kegagalan atau pengakhiran abnormal dari
gateway yang aktif sebelumnya. Fail over terjadi tanpa peringatan, tidak seperti
peralihan. Gateway kedua akan segera mengambil alih pekerjaan gateway pertama
setelah mendeteksi adanya perubahan beat pada gateway pertama.
Pada mikrotik, untuk mendeteksi terjadinya perubahan dapat dilakukan
dengan mengaktifkan fitur chek-gateway pada gateway pertama (SPEEDY) dan
gateway kedua (UNIVERSITAS), serta mengatur distance yang lebih besar pada
gateway kedua (UNIVERSITAS). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat syntax untuk
mengimplementasikan fail over.

Gambar 4.14 Konfigurasi Fail over

4.6 Management
Tahapan ini merupakan tahapan pengaturan yang dilakukan oleh seorang
administrator jaringan pada sistem load balancing, dan juga melakukan
management bandwidth kepada klient yaitu :
1. Membuat pengaturan lanjutan dari fungsi load balancing yaitu membuat
rule routing fail over yang berguna untuk pengalihan akses koneksi ke koneksi
yang lain apabila terjadi disconnection pada salah satu jalur agar penggunaan
jaringan internet laboratorium teknik informatika universitas madura tetap
15

15

15

15

15

15

15

15

15

teroptimasi. Kebijakan di atas akan membuat router selalu mengecek koneksi


kepada tiap-tiap gateway dengan cara melakukan ping ke tiap-tiap gateway dan
memberikan prioritas jarak respon pada tiap gateway sehingga apabila salah
satu gateway tidak me-reply komunikasi ping dari router, maka router akan
menganggap gateway tersebut down dan akan mengalihkan koneksi ke
gateway yang lainnya masih dengan baik.
2. Membuat management bandwidth dengan membuat rule di mangle untuk
membatasi aktifitas download file dan video streaming youtube. Berikut ini
perintah rule management bandwidth yang akan diterapkan :

Gambar 4.15 Konfigurasi Management Bandwidth


16

16

16

16

16

16

16

16

16

Halaman ini sengaja dikosongkan

Anda mungkin juga menyukai