Setyo Adjie Permana Karate Referensi 3
Setyo Adjie Permana Karate Referensi 3
Setyo Adjie Permana Karate Referensi 3
NIM : F1102161001
PPAPK 2016
Karate
Pertandingan
World Karate Federation (WKF) mulai tahun 2009, memberlakukan peraturan baru tentang
ketentuan usia dan nomor pertandingan Karate, baik yang dilakukan sendiri oleh WKF maupun
AKF, dan pertandingan karate pada Multy Even Internasional. Sehubungan dengan hal tersebut,
Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (PB FORKI), melalui Surat Edaran
Nomor 13/PB.FORKI–SEKJEN/SE/I/09 tertanggal, 15 Januari 2009. tentang Peraturan Baru
Pertandingan Karate WKF. Yang ditujukan kepada Pimpinan Perguruan Karate, dan Pimpinan
Pengurus Provinsi Forki. Adapun peraturan tersebut sebagai berikut :
USIA
Usia Kadet 14 & 15 Tahun
Usia Junior 16 & 17 Tahun
Di Bawah 21 Tahun Usia 18, 19 & 20 Tahun
Senior Di Atas +16 tahun.
PERTANDINGAN KADET
Kadet Kata Perorangan Putra & Putri
Kumite Putra : –52 Kg, –57 Kg, –63 Kg, –70 Kg, dan +70 Kg.
Kumite Kadet Putri: –47 Kg, –54 Kg, dan +54 Kg.
PERTANDINGAN JUNIOR
1. Junior Kata Perorangan & Kata Beregu Putra & Putri
2. Kumite Putra –55 Kg, –61 Kg, –68 Kg, -76 Kg, +76 Kg
3. Kumite Junior putri: –48 Kg, –53 Kg, –59 Kg, dan +59 Kg.
Pada kategori Kadet pertandingan kumite wajib menggunakan Face Masker dan Body Protector.
Waktu pertandingan kumite untuk Kadet, Junior & Under 21 tahun durasinya dua menit
(putra/putri). Waktu pertandingan kumite senior meliputi: babak penyisihan durasinya tiga menit
untuk putra dan dua menit untuk putri, pada babak final memperebutkan juara I dan final
reperchange memperebutkan juara III durasinya empat menit untuk putra dan tiga menit untuk
putri.
PENJELASAN
Pertandingan kumite dapat dibagi menjadi pertandingan tim/beregu dan pertandingan
individu/perorangan, pertandingan perorangan selanjutnya dapat dibagi kedalam divisi-divisi berat
badan dan kategori terbuka. Divisi berat badan dapat dibagi kedalam putaran-putaran. istilah
putaran juga menggambarkan pertandingan kumite perorangan antara pasangan lawan dari
anggota tim.
Satu putaran adalah satu penampilan dalam satu pertandingan yang mengarah pada identifikasi
akhir dari para finalis. dalam satu eliminasi pertandingan kumite, satu putaran mengeliminasi lima
puluh persen dari kontestan dalam putaran ini, termasuk kekosongan kontestan (bye), dalam
konteks ini putaran dapat diterapkan secara bersamaan pada satu panggung/arena apakah pada
tahap eliminasi atau referchange dalam 1 matriks atau pertandingan robin berputar, satu putaran
memungkinkan satu kontestan untuk berada dalam satu poli untuk bertarung dalam sekali waktu.
Kontestan perorangan atau beregu yang tidak hadir ketika dipanggil akan didiskualifikasi
(Kiken) dari kategori ini.
Dalam pertandingan beregu, setiap anggota tim harus telah terdaftar, tim putra terdiri dari
7 orang degan 5 orang yang bertanding selama satu putaran. Tim putri terdiri dari 4 orang
dengan 3 orang yang bertanding dalam setiap putaran.
Semua kontestan adalah semua anggota dari tim yang telah didaftarkan, tidak ada anggota
cadangan yang tidak terdaftar (tidak ada pendaftaran baru).
Ketika berbaris sebelum pertandingan, satu tim harus menampilkan pemain yang
sesungguhnya. Pemain dan pelatih yang tidak bertanding tidak akan dimasukkan dan akan
ditempatkan pada area yang terletak di sisi luar arena.
Tim putra supaya boleh bertarung, harus menghadirkan paling sedikit 3 peserta, dan tim
putri paling sedikit 2 peserta, kalau jumlah kurang dari itu dinyatakan Kiken.
Sebelum pertandingan satu wakil dari tim akan harus sudah menyerahkan ke meja petugas,
formulir resmi yang menggambarkan nama-nama dan urutan pemain dari anggota tim peserta
diambil dari tim yang jumlah anggotanya 7 atau 4, dan urutan bertarung mereka bisa dirubah untuk
setiap putaran, sehingga menghasilkan urutan bertarung baru yang sudah dilaporkan, tapi sekali
dilaporkan tidak boleh dirubah lagi sampai putaran itu selesai.
Formulir urutan pemain dapat diserahkan oleh pelatih atau pemain terpilih dari tim. Jika pelatih
menyerahkan formulir, pelatih harus secara jelas teridentifikasi, kalau tidak ia akan ditolak. Daftar
pemain harus sudah termasuk nama, negara atau club, warna sabuk yang dialokasikan kepada tim
untuk pertandingan dari anggota tim. Baik nama-nama pemain dan nomor peserta turnamen
dimasukkan dan formulir harus ditandatangani oleh pelatih atau wakil yang dipilih.
Satu tim akan didiskualifikasi jika ada anggota atau pelatihnya merubah komposisi tim atau
urutan pemain tanpa pemberitahuan tertulis sebelum pertandingan.
Jika terdapat kesalahan dalam pemanggilan nama dan kontestan yang salah terus
bertanding maka pertandingan itu dinyatakan tidak sah, untuk menghindari kesalahan
DURASI PERTANDINGAN
Durasi dari pertandingan kumite adalah selama 3 (tiga) menit untuk kumite pria senior (baik
perorangan atau beregu) dan 2 (dua) menit untuk wanita, yunior dan usia dini (kadet).
Pengatur waktu pertandingan dimulai ketika wasit memberi tanda untuk memulai dan berhenti
setiap ia berseru Yame.
Pencatat waktu akan memberi tanda dengan/melalui bel yang bersuara sangat jelas atau dengan
pluit, menandakan waktu sisa 30 detik atau waktu telah habis, tanda waktu tersebut merupakan
akhir dari suatu partai pertandingan.
Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: KATA perorangan dan KATA beregu. KATA beregu
dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan KATA, para peserta yang memasuki babak
final diharuskan memperagakan aplikasi dari KATA (Bunkai). KATA Beregu dinilai lebih
prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai KATA Wajib adalah hanya 8 Kata yang
berasal dari aliraan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan, Wado-ryu, Goju-ryu and Shito-ryu, dengan
perincian sebagai berikut:
Karateka yang berasal dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk ikut pertandingan KATA JKF
dan WKF, hanya saja mereka harus memainkan KATA sebagaimana dimainkan oleh perguruan 4
besar diatas.
LUAS LAPANGAN
Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan ketinggian 1 meter
dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi. Arena pertandingan harus rata
dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya.
Melatih Kuda-kuda
Ketika kita belajar Beladiri, maka kita pasti akan belajar berlatih kuda2. Tidak perduli baik
seorang pemula maupun senior sekalipun dalam beladiri dituntut untuk berlatih terus belajar dan
berlatih kuda2. Kenapa kita perlu mempelajari dan berlatih kuda2 secara terus menerus? Karena
beladiri tanpa kuda-kuda ibarat rumah tanpa pondasi.Karena hampir seluruh beladiri mempunyai
kuda-kuda, baik kuda-kuda umum maupun kuda-kuda khusus.
KATA
Kata secara harfiah berarti “bentuk” atau “model.” Kata adalah rangkaian gerakan yang
diformalkan merupakan postur berbagai ofensif dan defensif. Postur ini didasarkan pada aplikasi
tempur ideal. Beberapa Kata menggunakan kuda-kuda rendah dan lebar. Praktik ini
mengembangkan kekuatan kaki, postur tubuh yang benar, dan keanggunan. Gerakan lengan yang
kuat meningkatkan kebugaran dan kekuatan tubuh bagian atas. Kata bervariasi dari sejumlah
gerakan dan kesulitan. Kata mengharuskan karateka untuk belajar gerakan yang rumit. Rajin
berlatih dan memimpin kesadaran yang benar untuk memahami prinsip-prinsip tempur nyata.
Secara tradisional, Kata diajarkan secara bertahap. Sebelum belajar Kata adalah berulang-ulang
untuk menunjukkan penguasaan teknik karate yang lebih baik untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman gerakan. Umum bagi karateka mempraktekan dan mengulangi setiap gerakan Kata
yang telah mereka pelajari untuk menjadi perbaikan setiap kualitas gerakan. Karateka harus
melakukan satu dari Kata yang baru dan atau yang sebelumnya, untuk menunjukkan dan
mengetahui bagaimana pengembangannya. Berbagai macam gaya belajar karate Kata yang
berbeda-beda, atau variasi dari inti umumnya. Beberapa Kata mungkin dikenal dengan dua nama,
satu di Jepang, dan yang lain dari Okinawa /Cina. Untuk itu, Gichin Funakoshi mengubah banyak
nama Kata untuk membantu menyebarkan banyak Karate seluruh Jepang. Jumlah 108 memiliki
makna mitologis dalam agama Dharmic. Angka ini juga menonjol dalam simbolisme yang terkait
dengan Karate, terutama pada aliran Goju-ryu. Goju-ryu Kata secara harfiah menterjemahkan
menjadi 108. Simbol Buddha lainnya dalam Karate termasuk istilah karate itu sendiri, Kara
karakter juga dapat dibaca sebagai Ku, yang berasal dari sunya, posisi di awal Kata menyerupai
posisi tangan Zazen, dan kebiasaan saat memasuki dan meninggalkan dojo dan pertemuan guru-
guru, seperti yang dilakukan di kuil-kuil Buddha dan dojo Zen. Silahkan para Karateka dapat
melihat Koleksi Video Kata yang mungkin bisa menjadi referensi untuk belajar selain yang didapat
dari para Guru-guru (sensei) anda. Dan Beberapa Kata atau gaya yang tidak termasuk di sini, dan
tidak terbatas pada popularitas dan penggunaan umum untuk kata, dan pengakuan (atau tidak) dari
gaya oleh berbagai badan perguruan.
1. TAIKYOKU (KIHON) : Penyebab pertama
2. HEIAN(PINAN) : Jalan damai (Kadang-kadang diterjemahkan sebagai, pikiran tenang,
damai)
3. TEKKI : Kuda besi (Langkah dalam atau bertumpu ke tanah) (NAIHANCHI atau
NAIFANCHI)
4. BASSAI Penyerangan (badai) a fortress (dalam versi -dai (besar) dan sho (kecil))
5. KANKU (KUSHANKU) : Memandang cakrawala (versi dai (besar) dan sho kecil))
6. HANGETSU(SEISAN): Setengah rembulan (tiga belas)
7. GANKAKU (CHINTO): Bangau di atas karang
8. EMPI/ENPI (WANSU): Burung layang-layang
9. JION: Nama setelah kuil
10. JITTE: Sepuluh tangan
11. NIJUSHIHO: 24 langkah atau teknik
12. JI’IN: Dinamai setelah suci
13. MEIKYO (ROHAI): Cermin jiwa atau Cermin Bersih
14. SOCHIN: Damai
15. CHINTE: Tangan luarbiasa
16. WANKAN (OKAN): Mahkota raja
17. UNSU: Tangan berawan
18. GOJUSHIHO: 54 langkah atau tehnik (versi dai (mayor) dan sho (minor)
KEDUA mempengaruhi lawan. Bagaimana bisa dengan hanya berteriak lawan akan terpengaruh
bahkan sampai ketakutan. Ada istilah kiai jutsu dalam dunia bela diri, dimana dengan hanya
berteriak maka lawan akan mengurungkan serangan. Rahasianya ternyata cukup simpel, dimana
saat kita berteriak harus dilandasi dengan semangat berperang yang sungguh-sungguh tanpa
keraguan dan ketakutan. Yang pasti saya tidak mengatakan ini mudah, karena saat kita maju
menghadapi lawan ketakutan pasti ada. Dan rasanya itu hal yang manusiawi.
KETIGA kiai bisa juga berfungsi sebagai elemen yang meningkatkan tenaga dengan memberi
penekanan pada otot. Dalam suatu acara demonstrasi, umumnya acara puncaknya adalah
tamesware (pemecahan). Kalau Anda perhatikan, si peraga tentu kiai saat memecahkan batu, kayu,
es atau apapun yang menjadi bahan tameswarenya. Tidak masalah dengan menggunakan bagian
tubuhnya yang mana untuk memecahkan. Tentu saja dengan memecahkan harus didukung dengan
pernapasan dan kime (fokus atau konsentrasi) yang benar. Selain itu, Kiai juga bisa membuat kita
lebih rileks dan segar alias fresh. Dan memang dari sudut psikologi berteriak adalah salah satu cara
menghilangkan ketegangan fisik dan pikiran.
Mengapa harus belajar karate ??
1. Tingkat pertama seseorang belajar dan berlatih beladiri adalah untuk bisa membela diri
agar ia mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan mental yang kuat saat dihadapkan
pada situasi yang mengancam kenyamanan dirinya (padahal belum tentu orang yang
mengancam dia ingin melukai atau membunuhnya tetapi melainkan hanya Cuma ingin
menggertaknya saja, tapi bagi dia ini merupakan suatu ancaman yang sangat menakutkan
dan mengharuskan dirinya untuk belajar dan berlatih ilmu beladiri karena pada intinya
dia tidak percaya diri dan tidak siap mental terhadap orang yang kasar kepada dirinya.
2. Tingkatan Kedua seseorang yang belajar dan berlatih ilmu seni beladiri adalah ingin
menunjukkan eksistensinya di masyarakat bahwa dia adalah seorang Karateka. Dalam
bentuk yang negatif adalah dengan petantang-petenteng bila berjalan di depan
masyarakat, bertindak sombong dengan memamerkan jati dirinya sebagai Karateka, dan
mencari gara-gara agar terjadi perkelahian untuk menunjukkan kemampuan Karatenya
sekaligus untuk menguji kemampuan ilmu beladirinya. Sedangkan dalam bentuk
perilaku positif yaitu dengan memakai atribut yang mencerminkan bahwa ia seorang
Karateka yaitu dengan memakai kaos, sweter, tas, topi maupun setiker bertema Karate.
3. Tingkatan Ketiga seseorang belajar dan berlatih beladiri adalah ingin menunjukkan
prestasinya yang merupakan kebanggan dirinya kepada orang lain yang berada di dalam
ataupun diluar lingkungannya dengan cara mengikuti setiap pertandingan Karate yang
diadakan. Seseorang yang berada pada tingkatan ini mengetahui dan meyakini bahwa dia
sudah aman dari pada bahaya yang mengancam dirinya, yang mengharuskan dirinya
untuk menggunakan ilmu beladirinya. Dan dia meyakini bahwa kecil kemungkinannya
dia untuk menggunakan ilmu beladiri karena memang dia sudah dalam keadaan aman.
Jadi agar ilmu beladiri yang telah dipelajarinya tidak hilang sia-sia, maka ia mengambil
keputusan untuk menjadi atlit. Tetapi seringkali godaan yang berat datang kepada orang
yang menjadi atlit ini berupa malas dan tidak konsisten dalam berlatih setelah
pertandingan.
4. Pada tingkat terkhir atau keempat adalah tingkatan ikhlas, yang mana tingkatan ini
merupakan suatu tingkatan yang paling tinggi bagi seseorang yang berlatih dan belajar
ilmu seni beladiri. dimana pada tahapan ini, seseorang yang berlatih dan belajar ilmu
seni beladiri bukanlah untuk mengejar prestise ataupun ingin mempunyai tujuan untuk :
Mendapatkan pengakuan dari orang lain disekitarnya bahwa dia adalah seorang
Karateka sabuk hitam atau jago beladiri dengan cara hanya mengejar sertifikasi
sabuk hitam.
Mendapatkan pengakuan dari sesama praktisi beladiri bahwa ia adalah master di
bidangnya (mempunyai pukulan , tendangan dan tehnik yang hebat yang
dipamerkan di depan mereka.
Mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahwa ia seorang Karateka yang
unggul dengan memamerkan gerakan-gerakannya yang fantastis di depan
mereka.
Mendapatkan pengakuan dari penghargaan orang lain atas prestasinya menang
dalam pertandingan Karate alias tujuan utamanya hanya menjadi atlit.
Mendapatkan pengakuan dari penghargaan orang lain bahwa dirinya adalah
seorang jago Karate dengan menjadi aktor atau bintang laga di film maupun
televisi.
Mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahwa ia adalah jago beladiri Karate
dengan mencoba mengalahkan preman-preman yang meresahkan masyarakat,
dalam hal ini sang jago Karate sendiri yang aktif mencari preman tersebut.
Semua latihan dan belajar tersebut ia lakoni dengan ikhlas, tanpa ingin mendapatkan
penghargaan, pujian ataupun pengakuan dari siapapun, Karena ia sangat amat membutuhkan sekali
latihan dan belajar ilmu beladiri. Walaupun mungkin ada orang-orang disekelilingnya yang
merendahkan atau meremehkan kemampuan ilmu beladirinya, tetapi dia tidak menanggapinya
dengan serius alias menghiraukan tantangan atau hinaan tersebut, karena ia memang tidak mau
dan tidak perlu mendapatkan pengakuan bahwa dia Karateka hebat. Tetapi hinaan sifatnya
merendahkan dan meremehkan kemampuan ilmu beladirinya tersebut bukan berarti lantas
dibiarkan begitu saja, hinaan itu ia lampiaskan dan salurkan untuk semakin menambah kualitas
latihan dan belajarnya. Yang dia inginkan sebenarnya Cuma ingin memelihara konsistensinya
dalam belajar dan berlatih, karena dengan belajar dan berlatih ia mendapatkan kepuasan dan
kenikmatan yang tertinggi jauh lebih besar bila dibandingkan daripada hanya sekedar
mendapatkan pengakuan dan penghargaan serta pujian dari orang lain. Ia tidak hanya sekedar
mencintai ilmu seni beladiri dengan berlatih dan belajar tetapi juga menjadikan suatu kebiasaan,
gaya dan ritual bagi dirinya sehari-hari. Ia tidak peduli pada anggapan masyarakat bahwa
mendalami ilmu seni beladiri adalah sia-sia saja, cukup jadi atlit saja, tidak berguna dan buang-
buang waktu saja, lebih baik cari duit yang banyak, atau berlatih sekedarnya saja (yang penting
bisa berlatih walaupun Cuma sebentar dan sedikit). Semua dijalaninya dengan ikhlas dan senang
hati tanpa memperdulikan gangguan dan kata-kata negatif orang lain. Kebiasaannya dalam berlatih
selalu mencoba yang terbaik dan tidak tidak asal-asalan. Walaupun dia bukan atlit tetapi ia
berusaha untuk belajar/menirukan teknik gerakan seorang atlit yang paling juara. Semangatnya
untuk menjadi yang terbaik di bidang beladiri sangat besar atau sama dengan semangat para atlit
juara dunia beladiri atau aktor terkenal beladiri ketika mereka berlatih, yang dia ditunjukkan
dengan keseriusannya dalam berlatih. Dia seolah-olah memvisualisasikan dirinya bagaikan ia
adalah seorang atlit juara beladiri sejati dan seorang aktor beladiri maupun master beladiri sejati,
untuk memnyemangati dirinya sendiri dalam berlatih. Dia juga tidak berambisi jadi atlit baginya .
Baginya kehebatan dan keindahan kemampuan teknik beladirinya hanya untuk dinikmati sendiri
saja dan digunakan hanya untuk menghadapi situasi dan kondisi yang membahayakan dirinya dan
melindungi orang-orang yang dicintainya saja. Dia mempunyai kebiasaan berlatih dan belajar
ilmu beladiri dengan tekun dan konsisten karena dia mengetahui dan memahami falsafah,filosofi
yang terkandung di dalam ilmu beladiri tersebut.
Lampiran
https://takolembahsubur.wordpress.com/dua/