TINJAUAN TEORI
1. Pengetian
4
2. Anatomi Fisiologi
5
muda yang akan diproses pada timus atau tempat-tempat lainnya
untuk menjadi limfosit T atau limfosit B.
b. Nodus Limfa
Adalah titik di sepanjang pembuluh limfa yang memiliki ruang
(sinus) yang mengandung limfosit dan makrofag.
Nodus limfa berfungsi sebagai penyaring mikroorganisme dalam
limfe ketika cairan tersebut melewati nodus. Jadi bila jaringan
terinfeksi, nodus limfatik bisa menjadi bengkak dan nyeri bila
ditekan. Apabila infeksinya ringan, infeksi tersebut akan diatasi
oleh sel-sel nodus sehinggar nyeri serta bengkak mereda. Apabila
infeksinya berat, organesme penyebab infeksi akan menyebabkan
peradangan akut dan destruksi sehingga terbentuklah abses di
dalam nodus tersebut. Apabila bakteri tidak berhasil dirusak oleh
nodus, bakteria tersebut dapat masuk ke dalam aliran limfe dan
menginfeksi sirkulasi sistemik dan menimbulkan septikemia.
6
c. Limpha
Limpha ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di
sebelah kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri di bawah iga
kesembilan, sepuluh, dan sebelas. Limpha berdekatan pada fundus
dan permukaan luarnya menyentuh diafragma. Limpha menyentuh
ginjal kiri, kelokan kolon di kiri atas, dan ekor pankreas.
Limpha terdiri atas struktur jaringan ikat . Diantara jalinan-jalinan
itu terbentuk isi limpha atau pulpa yang terdiri atas jaringan limfe
dan sejumlah besar sel darah. Limpha dibungkus oleh kapsul yang
terdiri atas jaringan kolagen dan elastis yang terdiri dan beberapa
serabut otot halus. Serabut otot halus ini berperram- seandainya
ada- sangat kecil bagi limpha manusia. Dari kapsul itu keluar tajuk-
tajuk trabekulae yang masuk ke dalam jaringan limpha dan
membaginya ke dalam beberapa bagian.
Pembuluh darah limpha masuk dan keluar melalui hilum yang
berada di permukaan dalam. Pembuluh-pembuluh darah itu
menuangkan isinya langsung ke dalam pulpa, sehingga darahnya
dapat bercampur dengan unsur-unsur limpha dan tidak seperti pada
organ-organ yang lain dipisahkan oleh pembuluh darah. Disini
tidak terdapat sistem kapiler biasa. Tetapi langsung berhubungan
dengan sel-sel limpha. Darah yang mengalir dalam limpha
dikumpulkan lagi oleh sistem sinus yang bekerja seperti vena dan
yang mengantarkannya ke dalam cabang-cabang vena. Cabang-
cabang ini bersatu dan membentuk vena limpha (vena lenalis).
Vena ini membawa darahnya masuk ke peredaran gerbang
(peredaran portal) dan diantarkan ke hati.
Fungsi limpha adalah:
1. Sewaktu masa janin limpha membentuk sel darah merah dan
mungkin pada orang dewasa juga masih mengerjakannya bila
sumsum tulang rusak.
2. Sel darah merah yang sudah rusak dipisahkan dari sirkulasi.
3. Limpha juga menghasilkan limfosit.
7
4. Diperkirakan juga limpha bertuigas menghancurkan sel darah
putih dan trombosit.
5. Sebagai bagian dari sistema retikulo endoteleal ,limpha juga
terlibat dalam perlindungan terhadap penyakit dan
menghasilkan zat-zat antibody.
8
Proses inflamasi, invasi jaringan oleh mikroorganisme
merangsang respon inflamasi pada tubuh dengan tanda
inflamasi yaitu kemerahan, panas,pembengkakan, nyeri,
hilangnya fungsi dan granulosit dan
mikroorganisme nosit keluar.
Pertahanan Mekanik
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara pertahanan
mekanik antara lain adalah:
Bersin, reaksi tubuh karena ada benda asing (bakteri,
virus, benda dan lain-lain yang masuk hidung) reaksi
tubuh untuk mengeluarkan dengan bersin.
Bilasan air mata, saat ada benda asing produksi air mata
berlebih untuk mengeluarkan benda tersebut.
Bilasan saliva, kalau ada zat berbahaya produksi saliva
berlebih untuk menetralkan.
Urin dan feses, jika berlebih maka respon tubuh untuk
segera mengeluarkannya.
Pertahanan Kimiawi
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara kimiawi antara
lain adalah:
Enzim dan asam dalam cairan pencernaan berfungsi
sebagai pelindung bagi tubuh.
HCL lambung, membunuh bakteri yang tidak tahan
asam.
Asiditas vagina, membunuh bakteri yang tidak tahan
asam.
Cairan empedu, membunuh bakteri yang tidak tahan
asam.
9
b) Lapisan Kedua yang terdiri dari pertahanan:
Pertahanan Seluler, yang terdiri dari
Natural Kiler
Adalah leukosit yang berjaga di sistem peredaran darah
dan limfatik. Sel ini mampu melisis sel kanker dan sel
terinfeksi virus.
Sel fagosit
Sel fagosit terdiri atas neutrofil, monosit dan makrofag.
Sel fagosit menghancurkan antigen dengan mekanisme
fagositosis
Interferon
Interferon adalah protein yang dihasilkan sel tubuh yang
diserang virus. Interferon berfungsi memperingatkan sel
lain di sekitarnya akan bahaya suatu antigen. Interferon
mampu menghambat jumlah sel yang terinfeksi, karena
mengubah sel di sekitarnya menjadi tidak dikenali antigen
Inflamasi
Adalah peradangan jaringan yang merupakan reaksi cepat
terhadap suatu kerusakan. Fungsi inflamasi:
Membunuh antigen yang masuk.
Mencegah penyebaran infeksi.
Mempercepat proses penyembuhan
10
adalah pada bagian ini yaitu leukosit. Kekebalan tubuh yang didapat
dibagi menjadi dua , yaitu :
Kekebalan Humoral
Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel
limfosit B dengan atau tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya.
Tugas sel B akan dilaksanakan oleh imunoglobulin yang disekresi
oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin yang kita
kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE. Pembentukan
kekebalan humoral dilakukan setelah respon imun non-spesifik
berhasil dilakukan seperti:
Fragmen antigen yang telah difagositosis tidak dicerna
oleh sel fagosit.
Fragmen tersebut kemudian ditampilkan pada sel fagosit
untuk diambil pesannya oleh sel T helper melalui molekul
MHC kelas II.
Pesan mengenai fragmen antigen kemudian dikirimkan
oleh sel T helper kepada sel B. Sel limfosit B akan
membentuk kekebalan humoral dengan membelah diri.
Macam-macam sel limfosit B yaitu:
Sel B memori, diprogram untuk mengingat dan
mengenali antigen spesifik apabila menyerang tubuh
sewaktu-waktu.
Sel B plasma, mensekresikan antibodi dan hidup
selama 4-5 hari.
11
yang diserang sehingga mengalami apoptosis. Kekebalan ini tidak
menghasilkan antibodi. Macam-macam sel limfosit T:
Sel T memori, diprogram untuk mengingat dan mengenali
antigen spesifik apabila menyerang tubuh sewaktu-waktu.
Sel T helper , mengontrol pembelahan sel B, pembentukan
antibodi dan aktivasi sel T.
Sel T sitotoksik (pembunuh), melisis sel tubuh yang
diserang antigen.
Sel T supresor, menurunkan respon imun yang lebih dari
cukup.
12
b. Anatomi Fisiologi Kulit
1. Anatomi Kulit
13
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel
pipi seperti kumparan, sel-sel tersebut terdapat
hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan
kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini
merupakan lapisan yang paling tebal dan terdiri dari
5-8 lapisan.Sel-selnya terdiri dari sel yang
bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai
tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal
karena sel-selnya terletak di bagian basal/basis,
stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya
dan merupakan sel-sel induk.
3. Lapisan Endodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini
terutamanya adalah jaringan adipose yang memberikan
bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti
otot dan tulang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit
lemak merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu
tubuh.
14
4. Kelenjar Pada Kulit
Kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian
besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat
pada telapak tangan dan kaki. Kelenjar keringat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kelenjar ekrin dan
apokrin. Kelenjar ekrin ditemukan pada semua daerah
kulit. Kelenjar apokrin berukuran lebih besar dan kelenjar
ini terdapat aksila, anus, skrotum dan labia mayora.
2. Fisiologi kulit
15
b. Sebagai alat peraba
Merasakan sentuhan, rasa nyeri, perubahan suhu,
tekanan kulit dan jaringan sub cutan, dan ditransmisikan
malalui saraf sensoris kemedula spinalis dan otak.
16
3. Patofisiologi
17
4. Etiologi
Meurut Mansjoer, Arif, dkk.. (2000) penyebab morbili adalah virus
morbili yang terdapat dalam secret nasofaring dan darah selama stadium
kataral sampai 24 jam setelah timbul bercak di kulit.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer, Arif, dkk,.. (2000) masa tunas morbili adalah 10-
20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium
yaitu:
1. Stadium Kataral ( Prodromal) berlangsung 4-5 hari. Gejala
menyerupai influenza yaitu demam, malaise, batuk, fotofobia, dan
koriza. Gejala khas adalah timbul bercak koplik menjelang akhir
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem. Bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum, dikelilingi oleh eritema,
dan berlokalisai di muosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
2. Stadium Erupsi, gejala ini timbul pada gejala kataral bertambah dan
enantem di palatum durum dan palatum mole. Kemudian terjadi ruam
eritematosa yang berbentuk macula papula disertai meningkatnya suhu
badan. Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, di bagian atas
lateral tengkuk, sepanjang rambut, dan bagian belakang bawah. Dapat
terjadi perdarahan ringan, rasa gatal, dan muka bengkak. Ruam
mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan menghilang sesuai
urutan terjadinya. Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening
mandibula dan leher bagian belakang, splenomegali, diare, dan
muntah. Variasi lain adalah block measles, yaitu morbili yang disertai
perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan tratus digestivus.
3. Stadium Konvalensi, ditandai dengan menghilangnya gejala stadium
kataral, erupsi kulit berkurang, dan meninggalkan bekas di kulit
berupa hiperpigmentasi dan kulit bersisik yang bersifat patognomonik.
18
6. Komplikasi
Menurut Mansjoer, Arif dkk.., (2000) komplikasi yang mungkin
terjadi pada morbili adalah otitis media, ensefalitis, dan bronkopneumoni.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium darah rutin biasanya sel darah putih
cenderung turun atau terjadi leucopenia
b. Pada pemeriksaan sputum, sekresi nasal dan sedimen urine
ditemukan adanya multinucleated giant cells
c. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemglutination inhibition
test dan complemen fixation test ditemukan adanya antibody Ig M
dalam 1-3 hari saat timbulnya rash dan sampai puncaknya pada 2-4
minggu kemudian.
d. Fungsi lumbal pada penderita dengan encephalitis campak
biasanya menunjukkan adanya kenaikan protein dan sedikit
kenaikan limfosit.
19
B. Konsep Tumbuh Kembang
20
Herediter atau keturunan merupakan factor yang tidak dapat untuk
dirubah ataupun dimodifikasi, ini merupakan modal dasar untuk
mendapatkan hasil akhir dari proses tumbang anak.
Faktor lingkungan
1) Lingkungan internal
Hal yang mempengaruhi diantaranya hormon dan emosi.
Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu hormon
somatotropin, hormon tiroid, dan hormon gonadotropin.
Sedangkan terciptanya hubungan yang hangat dengan orang
lain seperti ayah, ibu, saudara. Teman sebaya, guru dan
sebagainya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan
emosi.
2) Lingkungan eksternal
Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang
mempengaruhinya, diantaranya kebudayaan, status social,
ekonomi keluarga, status nutrisi, dan olahraga.
21
Motorik
Bayi sudah bisa membalikkan badan sendiri, memindahkan
anggota bandan dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya,
mengambil mainan dengan tangannya, senang memasukkan kaki
ke mulut, sudah mulai bisa memasukkan makanan ke mulut
sendiri.
Sosialisasi
Sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya dengan yang
tidak dikenalnya, jika bersama orang yang belum dikenalnya bayi
akan merasa cemas (stangger anxiety), sudah dapat menyebut atau
mengeluarkan suara em, em, em, bayi akan biasa cepat menangis
jika terdapat hal-hal yang tidak disenanginya akan tetapi akan cepat
tertawa lagi.
22
kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat, yaitu kurangnya
pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan social yang kurang.
23
pasif dari luar tetapi juga akan memberikan jawaban terhadap
rangsangan tersebut. Jawaban tersebut berupa reflek-reflek yang
diperlukan untuk mempertahankan kehidupanya. Misalnya reflek
untuk bersin, makan, menggenggam, dan lain sebagainya yang
diharapkan dengan adanya reflek ini bayi dapat berkomunikasi
dengan lingkungannya.
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian umum:
1) Identitas Diri
2) Riwayat ibu hamil apakah menderita morbili
3) Riwayat imunisasi
4) Riwayat kontak dengan penderita morbili
5) Riwayat pengobatan/upaya pengobatan
Pemeriksaan Fisik:
24
lengan, dan kaki ( pada stadium konvalensi), eritema, suhu
tubuh meningkat (demam)
6) Pernafasan : pola nafas, batuk, sesak nafas, wheezing, ronchi,
sputum
7) Tumbuh kembang : BB, TB, BB lahir, tumbuh kembang, dan
riwayat imunisasi
8) Pola defakasi : BAK, BAB, diare
9) Keadaan umum : tingkat kessadaran
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnos keperawatan pada pasien dengan morbili yang mungkin
uncul berdasarkan dari tanda dan gejala yang timbul dapat di uraikan
seperti di bawah ini :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
adanya penumpukan secret
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rash/ruam
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus
morbili
e. Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit berhubungan
dengan kurangnya informasi mengenai penyakit dan
komplikasinya
3. Perencanaan
25
1. Kaji status pernafasan pasien (irama nafas,suara nafas,
kedalaman pernafasan, penggunaan otot bantu nafas,
bernafas melalui mulut)
Rasional : untuk menentukan intervensi yang tepat
2. Observasi tanda-tanda vital
Rasioal: untuk mengetahui perubahan status kesehatan
pasien
3. Berikan posisi semi fowler/ fowler
Rasional: mempermudah pergerakan dada dan
mempermudah pernafasan
4. Bantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Rasional: membantu mengurangi aktivitas yang
menimbulkan kelelahan
5. Berikan O2 sesuai indikasi
Rasional: membantu mencukupi kebutuhan O2
6. Berkolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian
therapy obat yang dapat meningktakan keefektifan jalan
nafas
Rasional: mempermudah pernafasan
26
Rasional: meningkatkan rasa nyaman pasien dan
mengurangi rasa gatal pada kulit
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti virus
sesuai intruksi
27
Tindakan/intervensi:
1. Kaji penyebab adanya peningkatan suhu tubuh
Rasional: untuk menentukan intervensi yang tepat
2. Observasi tanda-tanda vital dan intake-output tiap 8 jam
Rasional: untuk mengetahui perubahan keadaan umum
pasien dan perubahan suhu tubuh
3. Pantau suhu lingkungan
Rasional: suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu tubuh mendekati normal
4. Berikan kompres air hangat
Rasional: pada saat dikompres suhu tubuh yang panas akan
berpindah kemedia yang di gunakan untuk mengompres
karena suhu tubuh relative lebih tinggi
5. Anjurkan keluarga memberikan pasien banyak minum air
putih
Rasional: untuk vasodilatasi sehingga dapat menurunkan
suhu tubuh dan menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh
6. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pasien dengan
pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional: pakaian yang tipis akan memudahkan
perpindahan panas dari tubuh kelingkungan
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapy
cairan parenteral IVFD
Rasional: cairan yang cukup akan menjaga kelembaban sel,
sehingga tidak sel tidak mudah rusak akibat suhu tubuh
yang tinggi. Cairan intravena juga berfungsi untuk
mengembalikan cairan yang banyak hilang.
8. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapy
antipiretik sesuai intruksi
Rasioanal: antipiretik akan mempengaruhi ambang panas
pada hipotalamus dan mempercepat penurunan suhu tubuh.
28
9. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik
Rasional: membunuh virus penyebab infeksi
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah asuhan keperawatan secara nyata
serangkaian kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk
mencapai hasil yang optimal. Sebelum melakukan rencana tindakan
keperawatan, perawat hendaknya menjelaskan tindakan-tindakan yang
akan dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan, perawat
melakukan fungsinya yaitu perawat sebagai independent,
interdependent, dan dependent. Fungsi dependent yaitu perawat
melakukan tindakan mandiri atas dasar inisiatif sendiri, contoh
memberikan kompres air hangat, pada fungsi interdependent, perawat
melakukan fungsi kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dan pada
fungsi dependent perawat melakukan fungsi tambahan untuk
menjalankan program dari tim kesehatan lain seperti pengobatan.
Disamping itu perawat harus memperhatikan keadaan umum dan
respon pasien selama pelaksanaan.
29
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatn yang dapat
digunakan sebagai alat pengukur keberhasilan suatu rencana
keperawatan yang telah dibuat. Meskipun evaluasi dianggap sebagai
tahap akhir dari proses keperawatan, proses ini belum berhenti,
masalah yang belum teratasi harus dikaji ulang, direncanakan kembali,
dilaksanakan dan dievaluasi kembali.
6. Discharge planning
a. Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
b. Menganjurkan pasien untuk minum obat secara teratur
c. Menganjurkan pasien untuk melanjutkan imunisasi yang belum
lengkap sesuai prosedur
d. Menganjurkan pasien control ke dokter sesuai jadwal yang
dianjurkan atau jika ada keluhan
e. Menganjurkan istirahat yang cukup dan menjaga daya tahan tubuh
30