Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medik

1. Pengetian

Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya


ditandai dengan gejala –gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak
ringan atau demam scarlet, pembesaran serta nyeri limpha ( Ilmu
Kesehatan anak vol 2, Nelson, EGC, 2000 ).

Morbili penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan


3 stadium yaitu stadium kataral, staidium erupsi, dan stadium konvalensi.
Penularan terjadi sacara droplet atau kontak langsung dengan pasien.
Nama lain penyakit ini adalah campak, measles, atau rubella ( Mansjoer,
Arif dkk.., 2000).

Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya


ditandai dengan gejala-gejala utama ringan seperti ruam, demam, batuk,
pilek, conjungtivitis dan nyeri pada limpha
(http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/29/campak-morbili/).

4
2. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi Fisiologi Sistem Imunologi

1. Anatomi Sistem Imunologi

2. Fisiologi Sistem Imun

Sistem imunitas manusia berhubungan erat dengan sistem limfatik,


karena itu organ-organ yang berperan disini adalah organ-organ sistem
limfatik. Dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Organ limfatik primer, yang terdiri dari:
a. Timus
Suatu jaringan limfatik yang terletak di sepanjang trakea di
rongga dada bagian atas. Fungsinya memproses limfosit muda
menjadi T limfosit.
b. Sumsum Tulang
Jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang
merupakan tempat produksi sebagian besar sel darah baru. Sumsum
tulang merupakan jaringan limfatik karena memproduksi limfosit

5
muda yang akan diproses pada timus atau tempat-tempat lainnya
untuk menjadi limfosit T atau limfosit B.

2) Organ limfatik sekunder, yang terdiri dari:


a. Tonsil
Jaringan limphatik yang terdiri dari kumpulan-kumpulan
limposit
Fungsi : Memproduksi limphatik dan antibodi yang kemudian akan
masuk ke dalam cairan limpha.
Tonsil biasanya terletak pada
1. Dinding dalam nosopharynx (tonsila pharingea )
2. Fosa tonsilaris di samping-belakang lidah (tonsil palatina)
3. Di bawah lidah (tonsila liqualis)

Tonsil bukan merupakan kelenjar karena tidak memiliki pembuluh


limpha afferent, oleh sebab itu tonsil tidak menyaring cairan
limpha.

b. Nodus Limfa
Adalah titik di sepanjang pembuluh limfa yang memiliki ruang
(sinus) yang mengandung limfosit dan makrofag.
Nodus limfa berfungsi sebagai penyaring mikroorganisme dalam
limfe ketika cairan tersebut melewati nodus. Jadi bila jaringan
terinfeksi, nodus limfatik bisa menjadi bengkak dan nyeri bila
ditekan. Apabila infeksinya ringan, infeksi tersebut akan diatasi
oleh sel-sel nodus sehinggar nyeri serta bengkak mereda. Apabila
infeksinya berat, organesme penyebab infeksi akan menyebabkan
peradangan akut dan destruksi sehingga terbentuklah abses di
dalam nodus tersebut. Apabila bakteri tidak berhasil dirusak oleh
nodus, bakteria tersebut dapat masuk ke dalam aliran limfe dan
menginfeksi sirkulasi sistemik dan menimbulkan septikemia.

6
c. Limpha
Limpha ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di
sebelah kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri di bawah iga
kesembilan, sepuluh, dan sebelas. Limpha berdekatan pada fundus
dan permukaan luarnya menyentuh diafragma. Limpha menyentuh
ginjal kiri, kelokan kolon di kiri atas, dan ekor pankreas.
Limpha terdiri atas struktur jaringan ikat . Diantara jalinan-jalinan
itu terbentuk isi limpha atau pulpa yang terdiri atas jaringan limfe
dan sejumlah besar sel darah. Limpha dibungkus oleh kapsul yang
terdiri atas jaringan kolagen dan elastis yang terdiri dan beberapa
serabut otot halus. Serabut otot halus ini berperram- seandainya
ada- sangat kecil bagi limpha manusia. Dari kapsul itu keluar tajuk-
tajuk trabekulae yang masuk ke dalam jaringan limpha dan
membaginya ke dalam beberapa bagian.
Pembuluh darah limpha masuk dan keluar melalui hilum yang
berada di permukaan dalam. Pembuluh-pembuluh darah itu
menuangkan isinya langsung ke dalam pulpa, sehingga darahnya
dapat bercampur dengan unsur-unsur limpha dan tidak seperti pada
organ-organ yang lain dipisahkan oleh pembuluh darah. Disini
tidak terdapat sistem kapiler biasa. Tetapi langsung berhubungan
dengan sel-sel limpha. Darah yang mengalir dalam limpha
dikumpulkan lagi oleh sistem sinus yang bekerja seperti vena dan
yang mengantarkannya ke dalam cabang-cabang vena. Cabang-
cabang ini bersatu dan membentuk vena limpha (vena lenalis).
Vena ini membawa darahnya masuk ke peredaran gerbang
(peredaran portal) dan diantarkan ke hati.
Fungsi limpha adalah:
1. Sewaktu masa janin limpha membentuk sel darah merah dan
mungkin pada orang dewasa juga masih mengerjakannya bila
sumsum tulang rusak.
2. Sel darah merah yang sudah rusak dipisahkan dari sirkulasi.
3. Limpha juga menghasilkan limfosit.

7
4. Diperkirakan juga limpha bertuigas menghancurkan sel darah
putih dan trombosit.
5. Sebagai bagian dari sistema retikulo endoteleal ,limpha juga
terlibat dalam perlindungan terhadap penyakit dan
menghasilkan zat-zat antibody.

3. Sistem Pertahanan Tubuh


System pertahanan tubuh pada manusia dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Pertahanan tubuh non spesifik (Natural / Imunitas Bawaan)
Dikatakan tidak spesifik karena berlaku untuk semua organisme dan
memberikan perlindungan umum terhadap berbagai jenis agent. Secara
umum pertahanan tubuh non spesifik ini terbagi menjadi pertahanan
fisik, mekanik dan kimiawi. Dalam pertahanan tubuh non spesifik ini
terdapat 2 lapisan yaitu:
a) Lapisan pertama, terdiri dari pertahanan:
 Pertahanan Fisik
Pertahanan non spesisifik dengan pertahanan fisik dalam
tubuh manusia antara lain adalah:
 Kulit, kulit yang utuh menjadi salah satu garis
pertahanan pertama karena sifatnya yang permeable
terhadap infeksi berbagai organisme.
 Asam laktat, dalam keringat dan sekresi sebasea dalam
mempertahankan pH kulit tetap rendah, sehingga
sebagian besar mikroorganisme tidak mampu bertahan
hidup dalam kondisi ini.
 Cilia, mikroorganisme yang masuk saluran nafas
diangkut keluar oleh gerakan silia yang melekat pada sel
epitel.Mukus, membrane mukosa mensekresi mucus
untuk menjebak mikroba dan partikel asing lainnya serta
menutup masuk jalurnya bakteri/virus.
 Granulosit, mengenali mikroba organisme sebagai
musuh dan menelan serta menghancurkan mereka.

8
 Proses inflamasi, invasi jaringan oleh mikroorganisme
merangsang respon inflamasi pada tubuh dengan tanda
inflamasi yaitu kemerahan, panas,pembengkakan, nyeri,
hilangnya fungsi dan granulosit dan
mikroorganisme nosit keluar.

 Pertahanan Mekanik
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara pertahanan
mekanik antara lain adalah:
 Bersin, reaksi tubuh karena ada benda asing (bakteri,
virus, benda dan lain-lain yang masuk hidung) reaksi
tubuh untuk mengeluarkan dengan bersin.
 Bilasan air mata, saat ada benda asing produksi air mata
berlebih untuk mengeluarkan benda tersebut.
 Bilasan saliva, kalau ada zat berbahaya produksi saliva
berlebih untuk menetralkan.
 Urin dan feses, jika berlebih maka respon tubuh untuk
segera mengeluarkannya.

 Pertahanan Kimiawi
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara kimiawi antara
lain adalah:
 Enzim dan asam dalam cairan pencernaan berfungsi
sebagai pelindung bagi tubuh.
 HCL lambung, membunuh bakteri yang tidak tahan
asam.
 Asiditas vagina, membunuh bakteri yang tidak tahan
asam.
 Cairan empedu, membunuh bakteri yang tidak tahan
asam.

9
b) Lapisan Kedua yang terdiri dari pertahanan:
 Pertahanan Seluler, yang terdiri dari
 Natural Kiler
Adalah leukosit yang berjaga di sistem peredaran darah
dan limfatik. Sel ini mampu melisis sel kanker dan sel
terinfeksi virus.
 Sel fagosit
Sel fagosit terdiri atas neutrofil, monosit dan makrofag.
Sel fagosit menghancurkan antigen dengan mekanisme
fagositosis

 Interferon
Interferon adalah protein yang dihasilkan sel tubuh yang
diserang virus. Interferon berfungsi memperingatkan sel
lain di sekitarnya akan bahaya suatu antigen. Interferon
mampu menghambat jumlah sel yang terinfeksi, karena
mengubah sel di sekitarnya menjadi tidak dikenali antigen

 Inflamasi
Adalah peradangan jaringan yang merupakan reaksi cepat
terhadap suatu kerusakan. Fungsi inflamasi:
 Membunuh antigen yang masuk.
 Mencegah penyebaran infeksi.
 Mempercepat proses penyembuhan

b. Pertahanan Fisik Spesifik (pertahanan tubuh didapat)


Dikatakan spesifik karena hanya terbatas pada satu
mikroorganisme dan tidak memberikan proteksi terhadap
mikroorganisme yang tidak berkaitan. Pertahanan ini di dapat melalui
pejanan terhadap agen infeksi spesifik sehingga jaringan tubuh
membentuk system imun. Komponen sistem imun yang paling utama

10
adalah pada bagian ini yaitu leukosit. Kekebalan tubuh yang didapat
dibagi menjadi dua , yaitu :

 Kekebalan Humoral
Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel
limfosit B dengan atau tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya.
Tugas sel B akan dilaksanakan oleh imunoglobulin yang disekresi
oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin yang kita
kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE. Pembentukan
kekebalan humoral dilakukan setelah respon imun non-spesifik
berhasil dilakukan seperti:
 Fragmen antigen yang telah difagositosis tidak dicerna
oleh sel fagosit.
 Fragmen tersebut kemudian ditampilkan pada sel fagosit
untuk diambil pesannya oleh sel T helper melalui molekul
MHC kelas II.
 Pesan mengenai fragmen antigen kemudian dikirimkan
oleh sel T helper kepada sel B. Sel limfosit B akan
membentuk kekebalan humoral dengan membelah diri.
Macam-macam sel limfosit B yaitu:
 Sel B memori, diprogram untuk mengingat dan
mengenali antigen spesifik apabila menyerang tubuh
sewaktu-waktu.
 Sel B plasma, mensekresikan antibodi dan hidup
selama 4-5 hari.

 Kekebalan Dimediasi Sel


Pembentukan kekebalan diperantarai sel dilakukan jika
respon imun non-spesifik gagal menahan antigen masuk ke tubuh.
Kekebalan diperantarai sel dibentuk dari mekanisme
penghancuran antigen oleh sel limfosit T. Sel limfosit T akan
membentuk kekebalan diperantarai sel dengan melisis sel tubuh

11
yang diserang sehingga mengalami apoptosis. Kekebalan ini tidak
menghasilkan antibodi. Macam-macam sel limfosit T:
 Sel T memori, diprogram untuk mengingat dan mengenali
antigen spesifik apabila menyerang tubuh sewaktu-waktu.
 Sel T helper , mengontrol pembelahan sel B, pembentukan
antibodi dan aktivasi sel T.
 Sel T sitotoksik (pembunuh), melisis sel tubuh yang
diserang antigen.
 Sel T supresor, menurunkan respon imun yang lebih dari
cukup.

12
b. Anatomi Fisiologi Kulit

1. Anatomi Kulit

Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh.


Merupakan salah satu organ yang terbesar dari tubuh. Kulit
membentuk 15% dari berat badan keseluruhan. Kulit terbagi
dua lapisan; yaitu lapisan epidermis dan lapisan dermis. Kulit
adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun
masuknya bakteri, kulit juga mempunyai fungsi utama reseptor
yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan
dan tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai
kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian
mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan
mempertahankan kelembaban dalam jaringan. Tubuh secara
terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini
akan hilang melalui kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar
ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk
mensintesis vitamin D. Kulit tersusun atas 3 lapisan utama
yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.

1. Lapisan epidermis, terdiri atas:


a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak
mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati dan
mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut
yang membentuk barier terluar kulit dan mempunyai
kapasitas untuk mengusir patogen dan mencegah
kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya
terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.

13
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel
pipi seperti kumparan, sel-sel tersebut terdapat
hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan
kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini
merupakan lapisan yang paling tebal dan terdiri dari
5-8 lapisan.Sel-selnya terdiri dari sel yang
bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai
tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal
karena sel-selnya terletak di bagian basal/basis,
stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya
dan merupakan sel-sel induk.

2. Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:

a. Bagian atas, parsial papilaris (stratum papilaris)


Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan
tersusun dari sel-sel fibroblas yang menghasilkan
salah satu bentuk kolagen.
b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).
Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan
juga memproduksi kolagen. Dermis juga tersusun
dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf,
kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.

3. Lapisan Endodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini
terutamanya adalah jaringan adipose yang memberikan
bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti
otot dan tulang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit
lemak merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu
tubuh.

14
4. Kelenjar Pada Kulit
Kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian
besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat
pada telapak tangan dan kaki. Kelenjar keringat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kelenjar ekrin dan
apokrin. Kelenjar ekrin ditemukan pada semua daerah
kulit. Kelenjar apokrin berukuran lebih besar dan kelenjar
ini terdapat aksila, anus, skrotum dan labia mayora.

2. Fisiologi kulit

a. Sebagai pelindung tubuh


Kulit melindungi stuktur internal dari tubuh terhadap
trauma dan terhadap invasi oleh mikro organisme yang
membahayakan. Sebagian besar organisme mengalami
kesulitan berpenetrasi pada kulit yang utuh tetapi dapat
masuk melalui kulit yang terpotong atau mengalami abrasi
(lecet). Selain itu sebagai alat pelindung, diberikan oleh
lapisan zat tanduk tambahan, perlindungan diberikan oleh
keasaman dari keringat dan terdapat asam lemak pada
sebum, yang dapat menghabat pertumbuhan mikro-
organisma, dan oleh aksi dari mikro-organisme yang
membahayakan dari mikroorganisme, yang kurang
membahayakan secara normal terdapat pada permukaan
kulit.

15
b. Sebagai alat peraba
Merasakan sentuhan, rasa nyeri, perubahan suhu,
tekanan kulit dan jaringan sub cutan, dan ditransmisikan
malalui saraf sensoris kemedula spinalis dan otak.

c. sebagai alat pengatur panas


Pengaturan suhu diatur oleh sistem saraf dan sistem
endokrin. Pemananasan dan pendinginan kulit menstimulasi
ujung syaraf yang sensitif terhadap suhu dengan
menghasilkan respon tergantung tempat - menggigil untuk
kedinginan , berkeringat untuk kepanasan.

d. Sebagai alat penyimpan


Kulit bereaksi sebagai alat penampung air dan lemak
.yang dapat melepaskan bilamana diperlukan.

16
3. Patofisiologi

Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, di tangkap


oleh makrofag kemudian menempel dan berkembang biak pada epitel
nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada
kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar
pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah
5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan
merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru yang
dapat menyebabkan adanya bronkopneumoni . Juga terdapat udema,
bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan
penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3
C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin
tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke
10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi)
mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak
juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis.
Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan
menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi
dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat
perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit. Selain itu virus dapat
mengendap dan berkembang biak pada sistem pencernaan sehingga terjadi
hiperplasi jaringan limfoid yang dapat mengiritasi mukosa usus sehingga
meningkatan sekresi pada usus dan terjadi peningkatan peristaltik usus
maka terjadilah diare.

17
4. Etiologi
Meurut Mansjoer, Arif, dkk.. (2000) penyebab morbili adalah virus
morbili yang terdapat dalam secret nasofaring dan darah selama stadium
kataral sampai 24 jam setelah timbul bercak di kulit.

5. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer, Arif, dkk,.. (2000) masa tunas morbili adalah 10-
20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium
yaitu:
1. Stadium Kataral ( Prodromal) berlangsung 4-5 hari. Gejala
menyerupai influenza yaitu demam, malaise, batuk, fotofobia, dan
koriza. Gejala khas adalah timbul bercak koplik menjelang akhir
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem. Bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum, dikelilingi oleh eritema,
dan berlokalisai di muosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
2. Stadium Erupsi, gejala ini timbul pada gejala kataral bertambah dan
enantem di palatum durum dan palatum mole. Kemudian terjadi ruam
eritematosa yang berbentuk macula papula disertai meningkatnya suhu
badan. Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, di bagian atas
lateral tengkuk, sepanjang rambut, dan bagian belakang bawah. Dapat
terjadi perdarahan ringan, rasa gatal, dan muka bengkak. Ruam
mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan menghilang sesuai
urutan terjadinya. Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening
mandibula dan leher bagian belakang, splenomegali, diare, dan
muntah. Variasi lain adalah block measles, yaitu morbili yang disertai
perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan tratus digestivus.
3. Stadium Konvalensi, ditandai dengan menghilangnya gejala stadium
kataral, erupsi kulit berkurang, dan meninggalkan bekas di kulit
berupa hiperpigmentasi dan kulit bersisik yang bersifat patognomonik.

18
6. Komplikasi
Menurut Mansjoer, Arif dkk.., (2000) komplikasi yang mungkin
terjadi pada morbili adalah otitis media, ensefalitis, dan bronkopneumoni.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium darah rutin biasanya sel darah putih
cenderung turun atau terjadi leucopenia
b. Pada pemeriksaan sputum, sekresi nasal dan sedimen urine
ditemukan adanya multinucleated giant cells
c. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemglutination inhibition
test dan complemen fixation test ditemukan adanya antibody Ig M
dalam 1-3 hari saat timbulnya rash dan sampai puncaknya pada 2-4
minggu kemudian.
d. Fungsi lumbal pada penderita dengan encephalitis campak
biasanya menunjukkan adanya kenaikan protein dan sedikit
kenaikan limfosit.

8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Penatalaksanaan biasanya pasien diisolasi untuk mencegah terjadinya


penularan. Perawatan yang baik diperlukan terutama pada kebersihan
kulit, mulut, dan mata. Untuk pengobatan yang diberikan pada pasien
campak bersifat simptomatik, yaitu pemberian antipiretik bila suhu tinggi,
pemberian Vit. A untuk mencegah adanya conjungtivitis, dan yang
terpenting adalah memperbaiki keadaan umum dengan memperhatikan
asupan cairan dan pemberian diet TKTP serta pengobatan terhadap
komplikasi. Untuk pencegahan penyakit campak dilakukan dengan
pemberian imunisasi.

19
B. Konsep Tumbuh Kembang

1. Pengertian tumbuh kembang

Menurut Dr. Soetjingsih dalam Ngastiyah (2005), tumbuh kembang


anak mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu mengenai pertumbuhan dan
perkembangan. Sedangkan apa yang dimaksud dengan pertumbuhan
dan perkembangan perdefinisinya seperti berikut:
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang dapat diukur dengan ukuran berat (gram, pound,
kilogram) , ukuran panjang dengan centimeter atau meter umur
tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalium dan nitrogen
tubuh).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut
adanya proses diferensi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ, dan
system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan
emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tahap pertumbuhan dan


perkambangan anak

Menurut Riyadi dan Sukarmin (2009), ada banyak faktor yang


mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan yaitu:
 Faktor herediter

20
Herediter atau keturunan merupakan factor yang tidak dapat untuk
dirubah ataupun dimodifikasi, ini merupakan modal dasar untuk
mendapatkan hasil akhir dari proses tumbang anak.
 Faktor lingkungan
1) Lingkungan internal
Hal yang mempengaruhi diantaranya hormon dan emosi.
Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu hormon
somatotropin, hormon tiroid, dan hormon gonadotropin.
Sedangkan terciptanya hubungan yang hangat dengan orang
lain seperti ayah, ibu, saudara. Teman sebaya, guru dan
sebagainya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan
emosi.
2) Lingkungan eksternal
Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang
mempengaruhinya, diantaranya kebudayaan, status social,
ekonomi keluarga, status nutrisi, dan olahraga.

 Faktor pelayanan kesehatan


Adanya pelayanan kesehatan yang memadai yang ada di sekitar
lingkungan di mana anak tumbuh dan berkembang, diharapkan
tumbuh kembang anak dapat dipantau.

3. Tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik anak

Menurut Riyadi dan Sukarmin (2009), tahap pertumbuhan dan


perkembangan anak usia 6-10 bulan yaitu:
 Fisik
Berat badan meningkat 90-150 gram/minggu, tinggi badan
meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 0,5 cm/bulan,
besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung sampai bayi
berusia 12 bulan (6 bulan kedua) , gigi sudah mulai tumbuh.

21
 Motorik
Bayi sudah bisa membalikkan badan sendiri, memindahkan
anggota bandan dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya,
mengambil mainan dengan tangannya, senang memasukkan kaki
ke mulut, sudah mulai bisa memasukkan makanan ke mulut
sendiri.
 Sosialisasi
Sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya dengan yang
tidak dikenalnya, jika bersama orang yang belum dikenalnya bayi
akan merasa cemas (stangger anxiety), sudah dapat menyebut atau
mengeluarkan suara em, em, em, bayi akan biasa cepat menangis
jika terdapat hal-hal yang tidak disenanginya akan tetapi akan cepat
tertawa lagi.

4. Tahapan perkembangan psikososial pada anak menurut Erikson


dalam Riyadi dan Sukarmin (2009)

 Percaya versus tidak percaya (umur 0-1 tahun)


Komponen yang paling utama untuk berkembang pada seorang
anak adalah rasa percaya. Rasa percaya pada anak ini harus kita
bangun sejak tahun pertama kehidupan anak. Begitu seorang bayi
lahir dan melakukan kontak dengan dunia luar maka ia sangat
ketergantungan pada orang lain yang ada disekitarnya. Rasa aman
dan rasa percaya terhadap lingkungan merupakan kebutuhan
primer.
Hubungan antara ibu dengan anak yang harmonis yaitu melalui
pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan social merupakan
pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Jika pada umur ini tidak
tercapai rasa percaya dengan lingkunganya maka dimungkinkan
akan menimbulkan masalah. Rasa tidak percaya ini timbul bila
pengalaman untuk meningkatkan rasa percaya kurang atau

22
kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat, yaitu kurangnya
pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan social yang kurang.

5. Tahap perkembangan psikososial pada anak menurut Sigmun


Freud dalam Riyadi dan Sukarmin (2009)

Freud menjelaskan bahwa di dalam jiwa manusia terdapat tiga


komponen penting yang akan mendasari sifat dan kepribadiannya.
Ketiga komponen tersebuat adalah The Id, Ego dan Super Ego. The Id
pada anak sering dimanifestasikan dengan cara anak sering menangis
minta minum atau menangis karena kelaparan. Tahap Ego anak sudah
mulai rasional tetapi dia masih memandang masa bodoh terhadap
lingkungannya. Sedangkan tahap Super Ego seorang anak sudah
sedikit kooperatif dengan keadaan orang tua dan lingkungannya.
Tahapan perkembangan psikososial adalah:
 Fase oral (umur 0-1 tahun)
Fase oral adalah segala hal yang memberikan kepuasan pada anak
adalah terfokus pada mulut. Misalnya anak sering menghisap
jempol, memasukkan mainan kedalam mulut, anak akan senang
jika selalu memainkan bibir, dia akan menelan makanan yang ada
ditangannya dan setelah kenyang dia akan tertidur. Pada tahap ini
anak akan selalu menggigit puting susu pada saat dia nyusu,
senang menyemburkan air liur dan jika dilarang anak akan marah
dan kemudian menangis.

6. Tahap perkembangan intelektual menurut Piaget dalam Riyadi


dan Sukarmin (2009), adalah:
 Sensonri-Motorik (sejak lahir-2 tahun)
Merupakan tahap dimana anak menggunakan system
pengindraan, system motorik dan benda-benda untuk mengenal
lingkungannya. Bayi tidak hanya menerima rangsangan secara

23
pasif dari luar tetapi juga akan memberikan jawaban terhadap
rangsangan tersebut. Jawaban tersebut berupa reflek-reflek yang
diperlukan untuk mempertahankan kehidupanya. Misalnya reflek
untuk bersin, makan, menggenggam, dan lain sebagainya yang
diharapkan dengan adanya reflek ini bayi dapat berkomunikasi
dengan lingkungannya.

C. Konsep Dasar Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien morbili melalui pendekatan proses


keperawatan yang teridiri dari: pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi ( Ilmu Kesehatan anak vol 2, Nelson,
EGC, 2000 ).

1. Pengkajian
Data dasar pengkajian umum:
1) Identitas Diri
2) Riwayat ibu hamil apakah menderita morbili
3) Riwayat imunisasi
4) Riwayat kontak dengan penderita morbili
5) Riwayat pengobatan/upaya pengobatan

Pemeriksaan Fisik:

1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotopobia


2) Kepala : adanya nyeri kepala
3) Hidung : banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/coryza,
perdarahan hidung ( pada stadium erupsi )
4) Mulut dan bibir: mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut
terasa pahit
5) Kulit : permukaan kulit kering, turgor kulit, adanya rasa gatal,
terdapat ruam atau bintik-bintik merah pada leher, muka,

24
lengan, dan kaki ( pada stadium konvalensi), eritema, suhu
tubuh meningkat (demam)
6) Pernafasan : pola nafas, batuk, sesak nafas, wheezing, ronchi,
sputum
7) Tumbuh kembang : BB, TB, BB lahir, tumbuh kembang, dan
riwayat imunisasi
8) Pola defakasi : BAK, BAB, diare
9) Keadaan umum : tingkat kessadaran

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnos keperawatan pada pasien dengan morbili yang mungkin
uncul berdasarkan dari tanda dan gejala yang timbul dapat di uraikan
seperti di bawah ini :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
adanya penumpukan secret
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rash/ruam
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus
morbili
e. Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit berhubungan
dengan kurangnya informasi mengenai penyakit dan
komplikasinya

3. Perencanaan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan


adanya penumpukan secret
Tujuan : tidak ada secret maupun suara nafas abnormal
Tindakan/intervensi

25
1. Kaji status pernafasan pasien (irama nafas,suara nafas,
kedalaman pernafasan, penggunaan otot bantu nafas,
bernafas melalui mulut)
Rasional : untuk menentukan intervensi yang tepat
2. Observasi tanda-tanda vital
Rasioal: untuk mengetahui perubahan status kesehatan
pasien
3. Berikan posisi semi fowler/ fowler
Rasional: mempermudah pergerakan dada dan
mempermudah pernafasan
4. Bantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Rasional: membantu mengurangi aktivitas yang
menimbulkan kelelahan
5. Berikan O2 sesuai indikasi
Rasional: membantu mencukupi kebutuhan O2
6. Berkolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian
therapy obat yang dapat meningktakan keefektifan jalan
nafas
Rasional: mempermudah pernafasan

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rash/ruam


Tujuan : integritas kulit tetap terjaga
Tindakan/intervensi:
1. Kaji penyebab adanya bintik-bintik merah pada kulit pasien
Rasional: untuk menentukan intervensi yang tepat
2. Observasi keadaan kulit selama perawatan
Rasional: mengetahui perubahan yang terjadi pada kulit
3. Pertahankan agar kuku pasien tetap pendek
Rasional : mencegah adanya kerusakan pada kulit saat
pasien menggaruk
4. Anjurkan keluarga untuk memandikan pasien dengan sabun
atau air PK apabila suhu tubuh dalam keadaan normal

26
Rasional: meningkatkan rasa nyaman pasien dan
mengurangi rasa gatal pada kulit
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti virus
sesuai intruksi

Rasional: dapat membunuh virus morbili yang menimbulkan


rash atau ruam/bintik-bintik merah

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Tindakan/intervensi:
1. Kaji ketidakmampuan anak untuk makan
Rasional : membantu menentukan intervensi yang tepat
2. Timbang BB setiap hari pada waktu yang sama
Rasional : untuk mengetahui perubahan BB pasien
3. Izinkan anak untuk memakan makanan yang dapat
ditoleransi oleh anak
Rasional : membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
4. Anjurkan keluarga memberikan makanan dengan tehnik
makan dengan porsi kecil tapi sering dan selagi makanan
masih hangat
Rasional: mencegah mual dan muntah
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapy
perenteral IVFD
Rasioanal: membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
Rasional: untuk mendapatkan diet sesuai dengan
penyakitnya

d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus


morbili
Tujuan: menunjukkan suhu tubuh yang stabil

27
Tindakan/intervensi:
1. Kaji penyebab adanya peningkatan suhu tubuh
Rasional: untuk menentukan intervensi yang tepat
2. Observasi tanda-tanda vital dan intake-output tiap 8 jam
Rasional: untuk mengetahui perubahan keadaan umum
pasien dan perubahan suhu tubuh
3. Pantau suhu lingkungan
Rasional: suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu tubuh mendekati normal
4. Berikan kompres air hangat
Rasional: pada saat dikompres suhu tubuh yang panas akan
berpindah kemedia yang di gunakan untuk mengompres
karena suhu tubuh relative lebih tinggi
5. Anjurkan keluarga memberikan pasien banyak minum air
putih
Rasional: untuk vasodilatasi sehingga dapat menurunkan
suhu tubuh dan menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh
6. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pasien dengan
pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional: pakaian yang tipis akan memudahkan
perpindahan panas dari tubuh kelingkungan
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapy
cairan parenteral IVFD
Rasional: cairan yang cukup akan menjaga kelembaban sel,
sehingga tidak sel tidak mudah rusak akibat suhu tubuh
yang tinggi. Cairan intravena juga berfungsi untuk
mengembalikan cairan yang banyak hilang.
8. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapy
antipiretik sesuai intruksi
Rasioanal: antipiretik akan mempengaruhi ambang panas
pada hipotalamus dan mempercepat penurunan suhu tubuh.

28
9. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik
Rasional: membunuh virus penyebab infeksi

e. Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit berhubungan


dengan kurang informasi mengenai penyakit dan
komplikasinya
Tujuan : orang tua mampu memahami tentang penyakit yang
diderita pasien
Tindakan/intervensi:
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit campak
Rasioanal: membantu menentukan intervensi yang tepat
2. Berikan penkes tentang penyakit campak
Rasioanal: memberikan pemahaman kepada orang tua
tentang penyakit campak
3. Berikan penkes tentang pentingnya imunisasi campak
Rasional: agar orang tua mengerti pencegahan campak.

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah asuhan keperawatan secara nyata
serangkaian kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk
mencapai hasil yang optimal. Sebelum melakukan rencana tindakan
keperawatan, perawat hendaknya menjelaskan tindakan-tindakan yang
akan dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan, perawat
melakukan fungsinya yaitu perawat sebagai independent,
interdependent, dan dependent. Fungsi dependent yaitu perawat
melakukan tindakan mandiri atas dasar inisiatif sendiri, contoh
memberikan kompres air hangat, pada fungsi interdependent, perawat
melakukan fungsi kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dan pada
fungsi dependent perawat melakukan fungsi tambahan untuk
menjalankan program dari tim kesehatan lain seperti pengobatan.
Disamping itu perawat harus memperhatikan keadaan umum dan
respon pasien selama pelaksanaan.

29
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatn yang dapat
digunakan sebagai alat pengukur keberhasilan suatu rencana
keperawatan yang telah dibuat. Meskipun evaluasi dianggap sebagai
tahap akhir dari proses keperawatan, proses ini belum berhenti,
masalah yang belum teratasi harus dikaji ulang, direncanakan kembali,
dilaksanakan dan dievaluasi kembali.

6. Discharge planning
a. Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
b. Menganjurkan pasien untuk minum obat secara teratur
c. Menganjurkan pasien untuk melanjutkan imunisasi yang belum
lengkap sesuai prosedur
d. Menganjurkan pasien control ke dokter sesuai jadwal yang
dianjurkan atau jika ada keluhan
e. Menganjurkan istirahat yang cukup dan menjaga daya tahan tubuh

30

Anda mungkin juga menyukai