Anda di halaman 1dari 2

Hubungan Bencana Banjir dengan Tata Ruang Wilayah

di Kabupaten Gunung Kidul


Dewasa ini sering terjadi bencana banjir, pada dasarnya bencana merupakan suatu aspek yang tidak
dapat terpisahkan dengan perencanaan wilayah dan kota. Berdasarkan Undang – Undang Penataan
Ruang No.26 Tahun 2007, dijelaskan bahwa penataan ruang wajib memperhatikan aspek
kebencanaan yang berada di dalam suatu daerah dengan mengintegrasikan mitigasi bencana ke dalam
rencana tata ruang.

Banjir dapat terjadi karena debit atau volume air yang mengalir pada suatu sungai atau saluran
drainase melebihi atau diatas kapasitas pengalirannya. Salah satu wilayah Indonesia yang mengalami
banjir parah adalah Kabupaten Gunung Kidul. Cuaca ekstrem pada wilayah Gunung Kidul,
Yogyakara merupakan dampak dari siklon tropis cempaka yang menyebabkan terjadinya hujan
dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang, serta gelombang tinggi di
perairan yang membuat terjadinya sejumlah titik banjir pada wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta.

Terjadinya banjir disebabkan oleh kondisi dan fenomena alam (topografi dan curah hujan),
kondisi georafis daerah, dan kegiatan manusia yang berdampak pada perubahan tata ruang atau guna
lahan di suatu daerah. Berdasarkan kondisi geografisnya, kawasan yang terletak di dataran akan
memiliki resiko yang besar tergenang banjir. Selain itu terjadinya banjir juga dipengaruhi oleh
kegiatan manusia atau pembangunan yang kurang memperhatikan kaidah – kaidah konservasi
lingkungan. Banyak pemanfaatan ruang yang kurang memperhatikan kemampuannya dan melebihi
kapasitas daya dukungnya.

Dewasa ini ruang terbuka hijau dan taman kota luasnya masih banyak yang dibawah luas ideal
yang semakin berkurang terdesak oleh pemukiman maupun penggunaan lain yang dianggap mampu
memberikan keuntungan ekonomi yang lebih tinggi. Akibat dari berkurangnya ruang terbuka hijau
maka tingkat infiltrasi di kawasan tersebut menurun sedangkan kecepatan dan debit aliran permukaan
meningkat yang kemudian akan mengakibatkan terjadinya banjir di wilayah tersebut.

Mengingat bencana banjir sudah sering terjadi secara rutin, maka perlu dilkukan upaya – upaya
untuk mencegah dan menanggulangi dampaknya. Upaya secara struktural berupa tindakan
menormalisasi sungai, pembangunan waduk pengendali banjir, pengurangan debit puncak banjir, dan
upaya agar setiap rumah membuat sumur resapan untuk menampung air hujan, sehingga dapat
mengurangi banjir dan menambah cadangan air tanah. Namun perubahan tata ruang atau guna lahan
lebih banyak berpengaruh terhadap terjadinya bencana banjir dibandingkan dengan pembangunan
fisik pengendali banjir.
REFERENSI

Rosyidie, Arief. 2013. Banjir: Fakta dan Dampaknya Serta Pengaruh dari Perubahan Guna Laha.
Bandung : Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi
Bandung. Vol 24, No. 3:241-249.

Kompas. 2017. Cuaca Ekstrem, Titik Banjir Terbanyak Se-DIY ada di Gunung Kidul Online. Terdia
dari : http://regional.kompas.com/read/2017/11/29/06202491/cuaca-ekstrem-titik-banjir-
terbanyak-se-diy-ada-di-gunung-kidul. Diakses tanggal 30 November 2017.

Anda mungkin juga menyukai