Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakanng

Pekerjaan pada zaman sekarang adalah suatu hal yang sangat penting

setiap individu, dimana orang-orang berlomba untuk mendapatkan pekerjaan yang

layak, makmur dan sejahterah. Dimana saat ini semua orang berlomba-lomba

untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai minat bakat masing-masing.

Untuk mencapai hal tersebut ada usaha yang harus dilalui yang paling utama ialah

pendidikn dan pengetahuan guna menyiapkan diri untuk terjun ke dunia kerja.

Menurut Hornby dalam walgito (2010 : 201) karier adalah pekerjaan, seseorang

akan bekerja dengan senang hati dan penuh kegembiraan apabila apa yang

dikerjakan itu memang sesuai dengan keadaan dirinya, kemampuan dan minatnya,

Jadi dapat disimpulkan bahwa karier adalah rutinitas setiap hari yang sangat

penting bagi setiap individu untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Menurut Panji Anoraga, S.E.,M.M ( 2006 : 64 ) karier dalam artian sempit yaitu

( sebagai upaya mencari nafka, mengembangkan profesi, dan meningkatkan

kedudukan ) dan dalam artian luas yaitu ( sebagai langkah maju sepanjang hidup

atau mengukur kehidupan seseorang )

Dari kedua artian diatas dapat disimpulkan bahwasaya karier sangat

penting dalam kehidupan guna menunjang pribadi, sosial, ekonomi, dan

teknologi.

1
2

Dalam mewujudkan karier yang baik perlunya bimbingan atau bantuan

orang agar seseorang dapat bekerja dengan baik, senang, dan tekun, hal tersebut

merupakan salah satu tugas dari pembimbing untuk mengarahkanya.

Dra. Aryatmi ( 1985– 9 ) menyatakan bimbingan adalah pertolongan yang

diberikan oleh seseorang yang telah di persiapkan (dengan pengetahuan,

pemahaman, keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan dalam

menolong) kepada orang lain yang memerlukan pertolongan. Untuk mewujudkan

atau membantu tercapainya hal tersebut penulis harus memiliki pengetahuan atau

pendidikan yang mampu melakukan pendekatan-pendekatan yaitu dengan

bimbingan kelompok.

Berdasaarkan uarain di atas akan pentingnya karier, peneliti berniat

memberikan bimbingan kelompok kepada anak yang berhadapan dengan hukum

atau ( ABH ) di lembaga pemasyarakatan khusus anak (LPKA) bentiring kota

bengkulu. Anak didik pemasyarakatan adalah anak yang berkonflik denga hukum,

anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi sanksi pidana.

ABH yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua

belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga

melakukan tindak pidana. Kebanyakan ABH berputus asa ketika menyandang

identitas baru sebagai anak yang berhadapan dengan hukum, sehingga mereka

tidak memperdulikan lagi karier atau pkerjaan kedepanya, sedangkan karier atau

pekerjaan sangatlah penting ditatah dan direncanakan.


3

UU No.4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan Anak, yang berisi tentang

kesejahteraan perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang,

pemeliharaan dan perlindungan termasuk dari lingkungan hidup yang dapat

membahayakan. Anak yang mengalami masalah prilaku menyimpang perlu diberi

pelayanan dan asuhan yang bertujuan mendorongnya guna mengatasi hambatan

yang terjadi, dengan tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, agama, pendirian

politik dan kedudukan sosial. Selama menjalani pidana didalam LPKA mereka

sangatlah membutuhkan media informasi yang berhubungan dengan karier atau

pekerjaan, hal inilah yang memotivasi penulis untuk memberikan layanan

bimbingan secara kelompok yang akan membahas tentang karier.

Berdasarkan urain diatas, penulis memutuskan memilih lokasi penelitian

di LPKA Bentiring Kota Bengkulu, yang sebelumya telah melakukan PLBK

selama kurang lebih 3 bulan, pada bulan september,oktober, november, 2016

tahun lalu,hal inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji dan meneliti tentang

minat karier ABH di LPKA bentiring Bengkulu yang berkaitan dengan efektifitas

bimbingan kelompok dalam meningkatkan minat karier. Oleh sebab itu dalam

penelitian ini penulis mengambil kajian ilmiah sebagai berikut :

“Efektifitas bimbingan kelompok untuk meningkatkan minat karier

anak di LPKA bentiring Kota Bengkulu”.

B. Identifikasi Masalah

1. Kurangnya informasi ABH akan pentingnya karier

2. Perlunya bimbingan dalam meningkatkan minat karier ABH


4

3. Rendahnya minat ABH tentang karier

C. Pembatasan masalah

Agar tidak terjadi kesalah penafsiran serta pembahasan yang terlalu luas

dan menimbulkan kekeliruan dalam mengadakan penelitian ini, maka penelitian

ini hanya dibatasi dalam hal Bimbingan kelompok mengenai Karier terhadap anak

yang berhadaapan dengan hukum (ABH) di LPKA bentiring Kota Bengkulu

D. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan ABH tentang karier sebelum diberikan bimbingan

kelompok

2. Bagamana pandangan ABH tentang karier setelah diberikanya bimbingan

kelompok

3. Bagaimana efektifitas ABH setelah diberiaknya bimbingan kelompok

E. Tujuan penelitian

1. Mendeskripsikan tentang karier terhadap ABH sebelum diberikanya

Bimbingan Kelompok di LPKA bentiring Kota Bengkulu

2. Mendeskripsikan mengenai seberapa efektif bimbingan kelompok terhadap

ABH sesudah diberikanya Bimbingan Kelompok di LPKA Bentiring Kota

Bengkulu

3. Mendeskripsikan Efektifitasan bimbingan kelompok untuk meningkatkan

minat karier ABH sebelum dan sesudah melakukan bimbingan kelompok di

LPKA Bentiring Kota Bengkul


5

F. Kegunaan Penelitian

Secara Umum penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis

dan praktis, manfaat yang dimaksud berikut penjabaranya.

1. Fanfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memerikan sumbangan yang berarti bagi

Bimbingan dan Konseling dan terkhusus bagi Bimbingan kelompok untuk

efektifitasan bimbingan kelompok terhadap minat karier anak yang berhadapan

dengan hukum di LPKA bentiring kota bengkulu. Dan dapat menjadi acuan bagi

peneliti lain yang berminat meneliti dengan permasalhan yang terkait

2. Manfaat praktis

a. Membantu dalam mengembangkan minat karier

b. Memberikan sumbangan pengetahuan baru kepada masyarakat tentang

efektivitas bimbingan kelompok terhadap minat karier

c. Peneliti mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru tentang

efektifitas bimbingan kelompok terhadaap ABH di LPKA


6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Minat Karier

1. Pengertian

Minat karier adalah suatu kegemeran atau rasa ketertarikan dan menjadi

rutinitas pada diri individu yang tidak dapat dipaksakan yang tumbuh dari luar

diri, setiap individu itu berbeda-beda, ada yang suka kerah sosial, seni, politik

yang dapat menghasilkan dan meningkatkan kehidupan.

Slameto (2010: 180) menyatakan bahwa minat adalah sautu rasa lebih

suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri

sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat dengan hubungan

tersebut, maka semakin besar minat.

Sujonto (2004:92) Mengemukakan bahwa minat sebagai suatu perumusan

perhatian yang tidak sengaja terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari

bakat serta lingkungan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu rasa ketertarikan

terhadap sesuatu dari lur diri, dan menarik diri untuk selalu menekuni hal tersebut.

Hornby dalam walgitu ( 2010 : 201) Karier adalah pekerjaan, profesi.

Seseorang akan bekerja dengan senang hati dan penuh kegembiraan apabila apa
7

yang dikerjakan itu memang sesuai dengan keadaan dirinya, kemampuannya,dan

minatnya.

Schermerhon (Yahya, 2009:2) mengemukakan bahwa karier adalah

serangkaian pilihan dan kegiatan pekerjaan yang menunjukan apa yang dilakukan

oleh seseorang untuk dapat hidup. Sedagkan menurut super (Manrihu, 1992: 31)

karier adalah sekuensi okupasi-okupasi atau urutan pekerjaan-pekerjaan dan

peranan-peranan kehidupan lainya yang keseluruhannya menyatakan tanggung

jawab seseorang kepada pekerjaan dalam keseluruan pola perkembangan dirinya.

Berdasarkan pendapat parah ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat

karier adalah rasa suka dan rasa ketertarikan terhadap sesuatu atau aktivitas yang

mengenai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

(Agoes bariyoh,2003: 69 ) Mengemukakan bahwa karier adalah suatu

pilihan pekerjaan yang dilakukan seseorang individu, sesuai dengan kepribadian,

minat, bakat, kemampuan, keterampilan, ataupun kecerdasan, Orang akan

menekuni bidang tertentu sehinga dapat mengaktualisasikan dirinya untuk meraih

prestasi dan dapat memepertahankan atau meningkatkan kehidupan yang laya,

yaitu makmur dan sejahterah.

Kerja adalah gerak atau aktivitas manusia dalam mengelolah sesuatu untuk

disesuaikan dengan kebutuhannya, baik kebutuhan bagi dirinya sendiri maupun

orang lain (Yuwono,2011: 6) Abdulkadir (Yuwono, 2011: 7-8)

mengklasifikasikan pengertian pekerjaan sebagai berikut :


8

1. Pekerjaan dalam arti umum, yaitu pekerjaan apa saja yang mengutamakan

kemampuan fisik baik sementara maupun teteap dengan tujuan

memperoleh penghasilan atau pendapatan ( upah ).

2. Pekerjaan dalam artian tertentu, yaitu pekerjaan yang mengutamakan

kemampuan fisik atau intelektual baik sementara maupun tetap dengan

tujuan pengabdian.

3. Pekerjaan dalam artian khusus, yaitu pekerjaan bidang tertentu yang

mengutamakan kemampuan fisik dan intelektual dengan tujuan

memperoleh penghasilan atau pendapatan.

Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan adalah

semua gerak atau aktivitas manusia yang mengutamakan kemampuan fisik atau

intelektual baik sementara maupun dengan tujuan pengabdian atau memperoleh

penghasilan.

2. Tujuan karier

(Bimo Walgito:1957) Mengemukakan beberapa tujuan dari karier

diantaranya:

1. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama yang berkaitan

dengan potensi yang ada dalam diri yang mengenai kemampuan, minat,

bakat, sikap, dan cita-cita.

2. Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada pada dirinya dan yang ada

dalam masyyarakat.
9

3. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi

yang ada dalam dirinya, mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan

yang diperlukan bagi suatu bidang tertentu, serta memahami hubungan,

usaha dirinya yang sekarang dan masa depanya

4. Menemukan hambatan-hambatan yang tibul dan yang disebabkan oleh

dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk mengatasi

hambatan-hambtan tersebu.

5. Anak-anak dapt merencanakan masa depan serta menemukan karier dan

kehidupan yang serasi dan sesuais.

3. Pemilihan Karier

Teori Holland (dalam Sukardi, 1987:86) menyebutkan banyak pakar

psikologi vokasional dinilai sebagai teori yang komprehensip karena meninjau

pilihan okopasi sebagai bagian keseluruhan pola hidup seseorang dan sebagai

teori yang mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian sejauh menyangkut

model-moddel lingkungan serta tipe-tipe kepribadian.

Pokok pikiran yang mendasari teori Holland (dalam Manhiro, 1992:70) yaitu

sebagai berikut :

1) Individu dapat dikategorikan menjadi enam tipe kepribadian, yaitu:

realistik, investigatif, artistik, sosial, giat (suka berusaha), dan

konvensional.
10

2) Dalam menentukan pilihan karier, individu diarahkan untuk memilih

lingkungan karier (okupasional) yang sesuai dengan tipe kepribadiannya.

3) Individu mempelajari lingkungan-lingkungan karier dan melatih

keterampilan dan kemampuanya, mengekspresikan sikap-sikap dan nilai-

nilai, dan menerima masalah-masalah serta peranan-peranan yang sesuia.

4) Perilaku seseorang ditentukan oleh interaksi antara kepribadian dengan

ciri-ciri lingkungannya.

Yang menyangkut pilihan karier, Holland (dalam Sukardi, 1987: 81)

berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor diri

dan faktor lingkungan. Faktor diri meliputi pengetahuan tentang diri (self-

knowledge), evaluasi diri (self-evaluation), dan pengetahuan karier (arah atau

luasnya karier). Sedangkan faktor lingkungan meliputi potensi lingkungan,

tekanan sosial yang bersumber dari keluarga dan teman, penilaian atasan dan

potensi dari atasan, serta batasan-batasan yang berasal dari sumber sosial ekonomi

dan lingkungan fisik.

4. Fungsi karier

Bimbingan karier di sekolah membantu siswa dalam mengenal dan

mengembangkan potensi karier yang dimilikinya. Selain itu bimbingan karier

sebagai satu kesatuan proses bimbingan memiliki manfaat yang dinikmati oleh

kliennya dalam mengarahkan diri dan menciptakan kemandirian dalam memilih

karier yang sesuai dengan kemampuannya.


11

B. Anak Berhadapan Hukum (ABH)

pengertian

Pengertian Anak menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak yang berbunyi:

Anak adalah seorang yang belum berusia 18 Tahun termasuk anak yang masih

dalam kandungan. Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh berkembang, dan

berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,

serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak yaitu :

Anak yang berhadapan dengan hukum adalah , anak yang berkonflik

dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana dan anak yang menjadi

saksi tindak pidana. Disebut anak adalah anak yang telah telah berumur 12 (dua

belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga

melakukan tindak pidana.

Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya

manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang

memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan

pembinaan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik, mental, sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang.
12

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak

yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar baik

secara rohani, jasmani, maupun sosial.

Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan social yang

ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama terpenuhinya

kebutuhan anak.

Yang dimaksud dengan undang-undang kesejahteraan anak meliputi;

1. Usaha kesejahteraan anak terdiri atas usaha pembinaan, pengembangan,

pencegahan, dan rehabilitasi.

2. Usaha kesejahteraan anak dilakukan oleh pemerintah dan atau

masyarakat.

3. Pemerintah mengadakan pengarahan, bimbingan, bantuan, dan

pengawasan terhadap usaha kesejahteraan anak yang dilakukan oleh

masyarakat.

C. Efektifitas Bimbingan Kelompok

1. Pengertian

Setiap individu ataupun sekelompok orang selalu dihadapkan pada

persoalan keterbatasan pengetahuan tentang tercapainya tujuan. Interaksi antar

berbagai sumber daya manusia (SDM) tersebut harus dikelolah dengan baik

sehingga dapat mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Secara sederhana

efektifitas bimbingan kelompok didefinisikan sebagai kemampuan untuk


13

melakukan bimbingan tepat pada sasaran. Efektifitas merupakan unsur pokok

dalam bimbingan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan

sebelumnya. Selanjutnya dari aspek kecepatan waktu, maka efektifitas tercapainya

berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan mengunakan

bimbingan kelompok yang telah disusun.

“Efektifitas adalah suatu keadaan dalam mencapai tujuan. Managemen

yang efektif perlu disertai dengan manajemen yang efesien. Tercapainya tujuan

mungkin hanya dapat dilakukan dengan penghamburan, dan oleh karena itu

manajen tidak boleh dengan efektifitas tetapi juga diperlukan efesiensi”

komarudin dalam joni (2015:20)

Berdasarkan pasal 27 peraturan pemerintah Nomor 29/90, “Bimbingan

merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan

pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.” (Depdikbud,

1994)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalahsuatu

proses bantuan yang menyangkut kesegalah aspek yang bertujuaan ntuk

meningkatkan pribadi yang lebih baik untuk mengenal kekuatan dan kelemahan

dirinya. Bimbingan dalam rangkah mengenal lingkungan yaitu agar dapat

menerima berbagai kondisi lingkungan secara positif dan dinamis. Serta dapat

dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pengembangan diri secara mantap dan

berkelanjutan. Dan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan ialah agar

mampu mengembil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, yang


14

menyangkut pendidikan, karier, maupun bidang budaya/keluarga dan

kemasyarakatan.

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang

memiliki beberapa arti: (a) menunjukkan jalan. (b) memimpin. (c) memberikan

petunjuk. (d) mengatur. (e) mengarahkan. (f) memberi nasihat. Selain itu,

“guidance” dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan serta juga pertolongan

(Tohirin, 2011: 16).

(Prayitno, 1997: 23). Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan

merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada

seseorang atau beberapa individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa; agar

orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan

mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat

dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Sukardi & Kusmawati,

2008: 2). Sedangkan Tohirin menyatakan bimbingan merupakan proses

membantu individu. Membantu dalam arti tidak memaksa. Bimbingan tidak

memaksakan individu (siswa) untuk menuju ke satu tujuan yang ditetapkan oleh

pembimbing, melainkan membantu mengarahkan individu ke arah tujuan yang

sesuai dengan potensinya secara optimal (Tohirin, 2011:18).

Berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut, efektifitas

bimbingan merupakan nilai dari suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang

yang ahli agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri

untuk menuju ke satu tujuan yang dikehendaki.


15

2. Bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok ialah proses pemberitahuan atau bimbingan yang

diberikn oleh pembimbing secara kelompok kepada angota kelompok yang

membahas tentang topik yang telah disepakati.

Sukardi (2007: 64) mendefinisikan bimbingan kelompok yaitu

layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-

sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari

pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari

baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta

untuk mempertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Sementara Prayitno (1995: 178) mengemukakan bahwa bimbingan

kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan

memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan

kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi,

memberi saran, dan lain-lain sebagainya, apa yang dibicarakan itu semuanya

bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta

lainnya.

Bimbingan kelompok menurut Romlah (dalam Ghea dan Sutijono, 2013:

91) berpendapat bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang


16

diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan

untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi

siswa. Secara umum dapat dikatakan bahwa sebagai salah satu teknik bimbingan,

bimbingan kelompok mempunyai prinsip, kegiatan, dan tujuan, yang sama dengan

bimbingan. Perbedaanya hanya terletak pada pengelolaannya, yaitu dalam situasi

kelompok.

Sedangkan menurut Nurihsan (dalam Ghea dan Sutijono, 2013: 91)

bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan

dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ini dapat berupa penyampaian

informasi ataupun aktifitas kelompok yang membahas masalah pendidikan,

pekerjaan, pribadi dan sosial. Pemberian informasi dalam bimbingan kelompok

terutama dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan,

aturan-aturan dalam kehidupan dan cara-cara yang dilakukan untuk

menyelesaikan tugas, serta meraih masa depan dalam studi, karir, ataupun

kehidupan. Aktifitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan

mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri,

serta pengembangan diri.

Bedasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan

kelompok adalah suatu layanan dalam bimbingan konseling yang di dalamnya

terjadi interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberi tanggapan dan saran

mengenai sebuah topik tertentu dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

3. Tujuan bimbingan kelompok


17

Tujuan bimbingan kelompok seperti yang dikemukakan oleh (Prayitno,

1995: 178) adalah agar setiap peserta: a) Mampu berbicara di depan orang

banyak; b) Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan

lain sebagainya kepada orang banyak; c) Belajar menghargai pendapat orang lain;

d) Bertanggung jawab atas pendapat yang di kemukakannya; e) Mampu

mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif);

f) Dapat bertenggang rasa; g) Menjadi akrab satu sama lainnya; h) Membahas

masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan

bersama.

Sedangkan tujuan bimbingan kelompok menurut Winkel (dalam Wicaksono dan

Naqiyah, 2013: 68) adalah: a) Supaya orang yang dilayani mampu mengatur

kehidupannya sendiri; b) Memiliki pandangan sendiri dan tidak hanya sekedar

“membebek” pendapat orang lain; c) Mengambil sikap sendiri dan berani

menanggung sendiri konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya.

Berdasarkan pemaparan pendapat diatas, tujuan bimbingan kelompok

adalah meningkatkan kemampuan interaksi sesama anggota kelompok, melatih

berpendapat, menghargai pendapat orang lain, mengambil keputusan guna

mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin.

4. Asas-asas Bimbingan Kelompok

Prayitno (1995:179) mengemukakan bahwa asas-asas yang diperlukan

dalam pelaksanaan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut :

1) Asas Kerahasiaan
18

Asas kerahasiaan yaitu asas yang menekankan pada semua yang hadir

untuk menyimpan dan merahasiakan apa saja, data dan informasi yang didengar

dan dibicarakan dalam kelompok , terutama hal-hal yang tidak boleh dan tidak

layak diketahui orang lain. Para peserta berjanji tidak akan membicarakan hal-hal

yang bersifat rahasia di luar kelompok.

2) Asas Keterbukaan

Asas Keterbukaan yaitu asas yang menekankan pada semua peserta

bimbingan kelompok secara bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide,

saran, tentang apa saja yang dirasakan dan dipikirkannya, tidak merasa takut,

malu atau ragu-ragu, dan bebas berbicara tentang apa saja, baik tentang dirinya,

sekolah, pergaulan, keluarga, dan sebagainya.

3) Asas kesukarelaan

yaitu asas yang menghendaki pada semua peserta dapat menampilkan

dirinya secara spontan tanpa di suruh-suruh atau malu-malu atau dipaksa oleh

teman yang lain atau oleh pembimbing kelompok.

4) Asas Kenormatifan

Asas kenormatifan yaitu asas yang menekankan semua yang dibicarakan

dan yang dilakuk an dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan

norma-norma dan peraturan yang berlaku. Semua yang dilakukan dan dibicarakan

dalam bimbingan kelompok harus sesuai dengan norma adat, norma agama,

norma hukum, norma ilmu, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku.


19

5. Tahap-tahap bimbingan kelompok

Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 40) ada

4 tahapan, yaitu: Tahap Pembentukan, Tahap Peralihan, Tahap Kegiatan, dan

Tahap Pengakhiran.

1) Tahap pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap

memasukkan diri didalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada

umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan

tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing

anggota, sebagian, maupun seluruh anggota. Pemimpin kelompok menjelaskan

cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok agar anggota memahami

maksud bimbingan kelompok.

2) Tahap peralihan

Sebelum melangkah lebih lanjut ketahap kegiatan kelompok yang

sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh

anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih lanjut dalam kegiatan kelompok.

Pemimpin kelompok menjelaskan peranan anggota kelompok dalam kegiatan,

kemudian menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani

kegiatan pada tahap selanjutnya. Dalam tahap ini pemimpin kelompok mampu

menerima suasana yang ada secara sabar dan tebuka.


20

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Dalam hal

ini pemimpin kelompok membawa para anggota meniti jembatan tersebut dangan

selamat. Bila perlu, beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap pertama

seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok ditegaskan dan dimantabkan

kembali, sehingga anggota kelompok telah siap melaksanakan tahap bimbingan

kelompok selanjutnya.

3) Tahap kegiatan

Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Namun,

kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung pada hasil dari

dua tahap sebelumnya. Jika dua tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka

tahap ketiga itu akan berhasil dengan lancar. Pemimpin kelompok dapat lebih

santai dan membiarkan para anggota sendiri yang melakukan kegiatan tanpa

banyak campur tangan dari pemimpin kelompok. Disini prinsip tut wuri

handayani dapat diterapkan.

4) Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran kegiatan kelompok dipusatkan pada pembahasan

dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok akan mampu

menerapkan hal-hal yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Menurut Prayitno (1995: 60) adapun tujuan dan kegiatan dalam tahap pengakhiran

ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan
21

a. Terungkapkannya kesan-kesan anggota kelompok tentang pelaksanaan

kegiatan.

b. Terungkapnya hasil kegiatan kelompok yang telah dicapai yang

dikemukakan secara mendalam dan tuntas.

c. Terumuskannya rencana lebih lanjut.

d. Tetap dirasakannya hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun

kegiatan diakhiri.

2. Kegiatan

a. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

b. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan-kesan dan hasil-

hasil kegiatan.

c. Membahas kegiatan lanjutan.

d. Mengemukakan pesan dan harapan.

6. Jenis Bimbingan Kelompok

Dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, ada dua jenis kelompok

yang dapat dikembangkan, yaitu (Prayitno, 1995: 25):

a. Kelompok tugas

Sesuai dengan jenis kelompoknya, isi layanan dalam kelompok tugas ini

adalah topik tugas. Topik tugas merupakan topik atau pokok bahasan yang

diberikan oleh pembimbing (pemimpin kelompok) kepada kelompok untuk


22

dibahas. Jadi, materi yang dibahas oleh anggota kelompok adalah materi yang

bersifat penugasan baik itu materi yang diberikan oleh pihak luar atau materi yang

diberikan oleh pemimpin kelompok.

Dalam kelompok tugas arah dan isi kegiatan kelompok ditetapkan terlebih

dahulu. Semua pendapat, tanggapan, reaksi, dan saling hubungan antar semua

anggota hendaknya menjurus kepada penyelesaian tugas itu dengan setuntas

mungkin. Tugas yang ditetapkan untuk digarap oleh suatu kelompok tugas

sebenarnya adalah suatu sangkutan semata untuk mengarahkan kegiatan

kelompok.

b. Kelompok bebas

Berbeda dengan kelompok tugas, dalam kelompok bebas semua anggota

kelompok diberikan kesempatan untuk mengemukakan atau menentukan arah dan

isi kehidupan kelompok. Topik bebas merupakan suatu topik atau pokok bahasan

yang dikemukakan secara bebas oleh setiap anggota kelompok. Secara bergiliran

anggota kelompok mengemukakan topik secara bebas, selanjutnya dipilih mana

yang akan dibahas terlebih dahulu sesuai dengan kesepakatan antara anggota

kelompok.

7. Teknik Bimbingan Kelompok

Ada beberapa teknik yang bisa diterapkan dalam layanan bimbingan

kelompok, yaitu (Tohirin, 2011: 173):

Pertama, teknik umum. Dalam teknik ini, dilakukan pengembangan dinamika

kelompok. Secara garis besar, teknik-teknik ini meliputi:


23

(a) Komunikasi multi arah secara efektif dinamis dan terbuka.

(b) Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan,

diskusi, analisi, dan pengembangan argumentasi. (c) Dorongan minimal untuk

memantapkan respons dan aktivitas anggota kelompok. (d) Penjelasan,

pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebh memantapkan analisis,

argumentasi dan pembahasan. (e) Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku

baru yang dikehendaki.

Kedua, permainan kelompok. Permainan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik

dalam layanan bimbingan kelompok baik sebagai selingan maupun sebagai

wahana yang memuat materi pembinaan atau materi layanan tertentu. Permainan

kelompok yang efektif dan dapat dijadikan sebagai teknik dalam layanan

bimbingan kelompok harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut: (a) sederhana. (b)

mengembirakan. (c) menimbulkan suasana rilek dan tidak melelahkan. (d)

meningkatkan keakraban. (e) diikuti oleh semua anggota kelompok. Konselor dan

anggota kelompok dapat mengembangkan bentuk-bentuk dan jenis permainan

tertentu yang sesuai dengan materi bahasan dalam layanan bimbingan kelompok.

D. Efektifan Bimbingan kelompok dalam meningkatktan minat karier ABH

Layanan bimbingan kelompok ialah proses pemberian informasi dan

bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna

mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam layanan bimbingan kelompok interaksi

antar individu atau antar kelompok merupakan suatu yang khas yang tidak

mungkin terjadi pada konseling peroranggan karena dalam layanan bimbingan


24

kelompok terdiri dari individu yang heterogen terutama dari latar belakang dan

pengalaman mereka masing-masing, untuk menumbuhkan minat karier ABH

tidaklah muda, diperlukanya Inovasi yang berbeda agar ABH termotivasi serta

tidak muda merasa bosan.

Bimbingan kelompok dirasa sangat tepat, karena melalui layanan

bimbingan kelompok ini dapat menuntun ABH unuk terlibat aktif, anak dilibatkan

dalam kegiatan berkelompok yang mengharuskan anak untuk mengeluarkan

pendapat, ide, gagasan serta saling memberikan peratian dan motivasi sehingga

anak dengan kegiatan diskusi ini dapat memperlancar komunikasi dan

mendapatkan penguatan untuk memilih minat karier yang disukai. Berdasarkan

hal itulah Bimbingan kelompok dipilih dan diberikan guna meningkatkan minat

karier ABH.

ABH yang memiliki pemahaman karier yang masih rendah dan belum memiliki

pengetahuan tentang karier serta masih bingung untuk memilih karier yang tepat

untuk dirinya. Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang pemahaman karier

atau minat karier, hal itulah yang membuktikan bahwa masih banyaknya

permasalahan tentang karier baik di sekolohan, masyarakat dan lingkungan yang

terisolir seperti LPKA, sehinga diperlukanya banyak peneltian untuk mengetaskan

permasalhan tersebut.

Beberpa perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu ( lokasi,

objek, mengunakan one group pretest-postest )

E. Hasil penelitian yang Relevan


25

Ada beberapa penelitian yang akan dipaparkan sebagai penelitian

terdahulu yang relevan yang relevan dan dapat mendukung penelitian ini, antara

lain:

1. Penelitian dari PUTRI BIYANI ( 2015 ) yang berjudul pengaruh

bimbingan kelompok terhadap keputusan karier pada siswa kelas X boga Di SMK

N 1 Bengkulu Selatan.

Penelitian ini menyimpulkan tujuan bimbingan kelompok untuk mengetahui

pengaruh terhadap keputusan karier pada siswa kelas X Boga dengan sampul 12

orang, dan mengumpulkan data menggunakan angket, dengan hasil yang

menunjukan meningkatnya setelah diberikan layanan. Persamaan penelitian Putri

(2015) dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang karier

sdangkan berdedaanya ialah tempat atau lokasi penelian Putri (2015) yaitu di

lembaga pendidikan tepatnya di SMKN 1 Bengkulu selatan sedangkan penelitian

ini dilaksankan di LPKA bentiring Kota Bengkulu.

2. Penelitian dari Diego efan alfonzo (2015) yang berjudul Pengaruh

Layanan Informasi terhadap minat karier siswa kelas x pemasaran SMK negeri 1

Bengkulu Selatan, persamaan dengan penelitian ini ialah sama-sama membahas

minat karier, perbedaanya penelitian Diego (2015) ialah layanan yang diberikan

yaitu layanan informasi sedangkan penelitian ini mengunakan bimbingan

kelompok, dan sampel serta tempat atau lokasi penelitian.

F. Kerangka Pikir
26

Setiap anak atau individu perlu memahami tentang minat terhadap karier

supaya dimasa yang akan datang karier yang akan dipilih dan dijalani akan lebih

terprogram dan terencana sedini mungkin. Karier bagi setiap individu bukanlah

hal yang mudah untuk ditentukan dan menjadi pilihan yang sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki. Untuk menentukan hal tersebut harus didasarkan

pada keputusan individu itu sendiri yang didasarkan pada pemahaman tentang

kemampuan dan minat serta pengenalan karier yang dimiliki. Oleh sebab itu juga

individu perlu memperoleh informasi-informasi tentang karier yang tepat. Makin

banyak informasi yang diperoleh maka makin tepat pula keputusan yang diambil.

Gambar keefektifitas bimbingan kelompok terhadap minat karier ABH

Gambar keefektifan bimbingan terhadap minat karier ABH

Gambar 2.1
Kerangka pikir

Minat karier Minat karier


sebelum Bimbingan setelah
diberikan kelompok dibeikanya
bimbingan bimbingan
kelompok kelompok

G. Hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. H0: tidak adanya efektifitas bimbingan kelompok untuk meningkatkan

minat karier ABH di LPKA bentiring Kota Bengkulu


27

2. Ha: adanya efektifitas bimbingan kelompok untuk maningkatkan minat

karier ABH di LPKA bentiring Kota Bengkulu

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Margono (2010: 105)

menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan

pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan

keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Peneliti menggunakan model

penelitian eksperimen dengan desain one-group pre- test-post test design yang

berarti bahwa desain ini terdapat pre-test sebelum diberi perlakuan. Pola

desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1
Desain penelitian
Pre-test perlakuan Post-test
01 X X2

Keterangan :
28

01 : Nilai pre-test ( sebelum diberikan perlakuan )

X: Perlakuan ( bimbigan kelompok kepada ABH )

02 : Nilai post-test ( setelah diberikan perlakuan )

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Tempat dan waktu pelaksanaan penelitian ini direncanakan sebagai berikut :

Tempat : LPKA Bentiring kota bengkulu

Waktu : penelitian akan dilaksanakan setelah selesainya seminar proposl

sampai dengan selesainya laporan hasil penelitian ini.

C. SUBJEK PENELITIAN

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah ABH di LPKA bentiring kota bengkulu

2. Sampel

Sampel yang diambil penulis dari ABH adalah 10 anak yang memiliki

pemahaman rendah dan sangat rendah tentang minat karier. Penulis menentukan

jumlah sampel 10 siswa berdasarkan jumlah peserta ideal layanan bimbingan

kelompok, yaitu kelompok akan lebih efektif apabila anggota kelompok tidak

kurang dari 10 orang dan tidak melebihi 10 orang (Prayitno, 2004: 9-10). Dalam
29

kegiatan bimbingan kelompok, sangat penting untuk menciptakan dinamika

kelompok yang aktif dan intensif agar memperoleh pencapaian yang optimal.

D. VARIABEL PENELITIAN

1. Minat Karier

a. Definisi Konseptual

minat adalah perasaan suka


30

Anda mungkin juga menyukai