Anda di halaman 1dari 32

Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-

TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK


INDONESIA

Pengembangan Wilayah/Kawasan
Strategis dan Infrastruktur Pendukung

1. PENDAHULUAN

(Informasi Sosial Masyarakat Umum Papua)

Karakteristik Perdagangan, net neraca perdagangan papua, sektor produktif.

Pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan II 2016 mengalami kontraksi sebesar 5,91% (yoy), lebih dalam
dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,18% (yoy) dan jauh di bawah pertumbuhan
ekonomi nasional yang mencapai 5,18% (yoy). Kontraksi tersebut disebabkan kinerja sektor pertambangan yang
tidak sebaik periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan perekonomian tersebut relatif di luar
asesmen pada Kajian triwulan lalu. Pertumbuhan ekonomi Papua triwulan selanjutnya diperkirakan tumbuh
positif seiring dengan akselerasi kinerja komponen Konsumsi dan Ekspor.

Selanjutnya, realisasi kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Papua triwulan II 2016 menunjukkan perkembangan
yang positif dan relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pagu APBD 2016 mengalami
kenaikan dibanding 2015, sementara pagu APBN 2016 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Terkait
dengan inlasi di Provinsi Papua, pada triwulan II 2016 sebesar 5,23% (yoy), mengalami kenaikan dari triwulan
lalu yang sebesar 3,76% (yoy). Kenaikan inflasi ini disebabkan oleh komponen volatile food dan administered
prices yang mengalami peningkatan signifikan. Sementara inflasi pada komponen inti (core inflation) dapat tetap
terjaga pada level yang rendah.
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
Terkait inflasi di Provinsi Papua pada triwulan II 2016 sebesar 5,23% (yoy), mengalami kenaikan dari triwulan lalu
yang sebesar 3,76% (yoy). Kenaikan inflasi ini disebabkan oleh komponen volatile food dan administered prices
yang mengalami peningkatan signifikan. Sementara inflasi pada komponen inti (core inflation) dapat tetap terjaga
pada level yang rendah. Ke depan, inflasi di Papua diperkirakan terjaga sesuai target nasional yaitu sebesar
4±1%.

Dari sisi Stabilitas Keuangan Daerah, Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank
Indonesia menunjukkan kondisi kurang optimalnya kinerja sektor korporasi. Sejalan dengan kondisi
perekonomian Papua, kinerja perbankan di sektor Korporasi Papua pada triwulan II 2016 cenderung mengalami
perlambatan. Dana Pihak Ketiga (DPK) secara signifikan mengalami perlambatan, demikian juga halnya dengan
kredit. Sementara itu pada triwulan laporan NPL mengalami penurunan, namun masih berada di level yang relatif
tinggi diatas ketentuan batas atas Bank Indonesia (5%). Disisi lain, kinerja sektor Rumah Tangga pada triwulan II
2016 masih terjaga dengan positif, tercermin dari pertumbuhan ekonomi Papua dari sisi Penggunaan yang
meningkat. Sementara itu dari penyaluran kredit ke UMKM, pada triwulan II 2016 mengalami sedikit kontraksi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Perkembangan transaksi Sistem Kliring Bank Indonesia (SKNBI) di Papua pada triwulan II 2016 meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya, baik secara volume dan nominal. Transaksi melalui Bank Indonesia Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan laporan relatif stabil dibandingkan triwulan lalu. Sementara itu,
dalam pengelolaan uang rupiah, selama triwulan II 2016 terjadi net-outlow sebesar Rp2,2 triliun yang
dipengaruhi tingginya kebutuhan uang tunai di masyarakat menjelang lebaran.

Dari sisi tenaga kerja dan kesejahteraan, meskipun perekonomian di Papua mengalami kontraksi selama
semester I 2016, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat membaik pada awal tahun 2016. Hal tersebut
ditunjukkan dengan turunnya TPT dari 3,99% pada September 2015 menjadi 2,97% pada Februari 2016.
Penurunan TPT pada triwulan ini merupakan yang pertama setelah tren peningkatan TPT berlangsung sejak
triwulan I 2014. Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) Papua masih mencatatkan angka defisit sampai akhir
triwulan II 2016 (97,13). Nilai tersebut mengindikasikan kenaikan indeks pendapatan petani belum dapat

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

mengimbangi kenaikan indeks biaya yang harus dibayar. Di sisi lain, walaupun TPT pengalami penurunan, angka
kemiskinan di Papua mempunyai tren kenaikan dalam dua tahun terakhir.

Asesmen Bank Indonesia pada periode laporan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Papua selama 2016
cenderung mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan 2016 diperkirakan akan berada di
kisaran 2% - 3% (yoy) dengan kecenderungan bias ke bawah, jauh lebih rendah dibanding perkiraan
sebelumnya yang berkisar 8% – 9% (yoy). Koreksi proyeksi tersebut terutama mempertimbangkan kondisi
dinamika perekonomian yang telah maupun yang akan terjadi dalam perekonomian Papua, terutama pada sektor
Pertambangan yang secara dominan yang mempengaruhi perekonomian Papua.

Dari sisi inflasi, asesmen pada periode kali ini masih mempertahankan proyeksi sebelumnya, dimana inflasi akhir
tahun 2016 akan berada pada interval 3,8 – 4,8% (yoy) dengan kecenderungan bias bawah. Angka proyeksi
tersebut dengan mempertimbangkan bahwa salah satu faktor pemicu inflasi lebih disebabkan oleh faktor
musiman dan tidak terdapat tekanan kebijakan harga yang signifikan hingga akhir tahun. Realisasi inflasi akan
lebih rendah jika Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dapat menjalankan peran secara optimal dalam
memitigasi risiko inflasi yang ada.

(Membahas Potensi Geografis dan Geologis Umum Papua)

(Membahas Potensi Umum Papua)

2. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH KAWASAN

2.1. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH KAWASAN

1.1.1. ARAH KEBIJAKAN NASIONAL

PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG

RKP 2015*) RKP 2016 RKP 2017 RKP 2018 RKP 2019
MEMPERCEPAT
PEMBANGUNAN
MELANJUTKAN
INFRASTRUKTUR
REFORMASI BAGI DITENTUKAN DITENTUKAN DITENTUKAN
UNTUK
PERCEPATAN DALAM PROSES DALAM PROSES DALAM PROSES
MELETAKKAN
PEMBANGUNAN PENYUSUNAN PENYUSUNAN PENYUSUNAN RKP
FONDASI
EKONOMI YANG RKP 2017 RKP 2018 2019
PEMBANGUNAN
BERKEADILAN
YANG
BERKUALITAS

Norma Pokok Pembangunan Kabinet Kerja

1. Pembangunan bersifat holistik komprehensif memperhatikan seluruh dimensi terkait

2. Pembangunan untuk manusia dan masyarakat harus memberdayakan masyarakat untuk menjadi
mandiri dan tidak menyebabkan justru menjadi masyarakat yang lemah (entitled society)

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

3. Pembangunan tidak menciptakan ketimpangan yang semakin lebar

4. Pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan ekosistem

5. Pembangunan harus mendorong tumbuh berkembangnya swasta dan tidak justru mematikan usaha
yang sudah berjalan

1.1. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Pertumbuhan Industri

1. Pengembangan perwilayahan industri di luar Pulau Jawa

2. Penumbuhan populasi industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha

3. Peningkatan daya saing dan produktivitas (nilai ekspor dan nilai tambah per tenaga kerja)

Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Luar Jawa:

1) Pengembangan potensi ekonomi wilayah, melalui percepatan industrialisasi/hilirisasi pengolahan SDA

a) Menciptakan nilai tambah;

b) menciptakan kesempatan kerja baru di bidang industri manufaktur, industri pangan, industri maritim,
dan pariwisata.

2) Percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur

3) Pengembangan SDM dan IPTEK


PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
4) Pengembangan regulasi dan kebijakan

5) Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha antara lain: Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan
pemberian insentif fiskal dan non-fiskal

a) Kebijakan Pembangunan KEK dalam RPJMN

b) Legal Formal Kawasan Ekonomi Khusus

Kebijakan terkait Revolusi Mental:

 Promosi mencintai dan memanfaatkan produk dalam negeri

 Peningkatan kemudahan dan percepatan pelayanan perijinan investasi

 Penegakan hukum dan disiplin

1.1.2. SASARAN KEBIJAKAN NASIONAL


Tabel Sasaran Kebijakan Nasional Pembangunan Wilayah Khusus

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

2014
Sasaran 2015 2016 2017 2019
(Baseline)

1. Sasaran Pertumbuhan Industri


 Industri (%) 4,70 6,10 6,90 7,40 8,60
(Realisasi dan Proyeksi) (4,63) (4,25) (5,40) (6,50) (8,00)
 Kontribusi dalam PDB
(%) 20,70 20,80 21,00 21,10 21,60

(Realisasi dan Proyeksi) (21,01) (20,84) (20,95) (21,35) (21,76)

2. Sasaran Pembangunan Kawasan Industri/KEK


a. Kawasan Ekonomi
7 lama 10 lama 12 lama
Khusus (KEK) di Luar
Jawa 7 7 + + +
3 baru 2 baru 2 baru
b. Kawasan Industri
n.a n.a n.a 14 14

PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG

Sebaran Kawasan Ekonomi

2.2. PERANAN DAN KEDUDUKAN KAWASAN STRATEGIS DALAM PERCEPATAN


PEMBANGUNAN WILAYAH PAPUA MENUJU PAPUA SEJAHTERA 2016-2019

1.1.3. ARAH KEBIJAKAN PAPUA SEJAHTERA

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

Penataan Peningkatan
Kelembagaan & Akses dan
Regulasi, dan Kualitas
Tanah Ulayat Pendidikan

Peningkatan
Pengembangan
Akses dan Mutu
Industri Lokal &
Pelayanan
Strategis
Kesehatan
Papua
Sejahtera
Penguatan
Pengelolaan
Ekonomi Lokal
Sumber Daya
Berbasis Wilayah
Alam Unggulan
Adat

Pengembangan Percepatan
Konektivitas Pembangunan
Wilayah Infrastruktur Dasar

Papua Sejahtera

Kebijakan Papua sejahtera menekankan pada pemberdayaan serta peningkatan kapasitas sumberdaya manusia
Orang Asli Papua (OAP). Segala rangkaian kegiatan pembangunan berorientasi kepada peningkatan kualitas
pembangunan pulau papua pada pada umumnya dan pegunungan tengah (daerah tertinggal) pada khususnya,
dengan melalui pendekatan antropologis, lintas sektor berbasis wilayah adat. “Kebijakan Pengembangan
Wilayah/Kasawasan Strategis dan Pendukungnya” yang dibahas pada bagian laporan ini termasuk ke dalam
arah kebijakan Pengembangan Industri Lokal dan Strategis.
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
Kebijakan Pengembangan industri lokal dan strategis melibatkan berbagai sektor dan pemangku kepentingan.
Pemangku kepentingan dalam arahan kebijakan ini antara lain;

1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional


a. Direktorat Pendidikan Ilmu Pengetahuan Teknologi & Kebudayaan,
b. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial,
c. Direktorat Pengembangan usaha kecil menengah dan koperasi,
d. Direktorat Industri Pariwisata dan Ekonomi kreatif,
e. Direktorat Kelautan dan perikanan.
f. Direktorat Sumber Daya energi mineral dan pertambangan
g. Direktorat Daerah tertinggal transmigrasi dan perdesaan,
h. Direktorat Jasa Keuangan dan BUMN
2. Kementerian Perindustrian
3. Kementerian Perdagangan,
4. Kementerian BUMN
5. Badan Koordinasi Penanaman Modal,
6. Kementerian Pembangunan Desa Tetinggal dan Terpencil
7. Kementerian Kelautan dan Perikanan
8. Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral
9. Pemerintah Provinsi
10. Pemerintah Kabupaten/Kota

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

Dapat dilihat di atas terdapat banyak pemangku kepentingan dalam pengembangan industri lokal dan strategis
sehingga diperlukan kelembagaan yang dapat mengkoordinasikan dan mengintegrasikan aksi pemerintah
pusat, pemerintah daerah, masyarakat/Swasta.

1.1.4. SASARAN KEBIJAKAN PAPUA SEJAHTERA


Pada sub-bagian sebelumnya telah dibahasa mengenai pendayagunaan dan pengembangan kapasitas
Sumberdaya Manusia OAP dan orientasi pegunungan tengah dengan pendekatan antropologis, secara lintas
sektor dan berbasis wilayah adat. Pada kenyataannya pengembangan wilayah/kawasan strategis masih lebih
terfokus pada daerah di luar pegunungan tengah. Namun hal tersebut tidak mengurangi tujuan untuk
meningkatkan kualitas pembangunan secara menyeluruh di pulau Papua. Berikut ini table sebaran Kawasan
Khusus di Wilayah Papua

Tabel Sebaran Kawasan Khusus Wilayah Papua

No Jalur Konsep Status


Lokasi Pelabuhan
. Pengembangan Kawasan
1 Utara KEK-
Raja Ampat Pariwisata Nasional
Pariwisata
2 Industri,
Jayapura Perdagangan, dan K-Industri Nasional
Jasa
3 Kws. Eko
Kawasan
Keerom Perbatasa
Perbatasan
n
4 KEK-
Biak Perikanan Nasional
Industri
5 Kws. Eko
Kawasan
Oksibil Perbatasa
Perbatasan
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DANn INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
6 Zona-
Wamena Tanaman Pangan
Industri
7 Selata
Pelabuhan utama
n KEK-
Sorong Kawasan Industri Internasional/Regio
Industri
nal

8 Dukungan
Kawasan-
Teluk Bintuni Pengelolaan Gas Pelabuhan Khusus
Industri
Tangguh
9
Dukungan Pelabuhan Utama
Timika/Pomak Kawasan-
Pengelolaan/Hiliris Internasional/Regio
o Industri
asi PTFI nal

10 KEK-
Tanaman Pangan
Merauke Industri Nasional
dan Industri
Agro
Dari table diatas dapat diperhatikan bahwa terdapat 10 kawasan khusus di wilayah papua, dalam pelaporan kali
ini dibatasi pada 5 kawasan strategis antara lain; Kawasan Industri teluk bintuni, Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional Raja Ampat, Kawasan Ekonomi Khusus Sorong, Kawasan Strategis Energi Pangan Merauke, dan
Kawasan Industri-Pelabuhan Terpadu Pomako-Timika.

Sebaran kawasan ekonomi

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

Gambar Sebaran Kawasan Khusus

Berdasarkan gambar diatas terdapat 3 Kawasan Khusus di Provinsi Papua Barat dan 7 Kawasan Khusus di
Provinsi Papua.

2.3. DASAR HUKUM PENGEMBANGAN KAWASAN KHUSUS

1.1.5. DASAR HUKUM KAWASAN EKONOMI KHUSUS


Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 yang dimaksud adalah tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Undang-undang ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa untuk mempercepat pengembangan
PENGEMBANGAN
ekonomi di wilayah WILAAH/KAWASAN STRATEGIS
tertentu yang bersifat strategis bagi DAN INFRASTRUKTUR
pengembangan PENDUKUNG
ekonomi nasional dan untuk menjaga
keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi nasional, perlu dikembangkan KEK. KEK adalah
kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi perekonomian
tersebut meliputi kegiatan menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

Bentuk zonasi Kawasan Khusus terbagi ke dalam 2 jenis, yakni :

• Single Zone: KEK yang hanya terdiri atas satu zona

• Multi Zone: KEK yang terdiri atas lebih dari satu zona

Jenis Zona dalam kawasan khusus terdiri dari,

a. Zona Pengolahan Ekspor, yakni area yang diperuntukkan bagi kegiatan logistik
dan industri yang produksinya ditujukan untuk ekspor.

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

b. Zona Logistik, yakni area yang diperuntukkan bagi kegiatan penyimpanan,


perakitan, penyortiran, pengepakan, pendistribusian, perbaikan, dan
perekondisian permesinan dari dalam negeri dan dari luar negeri.

c. Zona Industri, yakni area yang diperuntukkan bagi kegiatan industri yang
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau
barang jadi, serta agroindustri dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri yang produksinya untuk ekspor dan/atau untuk dalam negeri.

d. Zona Pengembangan Teknologi, yakni area yang diperuntukkan bagi kegiatan riset
dan teknologi, rancang bangun dan rekayasa, teknologi terapan,
pengembangan perangkat lunak, serta jasa di bidang teknologi informasi.

e. Zona Pariwisata, yakni area yang diperuntukkan bagi kegiatan usaha pariwisata
untuk mendukung penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan,
perjalanan insentif dan pameran, serta kegiatan yang terkait.

f. Zona Energi, yakni area yang diperuntukkan antara lain untuk kegiatan
pengembangan energi alternatif, energi terbarukan, teknologi hemat energi,
dan pengolahan energi primer.

g. Zona Ekonomi lain, dapat berupa Zona industri kreatif dan Zona olahraga.
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
Adapun lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi KEK harus memenuhi kriteria berikut :

1) Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;
2) Pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK;
3) Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur
pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; dan
4) Mempunyai batas yang jelas.

Pengusulan KEK ini sesuai dengan UU Nomor 39 Tahun 2009 dapat diusulkan oleh badan usaha (Pihak Swasta,
BUMN), Pemerintah Kabupaten dan Provinsi serta dalam hal tertentu, Pemerintah (Kementerian/LPNK) dapat
menetapkan suatu wilayah sebagai KEK tanpa melalui proses pengusulan. Usulan sebagaimana dimaksud
dilengkapi persyaratan berikut :
1. Peta lokasi pengembangan serta luas area yang diusulkan dan terpisah dari permukiman penduduk;

2. Rencana tata ruang KEK dilengkapi dengan peraturan zonasi;

3. Rencana dan sumber pembiayaan;

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

4. Analisis mengenai dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

5. Hasil studi kelayakan ekonomi dan finansial; serta

6. Jangka waktu suatu KEK dan rencana strategis Pengembangan KEK.

Pengusulan yang telah dilengkapi dengan persyaratan diatas diajukan ke Dewan Nasional Kawasan Ekonomi
Khusus (DEN KEK) yang selanjutnya DEN KEK dapat menyetujui atau menolak usulan pembentukan KEK setelah
melakukan pengkajian atas usulan tersebut. Kemudian setelah dilakukan pengkajian serta penilaian apabila
mendapat persetujuan DEN KEK akan diajukan ke Presiden untuk ditetapkan menjadi Peraturan
Pemerintah.Untuk menyelenggarakan kegiatan Kawasan Ekonomi Khusus diatur dalam Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 2 Tahun 2011. PP tersebut mengatur penyelenggaraan KEK dengan berikut persyaratan teknis
maupun administrasi serta pihak yang akan mengelola KEK.

Kawasan Ekonomi Khusus sebagaimana diamanatkan dalam kebijakan RPJMN tahun 2015-2019 bidang
ekonomi disebutkan bahwa penetapan kawasan strategis nasional sebagai upaya untuk memacu pusat-pusat
pertumbuhan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk komoditas unggulan yang berasal dari desa-
desa, wilayah-wilayah tertinggal, dan kawasan perbatasan, serta melancarkan distribusi pemasaran baik
nasional maupun global melalui pembentukan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, seperti; Kawasan Ekonomi
Khusus, Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, Kawasan Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan
penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya.

PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN
Pusat-pusat pertumbuhan STRATEGIS
ekonomi dimaksud DAN INFRASTRUKTUR
didalam Rencana PENDUKUNG
Tata Ruang Wilayah Nasional (PP Nomor 26
Tahun 2008), disebut kawasan andalan, dimana Kabupaten Sorong ditetapkan sebagai Kawasan Andalan
Sorong dan sekitarnya dengan cakupan wilayah Kabupaten Sorong, Kota Sorong, sebagian Kabupaten Sorong
Selatan, dan sebagian Kabupaten Kepulauan Raja Ampat. Kawasan Andalan Sorong dan ditetapkan dengan
sektor unggulan: kehutanan, pertambangan, perikanan laut, dan industri. Demikian juga koridor MP3EI
(Perpres Nomor 32 Tahun 2011) ditegaskan juga kegiatan ekonomi utama koridor Ekonomi Papua – Kepulauan
Maluku yaitu Pertanian Pangan - MIFEE (Merauke Integrated Food & Energy Estate) yang sekarang lebih dikenal
dengan nama KSEP (Kawasan Strategis Energi dan Pangan), Tembaga, Nikel, Migas, dan Perikanan.

1.1.6. DASAR HUKUM KAWASAN INDUSTRI


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN INDUSTRI.

Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri. Perusahaan Kawasan
Industri merupakan perusahaan yang mengusahakan pengembangan dan pengelolaan kawasan Industri.
Komite Kawasan Industri dibentuk oleh Menteri dengan tugas membantu dalam pelaksanaan kebijakan
pengembangan dan pengelolaan Kawasan Industri.

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

Wilayah Pengembangan Industri, yang selanjutnya disebut WPI adalah pengelompokan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan keterkaitan ke belakang (backward) dan keterkaitan ke depan
(forward) sumber daya dan fasilitas pendukungnya, serta memperhatikan jangkauan pengaruh kegiatan
pembangunan Industri.

Fungsi kawasan industri antara lain adalah untuk

a. mempercepat penyebaran dan pemerataan pembangunan Industri;


b. meningkatkan upaya pembangunan Industri yang berwawasan lingkungan;
c. meningkatkan daya saing investasi dan daya saing Industri;dan
d. memberikan kepastian lokasi sesuai tata ruang.

Pembangunan Kawasan Industri sebagaimana dimaksud, harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.

Kewenangan Menteri Kewenangan Gubernur/Walikota


a. pengaturan, pembinaan, dan pengembangan a. perencanaan pembangunan Kawasan Industri;
Kawasan Industri; b. penyediaan infrastruktur Industri;
b. perencanaan pembangunan Kawasan Industri; c. pemberian kemudahan dalam
c. penyediaan infrastruktur Kawasan Industri; perolehan/pembebasan lahan pada wilayah daerah
d. prakarsa pembangunan Kawasan Industri oleh yang diperuntukkan bagi pembangunan Kawasan
Pemerintah; Industri;
e. penetapan standar Kawasan Industri; d. pelayanan terpadu satu pintu sesuai dengan
f. penetapan pedoman teknis pembangunan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Kawasan Industri; e. pemberian insentif dan kemudahan lainnya sesuai
g. fasilitasi penyelesaian permasalahan terkait dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
pendirian dan pengembangan Kawasan Industri f. penataan Industri untuk berlokasi di Kawasan
dapat berupa tanah, infrastruktur, air baku, Industri; dan
energi, ketenagakerjaan, dan perizinan; g. pengawasan pelaksanaan pembangunan Kawasan
h. penetapan suatu Kawasan Industri sebagai Industri.
obyek vital nasional sektor Industri;
i. penetapan pedoman
PENGEMBANGAN referensi harga jual
WILAAH/KAWASAN atau
STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
sewa kaveling dan/atau bangunan Industri di
Kawasan Industri atas usul Komite Kawasan
Industri; dan
j. pembentukan Komite Kawasan Industri.
Pembangunan Kawasan Industri dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk badan hukum, dapat berbentuk
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD); b. Koperasi; atau c. Perseroan
Terbatas.

Kawasan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dibangun dengan luas lahan paling sedikit 50 (lima
puluh) hektar dalam satu hamparan. (2) Dalam hal Kawasan Industri diperuntukkan bagi Industri Kecil dan
Industri Menengah dapat dibangun dengan luas lahan paling sedikit 5 (lima) hektar dalam satu hamparan.

Pedoman teknis pembangunan Kawasan Industri, ditetapkan oleh kementerian, paling sedikit memuat: a.
pemilihan lokasi; b. perizinan; c. pengadaan tanah; d. pematangan tanah; e. pembangunan infrastruktur; dan f.
Pengelolaan. Kesemuanya terdiri dari Infrastruktur Industri dan Infrastruktur penunjang. Aspe infrastruktur
yang termasuk infrastruktur industri adalah infrastruktur vital yang mempengaruhi kegiatan industri secara
langsung, seperti energi kelistrikan, telekomunikasi, sediaan sumber daya air, sanitasi dan jaringan transportasi.
Sedangkan untuk untuk infrastruktur pendukung adalah infrastruktur tambahan yang mendukung kegiatan
industri secara tidak langsung, seperti perumahan, prasarana diklat, prasarana litbang, prasarana kesehatan,
pemadam kebakaran dan tempat pembuangan sampah.

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

Perusahaan Kawasan Industri wajib menyediakan infrastruktur dasar di dalam Kawasan Industri, paling sedikit
meliputi: a. instalasi pengolahan air baku; b. instalasi pengolahan air limbah; c. saluran drainase; d. instalasi
penerangan jalan; dan e. jaringan jalan.

1.1.7. DASAR HUKUM KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL


Bentuk daerah wisata dalam PP No.50/2011 terdiri dari DPN (Destinasi Pariwisata
Nasional) dan KSPN. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) adalah kawasan yang
memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata
nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya
dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

KSPN ditentukan dengan kriteria:

a) memiliki fungsi utama pariwisata atau potensi pengembangan pariwisata;


b) memiliki sumber daya pariwisata potensial untuk menjadi Daya Tarik Wisata
unggulan dan memiliki citra yang sudah dikenal secara luas;
c) memiliki potensi pasar, baik skala nasional maupun khususnya internasional;
d) memiliki posisi dan peran potensial sebagai penggerak investasi;
e) memiliki lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan dan keutuhan wilayah;
f) memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup;
g) memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset
budaya, termasuk di dalamnya aspek sejarah dan kepurbakalaan;
h) memiliki kesiapan dan dukungan masyarakat;
i) memiliki kekhususan dari wilayah;
j) berada di wilayah tujuan kunjungan pasar wisatawan utama dan pasar wisatawan
potensial nasional; dan
k) memiliki potensi kecenderungan produk wisata masa depan.
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG

3. KAWASAN INDUSTRI TELUK BINTUNI

Sesuai dengan Arah Kebijakan Pengembangan Industri dan Strategi Pengembangan Perwilayahan Industri yang
tercantum dalam RPJMN 2015-2019, maka Pemerintah menetapkan Kawasan Industri Teluk Bintuni sebagai
salah satu dari 14 kawasan industri baru yang akan dikembangkan oleh Pemerintah dalam kurun waktu 2015-
2019.

Kawasan Industri Teluk Bintuni ini terdiri dari lahan seluar 2.344 Ha dan terletak di Desa Onar Baru, Distrik
Sumuri, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Potensi investasi sekitar Rp 32, 5 triliun (USD 2,81 miliar)
dengan bidang usaha utama adalah industri migas dan industri petrokimia berbasis gas. Pada bulan Maret
tahun 2015, Kementerian BUMN telah menunujuk PT. Pupuk Indonesia sebagai badan pengelola kawasan
industri ini dengan industri pupuk sebagai potensi industri jangka (anchor industry). Potensi penyerapan
tenaga kerja dari pembangunan Kawasan Industri Teluk Bintuni ini bisa mencapai 51 ribu orang. Infrastruktur
yang harus dibangun untuk memenuhi kriteria pembangunan kawasan indutsri ini, antara lain :
(1) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 300 MW
(2) Akses Jalan Sepanjang 25 Km dari Jalan lintas Provinsi ke Kawasan Industri,

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

(3) Pelabuhan Trestle sepanjang 5 km dengan kapasitas 50.000 DWT,


(4) Pembangunan perumahan untuk pekerja,
(5) Pembangunan Rumah Sakit untuk pekerja, Sekolah Kejuruan dan Akademi Komoditas.

KSPN
Raja Ampat

Manokwari

PAPUA BARAT

Indikasi KEK
Jayapura
Sorong Kawasan Industri
Teluk Bintuni PAPUA

Indikasi KEK
Merauke

Gambar 8. 1 Kawasan Industri Teluk Bintuni

Beberapa progres pembangunan Kawasan Industri Teluk Bintuni, antara lain :


1. Status lahan sudah dalam bentuk APL (Area Penggunaan Lahan);
2. Sudah dilakukanWILAAH/KAWASAN
PENGEMBANGAN pengukuran lahan olehSTRATEGIS
BPN ProvinsiDAN
Papua Barat;
INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
3. Penyusunan Perda tentag penetapan tanah hak ulaya marga agofa;
4. Penunjukkan dan penugasan oleh Menteri BUMN kepada PT. Pupuk Indonesia sebagai pengelola KI Teluk
Bintuni seluas 2.112 Ha.

Adapun beberapa masalah yang harus dihadapi, di antaranya :


1. Penyelesaian Hak Ulayat;
2. Relokasi Penduduk setempat sebanyak 72 KK;
3. Belum adanya akses jalan ke Kawasan Industri tersebut (±30km)
4. Belum ada ketersediaan jaringan listrik dan power plant (±200 MW, secara bertahap);
5. Belum ada ketersediaan air baku (kebutuhan ±2000 L/detik)

Dari progres dan permasalahan yang dihadapi dalam proses pembangunan Kawasan Industri Teluk Bintuni ini,
diperlukan beberapa Rencana Aksi yang harus segera dilaksanakan, seperti :
1. Penyusunan AMDAL;
2. Joint Study PT. PIHC dan BP Berau;
3. Penyusunan RDTR sekitar Kawasan Industri;

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

4. Pendidikan dan Pelatihan SDM lokal dan bantuan peralatan, pengelasan, electrical, dan permesinan.

Gambar 8. 2 Lokasi Kawasan Industri Petrokimia Teluk Bintuni

PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG

Gambar 8. 3 Peta Zonasi Kawasan Industri Teluk Bintuni

Pembangunan Kawasan Industri Teluk Bintuni tidak terlepas dengan pemasokan gas dari LNG BP Tangguh yang
telah beroperasi dari tahun 2009 dengan dioperasikan oleh BP Berau Ltd. dengan dua anak perusahaan.
Adapun permasalahan lain yang menghambat pembangunan Kawasan Industri Teluk Bintuni ini adalah
persoalan pasokan gas terutama penentuan harga gas yang menghambat pengelola kawasan, yakni PT. Pupuk
Indonesia untuk segera berinvestasi di kawasan ini, mulai dari proses pembebasan tanah. Untuk
menanggulangi persoalan tersebut, Kementerian Perindustrian berupaya untuk mempercepat pembangunan
kawasan industri ini yang akan focus terhadap 3 (tiga) hal, yaitu alokasi dan harga gas, pembebasan dan
pengelolaan lahan, serta Penyertaan Modal Negara (PMN).

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

Selain itu, beberapa fokus dari LNG Tangguh (BP) di Teluk Bintuni, antara lain :
1. Sedang disiapkan pembangunan train-3 kapasitas produksi 3,8 juta ton/tahun,
2. Alokasi komitmen penjualan untuk domestic 40% (PLN), ekspor 25% (kansai), dan saat ini masih mencari
calon pembeli untuk 35% volume lainnya yang dapat memberikan harga terbaik
3. Kebutuhan gas train-3 akan dipasok dari lapangan gas Vorwata, Wiriagar Deep, Roabiba, Ofaweri
(diperkirakan sebesar 3.13 TSCF)
4. Total biaya investasi (capex) US $ 11,143.0 juta, opex sebesar US $ 2,706.0 juta
5. Kilang LNG train-3 direncanakan akan dibangun mulai tahun 2016, dan sesuai komitmen dengan pembeli
LNG diharapkan dapat dioperasikan mulai tahun 2010.

PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG

Gambar 8.40 LNG Tangguh di Teluk Bintuni

3.1. PERKEMBANGAN PENETAPAN KAWASAN INDUSTRI BINTUNI

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah sepakat untuk
menekan harga gas bagi industri petrokimia yakni sampai dengan di bawah USD6 per MMBTU.
Kementerian ESDM telah menyepakati dua industri yang bisa merasakan harga gas murah yakni
petrokimia dan pupuk. Khusus untuk industri pupuk Kementerian ESDM akan membahas mendalam
lagi.

Harga gas untuk industri lainnya seperti sarung tangan karet, baja, kaca, keramik,
dan oleochemical masih akan dibahas kembali. Pemerintah akan mempercepat pembentukan
formulasi harga gas untuk kelima indusri tersebut dengan membentuk tim kecil sehingga akhir
November ini pemerintah sudah bisa memutuskan harga gas untuk kelima industri tersebut. Tim kecil
tersebut beranggotakan Dirjen Perindustrian, Dirjen ESDM, dan Deputi BUMN. Seluruh industri yang
masuk Perpres 40 Tahun 2016 akan mendapatkan kepastian besaran harga gas yang mereka pakai.

Industri pengguna gas sebagai bahan pokok menanti penurunan harga gas semurah-murahnya.
Murahnya harga gas bisa memberikan multiplier efek yang besar bagi penerimaan negara, kemajuan
industri, sampai peningkatan tenaga kerja. Penurunan harga gas di bawah USD6 per MBTU akan

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

meningkatkan struktur biaya industri secara signifikan. Penurunaan biaya industri tersebut akan
berdampak pada dengan daya saing produk. Serta dapat meningkatkan pendapatan negara sektor
pajak. Sebagai contoh, bila penurunan harga gas bumi sebesar 47 persen atau berkisar USD5 per-
MMBTU, maka penerimaan negara dari pajak serta turunan industri tercatat sebesar Rp21,3 triliun.
Sedangkan, bila penurunan gas sebesar 68 persen atau di bawah USD5 per MMBTU, penerimaan
negara diperkirakan mencapai Rp31,97 triliun. Kebijakan penurunan gas juga diperkirakan akan
meningkatkan industri domestik, nilai tambah, dan penyerapan tenaga kerja yang signifikan.

Kemenko Perekonomian menyampaikan metode menurunkan harga gas, salah satu caranya
adalah dengan menurunkan pengembalian biaya operasi atau cost recovery. Selain itu,
perusahaan gas perlu menurunkan biaya belanja modal (capital expenditure/capex) dan biaya
operasional (operational expenditure/opex).

Pemerintah berencana membangun infrastruktur gas di timur Indonesia dengan pola virtual
pipeline yang akan dibangun di empat kluster. Adapun langkah itu diambil guna meningkatkan
ketersediaan infrastruktur migas yang memadai di Indonesia. Virtual pipeline direncanakan akan
dibangun dalam empat kluster di wilayah yang belum memiliki infrastruktur gas. Kluster-kluster
tersebut meliputi kluster I wilayah Papua dan Papua Barat, kluster II yaitu wilayah Maluku,
Maluku Utara, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Lalu, kluster III adalah wilayah NTT, NTB
dan Sulawesi Selatan serta Cluster IV yaitu wilayah Natuna dan Kalimantan Barat.
Pembangunan virtual pipeline akan dilelangkan dan pemerintah mensyaratkan agar Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) harus menjadi bagian dari konsorsium yang akan melakukan
pembangunan.

Kluster I di Papua memiliki kebutuhan listrik sebanyak 630 megawatt (MW) dan kebutuhan gas
138 MMSCFD. Kluster II di Maluku dan Sulawesi, rencana pembangkit 875 MW dan kebutuhan
gasnya sebesar 230 MMSCFD. Sementara untuk kluster III di NTT dan NTB, berencana
membangun pembangkit 1.750 MW dan kebutuhan gasnya sebesar 283 MMSCFD. Lalu, kluster
IV yaitu di Natuna,WILAAH/KAWASAN
PENGEMBANGAN berencana rencanaSTRATEGIS
membangun DANpembangkit 495 MWPENDUKUNG
INFRASTRUKTUR dan kebutuhan gasnya
hanya sebesar 49 MMSCFD.

Adapun percepatan penurunan harga gas itu juga penting lantaran industri kaca dan gelas mulai
menunjukkan minatnya untuk pindah ke Malaysia. Oleh karena mahalnya harga gas membuat
produk industri kaca bersih tidak kompetitif. Tentu kondisi semacam ini perlu diperhatikan secara
seksama karena geliat perindustrian di dalam negeri sangat diperlukan guna mengakselerasi
perekonomian Indonesia di masa yang akan datang.

Pengaruh harga gas bagi industri sangat besar karena bisa membuat industri tumbuh secara
maksimal dan meningkatkan daya saingnya. Peningkatan daya saing menjadi diperlukan
mengingat sekarang ini persaingan semakin sengit, utamanya ketika memasuki era Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA).

3.2. KONDISI GEOGRAFIS DAN DELINIASI PERENCANAAN KAWASAN STRATEGIS

3.3. STATUS PERENCANAAN PENATAAN RUANG

3.4. KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

3.5. ASPEK PEMBIAYAAN

3.6. ASPEK KELEMBAGAAN

4. KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL RAJA AMPAT

Dari segi pengembangan pembangunan daerah, kepulauan Raja Ampat memiliki


potensi keanekaragaman sumberdaya baik alam maupun budaya yang bermanfaat
untuk kepentingan berbagai sektor. Berdasarkan keanekaragaman potensi masing-
masing wilayah, pemerintah kabupaten merencanakan pengembangan wilayah untuk
empat sektor, yaitu pariwisata, perkebunan, pertambangan, dan perikanan. Adapun
untuk pengembangan di bidang pariwisata, pemerintah rencananya akan
mengembangkan di Pulau Kofiau, Misool, Waigeo Selatan dan Barat, serta Kepulauan
Ayau. Oleh karena itu guna mengakomodasi pengembangannya, diperlukan data dan
informasi potensi sumberdaya utama yang akan menjadi dasar dalam pengembangan
Raja Ampat sebagai destinasi wisata antara lain mencakup :
1. Potensi Wisata
Dalam upaya menilai suatu potensi kelayakan destinasi wisata, perlu ditinjau
beberapa komponen utama, antara lain :
a. Daya tarik dan atraksi
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
Kabupaten Raja Ampat yang berasal dari Pulau Misool, Salawati, Batanta dan
Waigeo, 85% dari luas wilayahnya merupakan lautan, sisanya merupakan pulau-
pulau sebanyak kurang lebih 620 pulau. Dari segi potensi sumber daya alamnya,
Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah
satu dari 10 perairan terbaik untuk lokasi selam di seluruh dunia karena ciri
khas keanekaragaman flora dan fauna bawah airnya. Dengan luas sekitar 43.000
km2 ini kepulauan Raja Ampat berdasarkan hasil penelitian memiliki sedikitnya
1.084 spesies ikan, 537 jenis kerang keras dan 699 kerang-kerangan, dan
sekaligus menempatkan Raja Ampat sebagai wilayah yang memiliki
keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia. Hal ini mengingat bahwa hingga
saat ini kondisi karang di Raja Ampat 60% dalam kondisi sangat baik, dan dari
jenis karang tersebut di antaranya merupakan jenis karang yang belum pernah
ditemukan di tempat lain.

Sedangkan untuk potensi sumber daya budaya, penduduk Kepulauan Raja


Ampat yang tersebar di 37 pulau terdiri dari penduduk asli berasal dari
Kelompok besar etnik yang bermukim di wilah Kabupaten Raja Ampat adalah
“Maya” dan “Biak”. Hasil pendataan (2004) Kabupaten Raja Ampat bahwa etnik
“Maya” terdiri atas 7 sub-etnik, dan etnik “Biak” terdiri atas 5 subetnik,
ditambah lagi dengan etnik Maluku Utara, dan Bugis-Makassar. Ke 14 sub enik

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

tersebut, masing-masing memiliki keanekaragaman kehidupan social budaya


beserta lansekap budaya sebagai ciri khas masyarakat Raja Ampat.

b. Aksesibilitas
Sebagai kabupaten yang berupa daerah kepulauan, kemudahan untuk
mencapai Raja Ampat sudah dimiliki dan masih terus dapat dikembangkan.
Satu-satunya transportasi antarpulau dan penunjang kegiatan masyarakat Raja
Ampat adalah angkutan laut. Transportasi udara sementara hanya sampai Kota
Sorong, dan dilanjutkan menuju Raja Ampat seperti ke pulau utama Waisai atau
Waigeo dengan menggunakan transportasi laut berupa kapal cepat dalam
waktu sekitar dua jam. Dapat dikatakan bahwa berbagai kemudahan yang
diperlukan hingga saat ini sudah dapat dinikmati dengan segala keterbatasan
baik dari segi kualitas dan frekuensi pelayanannya untuk jaringan transportasi
darat, sungai, dan laut yang menghubungkan kampong, distrik, dan kota
(termasuk Ibukota Kabupaten), demikian juga dengan prasarana dan sarana lain
seperti komunikasi, listrik, air bersih, pembuangan sampah dan drainase.

c. Amenitas
Demikian juga untuk jasa layanan akomodasi dan restoran atau rumah makan,
di beberapa pulau sudah tersedia namun terbatas baik yang disediakan oleh
pemerintah setempat seperti di Pulau Waigeo maupun oleh swasta seperti di
Pusat Diving Pulau Waisai. Sedangkan sarana dan fasilitas pendukung seperti
pos, bank, internet, rumah sakit, pos polisi serta sarana khusus lainnya hanya
tersedia
PENGEMBANGAN di Pulau Waigeo,
WILAAH/KAWASAN sedangkan
STRATEGIS di INFRASTRUKTUR
DAN pulau lainnya belum lengkap tersedia.
PENDUKUNG

2. Potensi Pasar
Wisatawan sebagai target pasar dalam penyelenggaraan pariwisata merupakan
prioritas pertama yang penting untuk diperhatikan. Hasil kajian WTO (2006)
menyatakan bahwa lebih dari 60% minat wisatawan dunia mengalami perubahan
dari sisi permintaan wisatawan, yang harus dipertimbangkan oleh destinasi
meliputi antara lain :
a. Perubahan dari Wisata masal (mass tourism) ke wisata minat khusus
(special interest).
b. Perubahan dari wisata untuk memperoleh suasana berbeda ke wisata untuk
memperoleh pengalaman yang unik dan berkualitas.
c. Keinginan berinteraksi dengan masyarakat lokal semakin tinggi.
d. Pengeluaran wisatawan lebih disenangi kepada aspek wisata yang memiliki
unsur upaya pelestarian dan konservasi (sustainable), serta pemahaman
(education).

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

3. Potensi Masyarakat dan Lingkungan


Luas wilayah kabupaten ini diperhitungkan 46.108 km 2 atau 4.610.800 hektar. Dari
luasan ini sebagian besar yakni seluas 40.108 km 2 atau 87% merupakan perairan
laut, dan sebagian kecil sisanya yakni 6.000 km 2 atau 13% merupakan daratan. Di
antara wilayah seluas 4.610.800 ha ini, seluas 488.000 ha telah dikukuhkan menjadi
6 areal konservasi, dengan status 5 kawasan cagar alam (CA), dan 1 kawasan suaka
marga satwa laut (SML).

Jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat adalah 47.771 jiwa tersebar di 88


kampung dan 10 distrik. Potensi kehidupan sosial budaya masyarakatnya lebih dari
80% berkaitan erat dengan potensi sumberdaya perairan laut yang sangat dominan.
Mereka bekerja sebagai nelayan yang menggantungkan hidupnya pada sumber
daya kelautan dan perikanan. Apabila pada saat laut sangat berombak, masyarakat
Raja Ampat menghabiskan sebagian besar waktu mereka merawat kebun mereka
yang menghasilkan sagu, keladi dan pisang, dan juga pinang, mangga, langsat dan
durian.

Sistem kekerabatan diantara masyarakat kepulauan Raja Ampat sangat tinggi dan
pada umumnya masyarakat dengan kekerabatan yang sama hidup secara
berkelompok. Kehidupan masyarakat Raja Ampat dalam menjaga dan
mengeksploitasi lingkungan sekitarnya terlihat di beberapa wilayah dilakukan
secara bijak. Nilai-nilai kearifan lokal yang hingga saat ini masih dilakukan tersebut
tercermin dari adat istiadat dalam menentukan batas-batas wilayah ulayat, hak
nelayan luar, ukuran komoditas laut yang diizinkan ditangkap, waktu pengambilan
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
(sasi gereja) untuk beberapa jenis hewan laut. Sistem sasi merupakan bagian dari
budaya komunitas-komunitas di Raja Ampat.

Sasi merupakan mekanisme dirancang untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya


alam. Berdasarkan saran dan masukan dari para anggota masyarakat, pihak hirarki
marga bisa memutuska untuk memanfaatkan (buka sasi) atau mengkonservasi
(tutup sasi) sumberdaya-sumberdaya atau daerah-daerah tertentu. Dijatuhkan
sanksi kepada mereka yang tidak mematuhi ketentuan-ketentuan tersebut. Pada
beberapa kampung ada kepercayaan dalam hubungannya dengan larangan untuk
memakan jenis-jenis hewan tertentu. Kemudian konsep “hak untuk memanfaatkan
tetapi tidak untuk memiliki” menjadi lebih popular di kalangan orang-orang asli
Raja Ampat. Hal ini merupakan jawaban atas populasi yang bertambah dan
aktivitas komersial yang mengancam status quo yang bisa bertahan lama. Kesemua
cara atau system perngelolaan tradisional ini pada dasarnya merupakan cerin
kearifan lokal dalam mendukung strategi konservasi berbasis masyarakat di
kawasan Raja Ampat.

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

4.1. PERKEMBANGAN PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL RAJA


AMPAT

Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025,


Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata menetapkan 88 (delapan puluh delapan)
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional atau KSPN yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah
satu KSPN yang ditetapkan yang terdapat di kepulauan Papua, Propinsi Papua Barat, adalah
KSPN Raja Ampat, dan sekitarnya. KSPN Raja Ampat juga merupakan salah satu dr 16 KSPN
Prioritas (Flagship 2012-2014) dalam koridor Ekonomi MP3EI.

PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS


Gambar 6.42 16 KSPNDAN INFRASTRUKTUR
Prioritas Indonesia PENDUKUNG

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

Gambar 6.43 KSPN Raja Ampat dan Sekitarnya

KSPN Raja Ampat terdiri dari gugusan pulau yang ada di wilayahnya memiliki potensi
daya tarik keanekaragaman hayati untuk dikembangkan. KSPN Raja Ampat sendiri
terletak di ujung paling barat Pulau Papua. Karena keindahan alamnya, Raja Ampat
menjadikan pariwisata terutama wisata bahari sebagai salah satu andalan kegiatan
ekonomi. Kabupaten Raja Ampat menjadi salah satu pemekaran dari Kabupatan
Sorong. Luas wilayahnya kurang lebih 46.000 kilometer persegi. Sekitar 85%
merupakan luas laut. Sisanya, sekitar 6.000 kilometer persegi, merupakan daratan.
Kabupaten ini memiliki 610 pulau. Empat di antaranya, yakni Pulau Misool, Salawati,
Batanta, dan Waigeo, merupakan pulau-pulau besar. Dari seluruh pulau, hanya 35
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
pulau yang berpenghuni. Pulau lainnya tidak berpenghuni dan sebagaian besar belum
memiliki nama.

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

Gambar 6.44 Gugusan Pulau Raja Ampat

4.2. KONDISI GEOGRAFIS DAN DELINIASI PERENCANAAN KAWASAN STRATEGIS

4.3. STATUS PERENCANAAN PENATAAN RUANG

Pengembangan pariwisata di Kabupaten Raja Ampat memiliki peluang dan manfaat


yang sangat besar. Dengan sifat kawasa yang sensitif terhadap berbagai bentuk
perubahan, pembangunan kawasan Raja Ampat sebagai kabupaten baru tetap perlu
dijalankan namun dengan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan yang tidak atau
membawa dampak minim terhadap lingkungan baik alam maupun budaya alami.
Untuk mengakomodasi hal tersebut, Pariwisata berkelanjutan merupakan salah satu
alat tepat untuk diterapkan di kawasan sensitif seperti Raja Ampat. Melalui
pendekatan konsep ekowisata dan wisata budaya, dimungkinkan percepatan
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
pembangunan di kawasan Raja Ampat dapat dijalankan dengan tetap kesejahteraan
masyarakat setempat terpenuhi, pemanfaatan sumber daya dilaksanakan dengan
berbasis pada konservasi lingkungan yang berkelanjutan, serta nilai-nilai kearifan dan
budaya lokal terlestarikan.

Untuk mencapai kondisi pembangunan dimaksud, diperlukan perancanaan matang


dengan memperhatikan aspek-aspek penting terkait :
1. Keterlibatan masyarakat pada seluruh kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pariwisata budaya. Beberapa indikator yang perlu diperhatikan dalam
melibatkan partisipasi masyarakat antara lain :
a. Membangun dan meningkatkan pemahaman, kesadaran dan penghargaan dari
stakeholder melalui proses interpretasi lingkungan alam dan budaya lokal yang
lengkap dan asli.
b. Menguatkan masyarakat setempat dalam menciptakan daya tarik dan atraksi
guna memperkenalkan alam dan budaya setempat sebagai asset yang dapat
meningkatkan proses pelestarian dan peluang ekonomi.
c. Mendorong partisipasi proaktif dan keterlibatan para pelaku di setiap level
pada proses pengembangan pariwisata.

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

d. Mendorong sektor formal dan informal dalam membangun kelembagaan


terpadu yang bertujuan mengembangkan pemasaran melalui promosi dan
kampanye lingkungan, menguatkan SDM, dan memfasilitasi kegiatan
pendampingan.
2. Daya dukung lingkungan alam, sosial dan budaya masyarakat lokal terhadap
dampak negative pariwisata sangat diperlukan. Pendekatan daya dukung (carrying
capacity) berupaya untuk membangun pemahaman (critical understanding)
terhadap dampak yang berhubungan dengan karakteristik wisata yang meliputi
jenis daya tarik dan atraksi, jumlah pengunjung, kepemilikan, tarif hingga fasilitas
dan sarana.
3. Sumberdaya manusia merupakan salah satu yang menentukan keberhasilan
penyelenggaraan pariwisata baik dari segi jumlah maupun kualitas. Untuk itu maka
proses pendidikan dan latihan serta penelitian dan pengembangan pariwisata
sangat perlu dirumuskan secara efektif dan terpadu untuk dilaksanakan secara
berkesinambungan dengan materi pengetahuan dan pemahaman penyelenggaraan
wisata budaya dan ekowisata yang tidak semata-mata untuk meningkatkan
lapangan kerja, kesempatan usaha serta perolehan devisa. Lebih penting lagi,
adalah mewujudkan pengetahuan dan pemahaman aspek pelestarian dan
multicultural yang memperkuat ketahanan dan kesatuan bangsa.
Interpertasi dan Promosi bertanggung jawab yang ditujukan untuk
4.
memperkenalkan, mensosialisasikan, dan mengampanyekan aspek konservasi,
restorasi, rekonstruksi nilai-nilai lingkungan alam dan budaya diharapkan dapat
meningkatkan dan mewujudkan kesadaran dan memperkaya informasi. Promosi
semacam ini juga diharapkan bias mengurangi beturan kepentingan antar
stakeholder
PENGEMBANGAN terhadap STRATEGIS
WILAAH/KAWASAN prinsip multicultural dan PENDUKUNG
DAN INFRASTRUKTUR berkelnajutan dalam
pengembangan pariwisata.
5. Pengendalian dan evaluasi diarahkan untuk mengawasi penyelenggaraan
pariwisata tetap mengacup pada prinsip yang ada serta dilaksanakan secara
konsekuen dan konsisten. Penyelenggaraan pariwisata bisa berhasil jika proses
pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh stakeholder dengan cara partisipatif
yang melibatkan seluruh pihak, dilakukan secara periodik, serta menggunakan alat
ukur yang meliputi pembatasan jumlah pengunjung dan aktivitas, kelestarian
lingkungan sosial dan budaya, penguatan kondisi sosial budaya dan peningkatan
ekonomi.
4.4. KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR

4.5. ASPEK PEMBIAYAAN

4.6. ASPEK KELEMBAGAAN

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

5. KAWASAN EKONOMI KHUSUS SORONG

Dalam rangka mempercepat pembangunan perekonomian di wilayah


Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat, dan untuk menunjang
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional, perlu
mengembangkan wilayah Kabupaten Sorong sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus, Wilayah Kabupaten Sorong memiliki potensi dan keunggulan secara
geoekonomi dan geostrategis.
Keunggulan geoekonomi antara lain lokasi yang diusulkan terletak di
Selat Sele yang mempunyai potensi di sektor perikanan dan perhubungan
laut. lokasi tersebutjuga sangat strategis untuk pengembangan industri
logistik, industri pengolahan ekspor, dan industri yang berbasis
pariwisata bahari, pertanian, serta pertambangan. Keunggulan
geostrategis dari wilayah Kabupaten Sorong yaitu berada pada jalur
lintasan perdagangan internasional Asia Pasifik dan Australia.
Wilayah Kabupaten Sorong merupakan wilayah otonomi khusus
sebaga,imana diatur dengan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2OO1
tentang Otonomi Khusus Bagi Wilayah Papua sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor I Tahun 2008
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Menjadi Undang-Undang. Untuk itu,
diperlukan adanya dukungan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi Papua
Barat, dan Pemerintah Kabupaten Sorong serta dunia usaha dan
masyarakat sekitar untuk membangun dan mengembangkan Kawasan
Ekonomi Khusus Sorong. Dengan demikian Kawasan Ekonomi Khusus Sorong
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
diharapkan sebagai penggerak dari salah satu pusat pertumbuhan
baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyaralat.

Berdasarkan potensi dan keunggulan yang ada, p.merintah Kabupaten


Sorong sebagai pengusul mengqiukan pembentukan Kawasan Ekonomi
Khusus Sorong. Pengusulan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus
Sorong telah memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 4
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2OO9 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus dan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2OLL
tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1O0 Tahun 2O12 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, serta telah melengkapi
persyaratan pengusulan Kawasan Ekonomi Khusus sebagaimana diatur
dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2OO9 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus dan Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2OLt tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Ktrusus sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2Ol2
tentang Perubahan Atas Peraturan 'Pemerintah Nomor 2 Tahun 2Ol1
tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

Pengusulan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus Sorong oleh


Pemerintah Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat, telah mendapat
persetujuan dari Pemerintah Frovinsi Papua Barat dan telah mengajukan
kepada Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus. Dewan Nasional
I(awasan Ekonomi Khusus setelah melakukan pengkajian, menyetujui
usulan pembentukan Kawasan Ekonomi Ktrusus Sorong dan mengajukan
rekomendasi penetapannya kepada Presiden.
Berdasarkan pertimbangan di atas, perlu ditetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sorong yang telah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Kawasan
Ekonomi Khusus.
Adapun progres tahapan-tahapan pengusulan KEK Sorong sampai per November
2016, di antaranya :
1) Batas Lahan yang akan dikembangkan tahap awal sudah meningkat dari 1.675 ha
menjadi ±2.000 ha
2) Telah ditetapkan delineasi batas Kawasan Ekonomi Khusus Sorong (Distrik Arar)
yang baru oleh Menko Kemaritiman dan Sumber Daya
3) Saat ini telah diproses Peraturan Pemerintah tentang Penetapan Kawasan
Ekonomi Khusus Sorong, Papua Barat oleh Dewan Nasional KEK/Menko
Perekonomian Republik Indonesia.

Selain itu, akan dilakukan pertemuan lanjutan antara Tenaga Ahli Kelompok
Pengembangan Kawasan Industri/KEK dan Infrastruktur Papua dan Papua Barat
BappenasWILAAH/KAWASAN
PENGEMBANGAN dengan Deputi Infrastruktur
STRATEGISMenko Kemaritiman dan
DAN INFRASTRUKTUR Sumber Daya sampai
PENDUKUNG
Peraturan Pemerintah terbentuk dan diawali dengan tahap implementasi.

Dapat disimpulkan bahwa, KEK-Sorong Papua merupakan Kawasan Industri/KEK yang


terintegrasi dengan Pelabuhan dengan status Hub Internasional :
a. Paling siap untuk dikembangkan dan paling strategis melayani arus barang-
barang ekspor/import dan antar pulau sebagai bagian dari Poros Maritim dunia
(ALKI 3) dan Tol Laut di sisi Barat Jalur Selatan Papua/Papua Barat, sesuai dengan
nawacita Presiden RI yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019
b. Hilirasi Minerba sangat potensial di daerah belakang Kabupaten Sorong dan
sekitarnya ((Kabupaten Raja Ampat dan Kabupaten Bintuni).

Penetapan KEK Sorong memerlukan pertimbangan dan kajian yang matang sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku, adapun asar hukum penetapan KEK
Sorong adalah :
(1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
(2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

(3) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;


(4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
(5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus;
(6) Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup;
(7) Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
(8) Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
(9) Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus;
(10) Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional dan Dewan
Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus;
(11) Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional Kawasan
Ekonomi Khusus.
(12) Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 2016 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus Sorong
5.1. PERKEMBANGAN PENETAPAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS SORONG

Sebagaimana disepakati bahwa Kementerian Koordinator Bidang kemaritiman


sebagai instansi pengusul, maka sesuai dengan Peraturan Menko Perekonomian
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
nomor 2 tahun 2011 tentang Pedoman Pengusulan KEK, maka KEK Sorong
pengusulan KEK Sorong perlu dilengkapi oleh beberapa dokumen antara lain :
(1) Deskripsi rencana pengembangan KEK yang memuat rencana pembiayaan dan
jadwal pembangunan KEK Sorong;
(2) Peta detil lokasi pengembangan serta luas area KEK yang diusulkan;
(3) Rencana peruntukan ruang pada lokasi KEK yang dilengkapi dengan kekentuan
peraturan perundang-undangan;
(4) Sumber pembiayaan;
(5) Studi kelayakan ekonomi dan finansial;
(6) Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang sesuai dengan kekentuan
peraturan perundang-undangan;
(7) Usulan jangka waktu beroperasinya KEK dan rencana strategis pengembangan
KEK;
(8) Penetapan lokasi atau bukti hak atas tanah.

KEMENTERIAN KOORDINATOR
DEWAN NASIONAL KEK
BIDANG KEMARITIMAN
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

KONSULTASI &

REKOMENDASI
KONSULTASI
REKOMENDASI KELENGKAPAN
DOKUMEN
INSTANSI TERKAIT (K/L) DESKRIPSI
DI PUSAT (MASTERPLAN)

PEMERINTAH PROVINSI
REKOMENDASI
PAPUA BARAT
GUBERNUR AMDAL

PELAKU USAHA DI
REKOMENDASI
WILAYAH KEK SORONG
BUPATI
BUKTI PENETAPAN
PEMERINTAH LOKASI (HAK ATAS
KABUPATEN SORONG TANAH)

Gambar 6.22 Mekanisme Pengusulan KEK Sorong

Sorong, pemerintah telah mengeluarkan perintah resmi penetapan KEK Sorong, dengan dasar Peraturan
pemerintah Nomor 31 tahun 2016 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sorong.

5.2. KONDISI GEOGRAFIS DAN DELINIASI PERENCANAAN KAWASAN STRATEGIS


PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
memiliki batas sebagai berikut:
a. sebelah utara berbatasan dengan Kampung Arar,Distrik Mayamuk, Kabupaten Sorong;
b. sebelah timur berbatasan dengan Kampung Arar,Distrik Mayamuk, Kabupaten Sorong;
c. sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Jeflio,Distrik Mayamuk, Kabupaten Sorong; dan
d. sebelah barat berbatasan dengan Kampung Jeflio,Distrik Mayamuk, Kabupa.ten Sorong dan Selat Sele.

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

PENGEMBANGAN
5.3. WILAAH/KAWASAN
STATUS PERENCANAAN STRATEGIS
PENATAAN RUANGDAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG

Kawasan Ekonomi Khusus Sorong terdiri atas:


a. Zona logistik;
b. Zona Industri; dan
c. Zona Pengolahan Ekspor.

5.4. KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR

5.5. ASPEK PEMBIAYAAN

5.6. ASPEK KELEMBAGAAN

2. Dewan Nasional KEK

Sebagaimana diamanatkan pada Peraturan Menko Perekonomian nomor 2 tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan KEK bahwa pengusulan KEK bisa dari usulan Badan Usaha, pemerintah kabupaten/kota atau
provinsi (pasal 4) dan atau Penetapan KEK dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah
non kementerian (pasal 5 ayai 1). Dengan memperhatikan hal tersebut untuk KEK Sorong usulannya dilakukan
oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

Sebagaimana Peraturan Presiden nomor 33 Tahun 2010 tentang Dewan nasional dan Dewan Kawasan KEK
bahwa dalam penyelenggaraan KEK pasal 18 bahwa Dewan Kawasan dibentuk di tingkat provinsi wilayah KEK
yang diusulkan kepada Dewan Nasional dan ditetapkan melalui Keputusan Presiden. Dewan Kawasan
bertanggungjawab kepada Dewan Nasional.

Sesuai dengan Kepres No. 8 tahun 2010 tentang Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus menetapkan bahwa
susunan organisasi Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus memiliki susunan anggota :

Ketua : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Anggota : 1. Menteri Keuangan

2. Menteri Perdagangan

3. Menteri Perindustrian

4. Menteri Dalam Negeri

5. Menteri Pekerjaan Umum

6. Menteri Perhubungan

7. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

8. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

9. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal


PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG

3. Dewan Kawasan KEK Sorong

Tugas Dewan Kawasan, sebagaimana UU nomor 39 tahun 2009 adalah :

(1) Menyusun Rencana Induk Nasional KEK;

(2) Menetapkan kebijakan umum serta langkah strategis untuk mempercepat pembentukan dan
pengembangan KEK;

(3) Melakukan pengkajian atas usulan suatu wilayah untuk dijadikan KEK;

(4) Memberikan rekomendasi pembentukan KEK;

(5) Mengkaji dan merekomendasikan langkah pengembangan di wilayah yang potensinya belum
berkembang;

(6) Menyelesaikan permasalahan strategis dalam pelaksanaan, pengelolaan dan pengembangan


KEK;

(7) Memantau dan mengevaluasi keberlangsungan KEK serta merekomendasikan langkah tindak
lanjut hasil evaluasi kepada Presiden, termasuk mengusulkan pencabutan status KEK.

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

Sebagaimana Perpres nomor 33 tahun 2010, Gubernur Papua Barat sebagai Ketua Dewan Kawasan KEK Sorong
dan Bupati Sorong sebagai Wakil Ketua, adapun tugas Dewan Kawasan adalah :

(1) Melaksanakan kebijakan umum yang telah ditetapkan oleh Dewan Nasional Kawasan untuk
mengelola dan mengembangkan KEK yang ada di wilayah kerjanya;

(2) Membentuk administrator KEK di setiap KEK;

(3) Mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas


administrator KEK dalam penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu satu pintu dan
operasional KEK;

(4) Menetapkan langkah strategis penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan KEK
di wilayah kerjanya;

(5) Menyampaikan laporan pengelolaan KEK kepada Dewan Nasional setiap akhir tahun;

(6) Menyampaikan laporan insidential dalam hal terdapat permasalahan strategis kepada Dewan
Nasional.

4. Administrator Kawasan

Sebagaimana Perpres Nomor 33 tahun 2010 maka administrator kawasan KEK Sorong akan ditetapkan melalui
Keputusan Bupati Sorong, adapun tugas Administrator Kawasan adalah :

(1) Melaksanakan pemberian izin usaha dan izin lain yang diperlukan bagi pelaku usaha yang
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN
mendirikan, menjalankan STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR
dan mengembangkan usaha di KEK; PENDUKUNG

(2) Melakukan pengawasan dan pengendalian operasional KEK;

(3) Menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara berkala dan insidental kepada Dewan
Kawasan.

6.3.1.28 Badan Usaha Pengelola KEK Sorong

KEK Sorong yang diusulkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, sehingga KEMENKO BIDANG
KEMARITIMAN berkewajiban membentuk Badan Usaha Pengelola KEK Sorong.

Badan Usaha Pengelola ini dapat berbentuk konsorsium antara sektor swasta, pemerintah dan
investor/perusahaan asing, namun tetap diawasi dan disupervisi oleh Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian selaku Ketua Dewan Nasional KEK, Gubernur Papua Barat selaku Ketua Dewan Kawasan di
Provinsi Papua Barat, Bupati Sorong selaku Ketua Administrator Kawasan dan Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman selaku penanggungjawab Badan Usaha Pengelola KEK Sorong.

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

Sebagaimana disepakati bahwa Kemenko Bidang Kemeritiman akan membentuk BUMN baru yang bergerak
dalam usaha Kelautan dan Perikanan, Agroindustri (Rumput laut, Perkebunan Sagu, Kelapa Sawit,
Peternakan Sapi), Pariwisata, Trasnportasi dan Perhubungan, Industri Manufaktur.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN maka pembentukan BUMN harus
dilandasi oleh Peraturan Pemerintah (PP) sesuai dengan pasal 35 ayat 3.

PRESIDEN

Keppres BUMN DEWAN NASIONAL KEK


MENKO BIDANG
KEMARITIMAN (PUSAT)

BADAN PENGELOLA

KEK SORONG DEWAN KAWASAN KEK


MENKO BIDANG
PEREKONOMIAN (PROVINSI/KABUPATEN)

Bidang Usaha Listas Sektor :

(1) Kelautan & Perikanan ADMINISTRATOR KAWASAN


MENTERI NEGARA BUMN (2) Agroindustri
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN(3)STRATEGIS
Pariwisata DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
(KABUPATEN)
(4) Transportasi & Perhubungan
(5) Industri Manufaktur

Gambar 6.23 Kelembagaan KEK Sorong

6.3.1.29 Rekomendasi BUMN Pengelola KEK Sorong

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

Gambar 6.24 Skema Pembentukan Badan Usaha

6. KAWASAN STRATEGIS EKONOMI PANGAN MERAUKE

6.1. PEMETAAN KETERSEDIAAN DAN KESESUAIAN LAHAN

6.2. PENINGKATAN KUANTITAS & KUALITAS SDM

6.3. PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA BUDIDAYA, PEMANENAN & PENGOLAHAN


PASCAPANEN
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG

6.4. PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS PADI

6.5. PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR PENDUKUNG

6.6. PEMBANGUNAN AKSES PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN BERAS

7. KAWASAN INDUSTRI DAN PELABUHAN TERPADU POMAKO MIMIKA

7.1. PERKEMBANGAN PENETAPAN KAWASAN INDUSTRI PELABUHAN POMAKO MIMIKA

Ketetapan pembuatan smelter (tempat peleburan), meningkatkan kandungan mineral dalam produk tambang.

7.2. KONDISI GEOGRAFIS DAN DELINIASI PERENCANAAN KAWASAN STRATEGIS

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA

7.3. STATUS PERENCANAAN PENATAAN RUANG

7.4. KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR

7.5. ASPEK PEMBIAYAAN

7.6. ASPEK KELEMBAGAAN

8. INDIKASI PROGRAM

9. PENUTUP

9.1. KESIMPULAN

9.2. REKOMENDASI

PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG

Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016

Anda mungkin juga menyukai