Pengembangan Wilayah/Kawasan
Strategis dan Infrastruktur Pendukung
1. PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan II 2016 mengalami kontraksi sebesar 5,91% (yoy), lebih dalam
dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,18% (yoy) dan jauh di bawah pertumbuhan
ekonomi nasional yang mencapai 5,18% (yoy). Kontraksi tersebut disebabkan kinerja sektor pertambangan yang
tidak sebaik periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan perekonomian tersebut relatif di luar
asesmen pada Kajian triwulan lalu. Pertumbuhan ekonomi Papua triwulan selanjutnya diperkirakan tumbuh
positif seiring dengan akselerasi kinerja komponen Konsumsi dan Ekspor.
Selanjutnya, realisasi kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Papua triwulan II 2016 menunjukkan perkembangan
yang positif dan relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pagu APBD 2016 mengalami
kenaikan dibanding 2015, sementara pagu APBN 2016 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Terkait
dengan inlasi di Provinsi Papua, pada triwulan II 2016 sebesar 5,23% (yoy), mengalami kenaikan dari triwulan
lalu yang sebesar 3,76% (yoy). Kenaikan inflasi ini disebabkan oleh komponen volatile food dan administered
prices yang mengalami peningkatan signifikan. Sementara inflasi pada komponen inti (core inflation) dapat tetap
terjaga pada level yang rendah.
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
Terkait inflasi di Provinsi Papua pada triwulan II 2016 sebesar 5,23% (yoy), mengalami kenaikan dari triwulan lalu
yang sebesar 3,76% (yoy). Kenaikan inflasi ini disebabkan oleh komponen volatile food dan administered prices
yang mengalami peningkatan signifikan. Sementara inflasi pada komponen inti (core inflation) dapat tetap terjaga
pada level yang rendah. Ke depan, inflasi di Papua diperkirakan terjaga sesuai target nasional yaitu sebesar
4±1%.
Dari sisi Stabilitas Keuangan Daerah, Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank
Indonesia menunjukkan kondisi kurang optimalnya kinerja sektor korporasi. Sejalan dengan kondisi
perekonomian Papua, kinerja perbankan di sektor Korporasi Papua pada triwulan II 2016 cenderung mengalami
perlambatan. Dana Pihak Ketiga (DPK) secara signifikan mengalami perlambatan, demikian juga halnya dengan
kredit. Sementara itu pada triwulan laporan NPL mengalami penurunan, namun masih berada di level yang relatif
tinggi diatas ketentuan batas atas Bank Indonesia (5%). Disisi lain, kinerja sektor Rumah Tangga pada triwulan II
2016 masih terjaga dengan positif, tercermin dari pertumbuhan ekonomi Papua dari sisi Penggunaan yang
meningkat. Sementara itu dari penyaluran kredit ke UMKM, pada triwulan II 2016 mengalami sedikit kontraksi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Perkembangan transaksi Sistem Kliring Bank Indonesia (SKNBI) di Papua pada triwulan II 2016 meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya, baik secara volume dan nominal. Transaksi melalui Bank Indonesia Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan laporan relatif stabil dibandingkan triwulan lalu. Sementara itu,
dalam pengelolaan uang rupiah, selama triwulan II 2016 terjadi net-outlow sebesar Rp2,2 triliun yang
dipengaruhi tingginya kebutuhan uang tunai di masyarakat menjelang lebaran.
Dari sisi tenaga kerja dan kesejahteraan, meskipun perekonomian di Papua mengalami kontraksi selama
semester I 2016, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat membaik pada awal tahun 2016. Hal tersebut
ditunjukkan dengan turunnya TPT dari 3,99% pada September 2015 menjadi 2,97% pada Februari 2016.
Penurunan TPT pada triwulan ini merupakan yang pertama setelah tren peningkatan TPT berlangsung sejak
triwulan I 2014. Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) Papua masih mencatatkan angka defisit sampai akhir
triwulan II 2016 (97,13). Nilai tersebut mengindikasikan kenaikan indeks pendapatan petani belum dapat
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
mengimbangi kenaikan indeks biaya yang harus dibayar. Di sisi lain, walaupun TPT pengalami penurunan, angka
kemiskinan di Papua mempunyai tren kenaikan dalam dua tahun terakhir.
Asesmen Bank Indonesia pada periode laporan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Papua selama 2016
cenderung mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan 2016 diperkirakan akan berada di
kisaran 2% - 3% (yoy) dengan kecenderungan bias ke bawah, jauh lebih rendah dibanding perkiraan
sebelumnya yang berkisar 8% – 9% (yoy). Koreksi proyeksi tersebut terutama mempertimbangkan kondisi
dinamika perekonomian yang telah maupun yang akan terjadi dalam perekonomian Papua, terutama pada sektor
Pertambangan yang secara dominan yang mempengaruhi perekonomian Papua.
Dari sisi inflasi, asesmen pada periode kali ini masih mempertahankan proyeksi sebelumnya, dimana inflasi akhir
tahun 2016 akan berada pada interval 3,8 – 4,8% (yoy) dengan kecenderungan bias bawah. Angka proyeksi
tersebut dengan mempertimbangkan bahwa salah satu faktor pemicu inflasi lebih disebabkan oleh faktor
musiman dan tidak terdapat tekanan kebijakan harga yang signifikan hingga akhir tahun. Realisasi inflasi akan
lebih rendah jika Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dapat menjalankan peran secara optimal dalam
memitigasi risiko inflasi yang ada.
RKP 2015*) RKP 2016 RKP 2017 RKP 2018 RKP 2019
MEMPERCEPAT
PEMBANGUNAN
MELANJUTKAN
INFRASTRUKTUR
REFORMASI BAGI DITENTUKAN DITENTUKAN DITENTUKAN
UNTUK
PERCEPATAN DALAM PROSES DALAM PROSES DALAM PROSES
MELETAKKAN
PEMBANGUNAN PENYUSUNAN PENYUSUNAN PENYUSUNAN RKP
FONDASI
EKONOMI YANG RKP 2017 RKP 2018 2019
PEMBANGUNAN
BERKEADILAN
YANG
BERKUALITAS
2. Pembangunan untuk manusia dan masyarakat harus memberdayakan masyarakat untuk menjadi
mandiri dan tidak menyebabkan justru menjadi masyarakat yang lemah (entitled society)
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
4. Pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan ekosistem
5. Pembangunan harus mendorong tumbuh berkembangnya swasta dan tidak justru mematikan usaha
yang sudah berjalan
Pertumbuhan Industri
2. Penumbuhan populasi industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha
3. Peningkatan daya saing dan produktivitas (nilai ekspor dan nilai tambah per tenaga kerja)
b) menciptakan kesempatan kerja baru di bidang industri manufaktur, industri pangan, industri maritim,
dan pariwisata.
5) Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha antara lain: Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan
pemberian insentif fiskal dan non-fiskal
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
2014
Sasaran 2015 2016 2017 2019
(Baseline)
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Penataan Peningkatan
Kelembagaan & Akses dan
Regulasi, dan Kualitas
Tanah Ulayat Pendidikan
Peningkatan
Pengembangan
Akses dan Mutu
Industri Lokal &
Pelayanan
Strategis
Kesehatan
Papua
Sejahtera
Penguatan
Pengelolaan
Ekonomi Lokal
Sumber Daya
Berbasis Wilayah
Alam Unggulan
Adat
Pengembangan Percepatan
Konektivitas Pembangunan
Wilayah Infrastruktur Dasar
Papua Sejahtera
Kebijakan Papua sejahtera menekankan pada pemberdayaan serta peningkatan kapasitas sumberdaya manusia
Orang Asli Papua (OAP). Segala rangkaian kegiatan pembangunan berorientasi kepada peningkatan kualitas
pembangunan pulau papua pada pada umumnya dan pegunungan tengah (daerah tertinggal) pada khususnya,
dengan melalui pendekatan antropologis, lintas sektor berbasis wilayah adat. “Kebijakan Pengembangan
Wilayah/Kasawasan Strategis dan Pendukungnya” yang dibahas pada bagian laporan ini termasuk ke dalam
arah kebijakan Pengembangan Industri Lokal dan Strategis.
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
Kebijakan Pengembangan industri lokal dan strategis melibatkan berbagai sektor dan pemangku kepentingan.
Pemangku kepentingan dalam arahan kebijakan ini antara lain;
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Dapat dilihat di atas terdapat banyak pemangku kepentingan dalam pengembangan industri lokal dan strategis
sehingga diperlukan kelembagaan yang dapat mengkoordinasikan dan mengintegrasikan aksi pemerintah
pusat, pemerintah daerah, masyarakat/Swasta.
8 Dukungan
Kawasan-
Teluk Bintuni Pengelolaan Gas Pelabuhan Khusus
Industri
Tangguh
9
Dukungan Pelabuhan Utama
Timika/Pomak Kawasan-
Pengelolaan/Hiliris Internasional/Regio
o Industri
asi PTFI nal
10 KEK-
Tanaman Pangan
Merauke Industri Nasional
dan Industri
Agro
Dari table diatas dapat diperhatikan bahwa terdapat 10 kawasan khusus di wilayah papua, dalam pelaporan kali
ini dibatasi pada 5 kawasan strategis antara lain; Kawasan Industri teluk bintuni, Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional Raja Ampat, Kawasan Ekonomi Khusus Sorong, Kawasan Strategis Energi Pangan Merauke, dan
Kawasan Industri-Pelabuhan Terpadu Pomako-Timika.
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Berdasarkan gambar diatas terdapat 3 Kawasan Khusus di Provinsi Papua Barat dan 7 Kawasan Khusus di
Provinsi Papua.
• Multi Zone: KEK yang terdiri atas lebih dari satu zona
a. Zona Pengolahan Ekspor, yakni area yang diperuntukkan bagi kegiatan logistik
dan industri yang produksinya ditujukan untuk ekspor.
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
c. Zona Industri, yakni area yang diperuntukkan bagi kegiatan industri yang
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau
barang jadi, serta agroindustri dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri yang produksinya untuk ekspor dan/atau untuk dalam negeri.
d. Zona Pengembangan Teknologi, yakni area yang diperuntukkan bagi kegiatan riset
dan teknologi, rancang bangun dan rekayasa, teknologi terapan,
pengembangan perangkat lunak, serta jasa di bidang teknologi informasi.
e. Zona Pariwisata, yakni area yang diperuntukkan bagi kegiatan usaha pariwisata
untuk mendukung penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan,
perjalanan insentif dan pameran, serta kegiatan yang terkait.
f. Zona Energi, yakni area yang diperuntukkan antara lain untuk kegiatan
pengembangan energi alternatif, energi terbarukan, teknologi hemat energi,
dan pengolahan energi primer.
g. Zona Ekonomi lain, dapat berupa Zona industri kreatif dan Zona olahraga.
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
Adapun lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi KEK harus memenuhi kriteria berikut :
1) Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;
2) Pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK;
3) Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur
pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; dan
4) Mempunyai batas yang jelas.
Pengusulan KEK ini sesuai dengan UU Nomor 39 Tahun 2009 dapat diusulkan oleh badan usaha (Pihak Swasta,
BUMN), Pemerintah Kabupaten dan Provinsi serta dalam hal tertentu, Pemerintah (Kementerian/LPNK) dapat
menetapkan suatu wilayah sebagai KEK tanpa melalui proses pengusulan. Usulan sebagaimana dimaksud
dilengkapi persyaratan berikut :
1. Peta lokasi pengembangan serta luas area yang diusulkan dan terpisah dari permukiman penduduk;
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Pengusulan yang telah dilengkapi dengan persyaratan diatas diajukan ke Dewan Nasional Kawasan Ekonomi
Khusus (DEN KEK) yang selanjutnya DEN KEK dapat menyetujui atau menolak usulan pembentukan KEK setelah
melakukan pengkajian atas usulan tersebut. Kemudian setelah dilakukan pengkajian serta penilaian apabila
mendapat persetujuan DEN KEK akan diajukan ke Presiden untuk ditetapkan menjadi Peraturan
Pemerintah.Untuk menyelenggarakan kegiatan Kawasan Ekonomi Khusus diatur dalam Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 2 Tahun 2011. PP tersebut mengatur penyelenggaraan KEK dengan berikut persyaratan teknis
maupun administrasi serta pihak yang akan mengelola KEK.
Kawasan Ekonomi Khusus sebagaimana diamanatkan dalam kebijakan RPJMN tahun 2015-2019 bidang
ekonomi disebutkan bahwa penetapan kawasan strategis nasional sebagai upaya untuk memacu pusat-pusat
pertumbuhan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk komoditas unggulan yang berasal dari desa-
desa, wilayah-wilayah tertinggal, dan kawasan perbatasan, serta melancarkan distribusi pemasaran baik
nasional maupun global melalui pembentukan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, seperti; Kawasan Ekonomi
Khusus, Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, Kawasan Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan
penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya.
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN
Pusat-pusat pertumbuhan STRATEGIS
ekonomi dimaksud DAN INFRASTRUKTUR
didalam Rencana PENDUKUNG
Tata Ruang Wilayah Nasional (PP Nomor 26
Tahun 2008), disebut kawasan andalan, dimana Kabupaten Sorong ditetapkan sebagai Kawasan Andalan
Sorong dan sekitarnya dengan cakupan wilayah Kabupaten Sorong, Kota Sorong, sebagian Kabupaten Sorong
Selatan, dan sebagian Kabupaten Kepulauan Raja Ampat. Kawasan Andalan Sorong dan ditetapkan dengan
sektor unggulan: kehutanan, pertambangan, perikanan laut, dan industri. Demikian juga koridor MP3EI
(Perpres Nomor 32 Tahun 2011) ditegaskan juga kegiatan ekonomi utama koridor Ekonomi Papua – Kepulauan
Maluku yaitu Pertanian Pangan - MIFEE (Merauke Integrated Food & Energy Estate) yang sekarang lebih dikenal
dengan nama KSEP (Kawasan Strategis Energi dan Pangan), Tembaga, Nikel, Migas, dan Perikanan.
Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri. Perusahaan Kawasan
Industri merupakan perusahaan yang mengusahakan pengembangan dan pengelolaan kawasan Industri.
Komite Kawasan Industri dibentuk oleh Menteri dengan tugas membantu dalam pelaksanaan kebijakan
pengembangan dan pengelolaan Kawasan Industri.
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Wilayah Pengembangan Industri, yang selanjutnya disebut WPI adalah pengelompokan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan keterkaitan ke belakang (backward) dan keterkaitan ke depan
(forward) sumber daya dan fasilitas pendukungnya, serta memperhatikan jangkauan pengaruh kegiatan
pembangunan Industri.
Pembangunan Kawasan Industri sebagaimana dimaksud, harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.
Kawasan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dibangun dengan luas lahan paling sedikit 50 (lima
puluh) hektar dalam satu hamparan. (2) Dalam hal Kawasan Industri diperuntukkan bagi Industri Kecil dan
Industri Menengah dapat dibangun dengan luas lahan paling sedikit 5 (lima) hektar dalam satu hamparan.
Pedoman teknis pembangunan Kawasan Industri, ditetapkan oleh kementerian, paling sedikit memuat: a.
pemilihan lokasi; b. perizinan; c. pengadaan tanah; d. pematangan tanah; e. pembangunan infrastruktur; dan f.
Pengelolaan. Kesemuanya terdiri dari Infrastruktur Industri dan Infrastruktur penunjang. Aspe infrastruktur
yang termasuk infrastruktur industri adalah infrastruktur vital yang mempengaruhi kegiatan industri secara
langsung, seperti energi kelistrikan, telekomunikasi, sediaan sumber daya air, sanitasi dan jaringan transportasi.
Sedangkan untuk untuk infrastruktur pendukung adalah infrastruktur tambahan yang mendukung kegiatan
industri secara tidak langsung, seperti perumahan, prasarana diklat, prasarana litbang, prasarana kesehatan,
pemadam kebakaran dan tempat pembuangan sampah.
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Perusahaan Kawasan Industri wajib menyediakan infrastruktur dasar di dalam Kawasan Industri, paling sedikit
meliputi: a. instalasi pengolahan air baku; b. instalasi pengolahan air limbah; c. saluran drainase; d. instalasi
penerangan jalan; dan e. jaringan jalan.
Sesuai dengan Arah Kebijakan Pengembangan Industri dan Strategi Pengembangan Perwilayahan Industri yang
tercantum dalam RPJMN 2015-2019, maka Pemerintah menetapkan Kawasan Industri Teluk Bintuni sebagai
salah satu dari 14 kawasan industri baru yang akan dikembangkan oleh Pemerintah dalam kurun waktu 2015-
2019.
Kawasan Industri Teluk Bintuni ini terdiri dari lahan seluar 2.344 Ha dan terletak di Desa Onar Baru, Distrik
Sumuri, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Potensi investasi sekitar Rp 32, 5 triliun (USD 2,81 miliar)
dengan bidang usaha utama adalah industri migas dan industri petrokimia berbasis gas. Pada bulan Maret
tahun 2015, Kementerian BUMN telah menunujuk PT. Pupuk Indonesia sebagai badan pengelola kawasan
industri ini dengan industri pupuk sebagai potensi industri jangka (anchor industry). Potensi penyerapan
tenaga kerja dari pembangunan Kawasan Industri Teluk Bintuni ini bisa mencapai 51 ribu orang. Infrastruktur
yang harus dibangun untuk memenuhi kriteria pembangunan kawasan indutsri ini, antara lain :
(1) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 300 MW
(2) Akses Jalan Sepanjang 25 Km dari Jalan lintas Provinsi ke Kawasan Industri,
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
KSPN
Raja Ampat
Manokwari
PAPUA BARAT
Indikasi KEK
Jayapura
Sorong Kawasan Industri
Teluk Bintuni PAPUA
Indikasi KEK
Merauke
Dari progres dan permasalahan yang dihadapi dalam proses pembangunan Kawasan Industri Teluk Bintuni ini,
diperlukan beberapa Rencana Aksi yang harus segera dilaksanakan, seperti :
1. Penyusunan AMDAL;
2. Joint Study PT. PIHC dan BP Berau;
3. Penyusunan RDTR sekitar Kawasan Industri;
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
4. Pendidikan dan Pelatihan SDM lokal dan bantuan peralatan, pengelasan, electrical, dan permesinan.
Pembangunan Kawasan Industri Teluk Bintuni tidak terlepas dengan pemasokan gas dari LNG BP Tangguh yang
telah beroperasi dari tahun 2009 dengan dioperasikan oleh BP Berau Ltd. dengan dua anak perusahaan.
Adapun permasalahan lain yang menghambat pembangunan Kawasan Industri Teluk Bintuni ini adalah
persoalan pasokan gas terutama penentuan harga gas yang menghambat pengelola kawasan, yakni PT. Pupuk
Indonesia untuk segera berinvestasi di kawasan ini, mulai dari proses pembebasan tanah. Untuk
menanggulangi persoalan tersebut, Kementerian Perindustrian berupaya untuk mempercepat pembangunan
kawasan industri ini yang akan focus terhadap 3 (tiga) hal, yaitu alokasi dan harga gas, pembebasan dan
pengelolaan lahan, serta Penyertaan Modal Negara (PMN).
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Selain itu, beberapa fokus dari LNG Tangguh (BP) di Teluk Bintuni, antara lain :
1. Sedang disiapkan pembangunan train-3 kapasitas produksi 3,8 juta ton/tahun,
2. Alokasi komitmen penjualan untuk domestic 40% (PLN), ekspor 25% (kansai), dan saat ini masih mencari
calon pembeli untuk 35% volume lainnya yang dapat memberikan harga terbaik
3. Kebutuhan gas train-3 akan dipasok dari lapangan gas Vorwata, Wiriagar Deep, Roabiba, Ofaweri
(diperkirakan sebesar 3.13 TSCF)
4. Total biaya investasi (capex) US $ 11,143.0 juta, opex sebesar US $ 2,706.0 juta
5. Kilang LNG train-3 direncanakan akan dibangun mulai tahun 2016, dan sesuai komitmen dengan pembeli
LNG diharapkan dapat dioperasikan mulai tahun 2010.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah sepakat untuk
menekan harga gas bagi industri petrokimia yakni sampai dengan di bawah USD6 per MMBTU.
Kementerian ESDM telah menyepakati dua industri yang bisa merasakan harga gas murah yakni
petrokimia dan pupuk. Khusus untuk industri pupuk Kementerian ESDM akan membahas mendalam
lagi.
Harga gas untuk industri lainnya seperti sarung tangan karet, baja, kaca, keramik,
dan oleochemical masih akan dibahas kembali. Pemerintah akan mempercepat pembentukan
formulasi harga gas untuk kelima indusri tersebut dengan membentuk tim kecil sehingga akhir
November ini pemerintah sudah bisa memutuskan harga gas untuk kelima industri tersebut. Tim kecil
tersebut beranggotakan Dirjen Perindustrian, Dirjen ESDM, dan Deputi BUMN. Seluruh industri yang
masuk Perpres 40 Tahun 2016 akan mendapatkan kepastian besaran harga gas yang mereka pakai.
Industri pengguna gas sebagai bahan pokok menanti penurunan harga gas semurah-murahnya.
Murahnya harga gas bisa memberikan multiplier efek yang besar bagi penerimaan negara, kemajuan
industri, sampai peningkatan tenaga kerja. Penurunan harga gas di bawah USD6 per MBTU akan
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
meningkatkan struktur biaya industri secara signifikan. Penurunaan biaya industri tersebut akan
berdampak pada dengan daya saing produk. Serta dapat meningkatkan pendapatan negara sektor
pajak. Sebagai contoh, bila penurunan harga gas bumi sebesar 47 persen atau berkisar USD5 per-
MMBTU, maka penerimaan negara dari pajak serta turunan industri tercatat sebesar Rp21,3 triliun.
Sedangkan, bila penurunan gas sebesar 68 persen atau di bawah USD5 per MMBTU, penerimaan
negara diperkirakan mencapai Rp31,97 triliun. Kebijakan penurunan gas juga diperkirakan akan
meningkatkan industri domestik, nilai tambah, dan penyerapan tenaga kerja yang signifikan.
Kemenko Perekonomian menyampaikan metode menurunkan harga gas, salah satu caranya
adalah dengan menurunkan pengembalian biaya operasi atau cost recovery. Selain itu,
perusahaan gas perlu menurunkan biaya belanja modal (capital expenditure/capex) dan biaya
operasional (operational expenditure/opex).
Pemerintah berencana membangun infrastruktur gas di timur Indonesia dengan pola virtual
pipeline yang akan dibangun di empat kluster. Adapun langkah itu diambil guna meningkatkan
ketersediaan infrastruktur migas yang memadai di Indonesia. Virtual pipeline direncanakan akan
dibangun dalam empat kluster di wilayah yang belum memiliki infrastruktur gas. Kluster-kluster
tersebut meliputi kluster I wilayah Papua dan Papua Barat, kluster II yaitu wilayah Maluku,
Maluku Utara, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Lalu, kluster III adalah wilayah NTT, NTB
dan Sulawesi Selatan serta Cluster IV yaitu wilayah Natuna dan Kalimantan Barat.
Pembangunan virtual pipeline akan dilelangkan dan pemerintah mensyaratkan agar Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) harus menjadi bagian dari konsorsium yang akan melakukan
pembangunan.
Kluster I di Papua memiliki kebutuhan listrik sebanyak 630 megawatt (MW) dan kebutuhan gas
138 MMSCFD. Kluster II di Maluku dan Sulawesi, rencana pembangkit 875 MW dan kebutuhan
gasnya sebesar 230 MMSCFD. Sementara untuk kluster III di NTT dan NTB, berencana
membangun pembangkit 1.750 MW dan kebutuhan gasnya sebesar 283 MMSCFD. Lalu, kluster
IV yaitu di Natuna,WILAAH/KAWASAN
PENGEMBANGAN berencana rencanaSTRATEGIS
membangun DANpembangkit 495 MWPENDUKUNG
INFRASTRUKTUR dan kebutuhan gasnya
hanya sebesar 49 MMSCFD.
Adapun percepatan penurunan harga gas itu juga penting lantaran industri kaca dan gelas mulai
menunjukkan minatnya untuk pindah ke Malaysia. Oleh karena mahalnya harga gas membuat
produk industri kaca bersih tidak kompetitif. Tentu kondisi semacam ini perlu diperhatikan secara
seksama karena geliat perindustrian di dalam negeri sangat diperlukan guna mengakselerasi
perekonomian Indonesia di masa yang akan datang.
Pengaruh harga gas bagi industri sangat besar karena bisa membuat industri tumbuh secara
maksimal dan meningkatkan daya saingnya. Peningkatan daya saing menjadi diperlukan
mengingat sekarang ini persaingan semakin sengit, utamanya ketika memasuki era Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA).
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
b. Aksesibilitas
Sebagai kabupaten yang berupa daerah kepulauan, kemudahan untuk
mencapai Raja Ampat sudah dimiliki dan masih terus dapat dikembangkan.
Satu-satunya transportasi antarpulau dan penunjang kegiatan masyarakat Raja
Ampat adalah angkutan laut. Transportasi udara sementara hanya sampai Kota
Sorong, dan dilanjutkan menuju Raja Ampat seperti ke pulau utama Waisai atau
Waigeo dengan menggunakan transportasi laut berupa kapal cepat dalam
waktu sekitar dua jam. Dapat dikatakan bahwa berbagai kemudahan yang
diperlukan hingga saat ini sudah dapat dinikmati dengan segala keterbatasan
baik dari segi kualitas dan frekuensi pelayanannya untuk jaringan transportasi
darat, sungai, dan laut yang menghubungkan kampong, distrik, dan kota
(termasuk Ibukota Kabupaten), demikian juga dengan prasarana dan sarana lain
seperti komunikasi, listrik, air bersih, pembuangan sampah dan drainase.
c. Amenitas
Demikian juga untuk jasa layanan akomodasi dan restoran atau rumah makan,
di beberapa pulau sudah tersedia namun terbatas baik yang disediakan oleh
pemerintah setempat seperti di Pulau Waigeo maupun oleh swasta seperti di
Pusat Diving Pulau Waisai. Sedangkan sarana dan fasilitas pendukung seperti
pos, bank, internet, rumah sakit, pos polisi serta sarana khusus lainnya hanya
tersedia
PENGEMBANGAN di Pulau Waigeo,
WILAAH/KAWASAN sedangkan
STRATEGIS di INFRASTRUKTUR
DAN pulau lainnya belum lengkap tersedia.
PENDUKUNG
2. Potensi Pasar
Wisatawan sebagai target pasar dalam penyelenggaraan pariwisata merupakan
prioritas pertama yang penting untuk diperhatikan. Hasil kajian WTO (2006)
menyatakan bahwa lebih dari 60% minat wisatawan dunia mengalami perubahan
dari sisi permintaan wisatawan, yang harus dipertimbangkan oleh destinasi
meliputi antara lain :
a. Perubahan dari Wisata masal (mass tourism) ke wisata minat khusus
(special interest).
b. Perubahan dari wisata untuk memperoleh suasana berbeda ke wisata untuk
memperoleh pengalaman yang unik dan berkualitas.
c. Keinginan berinteraksi dengan masyarakat lokal semakin tinggi.
d. Pengeluaran wisatawan lebih disenangi kepada aspek wisata yang memiliki
unsur upaya pelestarian dan konservasi (sustainable), serta pemahaman
(education).
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Sistem kekerabatan diantara masyarakat kepulauan Raja Ampat sangat tinggi dan
pada umumnya masyarakat dengan kekerabatan yang sama hidup secara
berkelompok. Kehidupan masyarakat Raja Ampat dalam menjaga dan
mengeksploitasi lingkungan sekitarnya terlihat di beberapa wilayah dilakukan
secara bijak. Nilai-nilai kearifan lokal yang hingga saat ini masih dilakukan tersebut
tercermin dari adat istiadat dalam menentukan batas-batas wilayah ulayat, hak
nelayan luar, ukuran komoditas laut yang diizinkan ditangkap, waktu pengambilan
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
(sasi gereja) untuk beberapa jenis hewan laut. Sistem sasi merupakan bagian dari
budaya komunitas-komunitas di Raja Ampat.
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
KSPN Raja Ampat terdiri dari gugusan pulau yang ada di wilayahnya memiliki potensi
daya tarik keanekaragaman hayati untuk dikembangkan. KSPN Raja Ampat sendiri
terletak di ujung paling barat Pulau Papua. Karena keindahan alamnya, Raja Ampat
menjadikan pariwisata terutama wisata bahari sebagai salah satu andalan kegiatan
ekonomi. Kabupaten Raja Ampat menjadi salah satu pemekaran dari Kabupatan
Sorong. Luas wilayahnya kurang lebih 46.000 kilometer persegi. Sekitar 85%
merupakan luas laut. Sisanya, sekitar 6.000 kilometer persegi, merupakan daratan.
Kabupaten ini memiliki 610 pulau. Empat di antaranya, yakni Pulau Misool, Salawati,
Batanta, dan Waigeo, merupakan pulau-pulau besar. Dari seluruh pulau, hanya 35
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
pulau yang berpenghuni. Pulau lainnya tidak berpenghuni dan sebagaian besar belum
memiliki nama.
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Selain itu, akan dilakukan pertemuan lanjutan antara Tenaga Ahli Kelompok
Pengembangan Kawasan Industri/KEK dan Infrastruktur Papua dan Papua Barat
BappenasWILAAH/KAWASAN
PENGEMBANGAN dengan Deputi Infrastruktur
STRATEGISMenko Kemaritiman dan
DAN INFRASTRUKTUR Sumber Daya sampai
PENDUKUNG
Peraturan Pemerintah terbentuk dan diawali dengan tahap implementasi.
Penetapan KEK Sorong memerlukan pertimbangan dan kajian yang matang sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku, adapun asar hukum penetapan KEK
Sorong adalah :
(1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
(2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
KEMENTERIAN KOORDINATOR
DEWAN NASIONAL KEK
BIDANG KEMARITIMAN
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
KONSULTASI &
REKOMENDASI
KONSULTASI
REKOMENDASI KELENGKAPAN
DOKUMEN
INSTANSI TERKAIT (K/L) DESKRIPSI
DI PUSAT (MASTERPLAN)
PEMERINTAH PROVINSI
REKOMENDASI
PAPUA BARAT
GUBERNUR AMDAL
PELAKU USAHA DI
REKOMENDASI
WILAYAH KEK SORONG
BUPATI
BUKTI PENETAPAN
PEMERINTAH LOKASI (HAK ATAS
KABUPATEN SORONG TANAH)
Sorong, pemerintah telah mengeluarkan perintah resmi penetapan KEK Sorong, dengan dasar Peraturan
pemerintah Nomor 31 tahun 2016 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sorong.
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
PENGEMBANGAN
5.3. WILAAH/KAWASAN
STATUS PERENCANAAN STRATEGIS
PENATAAN RUANGDAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
Sebagaimana diamanatkan pada Peraturan Menko Perekonomian nomor 2 tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan KEK bahwa pengusulan KEK bisa dari usulan Badan Usaha, pemerintah kabupaten/kota atau
provinsi (pasal 4) dan atau Penetapan KEK dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah
non kementerian (pasal 5 ayai 1). Dengan memperhatikan hal tersebut untuk KEK Sorong usulannya dilakukan
oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Sebagaimana Peraturan Presiden nomor 33 Tahun 2010 tentang Dewan nasional dan Dewan Kawasan KEK
bahwa dalam penyelenggaraan KEK pasal 18 bahwa Dewan Kawasan dibentuk di tingkat provinsi wilayah KEK
yang diusulkan kepada Dewan Nasional dan ditetapkan melalui Keputusan Presiden. Dewan Kawasan
bertanggungjawab kepada Dewan Nasional.
Sesuai dengan Kepres No. 8 tahun 2010 tentang Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus menetapkan bahwa
susunan organisasi Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus memiliki susunan anggota :
2. Menteri Perdagangan
3. Menteri Perindustrian
6. Menteri Perhubungan
(2) Menetapkan kebijakan umum serta langkah strategis untuk mempercepat pembentukan dan
pengembangan KEK;
(3) Melakukan pengkajian atas usulan suatu wilayah untuk dijadikan KEK;
(5) Mengkaji dan merekomendasikan langkah pengembangan di wilayah yang potensinya belum
berkembang;
(7) Memantau dan mengevaluasi keberlangsungan KEK serta merekomendasikan langkah tindak
lanjut hasil evaluasi kepada Presiden, termasuk mengusulkan pencabutan status KEK.
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Sebagaimana Perpres nomor 33 tahun 2010, Gubernur Papua Barat sebagai Ketua Dewan Kawasan KEK Sorong
dan Bupati Sorong sebagai Wakil Ketua, adapun tugas Dewan Kawasan adalah :
(1) Melaksanakan kebijakan umum yang telah ditetapkan oleh Dewan Nasional Kawasan untuk
mengelola dan mengembangkan KEK yang ada di wilayah kerjanya;
(4) Menetapkan langkah strategis penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan KEK
di wilayah kerjanya;
(5) Menyampaikan laporan pengelolaan KEK kepada Dewan Nasional setiap akhir tahun;
(6) Menyampaikan laporan insidential dalam hal terdapat permasalahan strategis kepada Dewan
Nasional.
4. Administrator Kawasan
Sebagaimana Perpres Nomor 33 tahun 2010 maka administrator kawasan KEK Sorong akan ditetapkan melalui
Keputusan Bupati Sorong, adapun tugas Administrator Kawasan adalah :
(1) Melaksanakan pemberian izin usaha dan izin lain yang diperlukan bagi pelaku usaha yang
PENGEMBANGAN WILAAH/KAWASAN
mendirikan, menjalankan STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR
dan mengembangkan usaha di KEK; PENDUKUNG
(3) Menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara berkala dan insidental kepada Dewan
Kawasan.
KEK Sorong yang diusulkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, sehingga KEMENKO BIDANG
KEMARITIMAN berkewajiban membentuk Badan Usaha Pengelola KEK Sorong.
Badan Usaha Pengelola ini dapat berbentuk konsorsium antara sektor swasta, pemerintah dan
investor/perusahaan asing, namun tetap diawasi dan disupervisi oleh Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian selaku Ketua Dewan Nasional KEK, Gubernur Papua Barat selaku Ketua Dewan Kawasan di
Provinsi Papua Barat, Bupati Sorong selaku Ketua Administrator Kawasan dan Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman selaku penanggungjawab Badan Usaha Pengelola KEK Sorong.
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Sebagaimana disepakati bahwa Kemenko Bidang Kemeritiman akan membentuk BUMN baru yang bergerak
dalam usaha Kelautan dan Perikanan, Agroindustri (Rumput laut, Perkebunan Sagu, Kelapa Sawit,
Peternakan Sapi), Pariwisata, Trasnportasi dan Perhubungan, Industri Manufaktur.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN maka pembentukan BUMN harus
dilandasi oleh Peraturan Pemerintah (PP) sesuai dengan pasal 35 ayat 3.
PRESIDEN
BADAN PENGELOLA
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Ketetapan pembuatan smelter (tempat peleburan), meningkatkan kandungan mineral dalam produk tambang.
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016
Laporan PEMBANGUNAN TANAH PAPUA SECARA HOLISTIK-
TEMATIK DAN TERINTEGRASI REPUBLIK
INDONESIA
8. INDIKASI PROGRAM
9. PENUTUP
9.1. KESIMPULAN
9.2. REKOMENDASI
Tim Koordinasi Strategis Manajemen Birokrasi Pemerintahan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua
2016