Anda di halaman 1dari 8

KEMAS 6 (1) (2010) 36-43

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas

PERSEPSI ORANG DENGAN HIV DAN AIDS TERHADAP PERAN KELOMPOK


DUKUNGAN SEBAYA

Naila Kamila, Arum Siwiendrayanti*

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi orang dengan HIV AIDS
Diterima 10 Maret 2010
Disetujui 16 April 2010
(ODHA) terhadap peran kelompok dukungan sebaya (KDS) dan implikasi dari
Dipublikasikan Juli 2010 persepsi tersebut pada pelaksanaan terapi Antiretroviral (ARV). Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus kepada ODHA
Keywords: anggota KDS Semarang Plus. Subyek ditentukan secara purposif dan didapat-
Perception
Peoples with HIV AIDS
kan 15 buah (4 ibu rumah tangga, 1 waria, 1 anak, dan 9 pecandu yang telah
Antiretroviral therapy atau pernah menjalani terapi ARV). Data dikumpulkan melalui wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan semua subyek memiliki persepsi positif terha-
dap peran KDS, dan KDS memiliki peranan bagi mereka untuk patuh melak-
sanakan terapi ARV. Sebagian besar subyek menyatakan bahwa keyakinan diri
mereka, dan kerentanan atas penyakit menjadi faktor lain yang menentukan
pelaksanaan terapi ARV. Implikasi dari persepsi subyek terhadap status terapi
ARV adalah 13 subyek patuh melaksanakan terapi ARV dan 2 subyek yang telah
putus terapi ARV, memiliki keinginan memulai lagi terapi ARV dan memiliki
keyakinan untuk patuh melaksanakannya.

Abstract
The research was conducted to determine the perception of peoples with HIV AIDS
(PLWHA) on the role of peer support group (KDS) and the implications of these
perceptions on the implementation of antiretroviral therapy (ARV). This study
used a qualitative approach with case study method to PLWHA members of KDS
Semarang Plus. Determination of the subjects in a purposive way and obtained
15 subjects (4 housewife, a transvestite, a son, and 9 addict who has or had un-
dergone antiretroviral therapy). Data were collected through in-depth interviews.
The results showed all subjects had positive perceptions of the role of peer support
groups, and peer support groups have a role for them to obediently carry out the
ARV therapy. Most subjects stated that their self-confidence, and susceptibility of
disease is another factor that determines the implementation of ARV therapy. The
implications of the subject’s perception of the status of antiretroviral therapy were
13 subjects dutifully implement ARV therapy and 2 subjects who had broken up
antiretroviral therapy, have a desire to resume antiretroviral therapy and have the
confidence to carry it out obediently.

© 2010 Universitas Negeri Semarang

*
Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekarang, Gunungpati Semarang, 50229
Email: a_shiwi@yahoo.com
Naila Kamila, Arum Siwiendrayanti / KEMAS 6 (1) (2011) 36-43

Pendahuluan sampai dengan Desember 2008 terdapat 111


ODHA yang menjalani terapi ARV, yang terdiri
AIDS disebabkan oleh HIV (Human atas 65 orang dewasa laki-laki, 41 orang dewasa
Immunodeficiency Virus) yaitu suatu virus perempuan, dan 5 orang anak usia kurang dari
yang melumpuhkan sistem kekebalan tubuh 14 tahun. Sampai dengan Mei 2009, terdapat 29
(Nursalam dkk., 2007). Salah satu propinsi di ODHA yang dirujuk untuk melaksanakan tera-
Indonesia yang mengalami peningkatan angka pi ARV. Terapi ARV harus diminum sepanjang
kasus HIV dan AIDS hingga menduduki pe- hidup ODHA, sehingga kepatuhan me-laksan-
ringkat ke 8 dari 33 propinsi pada tahun 2008 akan terapi ARV sangat diperlukan agar ODHA
dan naik menjadi peringkat 7 pada bulan Maret tidak putus obat dan tidak terjadi resis-tensi
2009 adalah Jawa Tengah. Jumlah kasus HIV dalam tubuh ODHA. Pendekatan penatalak-
dan AIDS dari tahun 1995 sampai Mei 2009 sanaan terapi ARV tidak cukup bila hanya ber-
terdapat 2.434 kasus, dengan rincian 1.861 HIV landaskan obat ARV semata, tetapi diperlukan
positif dan 573 kasus AIDS, sebanyak 221 orang pendekatan secara paripurna termasuk pem-
diantaranya sudah meninggal dunia (Ditjen berian dukungan (Nursalam dan ninuk, 2007).
PPM & PL Depkes RI, 2009). Salah satu yang memberi dukungan adalah
Daerah yang paling banyak jumlah pen- KDS. Peranan utama KDS adalah menciptakan
derita HIV dan AIDS di Jawa Tengah adalah suasana nyaman dan terjaga kerahasiaan ang-
Kota Semarang. Jumlah kasus dari tahun 1995- gotanya, sehingga ODHA mendapatkan kesem-
Mei 2009 ditemukan 813, terdiri atas 621 kasus patan untuk berkenalan, bicara secara terbuka,
HIV dan 192 kasus AIDS (Ditjen PPM & PL dide-ngarkan dan mendapatkan dukungan. Se-
Depkes RI, 2009). lain itu, KDS dibentuk agar para ODHA dapat
Pengobatan dengan terapi ARV me- melakukan tindakan bersama, misalnya mela-
nekan adanya kesakitan dan angka kematian kukan kampanye untuk peningkatan akses
HIV dan AIDS. Penyakit infeksi oportunistik pengobatan dan mutu perawatan serta me-
menjadi lebih mudah di atasi, dan lebih ja- nentang diskriminasi (Green, 2003). Salah satu
rang ditemukan (Tsertsvadze et al., 2008; Zou KDS di Kota Semarang yang beranggotakan
et al., 2009). Kendala pengobatan HIV antara ODHA dari berbagai latar belakang adalah Se-
lain kesukaran orang dengan HIV dan AIDS marang Plus.
(ODHA) untuk minum obat teratur, efek samp- Permasalahan yang dikaji dalam peneli-
ing ARV dan timbulnya resistensi HIV terha- tian ini adalah bagaimanakah persepsi ODHA
dap obat ARV (Kouandaa et al., 2010). Selain terhadap peran KDS dan bagaimana implika-
kendala dari internal, juga ada kendala ekster- sinya terhadap pelaksanaan terapi ARV. Studi
nal misalnnya sulitnya mendapatkan ARV dan dilakukan pada ODHA anggota KDS Semarang
mahalnya harga ARV (Kitajima et al., 2004; Plus tahun 2009. Penelitian dilaksanakan bu-
Moona et al., 2007) lan Juli-Agustus 2008. Penelitian ini diharap-
Laporan penanggulangan kasus HIV kan dapat menjadi masukan utuk peningkat-
dan AIDS Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Te- an kepedulian dukungan dan perlakuan bagi
ngah menyebutkan pada tahun 2008 terdapat ODHA di Kota Semarang.
556 penderita yang pernah mendapatkan terapi
ARV. Sebanyak 54 penderita rujuk keluar, 87
penderita meninggal, 140 penderita absen, 10 Metode
penderita berhenti dan 221 penderita masih
menjalani terapi ARV. Melihat data di atas, da- Metode penelitian yang digunakan
pat diambil kesimpulan bahwa kurang dari 50% dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
penderita HIV dan AIDS di Jawa Tengah yang pendekatan studi kasus retrospektif. Studi
pernah mendapatkan terapi ARV. Begitu pula kasus adalah uraian dan penjelasan kompre-
keadaan di Kota Semarang, dari 4 rumah sakit hensif mengenai berbagai aspek seorang indi-
yang menyediakan layanan terapi ARV, yaitu vidu, suatu kelompok, suatu organisasi (komu-
Rumah Sakit Dr. Kariadi, RSU Tugurejo, RSUD nitas), suatu program, atau suatu situasi sosial.
Kota Semarang, dan RS Panti Wiloso Citarum, Dengan mempelajari semaksimal mungkin

37
Naila Kamila, Arum Siwiendrayanti / KEMAS 6 (1) (2011) 36-43

seorang individu, suatu kelompok atau suatu ber daya, ide dan informasi, menimbulkan
kejadian, peneliti bertujuan memberikan pan- perubahan dengan menciptakan suara publik
dangan yang lengkap dan mendalam mengenai atau politik.
subyek yang diteliti (Smet, 1993). Pengaruh atau keterlibatan dari persep-
Populasi dalam penelitian ini adalah se- si terhadap peran KDS pada tindakan subyek
luruh ODHA yang menjadi anggota KDS Se- penelitian untuk melaksanakan terapi ARV
marang Plus sampai dengan tahun 2009, yaitu meliputi patuh melaksanakan terapi ARV. Di-
30 orang. Informan kunci dalam penelitian ini katakan patuh jika subyek minum ARV sesuai
adalah ketua KDS Semarang Plus. Penentuan aturan, yaitu subyek penelitian minum obat
subyek dalam penelitian ini secara purposif, ARV sekali per 12 jam, dengan toleransi satu
sedangkan teknik pencuplikan purposif yang jam (Depkes RI, 2007). Tidak patuh jika subyek
digunakan adalah penentuan subyek peneli- tidak minum ARV sesuai aturan. Putus, jika su-
tian sesuai dengan kriteria yang telah diten- byek pernah melakukan terapi ARV tetapi saat
tukan (Murti, 2006). Adapun kriteria subyek dilakukan penelitian tidak melakukannya lagi.
pada penelitian ini adalah: (1) Secara medis Subyek secara medis telah diharuskan men-
telah diharuskan menjalani terapi ARV (CD4+ jalani terapi ARV, yaitu CD4+ 200-350/µl atau
200-350/µl atau beban viral > 55.000 virus/ml, beban viral > 55.000 virus/ml, total limfosit
total limfosit <1200/mm3), (2) Bersedia untuk <1200/mm3 (Depkes RI, 2007).
dijadikan subyek penelitian, (3) Mampu berko-
munikasi dengan baik (secara fisik tidak me-
ngalami gangguan infeksi yang dapat meng- Hasil
hambat komunikasi)
Subyek dalam penelitian ini adalah 15 Hasil dari penelitian ini tersaji dalam Ta-
ODHA, yang terdiri dari 4 orang ibu rumah bel 1.
tangga, 1 orang waria, 9 orang pecandu, dan
1 orang anak. Khusus bagi anak, subyek yang
Pembahasan
akan diambil adalah orang yang bertanggung
jawab atas anak tersebut.
Dari 15 subyek yang telah diteliti, mayo-
Instrumen penelitian di antaranya ada-
ritas adalah laki-laki (53,33%), 40% perempuan
lah catatan lapangan, perangkat merekam, dan
dan 6,67% waria. Hal ini sesuai dengan hasil
panduan wawancara mendalam. Validitas de-
penelitian Susi bahwa sebagian besar penderita
ngan triangulasi teori, pemeriksaan sejawat
HIV dan AIDS di Jawa Tengah berjenis kelamin
melalui diskusi, kecukupan referensial. Relia-
laki-laki. Sedangkan pada waria, menurut sur-
bilitas dengan penelusuran audit. Analisis data
vei tahun 2002, sebanyak 22% dari para waria
dilakukan dengan induktif, yaitu dimulai dari
positif terinfeksi HIV (Silfanus, 2002).
keputusan-keputusan khusus (data yang ter-
Ditinjau dari segi umur, terdapat 1 orang
kumpul) kemudian diambil kesimpulan secara
yang berusia 9 tahun (6,67%), 5 orang beru-
umum. Strategi pendekatan yang dilakukan
sia 20-29 tahun (33,33%), 8 orang berusia 30-
adalah dengan metode induksi konseptualisasi
39 tahun (53,33%) dan 1 orang berusia 60-69
diamana peneliti bertolak dari fakta atau infor-
tahun (6,67%). Walaupun saat ini usia subyek
masi empiris (data) untuk membangun konsep
penelitian terbanyak adalah 30-39 tahun, tetapi
hipotesis dan teori.
status HIV telah mereka dapatkan sejak mere-
Peran KDS yang diteliti meliputi: me-
ka berusia kurang dari 25 tahun. Hal ini sesuai
nolong anggotanya agar tidak merasa dikucil-
dengan hasil penelitian bahwa usia potensial
kan dan sendiri dalam menghadapi masalah,
rawan terserang HIV dan AIDS mulai bergeser
memberikan jalan untuk bertemu orang lain
dari umur 30-39 tahun menjadi 20-29 tahun
dan mendapatkan teman, membantu menum-
(Silfanus, 2002).
buhkan rasa percaya diri dan mengenali kekua-
Berdasarkan tingkat pendidikan, terda-
tan pribadi, sebagai wadah untuk melakukan
pat 2 subyek yang memiliki tingkat pendidi-
kegiatan dan me-ningkatkan sikap penerimaan
kan rendah yaitu SD 9 subyek telah menamat-
dan pengertian, membantu saling berbagi sum-

38
Naila Kamila, Arum Siwiendrayanti / KEMAS 6 (1) (2011) 36-43

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Status
Pernikahan, Penyebab Terinfeksi HIV dan Pelaksanaan Terapi ARV

Variabel Jumlah Persentase (%)


Jenis Kelamin
Laki-laki 8 53,33
Perempuan 6 40,00
Waria 1 6,67
Jumlah 15 100,00
Rentang Umur
0-9 1 6,67
10-19 0 0,00
20-29 5 33,33
30-39 8 53,33
40-49 0 0,00
50-59 0 0,00
60-69 1 6,67
Jumlah 15 100,00
Pekerjaan
Tukang parkir 1 6,67
Guru les 1 6,67
Pengamen 1 6,67
Petani 1 6,67
Ibu rumah tangga 3 20,00
Pembina rehabilitasi narkoba “Rumah Damai” 2 13,33
Wiraswata 1 6,67
Tidak bekerja 5 33,33
Jumlah 15 100,00
Status Pernikahan
Sudah menikah 6 40,00
Belum menikah 9 60,00
Jumlah 15 100,00
Penyebab terinfeksinya HIV
Pengguna narkoba suntik 9 60,00
Pengguna narkoba suntik dan seks bebas 2 13,33
Tertular dari suami 3 20,00
Tertular pada masa perinatal 1 6,67
Jumlah 15 100,00
Pelaksanaan Terapi ARV
Patuh 13 86,67
Tidak patuh 0 0
Putus obat 2 13,33
Tidak melakukan terapi 0 0
Jumlah 15 100,00

39
Naila Kamila, Arum Siwiendrayanti / KEMAS 6 (1) (2011) 36-43

Tabel 2. Distribusi Persepsi Subyek Terhadap Peran KDS

Persepsi Subyek
Peran KDS
Positif % Negatif %
Menolong anggotanya agar tidak merasa dikucilkan dan 15 100, 00 0 0,00
sendiri dalam menghadapi masalah
Memberikan jalan untuk bertemu orang lain dan 15 100, 00 0 0, 00
mendapatkan teman
Membantu menumbuhkan rasa percaya diri dan mengenali 11 73,33 4 26,67
kekuatan pribadi
Sebagai wadah untuk melakukan kegiatan dan 15 100, 00 0 0, 00
meningkatkan sikap penerimaan dan pengertian
Membantu saling berbagi sumberdaya, ide dan informasi 15 100, 00 0 0, 00
Menimbulkan perubahan dengan menciptakan suara publik 13 86,67 2 13,33
atau politik

kan sekolah menengah (SMP dan SMA) dan 4 ber stres). Stres merupakan respon biologis
orang subyek telah mengenyam pendidikan di yang mengandung 2 komponen, yaitu kom-
perguruan tinggi. ponen psikologis (perilaku, pola pikir, emosi
Terdapat 40% subyek penelitian telah dan perasaan stres) dan komponen fisiologis
menikah dan mempunyai keluarga. Hal ini (rangsangan fisik yang meningkat). Masuknya
sesuai dengan survei rumah tangga yang di- HIV ke dalam tubuh merupakan stressor bi-
lakukan di beberapa negara Asia, bahwa dari ologis yang berdampak luas hingga masalah
survei tersebut tergambar bahwa 5-10% pria sosial termasuk stigma dan diskriminasi dari
mengaku biasa melakukan hubungan seksual masyarakat, sehingga ODHA menjalani hi-
dengan pekerja seks komersil (PSK). Hal ini dupnya dengan kekhawatiran dalam bentuk
dapat menjadi salah satu sumber transmisi in- kecemasan dan depresi. Perwujudannya dapat
feksi HIV kepada anggota keluarga yang lain melalui keinginan untuk bunuh diri, seperti
(Gunawan, 2000). Selain itu, hasil penelitian yang dialami oleh 2 subyek penelitian (Somi
yang dilakukan oleh Yayasan Spiritia menye- et al., 2008; Figueroa et al., 2008). Reaksi dari
butkan bahwa risiko penularan dari suami 2 subyek yang tidak mengalami stres adalah
pengidap HIV ke istrinya adalah 22% dan istri menerima, karena kedua subyek telah menge-
pengidap HIV ke suaminya adalah 8% (Yayasan tahui risiko dari perbuatannya menggunakan
Spiritia, 2003). narkoba suntik. Dengan reaksi awal tersebut,
Dari ke 15 subyek yang diteliti, diper- ODHA membutuhkan dukungan baik emo-
oleh gambaran penyebab terinfeksinya HIV ke sional, informasi dan material. ODHA dapat
tubuh mereka. 11 subyek adalah mantan peng- bergabung dengan KDS sehingga ODHA
guna narkoba suntik, dari 11 subyek tersebut 2 merasa nyaman, aman dan dapat belajar lebih
orang diantaranya menyatakan melakukan seks banyak (Kanniappana et al., 2007). Semua sub-
bebas. 3 orang subyek terinfeksi HIV dari sua- yek penelitian menyatakan bahwa mereka me-
minya dan suami mereka telah meninggal du- rasa nyaman ketika berkumpul dengan sesama
nia. 1 orang subyek terinfeksi HIV pada masa anggota KDS.
perinatal. Sebanyak 12 subyek penelitian menyata-
Stres, syok dan kaget adalah respon kan persepsi positif atas bertambahnya keyaki-
awal ketika 13 subyek penelitian mengetahui nan mereka untuk patuh menjalani terapi ARV
status HIV positifnya. Putra dalam Nursalam setelah bertemu dengan tenaga kesehatan,
dan Ninuk (2007) menyebutkan bahwa stres psikolog, ataupun penasihat spiritual. Mereka
merupakan respon terhadap stressor (sum- mendapatkan masukan dari orang-orang terse-

40
Naila Kamila, Arum Siwiendrayanti / KEMAS 6 (1) (2011) 36-43

but yang memotivasi mereka untuk patuh. Dan mengikuti kegiatan di KDS, meskipun tidak
3 subyek menyatakan bahwa setelah bertemu semuanya. Kegiatan yang dilaksanakan tidak
dengan tenaga kesehatan, psikolog, dan penasi- terlepas dari titik tolak kebutuhan ODHA akan
hat spiritual, tidak begitu memberi pengaruh dukungan dan bertujuan juga untuk member-
terhadap kepatuhan mereka dalam menjalani dayakan ODHA. KDS juga berperan dalam
terapi ARV. Terdapat hubungan antara dukung- memberikan informasi tentang pengobatan,
an sosial dengan kesehatan, sebagaimana pen- cara mendapatkan terapi ARV, syarat-syarat
dapat Gottliieb dalam Nursalam dan Ninuk terapi ARV, manfaat dan efek sampingnya.
(2007), bahwa dukungan sosial mempengaruhi Selain itu, subyek penelitian juga men-
kesehatan dan melindungi organ dari efek stres. dapatkan dukungan instrumental dari KDS,
Orang-orang dengan dukungan sosial yang berupa bantuan sumber daya kesediaan untuk
tinggi akan merubah respons mereka terhadap menjadi pendamping menelan obat (PMO).
sumber stres, misalnya dengan menceritakan Sebagaimana yang ditulis oleh Bara’padang
masalahnya kepada temannya. Semua subyek (2007), dimana ODHA memiliki keunggu-
menyatakan bahwa setelah mereka percaya lan sebagai pendamping sesama ODHA, yaitu
diri, mereka termotivasi untuk patuh menjala- terpercaya, motivator yang baik, komunikatif,
ni terapi ARV. Ini menandakan bahwa subyek sabar, empati, lebih menguasai masalah klien,
memiliki persepsi positif terhadap peran KDS setia kawan dan pengorbanan tinggi, serta ber-
dalam menumbuhkan rasa percaya diri dan tanggung jawab. Sehingga diharapkan dengan
mengenali kekuatan pribadi. adanya PMO dari sesama ODHA maka terwu-
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian jud kepatuhan ODHA untuk menjalani terapi
Dewi Amila Solikha yang meneliti persepsi ibu ARV, keluarga termotivasi untuk memberikan
HIV positif terhadap dukungan keluarga, ter- dukungan bagi ODHA, dan ODHA dapat man-
masuk dukungan sosial dan hasilnya persepsi diri atau berdaya.
ibu HIV positif adalah positif terhadap dukung- Sepuluh subyek penelitian mengetahui
an sosial keluarga dan ibu HIV positif termoti- bahwa ODHA sudah mulai diajak bekerjasama
vasi untuk melakukan upaya pencegahan pe- dalam penanggulangan HIV dan AIDS. Dan 13
nularan HIV dari ibu ke anak (Solikha, 2008). subyek penelitian mengaku merasa terwakili
Perhatian tentang kesehatan, sesama anggota aspirasinya jika ada perwakilan ODHA yang
KDS juga saling memberi perhatian tentang ikut serta dalam usaha penanggulangan atau-
keadaan sosial yang dihadapi sesama anggota, pun pengambilan kebijakan tentang HIV dan
ini dikuatkan dengan pernyataan 12 subyek AIDS. Peran KDS dalam menimbulkan peru-
bahwa sesama anggota KDS saling berbagi un- bahan dilakukan melalui keterlibatan ODHA
tuk membicarakan keadaan sosial termasuk dalam setiap pengambilan keputusan, tetapi
stigma dan diskriminasi yang dialami anggota, sampai sekarang di Indonesia, ODHA masih
sedangkan 3 subyek tidak pernah mendengar- dijadikan sebagai obyek saja, tidak pernah dili-
kan cerita dari rekannya sesama anggota KDS batkan dalam pengambilan keputusan. Padahal
tentang keadaan sosialnya. Perbedaan latar Indonesia telah menandatangani Deklrasi Paris,
belakang juga tidak menjadi penghalang bagi yang merupakan deklarasi negara-negara yang
anggota KDS untuk saling bertoleransi. mengikatkan diri pada tujuan meningkatkan
Diskusi dengan ketua KDS Semarang keterlibatan ODHA. Salah satu cara KDS dalam
Plus, diperoleh pernyataan bahwa walaupun menimbulkan perubahan adalah dengan mela-
berasal dari latar belakang yang berbeda, tetapi kukan advokasi. Advokasi berarti menyampai-
mereka merasa mempunyai kesamaan nasib, kan pesan kita pada orang lain dengan maksud
yaitu terdapat HIV di tubuh mereka. Hanya meningkatkan pemahaman masyarakat luas
saja cara penginfeksiannya yang berbeda. Itu tentang HIV dan masalah terkait, serta peru-
yang menjadikan perkumpulan ODHA mem- bahan dalam kebijakan, undang-undang dan
punyai kesolidan yang tinggi sesama anggo- layanan (Green, 2003).
tanya. Selain itu, KDS sebagai suatu kelompok Patuh terapi: tiga belas subyek penelitian
dukungan mempunyai berbagai kegiatan yang (86,77%) menyatakan bahwa saat mereka telah
menjadi program. Semua subyek menyatakan bergabung dengan KDS, mereka merasa men-

41
Naila Kamila, Arum Siwiendrayanti / KEMAS 6 (1) (2011) 36-43

dapat dukungan yang lebih banyak, dan KDS ri dalam menghadapi masalah adalah positif,
sangat berperan terhadap pelaksanaan terapi persepsi ODHA subyek penelitian terhadap
ARV subyek penelitian. Patuh dalam menjalan- peran KDS dalam memberikan jalan untuk
kan terapi ARV yang merupakan terjemahan bertemu orang lain dan mendapatkan teman
dari adherence yaitu kepatuhan dan kesinam- adalah positif, persepsi ODHA subyek peneli-
bungan berobat yang melibatkan ODHA, dok- tian terhadap peran KDS dalam menumbuh-
ter atau petugas kesehatan, pendamping dan kan rasa percaya diri dan mengenali kekuatan
ketersediaan obat (Depkes RI, 2007) pribadi adalah positif, persepsi ODHA subyek
Putus terapi: terdapat 2 subyek penelitian penelitian terhadap peran KDS sebagai wadah
(13,33%) yang telah putus terapi ARV, walau- untuk melakukan kegiatan, meningkatkan si-
pun mereka telah bergabung dengan kelompok kap penerimaan dan pengertian adalah positif,
dukungan sebaya. AD adalah salah satu subyek persepsi ODHA subyek penelitian terhadap
yang telah putus terapi ARV. AD merupakan peran KDS dalam membantu saling berbagi
ODHA yang langka di Jawa Tengah. AD telah sumberdaya, ide dan informasi adalah positif,
putus terapi ARV sejak tahun 2001, tetapi rata- persepsi ODHA subyek penelitian terhadap
rata jumlah CD4+nya melebihi ODHA yang peran KDS dalam menimbulkan perubahan
melaksanakan terapi ARV, sehingga AD men- dengan menciptakan suara publik atau politik
dapatkan perhatian khusus dari dokter spesialis adalah positif, implikasi dari persepsi Orang
HIV di RS Kariadi, dan sampai saat ini AD be- dengan HIV dan AIDS terhadap peran Kelom-
lum direkomendasikan oleh dokter untuk me- pok Dukungan Sebaya pada pelaksanaan te-
mulai terapi kembali, karena kondisi AD yang rapi antiretroviral adalah 13 subyek penelitian
masih baik. AD menyatakan bahwa kapanpun patuh menjalani terapi ARV dan 2 subyek putus
dokter menyatakan bahwa AD harus menjalani terapi.
terapi ARV lagi, maka AD akan menjalani tera- Dari penelitian didapatkan faktor lain
pi ARV dan memiliki tekad untuk patuh. yang menjadi penyebab subyek penelitian patuh
AR subyek penelitian yang sudah putus dalam menjalani terapi ARV, yaitu kerentanan
obat selama 2 bulan, karena AR memiliki ke- dan keparahan (ancaman sakit) yang dirasakan
sulitan dalam menelan obat dan AR tidak kuat subyek jika tidak patuh menjalani terapi ARV.
dengan efek samping obat ARV. Namun AR Implikasi dari persepsi ODHA terhadap
memiliki niat untuk memulai kembali tera- peran KDS pada pelaksanaan terapi antiretro-
pinya, dan akan berusaha untuk patuh. Hal ini viral adalah 13 subyek penelitian patuh men-
karena AR iri ketika melihat teman-temannya jalani terapi ARV. Terdapat 2 subyek telah
satu KDS yang sehat karena teratur minum putus terapi ARV, tetapi bagi 1 subyek yang
obat ARV dan di dalam KDS terdapat banyak telah putus terapi, karena setelah putus terapi
sosok teladan yang membuat AR bersemangat ARV kondisinya stabil sehingga dokter belum
untuk terapi ARV lagi. Keinginan AR untuk mengijinkan untuk memulai terapi ARV lagi,
memulai terapi ARV juga karena KDS tidak tetapi jika satu saat sudah diharuskan untuk
henti-hentinya memotivasi AR untuk kembali menjalani terapi ARV kembali, maka subyek
melaksanakan terapi, termasuk memberikan tersebut memiliki niat untuk patuh menjalan-
ide-ide agar AR dapat menelan obat dengan kan terapinya. Bagi 1 subyek yang lain, alasan
mudah. Hal tersebut menjadikan AR yakin un- putus karena kesulitannya dalam minum obat.
tuk kembali melaksanakan terapi ARV. Tetapi saat ini subyek telah memiliki niat untuk
kembali menjalani terapi ARV dan akan beru-
saha untuk patuh.
Simpulan dan Saran Dari penelitian didapatkan faktor lain
yang menjadi penyebab subyek penelitian patuh
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dalam menjalani terapi ARV, yaitu keyakinan
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa dan kerentanan (ancaman sakit) yang dirasa-
persepsi semua ODHA subyek penelitian ter- kan subyek jika tidak patuh menjalani terapi
hadap peran KDS dalam membantu orang HIV ARV.
positif agar tidak merasa dikucilkan dan sendi- Bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang

42
Naila Kamila, Arum Siwiendrayanti / KEMAS 6 (1) (2011) 36-43

dan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Se- Semarang Tahun 2009. Semarang: KPA Kota
marang agar memperhatikan upaya pelayanan Semarang
pengobatan bagi ODHA, mempermudah akses Kitajima, T., Kobayashi, Y., Chaipah, W., Sato, H.,
Toyokawa, S., Chadbunchachai, W. and
kepedulian, dukungan dan perlakuan agar
Thuennadee, R. 2004. Access to Antiretro-
dapat dijangkau oleh ODHA serta mengikut-
viral Therapy among HIV/AIDS Patients in
sertakan ODHA dalam penanggulangan dan Khon Kaen Province, Thailand. AIDS Care,
pengambilan kebijakan tentang HIV dan AIDS 17 (3): 359-366
di Kota Semarang. Bagi Kelompok Dukungan Kouandaa, S., Bocouma, F.Y., Doulougoua, B., Bilaa,
Sebaya Semarang Plus agar meningkatkan pe- B., Yameogoa, M., Sanoub, M.J., Sawadogoc,
ranannya dalam mendukung ODHA, sehingga M., Sondoa, B., Msellatid, P. and Desclauxd,
kebutuhan ODHA dapat terpenuhi serta dapat A. 2010. User Fees and Access to ARV Treat-
meningkatkan angka kepatuhan dalam men- ment for Persons Living with HIV/AIDS:
jalani terapi ARV. Bagi peneliti selanjutnya Implementation and Challenges in Burkina
Faso, a Limited-Resource Country. AIDS
dapat mengkaji kasus HIV dan AIDS dengan
Care, 22 (9): 1146-1152
mengembangkan fokus permasalahan, yaitu
Moona, S., Leemputa, L.V., Durierb, N., Jamberta,
tentang pelayanan kesehatan ODHA serta da- E., Dahmanea, A., Jiea, Y., Wua, G., Philipsa,
pat melakukan triangulasi dengan penyedia M., Hua, Y. and Saranchuka, P. 2007. Out-of-
layanan kesehatan tersebut. pocket Costs of AIDS Care in China: are Free
Antiretroviral Drugs Enough?. AIDS Care,
20 (8): 984-994
Daftar Pustaka Nursalam dan Ninuk, D.S. 2007. Asuhan Keperawa-
tan pada Pasien Terinfeksi HIV/ AIDS. Jakar-
Bachmann, M.O. 2005. Effectiveness and Cost Ef- ta: Penerbit Salemba Medika
fectiveness of Early and Late Prevention of Silfanus, J.F. 2002. Masalah Kesehatan Reproduksi
HIV/AIDS Progression with Antiretrovirals pada Anak-anak dan Remaja, Usia Potensial
or Antibiotics in Southern African Adults. AIDS Bergeser. Jakarta: Depkes RI
AIDS Care, 18 (2): 109-120 Smet, B. 1993. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gra-
Bara’padang, E. 2007. Pelayanan ODHA di Rumah media Widiasarana Indonesia
Sakit. Jakarta: Spiritia Somi, G., M. Matee. C.L. Makene. J. Van Den
Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Terapi Antire- Hombergh. B. Kilama. K.I. Yahyamalima. P.
troviral Edisi Kedua. Jakarta: Depkes RI Masako. D. Sando. J. Ndayongeje. B. Rabiel.
Ditjen PPM & PL Depkes RI. 2009. Statistik Kasus and R.O. Swai. 2008. Three Years of HIV/
HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2008. Jakarta: AIDS Care and Treatment Services in Tanza-
Depkes RI nia: Achievements and Challenges. Tanzania
Figueroa, J.P., Duncan, J., Byfield, L., Harvey, K., Ge- Journal of Health Research, 11 (3)
bre, Y., Kong, T.H., Hamer, F., Williams, E., Solikha, D.A. 2008. Persepsi Ibu dengan HIV Positif
Carrington, D. and Brathwaite, AR. 2008. A terhadap Dukungan Keluarga dan Berbagai
Comprehensive Response to the HIV/AIDS Implikasinya dalam Upaya Pencegahan Pe-
Epidemic in Jamaica A Review of the Past 20 nularan HIV dari Ibu ke Anak di Kota sema-
Years. West Indian Med J, 57 (6): 563 rang. Semarang: UNDIP
Green, C.W. dan Hertin, S. 2003. Terapi Alternatif. Susi, I.T. 2005. Karakteristik Penderita HIV dan
Jakarta: Yayasan Spiritia AIDS di RS DR. Kariadi Semarang. Karya Tu-
Green, C.W. 2003. Pengobatan untuk AIDS: Ingin lis Ilmiah: FK. UNDIP
Mulai?. Jakarta: Yayasan Spiritia Tsertsvadze, T., Natalia, B., Nino, G., Lali, S., Otar,
Gunawan, S. 2000. AIDS in The World, Sexually, C., Natia, D., Amiran, G., Lali, K. and Srdan,
Transmitted Diseases and Travel in Indonesia. M. 2008. Experience Of Antiretroviral Treat-
Jakarta: Perhimpunan Peneliti Tropik dan ment In Georgia. Cent Eur J Public Health, 17
Infeksi Indonesia (PETRI) (1): 25–30
Kanniappana, S., Jeyapaula, M.J. and Kalyanwalab, Yayasan Spiritia. 2003. Kewaspadaan Universal. Ja-
S. 2007. Desire for Motherhood: Exploring karta: Yayasan Spiritia
HIV-positive Women’s Desires, Intentions Zou, J., Yvonne, Y., Muze, J., Melissa, W., Jan, O. and
and Decision-Making in Attaining Mother- Nathan, T. 2009. Religion and HIV in Tan-
hood. AIDS Care, 20(6): 625-630 zania: Influence of Religious Beliefs on HIV
Komisi Penanggulangan AIDS Kota Semarang. Stigma, Disclosure, and Treatment Attitudes.
2009. Situasi Kasus HIV dan AIDS di Kota BMC Public Health, 9: 75
43

Anda mungkin juga menyukai