Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tugas Individu I
Mata Kuliah Pengolahan Minyak Bumi
2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
3|Page
Selanjutnya pada 1901, saluran pipa Perlak-Pangkalan Brandan selesai dibangun. Baru
pada 1945, lapangan minyak sekitar Pangkalan Brandan diserahkan pihak Jepang atas nama
sekutu kepada bangsa Indonesia. Sejarah Pangkalan Brandan yang panjang sempat membuat
masyarakat menolak keputusan Pertamina itu.
Kapasitas kilang ini mencapai 5.000 barel per hari. Sayangnya kilang ini sudah ditutup
sejak awal 2007, karena tidak cukupnya pasokan minyak mentah maupun gas. Apalagi kilang
ini sudah sangat tua sekali.
4|Page
Aviation Turbine Fuel
Minyak Bakar
Minyak Diesel
Minyak Solar
Minyak Tanah
Non BBM:
Solvent
Green Coke
Liquid Petroleum Gas (LPG)
5|Page
Kilang Musi - merupakan aset utama Pertamina UP III Plaju. Produk-produk yang dihasilkan
diantaranya:
BBM:
Avtur
Premium
Kerosene
Pertamax Racing Fuel
Automotive Diesel Oil (ADO)
Industrial Diesel Oil (IDO)
Non-BBM:
Liquid Petroleum Gas
Musi Cool (Refrigerant)
Low Sulphur Waxy Residu (LSWR)
Bijih Plastik Polytham (polyprophylene)
6|Page
Cilacap sangat bernilai strategis karena memasok 34% kebutuhan bahan bakar nasional atau
60% kebutuhan bahan bakar di pulau Jawa. Kilang ini juga merupakan satu-satunya kilang
yang memproduksi aspal dan base oil untuk memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur
di tanah air.
UP-IV Cilacap memiliki tiga kilang untuk memproduksi masing-masing demand dari
konsumen. Tiga kilang tersebut adalah:
1. Kilang Minyak I
Pembangunan kilang minyak I dimulai pada tahun 1974 dengan kapasitas mula-
mula 100.000 BPSD dan resmi beroperasi pada tanggal 24 Agustus 1976. Merespon
tingginya permintaan konsumen, kilang minyak I meningkatkan produksinya melalui
debottlenecking project pada tahun 1998/1999. Kilang minyak I akhirnya mampu
berproduksi 18% lebih banyak dari kapasitas awalnya. Sebanyak 118.000 BPSD
dihasilkan dari kilang minyak I.
Kilang minyak ini didesain secara khusus untuk memproses bahan baku minyak
mentah dari kawasan Timur Tengah, atau Arabian Light Crude (ALC), ARJUNA, dan
ATTAKA. Mengapa dirancang untuk mengolah crude oil dari Timur Tengah? Karena
selain untuk mendapatkan produk jadi berupa BBM, kilang minyak I diharapkan
mampu menghasilkan bahan dasar minyak pelumas (lube oil base) dan aspal mengingat
karakter minyak mentah dalam negeri tidak cukup ekonomis untuk produksi tersebut.
2. Kilang Minyak II
Pada tahun 1981, kilang minyak II dibangun untuk menjawab meningkatnya
konsumsi bahan bakar dalam negeri. Peresmian kilang minyak II dilaksanakan pada
tanggal 4 Agustus 1983 dengan kapasitas produksi sebesar 200.000 BPSD. Bersamaan
dengan debottlenecking project kilang minyak I, proyek yang sama di tahun yang sama
juga dilakukan untuk kilang minyak II. Peningkatan kapasitas sebesar 15% menjadi
230.000 BPSD berhasil dilakukan pada kilang minyak II. Kilang minyak II mengolah
minyak "cocktail" yaitu campuran minyak mentah dari dalam negeri dan luar negeri.
3. Kilang Paraxylene
Kilang ini dibangun pada tahun 1988 dan resmi beroperasi tanggal 20 Desember
1990. Kilang ini menghasilkan produk NBM dan Petrokimia. Kilang ini dibangun
karena mempertimbangkan hal-hal seperti tersedianya bahan baku yang cukup berupa
Neptha dari kilang minyak II, adanya sarana pendukung berupa dermaga tangki dan
utilitas, serta potensi pasar yang menjanjikan baik dari dalam maupun luar negeri.
Varian produk yang dihasilkan oleh UP-IV Cilacap antara lain:
7|Page
Aspal
Heavy Aromate
Lube Base Oil
Low Sulphur Waxy Residu
Minarex
Paraffinic Oil
Paraxylene
Slack Wax
Toluene
8|Page
Gambar 1.5. Kilang Minyak Balikpapan, Kalimantan Timur
(Sumber: images.google.com)
1.2.6. Kilang Minyak Balongan
PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan merupakan kilang keenam dari tujuh kilang
Direktorat Pengolahan PT Pertamina (Persero) dengan kegiatan bisnis utamanya adalah
mengolah minyak mentah (Crude Oil) menjadi produk-produk BBM (bahan bakar minyak),
non-BBM, dan petrokimia. RU-VI Balongan dibangun pada tanggal 1 September 1990 yang
awalnya dinamakan proyek EXOR (Export Oriented Refinery), lalu mulai beroperasi sejak
tahun 1994. Kilang ini berlokasi di Indramayu (Jawa Barat) sekitar ±200 km arah timur Jakarta,
dengan wilayah operasi di Balongan, Mundu dan Salam Darma.
Bahan baku yang diolah di Kilang RU-VI Balongan adalah minyak mentah Duri dan
Minas yang berasal dari Propinsi Riau. Kilang UP-VI Balongan mendapat bahan baku minyak
mentah dari Duri, Riau sebesar 60% dan Minas Dumai 40%. Selain itu, kilang UP-VI Balongan
juga menggunakan gas alam (LNG) sebesar 18 MMSCFD untuk proses produksi yang
diperoleh dari Daerah Operasi Hilir (DOH) Jawa bagian Barat lapangan Karangampel,
Indramayu.
Keberadaan RU VI Balongan sangat strategis bagi bisnis Pertamina maupun bagi
kepentingan nasional. Sebagai Kilang yang relatif baru dan telah menerapkan teknologi terkini,
Pertamina RU VI mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Dengan produk-produk unggulan
seperti Premium, Pertamax, Pertamax Plus, Solar, Pertamina DEX, Kerosene (Minyak Tanah),
LPG, dan Propylene, Pertamina RU VI mempunyai kontribusi yang besar dalam menghasilkan
pendapatan baik bagi PT Pertamina maupun bagi negara. Selain itu RU VI Balongan
mempunyai nilai strategis dalam menjaga kestabilan pasokan BBM ke DKI Jakarta, Banten,
9|Page
dan sebagian Jawa Barat. Sejalan dengan tuntutan bisnis ke depan, PT Pertamina Balongan
terus mengembangkan potensi bisnis yang dimiliki melalui penerapan teknologi baru,
pengembangan produk-produk unggulan baru, serta penerapan standar internasional dalam
sistem manajemen mutu dengan tetap berbasis pada komitmen ramah lingkungan.
10 | P a g e
Kilang minyak Sorong mempunyai kapasitas 10.000 barel/hari, dirancang untuk
mengolah Crude (minyak mentah) Walio (60%) dan Salawati (40%). Produk yang dihasilkan
adalah:
Fuel Gas : 969 barel / Hari
Premium : 1.987 barel / Hari (unleaded)
Kerosene : 1.831 barel / Hari
Ado (Solar) : 2.439 barel / Hari
Residue : 3.390 barel / Hari
Dari total produksi, BBM RU VII dapat memberi kontribusi sekitar 15 % dari total kebutuhan
MALIRJA (MALUKU & IRIAN JAYA).
11 | P a g e
BAB II
ISI
12 | P a g e
bantuan katalis. Produk yang dihasilkan dari unit RCC ini merupakan produk dengan nilai
ekonomi yang tinggi, seperti LPG, propylene, polygasoline (mogas dengan RON 98), naptha
(RON 92), light sycle oil (LCO), serta decant oil (DCO).
2.3.5. Naptha Hydrotreater
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan pengotor yang terkandung di dalam straight
run naptha sebelum diproses unit Platformer dan Pennex. Produk yang dihasilkan adalah light
naptha dan heavy naptha.
2.3.6. Platformer
Unit ini berfungsi untuk mengkonvensikan heavy naptha melalui proses naptha
reforming menjadi produk platformate yang beroktan 98 serta LPG sebagai produk samping.
2.3.7. Pennex
Unit Pennex ini berfungsi untuk mengkonversikan light naptha melalui proses isomerasi
menjadi produk isomerat yang beroktan 87 serta LPG sebagai produk samping.
Gambar 2.1. Flow Diagram Proses Produksi di PERTAMINA Kilang Minyak UP VI Balongan
(Sumber: Refining Technology Direktorat Pengolahan Pertamina, 2015)
2.3. Produk yang Dihasilkan
Kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan mempunyai kapasitas 125.000
BPSD dengan bahan baku yang terdiri dari minyak mentah Duri 80%, minyak mentah Minas
13 | P a g e
20%, dan gas alam dari Jatibarang sebagai bahan baku H2 Plant sebanyak 18 MMSCFD.
Pengolahan bahan baku tersebut menghasilkan produk sebagai berikut:
14 | P a g e
Daftar Pustaka
Direktorat Pengolahan Pertamina. (2015). Proses Produksi Bbm Dari Minyak Bumi Dan
Kilang-Kilang Bbm Pertamina. [Online] Available at:
http://www.migasreview.com/upload/d/c%7Bca%7DProsesProduksiBBMDariMinyak
BumiDanKilang-KilangBBM%7Bca%7D2015-02-04%7Bca%7D05-51-
35%7Bca%7D1421138112.pdf. (Accessed 9 April 2018)
Pertamina. (2015). Usaha Hilir. [Online] Available at:
https://www.pertamina.com/id/downstream. (Accessed 9 April 2018)
15 | P a g e