Oleh :
Kelas :A
Kelompok :I
Anggota Kel. :
1. Helsi Junaida Neno(1506050011)
2. Hermina Rosana Dhane(1506050025)
3. Mardi Adelina Missa (1506050079)
4. Maria R. Stela Maris (1506050008)
5. Sesly Yusmiati Lette (1506050020)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah Taksonomi Tumbuhan
Tinggitentang “Sejarah Perkembangan Taksonomi Tumbuhan (Periode Tertua dan Periode
Sistem Habitus) Dan Klasifikasi Sub Divisi Gymnospermae" ini dengan tepat waktu.
Terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembina mata kuliah Taksonomi Tumbuhan
Tinggi Ibu Dra. Theresia Lete Boro, M.Siyang telah membimbing kami dalam belajar, juga
terima kasih kepada teman-teman kelompok yang telah berusaha bekerja sama untuk
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah turut serta membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kategori sempurna sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk perbaikan makalah yang selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover ......................................................................................................................................... i
Selama periode sistem habitus yang cukup panjang ini dapat dikemukakan tokoh-tokoh
lain yang memainkan peran yang cukup penting dan dianggap telah memberikan saham
yang cukup besar dalam perkembangan taksonomi tumbuhan, antara lain dapat disebut:
DIOSCORIDES (50-?). Tokoh ini adalah seorang yang berkebangsaan Romawi dan
hidup dalam zaman pemerintahan Kaisar Nero dalam abad pertama sesudah Masehi.
Nama Dioscorides muncul setelah 4 abad sejak munculnya Theophrastes yang selama
itu tidak dikenal adanya tulisan-tulisan dalam bidang taksonomi tumbuhan yang
dianggap berarti.
Dioscorides yang rupa-rupanya tidak mengenal karya Theophrastes, menyatakan
pentingnya untuk pemberian candra atau deskripsi bagi setiap tumbuhan di samping
pemberian namanya. Dengan candra atau deskripsi orang akan dapat menggambarkan
tumbuhan yang dimaksud, dan dapat menggunakan candra itu untuk pengenalan
tumbuhan. Sistem klasifikasi yang diciptakan Dioscorides didasarkan atas manfaat dan.
sifat-sifat morfologi turnbuhan.
PLINIUS (23-79) hanya menghasilkan karya-karya yang merupakan kompilasi saja dari
karya-karya yang telah terbit sebelumnya yang ditambah dengan bahan-bahan dari
dongeng atau ceritera-ceritera, takhayul, dan kepercayaan-kepercayaan yang diwariskan
dari generasi ke generasi secara lisan di kalangan rakyat. Ia berpendapat, bahwa semua
tumbuhan di bumi ini diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia. Sistem klasikkasi
yang diikuti Plinius adalah sistemnya Dioscorides yang telah membedakan pohon-
pohonan, bangsa gandum, sayuran, tanaman obat-obatan, rumput-rumputan, dan
seterusnya.
Sampai lebih dari sepuluh abad karya-karya Dioscorides dan Plinius merupakan "kitab
suci" bagi para mahasiswa dan siapa saja yang belajar ilmu tumbuhan, dan orang
mengira, bahwa semua tumbuhan di bumi kita ini telah termuat dalam buku-buku kedua
tokoh tadi, yang sesungguhnya baru merupakan sebagian kecil saja, yaitu hanya
tumbuh-tumbuhan yang terdapat di sekitar Laut Tengah.
Sampai abad pertengahan boleh dikatakan tidak ada kemajuan yang berarti dalam
perkembangan taksonomi tumbuhan. Asas-asas lama tidak mengalami pembaharuan
atau tidak tampak muncul hasil-hasil yang baru. Karya-karya yang dihasilkan terbatas
pada penterjemahan pustaka-pustaka lama, dengan paling banyak disertai tafsiran-
tafsiran baru oleh para penterjemahnya sendiri.
Tokoh yang menonjol dalam masa itu adalah A. MAGNUS (1193-1280) yang antara
lain dianggap telah dapat membedakan Monocotyledoneae dari Dicotyledoneae atas
dasar sifat-sifat batangnya.
Menjelang abad ke-16 bangkit lagi perhatian terhadap ilmu tumbuhan yang akan
membawa perkembangan taksonomi ke arah yang lain. Gambar-gambar tumbuhan
yang dibuat semakin bermutu, keterangan-keterangan lebih lengkap, namun masih
tercampur dengan data-data mengenai penggunaannya.
Sistem klasifikasi yang diciptakan ahli-ahli taksonomi tumbuhan dalam masa itu tetap
merupakan sistem artifisial, yang didasarkan terutama atas sifat-sifat morfologi
tumbuhan, namun tidak terbatas pada perawakan saja, tetapi juga telah dilibatkan sifat-
sifat berbagai organ seperti buah, bunga, dan daun. Dari masa ini sebagian tokohnya
yang terkemuka telah muncul pula orang-orang yang berkebangsaan lain yang tinggal
di Eropa, seperti misalnya dari Jennan, Belgia, Negeri Belanda, dan lain-lain.
Dari sederetan nama-nama tokoh terkemuka dalam bidang taksonomi tumbuhan dari
masa itu dapat kita sebut antara lain:
O. BRUNFELS (1464-1534), yang tergolong dalam kaum herbalis, telah menghasilkan
karya tentang terna yang dihiasi gambar, yang sebagian besar merupakan bahan-bahan
kompilasi dari karya-karya Theophrastes, Dioscorides, dan Plinius. Sayang, buku itu
memuat banyak konsep-konsep yang keliru serta kekisruhan akibat dimasukkannya
berbagai informasi yang bersumber dari ceritera rakyat dan takhayul ("gugon tuhon").
Brunfels, yang berkebangsaan Jerman, semula adalah seorang biarawan, kemudian
menjadi kepala sekolah, pendeta, dan akhirnya seorang dokter, tercatat sebagai orang
pertama yang membedakan golongan Perfecti (tumbuhan yang menghasilkan bunga)
dan Imperfecti (tumbuhan yang tidak menghasilkan bunga).
Kaum herbalis terutama dianggap berjasa karena karya-karyanya yang dapat
dikualifikasikan sebagai Taksonomi deskriptif. Dalam golongan mereka ini nama-nama
yang patut diketengahkan adalah:
J. BOCK (1489-1554) (HIERONYMUS TRAGUS) adalah seorang herbalis, yang
pernah pula menjadi guru, pendeta, dan kemudian dokter yang mempunyai hobi ilmu
tumbuhan. Ia masih menggolongkan tumbuhan menjadi terna, semak, dan pohon, tetapi
mengaku telah berupaya untuk menempatkan tumbuhan yang menurut anggapannya
sekerabat dalam kategori yang sama.
L. FUCHS (1501-1566), kelahiran Bavaria (Jerman Barat), adalah seorang Guru Besar
dalam ilmu kedokteran di Tübingen, Jerman Barat, yang terkenal dengan karya-
karyanya dalam bidang ilmu tumbuhan yang tenar pada masanya.
R. DODONEUS (1516-1585), seorang dokter kelahiran Mechelen, Belgia. Pernah
menjelajahi Perancis, Jerman, dan Italia, dan menjadi dokter kota kelahirannya,
kemudian dokter pribadi Kaisar Maximilian II, akhirnya Guru Besar di Leiden Negeri
Belanda. Ia adalah penulis Het Cruyde boek yang pada masanya sangat mashur dan
berkali-kali dicetak ulang.
M. de L'OBEL (1538-1616), yang bila menulis, sering menggunakan namanya yang di
Latinkan menjadi LOBELIUS. Ia mengabdi kepada raja Inggris Jacobus I, dan menulis
buku ilmu tumbuhan bergambar yang sangat tenar pula pada masanya.
J. GERARD (1545-1612), berkebangsaan Inggris, pernah mengadakan perjalanan di
Denmark dan Rusia, pemilik sebuah kebun botani di London, dan penulis sebuah karya
besar tentang ilmu tumbuhan.
C. L'CLUSE (CLUSIUS) (1526-1609), berkebangsaan Belgia, dengan tujuan
mendalami botani telah menjelajahi sebagian besar benua Eropa, pernah mengabdi di
lingkungan kekaisaran di Wina di samping menjabat direktur Kebun Raya di
Schonbrunn (Wina), sejak 1593 menjadi Guru Besar di Leiden (Negeri Belanda)
sampai ajalnya. Ia menghasilkan sejumlah besar karya dalam bidang ilmu tumbuhan.
Banyak di antara kaum herbalis yang namanya diabadikan sebagai nama tumbuhan.
Perhatikan misalnya nama-nama suku: Gesneriaceae, Lobeliaceae, Clusiaceae, dan
nama-nama marga: Fuchsia, Gesneria, Lobelia, Gerardia, Clusia, dan lain-lain. Mulai
berakhirnya abad ke-16, di samping tujuan praktis untuk penyederhanaan obyek studi
yang berupa ikhtisar ringkas dari dunia tumbuhan, mulai tampak adanya upaya untuk
mencari asas-asas baru dalam mengadakan klasifikasi tumbuhan, untuk membentuk
golongan-golongan yang bersifat alami seperti yang dikehendaki oleh alam, terutama
dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian dari bidang morfologi.
Usaha itu dipelopori oleh:
A. CAESALPINUS (1519-1602), yang merupakan ahli ilmu tumbuhan berkebangsaan
Italia dan seorang dokter yang sering disebut sebagai ahli taksonomi tumbuhan yang
pertama. Karyanya yang berjudul de Plantis, memuat suatu bab tentang dasar-dasar
klasifikasi yang ia terapkan. Di samping perawakan, ia telah membeda-bedakan
tumbuhan berdasar sifat-sifat buah dan biji, dan ia telah pula membedakan tumbuhan
berdasarkan kedudukan bakal buahnya. Sayang, bahwa kesimpulan-kesimpulan yang ia
ambil lebih didasarkan atas penalaran dan bukan melalui analisis hasil observasinya.
Bagaimanapun, pandangan Caesalpinus banyak mempengaruhi cara berpikir taksonomi
yang menyusul kemudian seperti de Tournefort, Ray, dan Linnaeus.
J. BAUHIN (1541-1631), seorang dokter berkebangsaan Perancis dan Swis yang
menerbitkan karya tulis bergambar yang komprehensif, berjudul Historia Plantarum
Universalis yang memuat candra (deskripsi) dan sinonima sekitar 5.000 jenis
tumbuhan.
C. BAUHIN (1560-1624), adik J. Bauhin, menerbitkan bukunya yang berjudul Pinax
Theatri Botanici yang memuat nama dan sinonima sekitar 6.000 jenis tumbuhan. Ia
adalah orang pertama yang memprakarsai pemberian nama ganda bagi tumbuhan, telah
membedakan kategori marga dan jenis, namun ia tetap menggunakan bentuk dan
tekstur sebagai dasar klasifikasi seperti yang dilakukan kaum herbalis.
R. MORISON (1620-1683), Guru Besar ilmu tumbuhan di Universitas Oxford, Inggris,
penulis Plantarum Historia Universalis Oxoniensis yang sangat mashur pada waktu itu.
Ia pernah pula menjadi pemimpin Kebun Raya milik Pangeran Gaston de Bourbon di
Blois, Perancis.
A. RIVINUS (A. BACHMANN) (1652-1723), Guru Besar Ilmu Tumbuhan di Leipzig,
Jerman Timur, penulis berbagai karya dalam ilmu tumbuhan, bersama dengan de
Tournefort konseptor untuk pengertian marga (genus).
J.P. de TOURNEFORT (1656-1708), berkebangsaan Perancis, pada usia 21 tahun telah
menjadi Guru Besar Ilmu Tumbuhan di Paris. la telah menjelajahi Eropa dan Asia
Depan untuk mengumpulkan tumbuhan, yang ia susun dalam suatu sistem klasifikasi
yang terutama berdasarkan sifat-sifat bunga. Sistem klasifikasi de Tournefort diterima
baik di seluruh Eropa dan Perancis. Sistem klasifikasinya terus dipertahankan sampai
diungguli oleh sistem ciptaan de Jussieu. Bersama-sama dengan Rivinus ia dianggap
sebagai konseptor pengertian marga, yang intinya sampai sekarang tetap belum
berubah.
1) Suku Lyginopteridaceae
Batang ada yang memanjat, Tidak atau sedikit saja bercabang, Mempunyai teras atau
tidak, Unsur-unsur kayu seperti pada Gymnospermae tersusun radier, Baik akar
maupun batangnya mempunyai kambium dan memperlihatkan pertumbuhan menebal
sekunder. Tajuk pohon berbentuk kipas, Bakal biji mempunyai piala. Contohnya:
Lyginopteris oldhamia.
Cycas ini merupakan tumbuhan biji yang primitive. Golongan sikas ditemukan di
daerah tropis hingga sub-tropis. Ciri yang khas untuk tumbuhan ini adalah batang
yang tidakbercabang, daun majemuk menyirip atau berbagi menyirip.yang tersusun
sebagai tajuk di puncak batang (roset batang) yang memanjang. Seluruh anggotanya
berumah dua. Tanaman ini merupakan sumber bahan kertas, kayu lunak, bahan
bangunan, bahan plastik, pernis, terpentin, damar, dan tinta cetak.
Cycas biasa disebut sikas adalah tanaman jurasik yang berumur kurang lebih 240 juta
tahun dan diperkirakan merupakan makanan dinosaurus yang herbivora. Sikas
bahkan dipercaya sudah tumbuh sebelum tanaman berbunga. Distribusi sikas yang
sangat luas menunjukkan tanaman ini sangat dominan pada masa prehistorik, sikas
dapat ditemui di benua Amerika, Australia, Asia, Afrika. Umur sikas yang begitu tua
memberikan kesan prehistorik yang kuat sehingga menjadi buruan banyak kolektor
tanaman.
Sikas hanya tumbuh didaerah beriklim tropis seperti di Asia, Australia, Amerika
Tengah dan Selatan hingga Afrika. Beberapa jenis sikas diketahui telah punah di
alam habi
tatnyasedangkan sebagian lainnya terancam punah yang disebabkan karena aktivitas
illegal para kolektor tanaman hias yang secara membabi buta mengambil sikas dari
alam bebas seirring dengan tingginya permintaan dan nilai komersial yang dapat
diperoleh dari usaha jaul beli tanaman hias
Gambar 5. (a) Cycas sp. (b) Strobilus betina Cycas sp (c) Strobilus jantan Cycas sp (Sumber
Juhriah, 2014)
Gambar 6. (a) Cycas rumphii (b) Daun muda (c) Cycas rumphii jantan (d) Cycas rumphii
betina (Sumber Juhriah, 2014)
Mayoritas tanaman sikas masih digunakan sebagai tanaman hias dalam penataan taman,
baik untuk kebutuhan landscape maupun sebagai tanaman hias dalam pot. Namun
demikian, beberapa jenis sikas juga mempunyai manfaat di bidang lain, misalnya C.
revoluta yang dikenal sebagai salah satu tanaman obat yang telah digunakan di
beberapa negara.
3) Ordo Welwitschiales
Ordo ini meliputi satu familia yaitu familia welwitschiaceae dengan ciri:
tumbuhan berupa batang hipokotil yang menebal seperti umbi dan akar tunggang
yang menebal menembus tanah.
Batang epikotil dan tidak terdapat daun daun, kecuali dua daun yang berhadapan,
berbentuk pita dengan ukuran sekitar 2 meter, yang padaujungnya mati tetapi
pangkalnya terus tumbuh selama tumbuhan masih hidup.
Berbunga majemuk terdapat pada tepi batang hipokotil, bercabang seperti anak
paying menggarpu, dengan hunga-bunga yang tersusun dalam bulir yang keluar
dari ketiak daun pelindung yang besar dan tersusun berhadapan.
Bunga jantan dengan 4 tepala yang tersusun dalam 2 lingkaran dan 6 benang sari
yang pangkalnya berlekatan dengan kepala sari yang terdiri atas 3 kantong sari,
ditemhah terdapt bakal biji yang rudimenter.
Memiliki bunga betina dengan tenda bunga yang berlekatan, kanan kiri melebar
seperti sayap.
Bakal biji dengan satu integument berbentuk pembuluh yang memanjang. Suku
ini hanya terdiri atas satu Genus, yaitu Welwitschia.
Contoh speciesnya adalah Welwitschia mirabilis, hidup endemic di daerah gurun
dekat pantai Afrika barat daya dan Angola.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Dua periode awal pada sejarah perkembangan taksonomi tumbuhan adalah periode tertua
(dalam periode ini secara formal belum dikenal adanya sistem klasifikasi yang diakui)
dan periode sistem habitus (taksonomi tumbuhan sebagai ilmu pengetahuan baru
dianggap dimulai dalam abad ke-4 sebelum Masehi).
2. Ciri umum dari Gumnospermae adalah berbiji terbuka.
3. Gymnospermae berkembang biak secara generative dengan biji.
4. Sub divisi Gymnospermae diklasifikasikan kedalam 7 kelas, yaitu: kelas Pteridospermae,
kelas Cycadinae, kelas Bennettitinae, kelas Cordaitinae, kelas Ginkyoinae, kelas
Coniferae atau Coniferinae, dan kelas Gnetinae.
5. Gymnospermae memilki banyak manfaat bagi manusia mulai dari sebagai makanaan
sampai sebagai obat ataupun tanaman hias.
3.2. Saran
Berdasarkan hasil penulisan makalah ini penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Masih banyak penelitian lainnya yang dapat dilakukan oleh mahasiswa, khususnya
yang berkaitan denganperan gymnospermae bagi manusia.
2. Diharapkan kepada pemerintah dan masyarakat agar dapat lebih
memaksimalkanpemanfaatan gymnospermae di bidang pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA