Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Proses atau keadaan menjadi tua,senescence,merupakan fenomena perkembangan manusi yang


alamiah dimana secara berangsur-angsur terjadi kemunduran dari kapasitas mental,berekurangnya
minat social dan menurunnya aktifitas fisik serupa dengan masa kanak-kanak,remaja,dewasa,menjadi
tua adalah hal yang normal yang disertai pula dengan problema yang khusus pula. Tekanan hidup yang
beraneka ragam yang terdapat dalam masyarakat ikut membentuk keadaan istimewa atau khusus ini
pada usia lanjut.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perawatan usia lanjut yang keadaan kesehatannya
terutama dipengaruhi oleh proses ketuaannya,maka penulis mengambil judul makalah ini “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Lansia”.

Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

2. Tujuan Khusus

· Dapat melakukan pengkajian

· Dapat membuat rencana tindakan keperawatan

· Dapat melakukan intervensi yang telah dibuat

· Dapat melakukan atau menentukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan.

Metode penulisan

Metode penulisan makalah ini didasarkan dari hasil studi literature dan studi perpustakaan

Ruang lingkup pembahasan

1. Tinjauan teori

2. Tinjauan asuhan keperawatan

3.

BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian

Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti died dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.

Lansia adalah seseorang yang lebihdari 75 tahun

B. Masalah Kesehatan Lansia

Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien
Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala
aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain
(Depkes.RI, 1992:6)

Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan pada lansia yang
menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai
kehidupan lansia. Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari
masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif
serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia.

Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :

a) Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia

b) Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif

c) Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila :

* Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain).

* Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya
setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup
dan lain-lain.
d) Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa
lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek psikologis yang
mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dan sebagainya. Hal itu biasanya bersumber dari
munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak
keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa Lansia

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-faktor tersebut
hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia.

Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka
adalah sebagai berikut:

1. Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat
patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin
keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. Secara umum kondisi fisik seseorang
yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat
menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat
menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat
tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan
kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan
yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.

2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai
gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru
selesai operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau
nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid,
tranquilizer.

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

* Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia

* Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.

* Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.

* Pasangan hidup telah meninggal.


* Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas,
depresi, pikun dan sebagainya.

3. Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan
lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi
psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,
tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial
yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.

4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah
agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering
diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan,
jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih
tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.

D. Penyakit Psikiatris

Gangguan yang paling banyak diderita adalah gangguan depresi, demensia, fobia, dan gangguan terkait
penggunaan alkohol. Lansia dengan usia di atas 75 tahun juga beresiko tinggi melakukan bunuh diri.
Banyak gangguan mental pada lansia dapat dicegah, diperbaiki, bahkan dipulihkan.

1) Gangguan demensia

Faktor resiko demensia yang sudah diketahui adalah usia, riwayat keluarga, dan jenis kelamin wanita.
Perubahan khas pada demensia terjadi pada kognisi, memori, bahasa, dan kemampuan visuospasial, tapi
gangguan perilaku juga sering ditemui, termasuk agitasi, restlessness, wandering, kemarahan, kekerasan,
suka berteriak, impulsif, gangguan tidur, dan waham.

2) Gangguan depresi

Gejala yang sering muncul pada gangguan depresif adalah menurunnya konsentrasi dan fisik, gangguan
tidur (khususnya bangun pagi terlalu cepat dan sering terbangun [multiple awakenings]), nafsu makan
menurun, penurunan berat badan, dan masalah-masalah pada tubuh.

3) Gangguan kecemasan

Termasuk gangguan panik, ketakutan (fobia), gangguan obsesif-kompulsif, gangguan kecemasan yang
menyeluruh, gangguan stres akut, dan gangguan stres pasca trauma.
Tanda dan gejala ketakutan (fobia) pada lansia tidak seberat daripada yang lebih muda, tetapi efeknya
sama. Gangguan kecemasan mulai muncul pada masa remaja awal atau pertengahan, tetapi beberapa
dapat muncul pertama kali setelah usia 60 tahun.

Pengobatan harus disesuaikan dengan penderita dan harus diperhitungkan pengaruh biopsikososial yang
menghasilkan gangguan. Farmakoterapi dan psikoterapi dibutuhkan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

· Apakah mengenal masa;lah-masalah utamanya

· Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan

· Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak

· Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan

· Apakah mudah dalam menyesuaikan diri

· Apakah lanjut usia yang sering mengalami kegagalan

· Apakah harapan pada saat ini dan akan datang

· Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif daya ingat,proses piker alam perasaan,orientasi dan
kemampuan dalam menyelesaikan masalah

B. Diagnosa keperawatan

1. Isolasi social berhubungan dengan rasa curiga

2. Depresi berhubungan dengan isolasi social

3. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak

C. INTERVENSI

Diagnosa keperawatan 1

Isolasi social berhubungan dengan rasa Curiga


Tujuan umum (TUM)

Klien tidak mengisolasi diri lagi

Tujuan khusus (TUK)

TUK 1:Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria evaluasi:

Ada kontak mata,ekspresi wajah ramah,klien mau duduk berdampingan dengan perawat,mau
mengutarakan masalah yang dihadapi.

Intervensi:

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik

a. Sapa klien dengan ramah secara vernal maupun non verbal

b. Jelaskan tujuan pertemuan kepada klien dengan jelas

c. Tujuan sikap empati dan penuh perhatian

d. Terima klien apa adannya,hargai privacy klien

TUK II: Klien dapat mengenal perasaan curigannya

Kriteria hasil:

Klien dapat menyatakan penyebab perasaan curigannya intervensi:

a. Diskusikan dengan klien cara mengungkapkan perilaku:apa alas an klien selalu menghindar bila
disapa oleh perawat

b. Tunjukan komunikasi yang jujur dan respon prilaku klien.

TUK III: Gali bersama klien penyebab rasa curiga

Anda mungkin juga menyukai