PENDAHULUAN
Latar Belakang
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perawatan usia lanjut yang keadaan kesehatannya
terutama dipengaruhi oleh proses ketuaannya,maka penulis mengambil judul makalah ini “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Lansia”.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
· Dapat melakukan atau menentukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Metode penulisan
Metode penulisan makalah ini didasarkan dari hasil studi literature dan studi perpustakaan
1. Tinjauan teori
3.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti died dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien
Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala
aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain
(Depkes.RI, 1992:6)
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan pada lansia yang
menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai
kehidupan lansia. Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari
masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif
serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia.
Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :
* Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya
setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup
dan lain-lain.
d) Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa
lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek psikologis yang
mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dan sebagainya. Hal itu biasanya bersumber dari
munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak
keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis.
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-faktor tersebut
hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia.
Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka
adalah sebagai berikut:
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat
patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin
keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. Secara umum kondisi fisik seseorang
yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat
menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat
menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat
tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan
kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan
yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai
gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru
selesai operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau
nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid,
tranquilizer.
* Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
* Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan
lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi
psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,
tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial
yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah
agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering
diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan,
jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih
tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
D. Penyakit Psikiatris
Gangguan yang paling banyak diderita adalah gangguan depresi, demensia, fobia, dan gangguan terkait
penggunaan alkohol. Lansia dengan usia di atas 75 tahun juga beresiko tinggi melakukan bunuh diri.
Banyak gangguan mental pada lansia dapat dicegah, diperbaiki, bahkan dipulihkan.
1) Gangguan demensia
Faktor resiko demensia yang sudah diketahui adalah usia, riwayat keluarga, dan jenis kelamin wanita.
Perubahan khas pada demensia terjadi pada kognisi, memori, bahasa, dan kemampuan visuospasial, tapi
gangguan perilaku juga sering ditemui, termasuk agitasi, restlessness, wandering, kemarahan, kekerasan,
suka berteriak, impulsif, gangguan tidur, dan waham.
2) Gangguan depresi
Gejala yang sering muncul pada gangguan depresif adalah menurunnya konsentrasi dan fisik, gangguan
tidur (khususnya bangun pagi terlalu cepat dan sering terbangun [multiple awakenings]), nafsu makan
menurun, penurunan berat badan, dan masalah-masalah pada tubuh.
3) Gangguan kecemasan
Termasuk gangguan panik, ketakutan (fobia), gangguan obsesif-kompulsif, gangguan kecemasan yang
menyeluruh, gangguan stres akut, dan gangguan stres pasca trauma.
Tanda dan gejala ketakutan (fobia) pada lansia tidak seberat daripada yang lebih muda, tetapi efeknya
sama. Gangguan kecemasan mulai muncul pada masa remaja awal atau pertengahan, tetapi beberapa
dapat muncul pertama kali setelah usia 60 tahun.
Pengobatan harus disesuaikan dengan penderita dan harus diperhitungkan pengaruh biopsikososial yang
menghasilkan gangguan. Farmakoterapi dan psikoterapi dibutuhkan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
· Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif daya ingat,proses piker alam perasaan,orientasi dan
kemampuan dalam menyelesaikan masalah
B. Diagnosa keperawatan
C. INTERVENSI
Diagnosa keperawatan 1
Kriteria evaluasi:
Ada kontak mata,ekspresi wajah ramah,klien mau duduk berdampingan dengan perawat,mau
mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi:
Kriteria hasil:
a. Diskusikan dengan klien cara mengungkapkan perilaku:apa alas an klien selalu menghindar bila
disapa oleh perawat