Kesimpulan yang bisa diambil dari pembahasan di atas adalah filsafat dan
agama memiliki hubungan yang erat. Selain itu, dengan filsafat, kita dapat
mengetahui bukti-bukti adanya Tuhan.
Filsafat adalah induk dari segenap ilmu pengetahuan (sains). Jadi makin
jelas, agama sangat memerlukan filsafat untuk menemukan KEBENARAN
OBYEKTIF. Dan kebenaran obyektif itu dipakai menjadi tolok ukur apakah
suatu kebenaran subyektif masih pada jalurnya atau sudah menyimpang dari
tujuan yaitu KEBENARAN itu sendiri. Dalam sejarah, agama Kristen pernah
menomor-duakan filsafat terhadap agama. Filsafat disebut "Ancilla Theologiae"
atau "pelayannya agama". Kala itu filsafat hanya dipakai sebagai "pembenaran2
atas doktrin2". Tapi tidak lama setelah itu, Filsafat menemukan jalannya sendiri
dan bersanding sejajar dengan agama. Fungsi filsafat bukan lagi hanya menjadi
"pelayan atau budak" yang membenarkan subyektifitas dengan obyektifitas,
melainkan sudah menjadi "tuan yang berdaulat penuh" yang kemudian malah
menjalankan fungsi kritik terhadap keyakinan2 subyektif.
Tak ada agama yang "tahan" dihantam kekritisan filsafat. Agama2 akan
terpaksa memilih, mau nampak terbelakang dan bodoh karena menolak akal
sehat ataukah berjalan bersama filsafat dalam mencari kebenaran sepanjang
jaman. Tapi, masih sering terdengar filsafat itu menyesatkan karena
mengandalkan akal. Bagaimana tanggapan rekan rekan semua? Silakan
diperdebatkan.