Diajukan Kepada :
dr. Dwi Hartanto, Sp.P
Diajukan Oleh :
Kartika Yulianti
1710221071
1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus :
Asma berat eksaserbasi akut
Disusun Oleh:
Kartika Yulianti
1710221071
2
BAB I
STATUS PASIEN
I.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn.A
No. RM : 167738
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Magelang
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Tanggal Masuk : 25 April 2018
I.2 ANAMNESIS
Aloanamnesis pada tanggal 26 April 2018
a. Keluhan Utama
Sesak nafas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
b. Keluhan Tambahan
Batuk, mual, muntah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang:
- Pasien mengeluh sesak sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, Sesak
napas dirasakan terutama saat saat malam hari malam hari, sesak nafas
dipicu udara dingin, ada binatang berbulu di dekat pasien, serta jika
pasien sedang ada penyakit lain seperti batuk, flu. Pasien mengaku
sering sesak nafas dan sering terdengar bunyi “ngik-ngik” saat sesak
nafas berlangsung. Sesak nafas akan memburuk jika pasien melakukan
banyak gerakan dan aktivitas dan sedikit membaik saat istirahat. Sesak
nafas sering dirasakan sejak 2 tahun yang lalu.
- Kekambuhan sesak nafas biasanya terjadi 2 kali sehari atau seminggu
bisa kambuh 3-4 kali, hal ini diakui pasien cukup menganggu aktivitas
sehari-harinya. Awalnya kekambuhan hanya terjadi minimal seminggu
1x tetapi semakin lama semakin sering dan memberat.
3
- Pasien mengaku sering bersin dan pilek saat bangun tidur dan terjadi
pada keadaan dingin dan pagi hari.
- Pasien mengaku jika sedang terjadi kekambuhan dada terasa berat jika
untuk bernapas.
- Keluhan disertai dengan batuk, batuk dirasakan sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit, batuk disertai dahak berwarna putih tetapi pasien
mengaku dahak sulit keluar. Sebelumnya jika terjadi kekambuhan asma
pasien jarang disertai batuk. Jika pasien sedang batuk atau flu pasti sesak
nafas muncul.
- Demam disangkal (-)
- Nyeri tenggorokan (-), pilek (-), lemas (+), pusing (-)
- Pasien mengaku merasa mual (+), dan muntah 3x 1 hari sebelum masuk
rumah sakit.
- BAB dan BAK dalam batas normal.
- 2 jam SMRS pasien merasa sesak nafas belum berkurang, lemas, batuk
(+).
f. Riwayat Pengobatan
- Jika sedang sesak pasien sering meminum obat dari dokter, tetapi pasien
tidak mengetahui nama obat dan tidak membawa obat saat berada di
rumah sakit. Pasien merasa lebih baik jika meminum obat tersebut.
4
g. Riwayat Sosial Ekonomi
- Pasien seorang pelajar di madrasah, pasien tinggal di pondok pesantren.
- Pasien mengaku jarang berolah raga.
D. Status Generalisata
Kepala
Normocephal, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah dicabut,
wajah tampak normal.
Mata
Konjungtiva anemia -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter 3 mm,
refleks pupil +/+, mata sembab -/-, mata cekung (-/-)
Telinga
Simetris, tidak ada kelainan, otore (-/-)
Hidung
Pernapasan cuping hidung (+), mukosa normal, konka hipertrofi tak
terlihat
Tenggorokan
Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Leher
Deviasi trakhea (-), JVP tidak meningkat, KGB dalam batas normal
5
Thoraks
Cor :
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba kuat angkat
Perkusi : Batas jantung
Kiri, redup pada ICS V linea midclavicular sinistra
Kanan, redup pada ICS IV linea parasternalis dextra
Atas, redup pada ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi :Bunyi jantung SI-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan pernafasan kanan-kiri simetris
Palpasi : Vocal fremitus dada kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+) wheezing (+/+), ronkhi (-/-
)
Abdomen
Inspeksi : Perut datar simetris
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
- Ekstremitas
Akral hangat, edema tungkai (-/-), capillary refill time < 2 detik, turgor
dbn
6
- Sering sesak nafas dan sering terdengar bunyi “ngik-ngik” saat sesak
nafas berlangsung.
- Sesak nafas akan memburuk jika pasien melakukan banyak gerakan dan
aktivitas dan sedikit membaik saat istirahat.
- Sesak nafas sering dirasakan sejak 2 tahun yang lalu.
- Kekambuhan sesak nafas biasanya terjadi 2 kali sehari atau seminggu
bisa kambuh 3-4 kali.
- Sesak cukup menganggu aktivitas sehari-hari.
- Awalnya kekambuhan hanya terjadi minimal seminggu 1x tetapi
semakin lama semakin sering dan memberat.
- Pasien mengaku sering bersin dan pilek saat bangun tidur dan terjadi
pada keadaan dingin dan pagi hari.
- Dada terasa berat saat sesak
- Batuk (+)sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
- batuk disertai dahak berwarna putih tetapi pasien mengaku dahak sulit
keluar.
- lemas (+)
- Mual (+)
- Muntah 3x, 1 hari sebelum masuk rumah sakit
- Pernapasan cuping hidung (+)
- Wheezing (+/+)
I.5 Hipotesis
Asma persisten berat eksaserbasi akut
Asma persisten sedang eksaserbasi akut
Bronchitis akut
dispepsia
7
1. HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 15 12-16 g/Dl
Hematokrit 43.1 35 - 47 %
Eritrosit 5.22 3.9 – 5.5 juta/ L
Leukosit 21.900 3.600 – 11.000/L
Trombosit 316.000 150.000 – 440.000/L
MCV 82.4 80 – 100 Fl
MCH 28.7 26 – 35 pg
MCHC 34.9 31 – 36 g/Dl
2. KIMIA KLINIK
SGOT (AST) 35 < 37 U/L
SGPT (ALT) 39 < 41 U/L
Ureum 14 17 – 43 mg/Dl
Kreatinin 0.8 0.9 – 1.3 mg/Dl
Gula Sewaktu 70 70 – 170 mg/Dl
Pemeriksaan spirometri
FVC 0.91 30%
FEV1 0.83 29%
FEV1/FVC 91 106%
FEV1/VC 81 96%
PEF 2.14 33%
Rontgen thoraks :
Corakan bronkovaskular meningkat
8
I.8 TERAPI
1. Farmakologi
a) terapi simptomatik
batuk berdahak sulit keluar : mukolitik : vectrin 3x1
mual : antiemetik : domperidon/vometa
b) terapi kausatif
bronkodilator : salbutamol, nebulizer (bricasma 2x1, pulmicort 2x1),
aminophilin
antiinflamasi : Metilprednisolon 3x62.5 mg
Antibiotik : cephalosporin (ceftriaxone)
c) Terapi suportif
Infus D5
2. Non farmakologi
Hindari pencetus asma
Minum air hangat
I.9 FOLLOW UP
26 April 2018
S Batuk (+) dahak masih sulit keluar, sesak sudah berkurang, mual (-)
O - Kesadaran : Composmentis
- TD : 120/70 mmHg
- Pernapasan : 24x/menit
- Nadi : 122x/menit
- Suhu : 36.1 C
- SpO2 : 89%
Status Generalisata
Kepala: Normocephal, distribusi rambut merata, rambut tidak
mudah dicabut, wajah tampak normal
Mata
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter
3 mm, refleks pupil +/+
9
Telinga: dbn
Hidung: dbn
Tenggorokan: dbn
Leher: dbn
Thoraks
Cor : dbn
Pulmo : wheezing (+/+)
Abdomen: dbn
Ekstremitas
Akral hangat, edema tungkai (-/-), capillary refill time < 2 detik
A Asma persisten berat eksaserbasi akut + bronkitis akut
P - Oksigen 3 lpm
- Infus D5
- Metil perdnisolon 3x125
- Nebulizer (ventolin, flixotide)
- Salbutamol
- ceftriaxone
- Vectrin
27 April 2018
S Batuk (+), sesak sudah tidak terasa
O - Kesadaran: Composmentis
- TD: 120/80 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 36º C,
SpO2: 96%
Status Generalisata
Kepala: dbn
Mata
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter
3 mm, refleks pupil +/+
Telinga: dbn
10
Hidung: dbn
Tenggorokan: dbn
Leher: dbn
Thoraks
Cor : dbn
Pulmo : wheezing (+/+) minimal
Abdomen: Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Akral hangat, edema tungkai (+/+), capillary refill time < 2 detik
18 April 2018
S Keluhan (-)
O - Kesadaran: Composmentis
- TD: 120/80 mmHg, HR: 80x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 36 º C,
SpO2: 98%
Status Generalisata
Kepala: wajah sembab sudah berkurang
Mata
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter
3 mm, refleks pupil +/+, mata sembab (-)
Telinga: dbn
Hidung: dbn
Tenggorokan: dbn
Leher: struma tiroid difus (+)
11
Thoraks
Cor : dbn
Pulmo : dbn
Abdomen: Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Akral hangat, edema tungkai (+/+), capillary refill time < 2 detik
19 April 2018
S Keluhan (-)
O - Kesadaran: Composmentis
- TD: 110/80 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 36,2º C,
SpO2: 98%
Status Generalisata
Kepala: wajah sembab (-)
Mata
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter
3 mm, refleks pupil +/+, mata sembab (-)
Telinga: dbn
Hidung: dbn
Tenggorokan: dbn
Leher: struma tiroid difus (+)
12
Thoraks
Cor : dbn
Pulmo : dbn
Abdomen: Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Akral hangat, edema tungkai (+/+), capillary refill time < 2 detik
13
BAB II
ASMA BRONCHIAL
II.1.Asma
II.1.1. Definisi Asma
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan
berarti serangan nafas pendek. Nelson mendefinisikan asma sebagai kumpulan
tanda dan gejala wheezing (mengi) dan atau batuk dengan karakteristik sebagai
berikut; timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari/dini
hari (nocturnal), musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan
bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta adanya
riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarga, sedangkan sebab-sebab lain
sudah disingkirkan.
Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for
Asthma (GINA) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas
dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T.
Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan mengi berulang, sesak nafas,
rasa dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini
biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi,
yang sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan,
inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan nafas terhadap
berbagai rangsangan.
II.1.2. Epidemiologi
Asma dapat timbul pada segala umur, dimana 30% penderita bergejala pada
umur 1 tahun, sedangkan 80-90% anak yang menderita asma gejala pertamanya
muncul sebelum umur 4-5 tahun. Sebagian besar anak yang terkena kadang-kadang
hanya mendapat serangan ringan sampai sedang, yang relatif mudah ditangani.
14
Sebagian kecil mengalami asma berat yang berlarut-larut, biasanya lebih banyak
yang terus menerus dari pada yang musiman. Hal tersebut yang menjadikannya
tidak mampu dan mengganggu kehadirannya di sekolah, aktivitas bermain, dan
fungsi dari hari ke hari.
Asma sudah dikenal sejak lama, tetapi prevalensi asma tinggi. Di Australia
prevalensi asma usia 8-11 tahun pada tahun 1982 sebesar 12,9% meningkat menjadi
29,7% pada tahun 1992. Penelitian di Indonesia memberikan hasil yang bervariasi
antara 3%-8%, penelitian di Menado, Pelembang, Ujung Pandang, dan Yogyakarta
memberikan angka berturut-turut 7,99%; 8,08%; 17% dan 4,8%.
II.1.4. Patofisiologi
Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme otot
bronkus, sumbatan mukus, edema dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi
bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran nafas menyempit
pada fase tersebut. Hal ini mengakibatkan udara distal tempat terjadinya obtruksi
15
terjebak tidak bisa diekspirasi, selanjutnya terjadi peningkatan volume residu,
kapasitas residu fungsional (KRF), dan pasien akan bernafas pada volume yang
tinggi mendekati kapasitas paru total (KPT). Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar
saluran nafas tetap terbuka dan pertukaaran gas berjalan lancar.
Gangguan yang berupa obstruksi saluran nafas dapat dinilai secara obyektif dengan
Volume Ekspirasi Paksa (VEP) atau Arus Puncak Ekspirasi (APE). Sedangkan
penurunan Kapasitas Vital Paksa (KVP) menggambarkan derajat hiperinflasi paru.
Penyempitan saluran nafas dapat terjadi baik pada di saluran nafas yang besar,
sedang maupun yang kecil. Gejala mengi menandakan ada penyempitan di saluran
nafas besar.
Manifestasi penyumbatan jalan nafas pada asma disebabkan oleh
bronkokontriksi, hipersekresi mukus, edema mukosa, infiltrasi seluler, dan
deskuamasi sel epitel serta sel radang. Berbagai rangsangan alergi dan rangsangan
nonspesifik, akan adanya jalan nafas yang hiperaktif, mencetuskan respon
bronkokontriksi dan radang. Rangsangan ini meliputi alergen yang dihirup (tungau
debu, tepungsari, sari kedelai, dan protein minyak jarak), protein sayuran lainnya,
infeksi virus, asap rokok, polutan udara, bau busuk, obat-obatan (metabisulfit),
udara dingin, dan olah raga.
Patologi asma berat adalah bronkokontriksi, hipertrofi otot polos bronkus,
hipertropi kelenjar mukosa, edema mukosa, infiltrasi sel radang (eosinofil,
neutrofil, basofil, makrofag), dan deskuamasi. Tanda-tanda patognomosis adalah
krisis kristal Charcot-leyden (lisofosfolipase membran eosinofil), spiral Cursch-
mann (silinder mukosa bronkiale), dan benda-benda Creola (sel epitel terkelupas).
Penyumbatan paling berat adalah selama ekspirasi karena jalan nafas intratoraks
biasanya menjadi lebih kecil selama ekspirasi. Penyumbatan jalan nafas difus,
penyumbatan ini tidak seragam di seluruh paru. Atelektasis segmental atau
subsegmental dapat terjadi, memperburuk ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
Hiperventilasi menyebabkan penurunan kelenturan, dengan akibat kerja pernafasan
bertambah. Kenaikan tekanan transpulmuner yang diperlukan untuk ekspirasi
melalui jalan nafas yang tersumbat, dapat menyebabkan penyempitan lebih lanjut,
atau penutupan dini (prematur) beberapa jalan nafas total selama ekspirasi, dengan
demikian menaikkan risiko pneumotoraks.
16
II.1.5. Etiologi
Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkan faktor autonom,
imunologis, infeksi, endokrin dan psikologis dalam berbagai tingkat pada berbagai
individu. Aktivitas bronkokontriktor neural diperantarai oleh bagian kolinergik
sistem saraf otonom. Ujung sensoris vagus pada epitel jalan nafas, disebut reseptor
batuk atau iritan, tergantung pada lokasinya, mencetuskan refleks arkus cabang
aferens, yang pada ujung eferens merangsang kontraksi otot polos bronkus.
Neurotransmisi peptida intestinal vasoaktif (PIV) memulai relaksasi otot polos
bronkus. Neurotramnisi peptida vasoaktif merupakan suatu neuropeptida dominan
yang dilibatkan pada terbukanya jalan nafas.
Faktor imunologi penderita asma ekstrinsik atau alergi, terjadi setelah
pemaparan terhadap faktor lingkungan seperti debu rumah, tepung sari dan
ketombe. Bentuk asma inilah yang paling sering ditemukan pada usia 2 tahun
pertama dan pada orang dewasa (asma yang timbul lambat), disebut intrinsik.
Faktor endokrin menyebabkan asma lebih buruk dalam hubungannya dengan
kehamilan dan mentruasi atau pada saat wanita menopause, dan asma membaik
pada beberapa anak saat pubertas. Faktor psikologis emosi dapat memicu gejala-
gejala pada beberapa anak dan dewasa yang berpenyakit asma, tetapi emosional
atau sifat-sifat perilaku yang dijumpai pada anak asma lebih sering dari pada anak
dengan penyakit kronis lainnya.
II.1.6. Klasifikasi
Derajat Gejala Gejala Malam Faal Paru
Asma
Intermitten Gejala <1x/minggu 2x sebulan VEP1 80% nilai
Tanpa gejala diluar prediksi
serangan APE 80% nilai
Serangan singkat terbaik
Variability
APE <20%
17
Persisten Gejala >1x/minggu >2x sebulan VEP1 80% nilai
Ringan tapi <ix/hari prediksi
APE 80% nilai
terbaik
Variability
APE 20%-30%
Persisten Gejala setiap hari >1x seminggu VEP1 60-80%
Sedang Serangan nilai prediksi
mengganggu APE 60-80%
aktivitas dan tidur nilai terbaik
Membutuhkan Variability
bronkodilator tiap APE >30%
hari
Persisten Gejala terus Sering VEP1 <60%
Berat menerus nilai prediksi
Sering kambuh APE <60%
Aktivitas fisik nilai terbaik
terbatas Variability
APE >30%
II.1.7. Diagnosis
Studi epidemiologi menunjukkan asma underdiagnosed di seluruh dunia,
disebabkan berbagai hal antara lain gambaran klinis yang tidak khas dan beratnya
penyakit yang sangat bervariasi, serta gejala yang bersifat episodik sehingga
penderita tidak merasa perlu ke dokter. Diagnosis asma didasari oleh gejala yang
bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan
variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk
menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal
paru terutama reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai
diagnostik.
18
a. Riwayat Penyakit dan gejala :
1. Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan
2. Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
3. Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
4. Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
5. Respons terhadap pemberian bronkodilator.
b. Pemeriksaan fisik
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan jasmani dapat
normal. Kelainan pemeriksaan jasmani yang paling sering ditemukan adalah mengi
pada auskultasi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal
walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat penyempitan jalan
napas. Pada keadaan serangan, kontraksi otot polos saluran napas, edema dan
hipersekresi dapat menyumbat saluran napas; maka sebagai kompensasi penderita
bernapas pada volume paru yang lebih besar untuk mengatasi menutupnya saluran
napas. Hal itu meningkatkan kerja pernapasan dan menimbulkan tanda klinis
berupa sesak napas, mengi dan hiperinflasi. Pada serangan ringan, mengi hanya
terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Walaupun demikian mengi dapat tidak
terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat, tetapi biasanya disertai
gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan
penggunaan otot bantu napas.
c. Faal paru
Umumnya penderita asma sulit menilai beratnya gejala dan persepsi
mengenai asmanya , demikian pula dokter tidak selalu akurat dalam menilai dispnea
dan mengi; sehingga dibutuhkan pemeriksaan objektif yaitu faal paru antara lain
19
untuk menyamakan persepsi dokter dan penderita, dan parameter objektif menilai
berat asma. Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai :
1. obstruksi jalan napas
2. reversibiliti kelainan faal paru
3. variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperes-ponsif jalan
napas
Banyak parameter dan metode untuk menilai faal paru, tetapi yang telah
diterima secara luas (standar) dan mungkin dilakukan adalah pemeriksaan
spirometri dan arus puncak ekspirasi (APE).
a. Spirometri
Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasiti vital
paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur yang
standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung kepada kemampuan penderita sehingga
dibutuhkan instruksi operator yang jelas dan kooperasi penderita. Untuk
mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang
reproducible dan acceptable. Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/
KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi .
Manfaat pemeriksaan spirometri dalam diagnosis asma :
- Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau
VEP1 < 80% nilai prediksi.
- Reversibiliti, yaitu perbaikan VEP1 ³ 15% secara spontan, atau setelah
inhalasi bronkodilator (uji bronkodilator), atau setelah pemberian
bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/
oral) 2 minggu. Reversibiliti ini dapat membantu diagnosis asma
- Menilai derajat berat asma
20
baik oleh dokter maupun penderita, sebaiknya digunakan penderita di rumah
sehari-hari untuk memantau kondisi asmanya. Manuver pemeriksaan APE dengan
ekspirasi paksa membutuhkan koperasi penderita dan instruksi yang jelas.
Manfaat APE dalam diagnosis asma
- Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE ³ 15% setelah inhalasi bronkodilator
(uji bronkodilator), atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau respons terapi
kortikosteroid (inhalasi/ oral , 2 minggu)
- Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti APE
harian selama 1-2 minggu. Variabiliti juga dapat digunakan menilai derajat
berat penyakit (lihat klasifikasi)
Nilai APE tidak selalu berkorelasi dengan parameter pengukuran faal paru lain, di
samping itu APE juga tidak selalu berkorelasi dengan derajat berat obstruksi. Oleh
karenanya pengukuran nilai APE sebaiknya dibandingkan dengan nilai terbaik
sebelumnya, bukan nilai prediksi normal; kecuali tidak diketahui nilai terbaik
penderita yang bersangkutan
21
Obstruksi mekanis (misal tumor)
Keluhan sesak biasanya bertahan lama. Hal ini disebabkan karena adanya
penyempitan permanen dari saluran pernafasan. Bunyi mengi juga akan terdengar
setiap saat.
Anak
Benda asing di saluran napas
Keluhan sesak disertai dengan riwayat tertelan benda asing. Setelah benda asing
berhasil dikeluarkan maka keluhan sesak akan hilang secara permanen.
Laringotrakeomalasia
Laringotrakeomalasia adalah kelainan yang disebabkan oleh melemahnya struktur
supraglotis dan dinding trakea, sehingga terjadi kolaps dan obstruksi saluran napas
yang menimbulkan gejala utama berupa stridor. Kelainan ini dapat hadir sebagai
laringomalasia atau trakeomalasia saja.
Tumor
Keluhan sesak biasanya juga bertahan lama sama seperti tumor pada dewasa. Hal
ini disebabkan karena adanya penyempitan permanen dari saluran pernafasan.
Bunyi mengi juga akan terdengar setiap saat.
Bronkiolitis
Merupakan infeksi virus pada bronkiolus dan biasanya menyerang anak dibawah
usia 2 tahun
II.1.9. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan asma:
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel
7. Mencegah kematian karena asma
22
Penatalaksanaan asma berguna untuk mengontrol penyakit. Asma dikatakan
terkontrol bila :
1. Gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala malam
2. Tidak ada keterbatasan aktiviti termasuk exercise
3. Kebutuhan bronkodilator (agonis b2 kerja singkat) minimal (idealnya tidak
diperlukan)
4. Variasi harian APE kurang dari 20%
5. Nilai APE normal atau mendekati normal
6. Efek samping obat minimal (tidak ada)
7. Tidak ada kunjungan ke unit darurat gawat
23
kromolin. Bila terjadi serangan, obat pilihan agonis beta-2 kerja singkat inhalasi,
alternatif agonis beta-2 kerja singkat oral, kombinasi teofilin kerja singkat dan
agonis beta-2 kerja singkat oral atau antikolinergik inhalasi. Jika dibutuhkan
bronkodilator lebih dari sekali seminggu selama 3 bulan, maka sebaiknya penderita
diperlakukan sebagai asma persisten ringan.
24
atau kombinasi oral teofilin kerja singkat dan agonis beta-2 kerja singkat. Teofilin
kerja singkat sebaiknya tidak digunakan bila penderita telah menggunakan teofilin
lepas lambat sebagai pengontrol.
25
Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi
Initial Assesment
Riwayat, pem.fisik (auskultasi, penggunaan otot bantu nafas, HR, RR, FEV1 atau PEF,
Saturasi Oksigen
Initial Treatment
Oksigen smapai saturasi oksigen >90%, inhalasi β2-agonist kerja cepat (1jam), sistemik
glukokortikosteroid, sedatif di kontraindikasikan
(GINA, 2010).
26
Glukokortikosteroid inhalasi yang dapat digunakan pada penanganan Asma
Dewasa
Obat Dosis Harian Dosis Harian Dosis Harian
Rendah (µg) Sedang (µg) Tinggi (µg)
Beclomethasone
dipropionate - 200-500 >500-1000 >1000-2000
CFC
Beclomethasone
dipropionate - 100-250 >250-500 >500-1000
HFA
Budesonide 200-400 >400-800 >8--0-1680
Ciclesonide 80-160 >160-320 >320-1280
Flunisolide 500-1000 >1000-2000 >2000
Fluticazone
100-250 >250-500 >500-1000
propionate
Mumetasone
200 400 >800
fuoat
Triamcinolone
400-1000 >1000-2000 >2000
acetonide
Anak-anak
Obat Dosis Harian Dosis Harian Dosis Harian
Rendah (µg) Sedang (µg) Tinggi (µg)
Beclomethasone
100-200 >200-400 >400
dipropionate
Budesonide 100-200 >200-400 >400
Budesenide neb 250-500 >500-1000 >1000
Ciclesonide 80-160 >160-320 >320
Flunisolide 500-750 >750-1250 >1250
Fluticazone
100-200 >200-500 >500
propionate
Mumetasone
100 >200 >400
fuoat
Triamcinolone
400-800 >800-1200 >1200
acetonide
(GINA, 2010).
27
Kriteria rawat inap dan pemulangan pasien asma
Pasien dengan nilai FEV1 atau PEF pada pre-treatment kurang dari 20%
atau pasien dengan nilai FEV1 atau PEF pada post-treatment kurang dari 40%
merupakan indikasi untuk dilakukan rawat inap pada pasien asma. Pada pasien
dengan nilai FEV1 atau PEF pada post-treatment antara 40-60% dapat dipulangkan
namun dengan syarat harus diawasi secara adekuat. Sedangkan pasien dengan nilai
FEV1 atau PEF pada post-treatment lebih dari 60% dapat langsung dipulangkan
(GINA, 2010).
28
dan definisi. Prognosis selanjutnya ditentukan banyak faktor. Dari kepustakaan
didapatkan bahwa asma pada anak menetap sampai dewasa sekitar 26% - 78%.
Umumnya, lebih muda umur permulaan timbulnya asma, prognosis lebih baik,
kecuali kalau mulai pada umur kurang dari 2 tahun. Adanya riwayat dermatitis
atopik yang kemudian disusul dengan rinitis alergik, akan memberikan
kemungkinan yang lebih besar untuk menetapnya asma sampai usia dewasa. Asma
yang mulai timbul pada usia lanjut biasanya berat dan sukar ditanggulangi. Smith
menemukan 50% dari penderitanya mulai menderita asma sewaktu anak. Karena
itu asma pada anak harus diobati dan jangan ditunggu serta diharapkan akan hilang
sendiri. Komplikasi pada asma terutama infeksi dan dapat pula mengakibatkan
kematian.
29
ANALISA KASUS
1. Sesak nafas
Sesak nafas atau dyspnea merupakan istilah atau ungkapan sensasi yang
dialami individu dengan keluhan tidak enak atau tidak nyaman saat bernafas
dan gejala ini bersifat subjektif.
Sesak nafas dapat disebabkan karena berbagai faktor yaitu kelainan cardiac dan
non cardiac.
30
bronkokontriksi sehingga memicu terjadinya sesak nafas. Ini merupakan
salah satu gejala yang menonjol pada penyakit asma.
31
Hal ini memperlihatkan bahwa kekambuhan asma dirasakan cukup
sering dan menganggu aktivitas sehari-hari. Asma pada pasien ini juga
semakin memberat setiap harinya, dan hal ini dapat menjadi informasi
untuk mengetahui derajat asma pada pasien ini.
dari gejala klinis pasien ini kemungkinan pasien ini masuk dalam asma
persisten sedang-berat, tetapi untuk memastikannya perlu dilakukan
pemeriksaan spirometri untuk mengetahui fungsi parunya guna
mendukung diagnosis.
2. Pasien mengaku sering bersin dan pilek saat bangun tidur dan terjadi
pada keadaan dingin dan pagi hari.
Tanda rhinitis alergi :
- rinore
- bersin berulang
- hidung tersumbat
- rasa gatal di hidung, telinga atau daerah langit-langit, mata gatal,
berair atau kemerahan
32
kemungkinan pasien ini memiliki riwayat rhinitis alergi juga sehingga memang
memiliki riwayat reaksi hipersensitivitas sebelumnya. Merupakan salah satu
fakto risiko terjadinya asma.
4. Batuk (+) sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk disertai
dahak berwarna putih tetapi pasien mengaku dahak sulit keluar.
Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernafasan dan
merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di
tenggorokan karena adanya lendir atau mukus, makanan, debu, asap dan
sebagainya. Batuk juga merupakan salah satu gejala paling umum yang
menyertai penyakit pernafasan seperti asma, bronchitis dan PPOK. Batuk
pasien ini dapat disebabkan karena kekambuhan asmanya, tetapi dapat juga
terjadi karena adanya suatu infeksi pada saluran pernapasan.
5. lemas (+), Mual (+), Muntah 3x, 1 hari sebelum masuk rumah sakit
kemungkinan terdapat gangguan pada GI tract yang dapat disebabkan
karena berbagai hal seperti peningkatan asam lambung, keadaan
hipoglikemia dll.
7. Wheezing (+/+)
Wheezing merupakan suara nafas yang terjadi karena adanya penyempitan
jalan udara atau tersumbat sebagian. Obstruksi seringkali terjadi sebagai
akibat adanya sekresi atau edema. Suara ini juga terdengar pada asma dan
banyak proses yang berkaitan dengan bronkokonstriksi. Kondisi ini
33
biasanya disebabkan oleh bronkospasme, edema mukosa. Pada pasien ini
terdengar wheezing menandakan adanya penyempitan jalan napas yang
dapat disebabkan karena asma.
34
DAFTAR PUSTAKA
GINA (Global Initiative for Asthma); Pocket Guide for Asthma Management and
Prevension In Children. www. Ginaasthma.org.2006.
GINA (Global Initiative for Asthma); Pocket Guide for Asthma Management and
Prevension In Children. www. Ginaasthma.org.2010.
Suyono. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: FKUI
35