Anda di halaman 1dari 9

PENGERTIAN AUTISME

Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas
atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305).
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal,aktifitas
imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan.(Behrman,
1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan untuk
mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan,
perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif (Sacharin, R, M, 1996: 305)
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang
membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal.
Menurut Isaac, A (2005) autisme merupakan gangguan perkembangan pervasive dengan
masalah awal tiga area perkembangan utama yaitu perilaku, interaksi sosial dan komunikasi.
Autisme adalah kelainan neuropsikiatrik yang menyebabkan kurangnya kemampuan
berinteraksi sosial dan komunikasi, minat yang terbatas, perilaku tidak wajar dan adanya
gerakan stereotipik, dimana kelainan ini muncul sebelum anak berusia 3 tahun (Teramihardja,
J, 2007).

PENYEBAB AUTISME
Sepuluh tahun yang lalu penyebab autisme belum banyak diketahui dan hanya terbatas pada
faktor psikologis saja. Tetapi sekarang ini penelitian mengenai autisme semakin maju dan
menunjukkan bahwa autisme mempunyai penyebab neurobiologist yang sangat kompleks.
Gangguan neurobiologist ini dapat disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan lingkungan
seperti pengaruh negatif selama masa perkembangan otak. Banyak faktor yang menyebabkan
pengaruh negatif selama masa perkembangan otak, antara lain; penyakit infeksi yang
mengenai susunan saraf pusat, trauma, keracunan logam berat dan zat kimia lain baik selama
masa dalam kandungan maupun setelah dilahirkan, gangguan imunologis, gangguan absorpsi
protein tertentu akibat kelainan di usus (Suriviana, 2005). Beberapa ahli menyebutkan autis
disebabkan karena multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan
biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Ahli
lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah
atau lingkungan yang terkontaminasi zat -zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada
usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.
Penyebab Autisme diantaranya :
1.Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama pada
keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara).
2.Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3.Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti) Cidera otak, kerentanan utama,
aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik
dan perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.
4.Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori serta
kejang epilepsi.
5.Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
6.Pada masa anak-anak dan remaja

TANDA DAN GEJALA AUTISME


1.Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal
2.Gangguan dalam bidang interaksi sosial
3.Gangguan dalam bermain diantaranya adalah bermain sangat monoton dan aneh
4.Gangguan perilaku dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian
harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya.
5.Gangguan perasaan dan emosi dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri,menangis
atau marah tanpa sebab nyata.
6.Gangguan dalam persepsi sensoris meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya,pendengaran,
sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat.

PATOFISIOLOGI AUTISME
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan impuls listrik
(akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan
luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak
di bagian otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester ketiga,
pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang
berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.
Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah dan
berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik
melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth factors dan proses belajar
anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps
sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajar
menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak
digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.
kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan
terjadinya gangguan pada proses – proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan
abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada
penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived
neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene
peptide) yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur
penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel
saraf. Brain growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal pada
daerah tertentu. Pada gangguan autistik terjadi kondisi growth without guidance, di mana
bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak beraturan.
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf lain. Hampir
semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar hasil
pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye
diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada sistem saraf pusat),
dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan
akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived
neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila autisme
disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan primer yang terjadi
sejak awal masa kehamilan.
Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan
yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu
minum alkohol berlebihan atau obat seperti thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami aktivasi selama
melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motor, atensi, proses mengingat, serta kegiatan
bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan
memproses persepsi atau membedakan target, overselektivitas, dan kegagalan
mengeksplorasi lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan yang dikenal
sebagai lobus frontalis. Kemper dan Bauman menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di
hipokampus (bagian depan otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori)
dan amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan dalam proses memori).
Penelitian pada monyet dengan merusak hipokampus dan amigdala mengakibatkan bayi
monyet berusia dua bulan menunjukkan perilaku pasif-agresif. Mereka tidak memulai kontak
sosial, tetapi tidak menolaknya. Namun, pada usia enam bulan perilaku berubah. Mereka
menolak pendekatan sosial monyet lain, menarik diri, mulai menunjukkan gerakan stereotipik
dan hiperaktivitas mirip penyandang autisme. Selain itu, mereka memperlihatkan gangguan
kognitif.
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain kecukupan oksigen,
protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng, yodium, hormon tiroid, asam lemak
esensial, serta asam folat.
Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara lain alkohol,
keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang diderita ibu pada masa
kehamilan, radiasi, serta ko kain

PEMERIKSAAN PENUNJANG AUTISME


1.Childhood Autism Rating Scale (CARS)
2.Checklis for Autism in Toddlers (CHAT)
3.The Autism Screening Questionare
4.The Screening Test for Autism in Two-Years Old

PENATALAKSANAAN MEDIS
Umumnya terapi yang diberikan ialah terhadap gejala, edukasi dan penerangan kepada
keluarga, serta penanganan perilaku dan edukasi bagi anak. Manajemen yang efektif dapat
mempengaruhi outcome.

FARMAKOLOGI
1.Fenfluramine
2.Lithium
3.Haloperidol
4.Naltrexone

PERAN ORANG TUA DALAM MENANGANI AUTISME


1.Mengetahui masa perkembangan anak secara fisik dan mental (developmental milestones)
2.Mengetahui secara persis lembaga-lembaga yang menangani anak-anak autis dan lembaga
konsultasi khusus untuk anak ASDs
3.Mengetahui pelbagai bentuk penyimpangan dalam perkembangan
a.Mempersiapkan segala sesuatu kemungkinan dan deteksi secara dini kelainan atau
gangguan pada anak
b.Mengetahui apa yang menjadi kebutuhan anak

PERAN TENAGA MEDIS DALAM MENANGANI AUTISME


Penggunaan analisis perilaku :
1.Pelatihan percobaan
2.Intervensi perilaku secara dini
3.Pengajaran langsung
4.Pelatihan respon-respon penting
5.Intervensi perilaku verbal :
a.Perkembangan, perbedaan individu dan dasar-dasar pendekatan relasi
b.Intervensi dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain
c.Treatmen dan pendidikan untuk anak autisme dan cara berkomunikasi.

Skip to main content

 Log In
 Sign Up

docx

Autisme

7 Pages
Autisme

Uploaded by

Bela Fawzia

connect to download

Autisme

Download

Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan “isme” yang berarti
suatu
aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham tertarik pada dunianya sendiri .
Autisme pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Kanner
mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang
lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan bahasa yang tertunda,
echolalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain repetitivedan stereotype,
rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam
lingkungannya. Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pada anak yang sifatnya
komplek dan berat, biasanya telah terlihat sebelum berumur 3 tahun, tidak mampu untuk
berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan maupun keinginannya. Akibatnya perilaku dan
hubungannya dengan orang lain menjadi terganggu, sehingga keadaan ini akan sangat
mempengaru hi perkembangan anak selanjutnya. Epidemiologi Autisme dapat mengenai
siapa saja tidak tergantung pada etnik, tingkat pendidikan, sosial dan ekonomi. Autisme
bukanlah masalah baru, dari berbgai bukti yang ada, diketahui kelainan ini sudah ada sejak
berabad-abad yang lampau. Hanya saja istilahnya relatif masih baru. Diperkirakan kira-kira
sampai 15 tahun yang lalu, autisme merupakan suatu gangguan yang masih jarang ditemukan,
diperkirakan hanya 2-4 penyandang autisme. Tetapi sekarang terjdi peningkatan jumlah
penyandang autisme sampai lebih kurang 15-20 per 10.000 anak. Jika angka kelahiran
pertahun di Indonesia 4,6 juta anak, maka jumlah penyandang autisme pertahun
akan bertambah dengan 0,15% yaitu 6900 anak. Peningkatan autisme anak hingga 400%
pada tahun 2002 dibandingn tahun sebelumnya. Tidak seperti penyakit lain seperti tifus,
malaria atau SARS sekalipun. Autisme semakin membuat penasaran karena penyebab
terjangkitnya belum diketahui secara pasti karena tidak adanya kuman, parasit, protozoa,
maupun virus sebagai penyebab. Belakangan banyak terjadi autisme yang gejalanya muncul
pada usia bayi kira-kira 18-24 bulan, padahal mereka sebelumnya normal sejak lahir
kemudian perkembangannya berhenti dan mereka mengalami kemunduran. Etiologi dan
Patofisiologi

1. Gangguan Susunan Syarat Di temukan kelainan neuroanatomi (anatomi susunan saraf


pusat), pada beberapa tempat di dalam otak anak autis. 43 % anak autis mempunyai kelainan
pada lobus parietalisotaknya, yang menyebabkan anak cuek terhadap lingkungannya. Di
samping itu juga adanya pengecilan pada otak kecil, terutama pada lobus VII dan VII. Otak
kecil bertanggung jawab atas proses sensoris, daya ingat, berpikir, belajar berbahasa dan
proses autis (perhatian). Juga di dapat sel purkinye di otak kecil anak autis yang sangat
sedikit sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan deponin. Akibatnya, produksi
serotonin kurang, menyebabkan kacaunya proses penyaluran informasi antar otak.. Selain itu
juga di temukan kelainan struktur pada pusat emosi di dalam otak sehingga emosi anak autis
sering tergganggu. Hal ini disebabkan oleh hippocampus dan Amygdala. Anak yang kurang
dapat mengendalikan emosi, seringkali terlalu agresif atau sangat pasif. Amygdala
juga bertanggung jawab pada berbagai rangsangan sensoris seperti pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan, rasa dan rasa takut. 2. Gangguan Sistem Pencernaan Ada
hubungan yang erat antara gangguan pencernaan dan autisme tahun 1997. Seorang pasien
autis, Parker Beck, mengeluhkan gangguan pencernaan yang sangat buruk, ternyataia
kekurangan enzim sekretin. Setelah mendapat suntikan sekretin, Beck sembuh dan
mengalami kemajuan yang luar biasa. Inilah yang memancing para peneliti untuk gangguan
metabolisme pencernaan. 3. Peradangan Sistem Dinding Usus Berdasarkan pemeriksaaan
endoskopi atau peneropongan usus pada anak autisme yang memiliki pencernaan buruk
ditemukan adanya peradangan usus pada sebagian besar anak. Dr. Andrew Wakelfiledahli
pencernaan (gastro entrlog) asal Inggris, menduga peradangan tersebut di sebabkan oleh virus
campak. Itu sebabnya orang tua banyak yang menolak imunisasi MMR (measles, mumps dan
rubella) karena diduga menjadi barang keladi autis pada anak. Temuan ini diperkuat riset ahli
medis lainnya.

4. Faktor Genetika Faktor genetika diperkirakan menjadi penyebab utama dari kelainan
autisme, walaupun bukti- bukti yang konkrit masih sangat sulit dikemukakan. Di sini
ditemukan 20 gen yang terkait dengan autisme. Namun gejala autisme bisa muncul bila
terjadi kombinasi dengan banyak gen. Bisa saja autisme tidak muncul, meski anak membawa
gen autis. Jadi perlu faktor pemicu lain. seperti halnya pada kehamilan trisemester pertama,
yaitu 0-4 bulan. Faktor pemicu bisa terjadi dari : infeksi (toksoplas mosis, rubella, candid,
dan lain-lain), zat aditif (MSG, pengawet, pewarna, dan sebagainya) alergi berat, obat-
obatan, jamur peluntur, muntah-muntah hebat (hiperemesis), pendarahan berat, dan lain-lain.
Pada proses kelahiran yang lama (partus lama) di mana terjadi gangguan nutrisi dan
ogsigenasi pada janin, pemakaian forsep, dan lain-lain, dapat memicu terjadinya autisme.
Bahkan sesudah lahir (post partum) juga dapat terjadi pengaruh dari berbagai pemicu, misal :
infeksi ringan pada bayi, imunisasi MMR dan Hipatitis B. Zat pengawet, protein susu sapi
(kasein) dan protein tepung terigu (gluten). 5. Keracunan logam Berat Berdasarkan tes
laboratorium yang dilakukan pada rambut dan darah ditemukan kandungan logam berat dan
beracun pada banyak autis. Diduga kemampuan sekresi logam berat dari tubuh terganggu
secara genetik. Penelitian selanjutnya ditemukan logam berat seperti arsenik, anti racun otak
yang sangat kuat. Menurut Slamet Santoso, keracunan logam berat dapat dideteksi dari
darahnya, dengan gold standard yaitu melalui pemeriksaan intraseluler pada eritrosit (Packed
Red Cell Elemental Analysis ). Selain itu juga dapat dideteksi melalui rambut dan urine.
Dalam hal keracunan akut air raksa, walaupun pemeriksaan eritrosit tetap dianjurkan namun
kenyataannya sulit mendapatkan interprestasi yang cepat dan akurat. Ini disebabkan karena
air raksa cepat dieliminasi dari darah serta berikatan kuat dengan enzim yang memiliki gugus
sulfidril dan protein lain di hepat, ginjal, gastrointestinal dan otak. Diagnosis Kriteria
diagnosis autism menurut DSM V :

A.

≥ 6 dari (1), (2), (3) dengan sekurang


-kurangnya 2 dari (1) dan satu dari (2) dan (3)
(1)

Gangguan Kualitatif interaksi sosial


Tidak mampu menjalin interaksi non verbal (kontak mata, ekspresi wajah, gestur)

Kesulitan bermain dengan teman sebaya


Tidak ada empati dan minat


Tidak ada timbal balik sosial/ emosional


(2)

Gangguan kualitas komunikasi


Terlambatnya atau tidak ada perkembangan bicara (tidak berusaha untuk melakukan
komunikasi non verbal)

Gangguan dalam memulai/pertahankan percakapan


Menggunakan bahasa idiosinkartik secara sterotipik dan berulang


Tidak ada permainan khayalan/imaginatif


(3)

Pola perilaku, minat, aktivitas terbatas, berulang dan sterotipe


Mempertahankan 1 minat/ lebih dengan berlebihan


Terpaku pada suatu rutinitas


Gerakan khas (manerisme motorik) sterotipik dan berulang (ex : jentikan jari) A.
Keterlambatan/ fungsi abnormal pada minimal satu bidang dari : interaksi sosial, bahasa
dalam interaksi, permainan simbolik (onset < 3 th) B.

Gangguan tidak dapat dijelaskan oleh gangguan rett/ gangguan degenerative masa kanak-
kanak

Dengan demikian orang tua akan dapat mendiagnosa sendiri apakah anaknya terjangkit
gangguan autisme atautidak. Namun demikian bagi orang tua mempunyai patokan sebagai
ciri-ciri utama yang menandai seorang anak terkena gangguan autisme,yaitu antara lain :

Tidak peduli dengan lingkungan sosialnya


Tdak bisa bereaksi normal dalam pergaulan sosialnya


Perkembangan bicara dan bahasa tidak normal (penyakit kelainan mental pada anak =
autistic-children)

Reaksi / pengamatan terhadap lingkungan terbatas atau berulang-ulang dan tidak padan.
Tatalaksana a.

Diagnosis Dini
1.

a) Terapi obat (medikamentosa)


Terapi ini dilakukan dengan obat-obatan yang bertujuan untuk memperbaiki komunikasi,
memperbaiki respon terhadap lingkungan, dan menghilangkan perilaku-perilaku aneh yang
dilakukan secara berulang-ulang. Pemberian obat pada anakautis harus didasarkan pada
diagnosis yang tepat, pemakaian obat yang tepat, pemantauan ketat terhadap efek samping
obat dan mengenali cara kerja obat. perlu diingat bahwa setiap anak memiliki ketahanan
yang berbeda-beda terhadap efek obat, dosis obat dan efek samping. Oleh karena itu perlu
ada kehati-hatian dari orang tua dalam pemberian obat yang umumnya berlangsung
jangka panjang Saat ini pemakaian obat diarahkan untuk memperbaiki respon anak sehingga
diberikan obat-obat psikotropika jenis baru seperti obat-obat anti depresan SSRI (Selective
Serotonin Reuptake Inhibitor) yang bisa memberikan keseimbangan antara neurotransmitter
serotonin dan dopamine. Yang diinginkan dalam pemberian obat ini adalah dosis yang paling
minimal namun paling efektif dan tanpa efek samping. Pemakaian obat ini akan sangat
membantu untuk memperbaiki respon anak terhadap lingkungan sehingga ia lebih mudah
menerima tata laksana terapi lainnya. Bila kemajuan yang dicapai cukup baik, maka
pemberian obat dapat dikurangi, bahkan dihentikan.

b) Terapi biomedis Terapi melalui makanan (diet therapy) diberikan untuk anak-anak dengan
masalah alergi makanan tertentu. Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki metabolisme tubuh
melalui diet dan pemberian suplemen. Terapi ini dilakukan mengingat banyaknya gangguan
pada fungsi tubuh yang sering terjadi anak autis, seperti gangguan pencernaan, alergi, daya
tahan tubuh yang rentan, dan keracunan logam berat. Gangguan-gangguan pada fungsi tubuh
ini yang kemudian akan mempengaruhi fungsi otak. Diet yang sering dilakukan pada anak
autis adalah GFCF (Glutein Free Casein Free). Pada anak autis disarankan untuk tidak
mengkonsumsi produk makanan yang berbahan dasar gluten dan kasein (gluten adalah
campuran protein yang terkandung pada gandum, sedangkan kasein adalah protein susu).
Jenis bahan tersebut mengandung protein tinggi dan tidak dapat dicerna oleh usus menjadi
asam amino tunggal sehingga pemecahan protein menjadi tidak sempurna dan berakibat
menjadi neurotoksin (racun bagi otak). Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan sejumlah
fungsi otak yang berdampak pada menurunnya tingkat kecerdasan anak. c) Terapi wicara
Hampir semua penyandang autisme mengalami keterlambatan bicara dan
kesulitan berbahasa. Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak
mampu untuk memakai kemampuan bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan
orang lain. Oleh karena itu, terapi wicara (speech therapy) pada penyandang autisme
merupakan suatu keharusan, tetapi pelaksanaannya harus sesuai dengan metode ABA
(Applied Behavior Analysis). d) Terapi perilaku Terapi ini bertujuan agar anak autis dapat
mengurangi perilaku yang bersifat self-maladaption (tantrum atau melukai diri sendiri) dan
menggantinya dengan perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat. Terapi perilaku ini
sangat penting untuk membantu anak ini agar lebih bisa menyesuaikan diri didalam
masyarakat. e) Terapi okupasi
READ PAPER

 About
 Blog
 People
 Papers
 Job Board
 Advertise

We're Hiring!

 Help Center

 Find new research papers in:


 Physics
 Chemistry
 Biology
 Health Sciences
 Ecology
 Earth Sciences
 Cognitive Science
 Mathematics
 Computer Science

 Terms
 Privacy
 Copyright
 Academia ©2018

Anda mungkin juga menyukai