Anda di halaman 1dari 13

Penilaian Antepartum

memperlihatkan siklus istirahat-aktivims (Sorokin dkk.,


1982). Pada ffimesrer ketiga, pemarangan gerakan janin
berlanjur sampai sekitar 36 minggu, saat sebagian besar janin
telah membentuk srarus perilaku (behauioral stares). Nijhuis,
dkk (1982) mempelajari pola denyut jantung janin, gerakan
UJI STIMULASIAKUSTIK. ...................... 357 tubuh umum, dan gerakan mara serta menjelaskan empat
status perilaku janin:
PROFTL BIOF|S|K .............357
voLUME CAtFIAN AMNION o Status 1F adalah keadaan renang-ridur tenang-dengan
..................359
depyut jantung janin tidak banyak berubah
vELOStMETRt DOppLER .....................360 r Status 2F nrcncrrktrp gclrrkln ttrbul-r kasirr yar-rg L.erulrrng
REKOMENDASI UJI ANTENATAL SAAT INI .............362 kali, gerakan mata kontinu, dan variasi denyut jancurlg ja-
nir-r yang lebih luas. Keadaan ini analog dengan tidur aktif
atau tidur rapid eye mouement (REM) pada neonarus.
. Status 3F mencakup gerakan mata kontinu tanpa gerakan
tubuh dan tidak ada akselerasi denyut jantung. Keberadaan
status ini masih diperdebatkan (Pillai dan James, 1990a).
o Status 4F adalah keadaan dengan gerakan tubuh yang
kuat disertai gerakan mara kontinu dan akselerasi denyut
Menurut American College of Obsretricians and Gyneco-
jantung janin. Keadaan ini sesuai dengan keadaan rerjaga
logists dan American Academy of Pediatrics (2002),
pada bayi.
tujuan pengamatan janin antepartum melipuri pencegairan
kematian janin dan penghindaran intervensi yang tidak Janin menghabiskan sebagian besar waktu mereka da-
perlu. Teknik.teknik yang saar itri digunakan untuk lam status lF dan 2F. Sebagai contoh, pada usia 38 minggu,
memperkirakan kesejahteraan janin berfokus pada aktivitas 75 persen waktu janin dihabiskan dalam kedua keadaan ini
fisik janin, termasuk denyut jantung, gerakan, pernapasan, (Nijhuis dkk., t98z).
dan produksi cairan amnion. Pada sebagian besar kasus, hasil Status.status perilaku ini-terutama 1F dan 2F, yang
uji yang negatif, yaitu normal, sangat menenangkan karena settrra dengan keadaan tidur tenang dan tidur aktif-celah
kematian janin dalam I minggu setelah uji normal jarang digunakan untuk mengembangkan suatu pemahaman tenlang
terjadi. Memang, nilai predilai negatif-hasil uji negatif perilaku janin. Oosterhof dkk., ( 1993) mempeiajari produksi
yang sejati-bagi sebagian besar pemeriksaan dikatakan urin janin pada kehamilan normal dalam srarus lF atau 2F.
mencapai 99,8 persen atau lebih. Sebaliknya, perkiraan Seperti diperlihatkan di Gambar 15-1, volume kandung
tentang nilai prediksi positif-uji positif yar-rg sejati-ur-rtuk kemih meningkat selama tidur renang status lF. Selama
hasil uji abnonnal cukup rendah dan berkisar antara 10 dan status 2F, rentang denyut jantung janin basal meningkar
40 persen. Yang utama, penerapan secara luas pengamaran bermakna, dan volume kandung kemih berkurang secara
janin anteparrum rerurama didasarkan pada bukti-bukti tak- signifikan. Yang terakhir ini disebabkan oleh pengeluaran
langsung karena belum ada uji-uji klinis acak yang definirif. urin (berkemih) oleh janin serta berku.rangnya produksi
urin. Fenomena ini diinterpretasikan sebagai cerminan dari
penurunan aliran darah ginjal selama tidur aktif.
Salah satu penentu penting aktivitas janin tampaknya
Aktivitas pasif janin tanpa rangsangan sudah mulai tirnbul adalah siklus.siklus tidur-terjaga,yang ridak bergantung pada
sejak usia kehamilan 7 minggu dan menjadi semakin rumir keadaan ridur.rerjaga ibu. Siklisitas ridur dilaporkan bervariasi
dan terkoordinasi pada akhir kehamilan (Vindla dan James, dari sekitar 20 menir hingga 75 menit. Timor.Tritsch dkk.,
1995). Memang, setelah 8 minggu haid, gerakan tubuh (1978) melaporkan bahwa lama rerara keadaan inaktif arau
janin tidak pernah berhenti selama periode lebih dari 13 tenang dari janin aterm adalah 23 menit. Patrick dkk., ( l98Z)
menit (DeVries, dkk, 1985). Antara 20 dan 30 minggu, mengukur gerakan kasar tubuh janin dengan sonografi real-
gerakan tubuh umum menjadi lebih teratur, dan lanin mulai ame selama periode 24 iam pada 31 kehamilan normal dan

351
352 OBSTETRI WILLIAMS - BAGIAN 3: ANTEPARTUM

30 I Penerapan Klinis
J Pada tahun 1973, Sadovsky dan Yaffe menjelaskan tujuh
g
€ laporan kasus kehamilarr dengan penurunan aktivitas janin
Ezo yang mendahului kematian janin. Sejak iru, telah dibuat
tz berbagai metode untuk menghitung gerakan janin sebagai
o)
c cara untuk memperkirakan kesejahteraannya. Metode.
J
!
c metode tersebut mencakup tokodinamometer, visualisasi
Eto
o dengan sonografi, dan persepsi subyektif ibu. Sebagian
E
J besar peneliti melaporkan korelasi yang baik anrara persepsi
o gerakan oleh ibu dan gerakan yang rercarar oleh alar.
0 Sebagai contoh, Rayburn (1980) mendaparkan bahwa 80
: 100: persen gerakan yang teramati selama pemantauan sonografik
X,ri ffi'fv*f"-r*'t,
Status 'lF
""'\t'i dirasakan juga oleh ibu. Sebaliknya, Johnson dkk., (1992)
melaporkan bahwa setelah 36 minggu, ibu hanya merasakan
Status 2F
16 persen dari gerakan tubuh janin yang terekam oleh alat
GAMBAR 15-1 Pengukuran volume kandung kemih janin bersama
dengan rekaman variasi denyut iantung janin, dalam kaitannya dengan
Doppler. Gerakan janin yang berlangsung lebih dari 20
status perilaku 1F atau 2F. Denyut jantung janin pada status 1F mem- dedk teridentifikasi lebih akurat oleh ibu daripada yang
perlihatkan kisaran yang sempit, yang konsisten dengan tidur tenang. berlangsung lebih singkat.
Denyut iantung pada status 2F memperlihatkan osilasi basal yang Meskipun beberapa protokol untuk menghirung gerakan
lebar, yang konsisten dengan tidur aktif (Dimodifikasi dari Oosterhof
janin telahdigunakan, belum diretapkan berapa jumlah gerakan
dkk., 1993, dengan izin).
optimal atau durasi ideal unuk menghitungnya. Sebagai
contoh, dalam satu merode, persepsi 10 gerakan dalam waktu
hingga 2 jam dianggap normal (Moore dan Piaquadio, 1989).
mendapatkan periode inakrivitas paling lama adalah 75 Pada metode lain, wanita diinstruksikan untuk menghitung
menit. Volume cairan amnion adalah penentu penting lain gerakan janin selama 1 jam sehari, dan jumlah gerakan
aktivitas janin. Sherer, dkk (1996) menilai jumlah gerakan dianggap menenangkan jika sama dengan atau melebihi
janin pada 465 kehamilan selama pemeriksaan profil biofisik batas bawah yang sebelumnya ditentukan (Neldam, 1983).
dalam kaitannya dengan volume cairan amnion yang diper- American College of Obsterricians and Gynecologists (2002)
kirakan dengan sonografr, Mereka mengamati penurunan menyarankan bahwa satu pendekatan untuk menilai gerakan
aktivitas janin seiring dengan berkurangnya volume amnion janin adalah dengan meminra wanita yang bersangkutan
dan menunjukkan bahwa ruang urerus yang terbatas mung. menghitung gerakan janin yang nyara secara harian setelah
kin secara fisik membarasi gerakan janin. gestasi 28 minggu. Persepsi 10 gerakan yang nyara dalam 2
Sadovsky dkk., ( 1979b) mempelajari gerakan janin pada jam dianggap menenangkan. Penghitungan dapat dihentikan
120 kehamilan normal dan mengklasifikasikan gerakan men. untuk hari tersebut setelah 10 gerakan.
jadi dga kategori berdasarkan persepsi ibu dan rekaman inde. lJmumnya, wanira mungkin datang pada trimesrer
penden dengan menggunakan sensor piezoelektrik. Dilapor- ketiga dengan keluhan merasakan penurunan gerakan janin.
kan adanya gerakan lemah, kuar, dan berpurar, dan dilakukan Harrington dkk., ( 1998) melaporkan bahwa 7 peisen dari6793
kuantifikasi atas kontribusi relatif masing-masing terhadap wanita yang melahirkan di sebuah rumah sakit di London
gerakan total mingguan sepanjang separuh akhir kehamil. datang dengan keluhan penumnan gerakan janin. Uji-uji
an. Seiring dengan kemajuan kehamilan, gerakan lemah pemantauan denyur janrung janin dilakukan jika pemindaian
berkurang dan digantikan oleh gerakan yang lebih kuar, yang sonografr untuk pertumbuhan janin atau Velosimetri doppler
meningkat selama beberapa minggu dan
kemudian mereda saat arerm, Diduga,
berkurangnya cairan amnion dan ruang 700
gerak merupakan penyebab berkurang- tr>
nya aktivitas saat arerm. Gambar 15-2 6LU 600 (s)(!)
memperlihatkan gerakan-gerakan janin ]? i ltroltrslrr
selama separuh terakhir gesrasi pada 12? Es
CG
500
kehamilan dengan hasil akhir normal. .sg
cv 400
Jumlah rerata gerakan mingguan yang O^
vc
dihimng dari periode.periode rekaman o(U
300
12 jam per hari meningkat dari sekitar U,E
CC
200 pada usia 20 minggu menjadi maksi. (!'E
C
200
mal 575 gerakan pada 32 minggu. Gerak.
_s*
an janin kemudian berkurang ke rerata ou
(fa 100
Z8Z pada usia 40 minggu. Gerakan janin
harian yang dihitung oleh ibu berkisar 0
dari 50 hingga 950, dengan variasi ha. 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
rian yang besar yang mencakup hitungan Minggu kehamilan
serendah 4 sampai 10 per periode 12 jam GAMBAR 15-2 Grafik memperlihatkan gerakan janin rerata yang dihitung selama periode-pe-
pada kehamilan normal. riode 12 iam (rerata + SEM) (Dari Sadovsky, dkk, 1 979a, dengan izin).
BAB 15: PENILAIAN ANTEPARTUM 353
(Doppler uelocimerrl) memberi hasil abnormal. Hasil akhir
kehamilan untukwanita yang mengeluh gerakan janinnya ber.
kurang tidak berbeda signifikan dengan wanira ranpa keluhan
ini. Bagaimanapun, para penulis tersebur menganjurkan
i:iir ),\
evaluasi untuk meyakinkan wanita yang bersangkutan. t,"' ,:$q
i,,. ,,-''.'
Grant dkk., (1989) melakukan suatu investigasi tanpa
\j.fr r'l
pembanding terhadap gerakan janin yang dirasakan ibu ., ".'., .
.i\j
dan hasil akhir kehamilan. Lebih dari 68.000 kehamilan
1iie...
dibagi secara acak antara 28 dan 32 minggu. Wanita dalam 't;!r:
kelompok gerakan janin diinstruksikan oleh bidan khusus
untuk mencatat waktu yang diperlukan untuk merasakan 10
gerakansetiaphari. Hal inimemerlukanrerata 2,7 jamperhari.
A
Wanita dalam kelompok kontrol secara informal ditanyakan
mengenai gerakan janin selama kunjungan pranaml. Laporan
mengenai penurunan gerakan jar-rin dievaluasi dengan uji.uji
kesejahteraan janin. Angka kemarian antepartum untuk janin
ti:.:..
runggal serupa pada kedua kelompok studi ranpa bergantung ;1it!:'
ijitxlitl
pada status resiko sebelumnya. Meskipun ada instruksi untuk
menghitung gerakan janin, sebagian besar janin lahir mati ' . t 1.r,. ... .;ei
.

telah meninggal pada saat ibu meminta pertolongan medis, .:ii ,:ii: r:ii

Yang penting, para peneliti ini tidak menyimpulkan bahwa


persepsi ibu tentang aktivitas janinnya tidak bermanfaar. -,::!t:l!rii..

Sebaliknya, mereka menyimpulkan bahwa persepsi ibu akan


aktivitas janinnya sama berharganya seperti gerakan janin
B Eskpirasi
yang dihitung secara formal dan direkam.
Gambar 15-3 Gerakan dada paradoks pada pernapasan janin. (Di-
adaptasi dari Johnson, dkk, 1 988).

Setelah beberapa dekade terjadi perdebatan apakah janin


secara normal bernapas, Dawes, dkk ( 1972 ) memperlihatkan, Variabel.variabel rersebur mencakup persalinan-saar perna.
bahwa pada domba, ada aliran masuk keluar cairan ffakea pasan normalnya berhenti-hipoglikemia, rangsangan suara,
yang menunjukkan gerakan roraks janin. Gerakan dinding merokok, amniosentesis, persalinan prematur mengancam,
dada ini berbeda dengan gerakan dinding dada yang terjadi usia gestasi, dan denyuc jantung janin itu sendiri,
setelah janin lahir; gerakan ini tidak konrinu. Gambaran Karena gerakan bemapas janin bersifat episodik, maka
menarik lain pada pernapasan janin adalah gerakan dinding interpretasi kesehatan janin ketika pernapasan tidak ada,
dada paradoks. Seperti diperlihatkan di Gambar 15.3, mungkin meragukan. Patrick dkk., (1980) melakukan
sewaktu inspirasi, dinding dada secara paradoks, kolaps, dan pengamaun-pengamatan kontinu 24 jam dengan
abdomen menonjol (Johnson dkk., 1988). Pada neonarus arau menggunakan sonografr dalam upaya untuk mengetahui
dewasa, hal yang sebaliknya yang terjadi. Satu interprerasi
gerakan pernapasan paradoks ini mungkin adalah batuk
untuk membersihkan debris cairan amnion. Meskipun dasar
fz
fisiologis dari refleks bernapas belum sepenuhnya dipahami,
tetapi pertukaran cairan amnion ini tampaknya esensial bagi f
perkembangan paru. (!0)
xo
Dawes (1974) mengidendfikasi dua jenis gerakan per. ,oh
napasan. Yang pertama adalah gasp arau srgh, yang rerjadi (uv
€o
dengan frekuensi 1 sampai 4 kali per menit. Yang kedua, !G
irregular bwsts of brearhing, rerjadi dengan kecepatan hingga P'(E
(Ei
240 siklus per menit. Gerakan pernapasan cepat yang rer. >G)
5-O
akhir ini berkaitan dengan REM. Bandalian dkk., (1993) lz
(E
mempelajari proses pemarangan pola bemapas janin normal 3
melalui analisis aliran cairan hidung dengan Doppler spektral
dan color flow sebagai indeks fungsi paru. Mereka menyarakan 8 am Siang 4 pm 8 pm Tengah 4 am 8 am
bahwa kecepatan bernapas janin menurun seiring dengan malam
peningkatan volume pernapasan pada 33 sampai 36 minggu Waktu dalam hari
dan bersamaan dengan pematangan paru.
GAMBAR 15-4 Persentase waktu yang dihabiskan untuk bernapas
Banyak peneliti relah mempelajari gerakan bernapas oleh 11 janin pada usia 38 sampai 39 minggu memperlihatkan pe-
janin, menggunakan sonografi untuk menentukan apakah ningkatan bermakna aktivitas bernapas janin setelah sarapan. Ak-
pemantauan gerakan dinding dada dapat digunakan untuk tivitas bernapas menurun selama siang hari dan mencapai minimal
antara iam I malam dan tengah malam. Terjadi peningkatan signifikan
mengevaluasi kesehatan janin. Beberapa variabel selain persentase waktu yang digunakan untuk bernapas antara jam 4 dan 7
hipolaia diketahui mempengaruhi gerakan pernapasan janin. pagi, saat ibu masih tidur (Diadaptasi dari Patrick, dkk, 1980).
354 OBSTETRI WILLIAMS - BAGIAN 3: ANTEPARTUM

pola bernapas janin selama 10 minggu terakhir kehamilan. berulang yang seragam. Hal ir-ri mencerminkan bentuk.
Seluruhnya dilakukan l2Z4 jam pengamaran janin pada 51 gelombang kontraksi urer-tn dan memiliki awitan pada saat
kehamilan. Gambar 15,4 memperlii-ratkan pemenrase wakru atau setelah puncak kontraksi. Deselerasi lambat ini dapat
yang dihabiskan unruk bernapas menjelang aterm. disebabkan oleh insufisiensi ureroplasenta. pemeriksaan
Jelaslah
terdapat variasi diurnal, karena bernapas berkurang secara ulnumnya diulang setiap minggu, dan para peneliti
substansial pada malarn hari. Selain itu, aktivitas bernapas menyirnpulkan bahwa uji stres kontraksi yang negarif (nonnal)
agak meningkat setelah ibu makan. Ketiadaan total bernapas mengisyaratkan janin yang sehat. Salah satu kekurangan yang
diamati pada beberapa janin normal ini hingga 122 menit, disebutkan adalah bahwr uji stres kontraksi prcla .,m.rmny,
yang menunjukkan bahwa evaluasi janin unruk n-rencliagnosis memerlukan waktu 90 menit untuk menyelesaikannya.
tidak adanya gerakan pernapasan mungkin rnemerlukzrn Denyut jantu-rg janin dan kontraksi uterus direkam
waktu pengamatan yang luma. secara bersamaan dengan monitor eksternal. Jika terdapat
Kemungkinan aktivitas bernapas janin digunnkan seba- sedikitnya tiga kontraksi sponran selama 40 detik atau leLih
gai penanda penring kesehatan janin tidak dapat dipenuhi dalam 10 menit maka tidak diperlukan stimulasi urerus
karena banyaknya faktor yang secara normal mempengart,hi (Arnerican College of Obsterricians and Gynecologisrs,
pernapasan janin. Sebagian besar aplikasi klinis mer.rcakup 2007). Kontraksi diindulci dengan oksitosin arau srimulasi
penilaian indeks biofisik jar-rin yang lain, misalnya denyt,t puting payudara jika jumlah konrraksi dalam 10 rnenit kurang
;antung. Seperti yang akan dibahas, pernapasan janin kini dari tiga. Jika digunakan oksitosin maka yang diberikan
menj adi komponen pr ofil biofisik. adalah infus intravena yang diencerkan dengan kecepatan
awal 0,5 mU/mnt dan dilipat.gandakan setiap Z0 menir
sampai pola kontraksi yang memuaskan tercapai (Freeman,
1975). Hasil dari uji stres konrraksi diinterpretasikan sesuai
Ketika tekanan cairan amnion meningkat sewaktu utems dengan kriteria yang diperlihatkan di Tabel 15.1.
berkonraksi, tekanan miomerrium melebihi tekanan untuk
Srimula.si puting payut)rna unnrk memicu kontraksi uterus
menyebabkan kolapsnya pembuluh.pembuluh yang berjalan
biasanya berhasil unruk uji stres kontaksi (Huddlestop dkk.,
diantara otot-otot uterus sehingga aliran darah ke ruang
198,1). Salah saru metode yang dianjurkan oleh American
antarvilus berkurang. Terjadi gangguan singkat p.rtukrran
College of Obstetricians and Gynecologists (ZO0Z) adalah
oksigen, dan jika terdapat patologi ureroplasena, hal ini akan
wanica yang bersangkumn mengusap saru puting payudaranya
memicu deselerasi lambat denyut janrurg janin (lihat Bab 1g,
melalui baju selama 2 menit atau sampai kor.rtraksi dimulai.
hal. 439). Konmaksi juga dapar ."r-,ghriiikrrl pola deselerasi
la diminta unruk mengulang setelah 5 menit jika stimulasi
variabel akibat penekanan tali ptsat, mengisyaratkan aclanya
pertama tidak memicu tiga kontraksi dalarn l0 menit.
oligohidramnion, yang sering terjadi pada insufisiensi plasenia.
Keuntungan cara ini antara lain adalah berkurangnya biaya
Ray dkk., (19?2) menggunakan konsep ini pada 66 keha.
dan lebih singkatnyawakru pengujian. Meskipun Schellpfeffer,
milan dengan penyulit dan mengernbangkan apa yang mereka
dkk (1985) melaporkan hipersrimulasi urerr-6 yang ridak
sebut oxytocin challenge resr (uji pemberian oksitosin) dan
dapat diperkirakan serra gawar janin, retapi peneliti lain tidak
kemudian dinamai concraction sffess rasr (uji stres kontraksi),
menemukan bahwa aktiviras yang berlebihan menimbulkan
Kontraksi diinduksi dengan menggunakan oksitosin intra- kerugian (Frirger dan Miyazaki, 1987).
vena, dan respolls denyut janturg janin clirekam dengan
menggunakan pemanrauan standar. Kriteria untuk uji positif
(abnormal) adalah deselerasi lambat denyur janrung janin
Freeman (1975) serra Lee dkk., (1975) memperkenalkan
uji non.stres untuk menjelaskan akselerasi denyur jantung
janin yang berhubungan dengan gerakan janin sebagai
tanda kesehatan janin. Uji ini memerlukan pendereksian
akselerasi denyut jantung janin dengan Doppler, bersamaan
dengan gerakan janin yang dirasakan oleh ibu. pada akhir
tahun 1970an, uji non-srres telah menladi cara urama untuk
memeriksa kesehatan janin. Uji non-srres lebih mudah
dilakukan, dan hasil normal digunakan, lebih jauh lagi,
untuk membedakan uji-uji srres kontraksi yarrg positif.palzu.
Secara sederhana, uji non.stres terutama adalah pemeriksaan
turtuk kondisi janin, dan berbeda dari uji stres kontraksi,
yaitu pemeriksaan rerhadap fungsi uteroplasenrd. Saar ini, uji
non-stres adalah metode pemeriksaan primer yang paling
luas digtu-rakan untuk menilai kesejahteraan
lanin dan luga
dimasukkan ke dalam sisrem pemeriksaan profil biofisik yang
akan dibahas kemudian.

IAkselerasi Denyut Jantung Janin


Denyur janrung janin 'normalnya meningkar atau
menurun oleh pengaruh otonom yang diperantarai impuls
simpatis arau parasimpatis dari pusar.pusat di batang otak.
BAB 15: PENILAIAN ANTEPARTUM 355

(1998) mempelajari hasil-hasil uji


l1o1r-stres antara 25 dan 28 minggu
pada 188 kehamilan yang hasil
akhirnya normal. Hanya 70 persen
dari janin normal ini memenuhi
syarat akselerasi denyut jantung 15
denyut per menit (dpm) atau lebih.
Akselerasi yang lebih rendah, yaitu
l0 dpm, terjadi pada 90 persen janin.
National Institute o( Child
Health and Human Development
Fetal Monitoring lforkshop (1997)
mendefinisikan akselerasi normal
berdasarkan usia gestasi. Puncak ak-
selerasi adalah 15 dpm atau lebih di
atas kecepatan basal, dan akselerasi
berlangsung, 15 dedk atau lebih lama
tetapi kurang dari 2 menit pada janin
berusia 32 minggu atau lebih. Sebe,
lum 3Z minggu, akselerasi didefinisi-
kan sebagai mengalami puncak 10
dpm atau lebih di atas basal selama
10 detik atau lebih.
n".,31

a Uii Non-stres Normal


Terdapat banyak definisi tentang
hasil uji non-stres yang normal.
Definisi-definisi tersebut berbeda da-
lam jumlah, amplitudo, dan durasi
Gambar 15-5 Dua rekaman denyut iantung ianin (fetal heaft fate, FHR) antepartum dari seorang akselerasi, serta lama pemeriksaan,
wanita hamil 28 minggu dengan ketoasidosis diabetik. A. Rekaman FHR (panel atas) dan rekaman Definisi yang saat ini dianjurkan oleh
kontraksi yang menyertainya (panel kedua). Rekaman, yang diambil sewaktu asidemia ibu dan ja- American College of Obstetricians
nin memperlihatkan hilangnya akselerasi, berkurangnya variabilitas, dan deselerasi lambat dengan
kontraksi spontan lemah. B. Rekaman FHR memperlihatkan pulihnya akselerasi dan variabilitas and Gynecologists dan Ainerican
denyut jantung janin setelah asidemia ibu dikoreksi. Academy of Pediatrics (2007) ada-
lah dua arau lebih akselerasi yang
memuncak pada 15 dpm atau lebih di
Variabilitas beat m beat juga berada di bawah kendali sistern atas kecepatan basal, dengan masing-
saraf otonom (Matsuura, dkk, 1996). Karena itu, hilangnya masing berlangsung 15 detik atau lebih, dan semua terjadi
akselerasi secara patologis dapat ditemukan bersama dengan dalam 20 menit setelah pemeriksaan dimulai (Gbr. 15.7).
berkurangnya variabilitas beat n beat denyut jantung janin Juga dianjurkan bahwa akselerasi dengan atau tanpa gerakan
(llhat Bab 18, hal. 432). Namun, hilangnya reaktivitas janin diterima, dan bahwa harus dilakukan perekaman
tersebut paling sering dikai*an dengan siklus tidur yang 40 menit atau lebih-untuk mencakup siklus tidur janin-
telah dibahas sebelumnya. Hal itu juga dapat disebabkan sebelum dapat disimpulkan adanya insufisiensi reaktivitas
oleh depresi sentral akibat obat atau ibu merokok (Jansson janin. Miller, dkk (1996b) mengutas hasil akhir pada janin
dkk., 2005; Oncken dkk., 2002). dengan uji non,stress yang dianggap nonreaktifkarena hanya
Uji non-stres didasarkan pada hipotesis bahwa denyut terdapat satu akselerasi. Mereka menyimpulkan bahwa satu
jantung janin yang ddak asidotik akibat hipoksia atau depresi akselerasi sama handalnya dengan dua dalam memperkirakan
neurologis akan secara temporer bertambah cepat sebagai
respons terhadap gerakan janin (Gbr. 15-5). Gerakan janin "*il:li-'il#luiiff :".*, I dan amp litudo akseterasi tam-
selama pemeriksaan diidentifrkasi oleh persepsi ibu dan paknya mencerminkan kesejahteraan janin, tetapi "akselerasi
direkam. Demikian juga, Smith dkk., (1988) mengamati yang kurang memadai" tidak selalu memperkirakan gangguan
adanya penurunan jumlah akselerasi pada janin kurang bu- janin. Memang, sebagian peneliti melaporkan angka positif
lan yang kemudian diketahui memiliki nilai Po, arteri um- .
palsu hingga 90 persen atau lebih (Devoe dkk., 1986). Karena
bilikalis yang lebih rendah. janin sehat mungkin ddak bergerak selama periode hingga
Usia gestasi mempengaruhi akselerasi atau reaktivitas 75 menit, Brown dan Patrick (1981) beranggapan bahwa
denyut jantung janin. Pillai dan James (1990b) mempelajari penambahan durasi uji non-stress dapat meningkatkan nilai
perkembangan pola akselerasi denyut jantung janin pada prediksi positif suatu hasil yang abnormal atau non.reaktif'
kehamilan normal. Persentase gerakan tubuh yang disertai Mereka menyimpulkan bahwa tes akan menjadi reaktif
oleh akselerasi dan amplitudo akselerasi ini meningkat selama periode hingga 80 menit atau tetap non-reaktif selama
seiring dengan usia gestasi (Gbr. 15-6). Guinn dkk., 120 menit, yang menunjukkan bahwa janin sakit.
356 OBSTETRIWLLIAMS - BAGIAN 3: ANTEPARTUM

umbilikalis memakai Doppler atau sebagai pengganti uji


non.sffes tradisional dalam skor profil biofisik.

6' ao
p.

gr0 a Uii Non-stres Abnormal


Terdapat pola.pola uji non.smes abnorm.al yang dapat
660
o diandalkan untuk memperkirakan gangguan janin yang
650
o parah. Hammacher dkk., (1968) melaporkan rekaman-
v640
C rekaman yang mereka sebut sebagai silent oscillator! pattem.
(o
Pola ini terdiri dari denyutjantungjanin basal yang terosilasi
P30
q)
kurang dari 5 dpm dan diperkirakan menunjukkan tidak
:zo
c adanya akselerasi dan variabilitas beac-to-beat, Hammacher
.E 10 menganggap pola ini bertanda buruk.
Visser dkk., (1980) menjelaskan suatu ,,kardiotokogram
terminal", yang mencakup (l) osilasi basal yang kurang"dari
5 dpm, (2) tidak adanya akselerasi, dan (3) d.r.*l"r"ri lambat
Minggu gestasi
dengan kontraksi urerus sponran. Hasil.hasil ini serupa
dengan pengalaman dari parkland Hospital, yaitu tldak
Gambar 15-6 persentase janin dengan paling sedikit satu
akselerasi adanya akselerasi selama periode per"k rna.r g0 menit pada
15 denyuUmnt yang bertahan 15 d;tik bersimaan dengan gerakan
jann (Diadaptasi dari pillai c,an James, 1990b). 27 jailn secara konsisten berkaitan dengan tanda.tanda
patologi uteroplasenta (Leveno, dkk, 19g31. yang terakhir
lenlakyn hambatan perrumbuhan janin pada 25 perren,
oligohidramnion pada 80 persen, asidosis
Tidak saja terdapat beragam clefinisi berbeda tentang hasil lanin pada 40
persen, mekonium pada 30 persen, dan infark plasenta
uji non-stres yang normal tetapi derajat reproduksiLiliras pada
93 persen. Dengan demikian, tidak adanya akselerasi
interpretasi juga dipermasalahkan. Sebagai contoh, Hage d.^yut
(1985) mengirim lewat pos lima hasil uli jantung janin, jika tidak disebabkan oleh sedasi
non.srres yang ibu, adaiah
pertanda buruk (Gbr. 15.8). Demikian juga, Devoe
tidak berisi data klinis spesifik pasien ke sampel dokter dkk.,
(1985) menyimpulkan bahwa uji ,ro.,.rr.",
kandungan dngkat nasional untuk interpr"t.ri ,n...ku. fang non.reaktif
Ia menyimpulkan bahwa meskipun uji non.sfies populer, selama 90 menit hampir selalu-93 persen-berklitan
dengan
kehandalan interpretasi hasil perlu diperbaiki. Aduny, patologi perinatal yang signifi kan.
masalah interpretasi subyektif mendorong dilakukanya
upaya-upaya untuk mengompqterisasikan analisis uji non- lnterval Di Antara Uji
stres. Pardey, dkk (2002) telah mengembangkan sistem Interval di,antara 2 pengujian, yang semula secara sembarang
semacam iru-Sonicaid Feral Care. Turan dkk., (ZOO?)
dipatok 7, hari, ampaknya telah dipersingkat seiring dengai
mengevaluasi.sistem O4ford Sonicaid gO02 cCTG pada
5g berambahnya pengalaman dengan uji non.stres. Menurut
janin dengan hambatan perrumbuhan dan membandingkan
American College of Obsterricians and Gynecologiss (ZOO?),
temuan.remuan yang diperoleh dengan berbagai uji
lain. sebagian peneliti menganjurkan p"m"iiLrran yurrg leblh
Mereka menyimpulkan bahwa sistem terkJmputerisasi
sering untuk wanita dengan kehamilan pascamatur, gestasi
bekerja paling baik jika digunakan dengan remuan vena
multijanin, diabetes melitus ripe 1, hambatan perrumbuhan
janin, atau hiperrensi gestasional
(Devoe, 2008; Freeman, 2008;
Graves, 2007; Kennelly dan
Sturgiss, 2007). Pada keadaan-
keadaan ini, sebagian peneliti
melakukan pemeriksaan dua kali
seminggu, dengan uji tambahan
dilakukan jika terjadi perburukan
keadaan pada ibu atau janin mnpa
memandang waktu yang telah
berlalu sejak uji terakhir. peneliti
lain melakukan pemeriksaan
setiap hari atau bahkan lebih
sering, sebagai contoh, pada
preeklamsia berat yang jauh dari
aterm (lihat Bab 34, hal. 265).

Deselerasi Setama Uii


GAMBAR 15'7 uji non-stres reakti,. panel atas, perhatikan peningkatan denyur jantung janin Non-Stres
lebih dari 15 denyuumnt selama lebih
-Di menjadi
itari t s oetiti seteiah gerakan janin, yang ditunjukkan oteh garis.
garis vertikat (panel
bawah). Gerakan janin sering menye-
babkan deselerasi denyut jantung.
BAB 15: PENILAIAN ANTEPARTUM 357

:06,50

Gambar 15'8 Uii non-stres nonreaktif (sisi kiri rekaman) diikuti oleh uji stres kontraksi yang memperlihatkan deselerasi lambat
ringan (sisi kanan rekaman). Dilakukan bedah caesar, dan janin yang mengalami asidemia berat tidak dapat
diresusitasi.

Timor-Tritsch dkk., (1978) melaporkan hal ini selama disertai oleh kelainan tali pusat. Mereka menyimpulkan bahwa
uji non.stres dalam separuh hingga dua pertiga rekaman, gangguan asfilaia akur memicu gnsping janin. Mereka juga
bergantung pada kekuatan gerakan janin. Tingginya insidens merryimpulkan bahwa uji non-srres kurang memadai untuk
deselerasi jelas menyebabkan interprerasi maknanya menjadi menyingkirkan kejadian asfiksia akut dan bahwa karakterisdk
problematik. Memang, Meis dkk., (1986) melaporkan bahwa biofisik lain mungkin bermanfaat. Sebagai conroh, penilaian
deselerasi denyut jantung janin variabel selama uji r.ron- volume cairan amnion dianggap berguna. Kausa lain yang sering
stres bukan merupakan tanda gangguan janin. American menjadi penyebab kematian janin adalah infeksi inuauterus,
College of Obstetricians and Gynecologists (200?) relah kelainan posisi tali pwat, malformasi, dan solusio plasenta.
menyimpulkan bahwa deselerasi variabel, jika tidak berulang
dan singkat-kurang dari 30 detik-tidak mengindikasikan
gangguan janin arau perlunya intervensi obsretris. Sebaliknya,
deselerasi variabel yang berulang-paling ddak tiga dalam 20 Suara eksternal yang keras telah digunakan untuk menga.
menit-bahkan jika ringan, dilaporkan berkaitan dengan getkan janin sehingga memicu akselerasi denyut janrung
peningkamn resiko pelahiran caesar aras indikasi distie.. -uji non-stres srimulasi akusrik. Terdapat srimularor akusdk
Deselerasi yang berlangsung 1 menit atau lebih dilaporkan komersial yang diletakkan di perut ibu untuk menimbulkan
menunjukkan prognosis yang lebih buruk (Bourgeois, 1984; rangsangan selama 1 sampai 2 detik (Eller dkk., 1995). Hal
Druzin, 1981; Pazos, 1982, dkk). ini dapat diulang hingga tiga kali selama 3 detik (American
Hoskins dkk., (1991) berupaya menyempumakan inter. College of Obstetricians and Gynecologists, 2007). Respons
pretasi uji yang memperlihatkan deselerasi variabel dengan yang positif didefinisikan sebagai kemunculan cepat aksele-
menambahkan perkiraan volume cairan amnion secara sono. rasi setelah stimulasi (Devoe, 2008). Perez.Delboy dkk.,
gafis. Insidens pelahiran cesar akibat gawat janin inrrapartum (2002) membagi secara acak 113 wanira ke kelompok uji
meningkat progresif seiring dengan keparahan deselerasi non.stres dengan dan tanpa srimulasi vibroakustik. Stimulasi
variabel dan penurunan volume cairan amnion. Deselerasi tersebut mempersingkat waktu rerata untuk uji non-stres dari
variabel yang parah selama uji non.stres plus indeks cairan 24 menjadi 15 menir.
amnion 55 cm menghasilkan angka pelahiran cesar ?5
persen. Namun, disres janin pada persalinan juga sering
terjadi pada kehamilan dengan deselerasi variabel tetapi
jumlah cairan amnionnya normal. Hasil serupa dilaporkan Manning dkk., (1980) menyarankan pemakaian kombinasi
oleh.Grubb dan Paul (1992). lima variabel biofisik janin sebagai cara yang lebih akurat un-
tuk menilai kesehamn janin daripada pemakaian saru varia-
be[. Peralatan yang dibutuhkan adalah mesin sonografi dan
Uji Non.Stres Normal Patsu
ubruound Doppler untuk merekam denyut janrung janin.
Smith dkk., (1987) melakukan analisis terinci rentang pe, Biasanya, uji,uji ini memerlukan waktu pemeriksaan 30 sam.
nyebab kematian janin dalam 7 hari setelah uji non-stres pai 60 menit. Di Tabel 15.2 diperlihatkan lima komponen
normal. Indikasi tersering unruk pengujian adalah kehamilan biofsik yang dinilai, yang mencakup; (1) akselerasi denyut
pascamatur. Interval rerata anara pengujian dan kemarian jantung janin, (2) pemapasan janin ,(3) gerakan janin, (4)
adalah 4 hari, dengan kisaran I sampai 7 hari. Temuan tonus janin, dan (5) volume cairan amnion. Variabel.varia.
otopsi tunggal terpenting adalah aspirasi mekonium, sering bel normal masing.masing diberi skor 2 dan variabel abnor.
358 OBSTETRIWILLIAMS - BAGIAN 3: ANTEPARTUM

r Y?.. ... .. -...*.tS


:: 'i I ::&s
. :...:::i:\:]]ffi
" ,:ffi
l ' .l,:N$H#

affiiiui}E

sono$raf ik lainnya normal


urrstor biotlsik oabunoan.

mal skor 0. Karena itu, skor rerringgi yang mungkin dicapai maternal, gangguan tali pusat, dan solusio plasenta (Daya1
janin normal adalah 10. Kopeckey dkk., (2000) mengamari dkk.,1999).
b.rlrrrrr ll:.unl.,ri 1( nrg nri,rfin sLrlfit vmrq diherikan ke- Manning dkk., ( 1993 ) mempublikasikan suaru penjelasan
pada ibu menyebabkan penuruniul bemrakna skor biotisik mcngcniri {9i j,rnin virng pl()til biotisiknvl diper:iksri scsrrrrt
dengan menekan pernapasan dan akselertrsi denyut jantung sebelum pengukuran nilai pH darah vena umbilikalis yang
janin. diperoleh melalui kordosentesis. Sekitar 20 persen janin yang
Manning dkk., (1987) mcmeriksa lebih dar-i 19.000 kc- dipt'r'ikse rncngrlrn-ri hlrnbirtan pcrtumbtrhtrn, drrr sisrrnva
harnilan dengan menggunakan inrcrprerasi prohl brohsik urcngrdap anernia hernolirik aloirnun. Scperri diperliharkan
dan penatalaksanaan seperri diperlihatkan di Tabel 15.3. di Gambar 15.9, skor biofisik 0 selalu berkaitan dengan
Mereka melaporkan angka uji normal palsu, yang didefinisi. asidemia janin yang signifikan, sementara skor normal 8 atau
kan sebagai kematian antepartum seorang janin yang secara 10 berkaitan dengan pH normal. Hasil uji yang meragukan-
sruktural normal, adalah sekitar I per 1000. Lebih dari 97 skor 6-adalah prediktor yang buruk untuk gangguan hasil
persen kehamilan yang diperiksa memperlihatkan hasil nor, akhir kehamilan. Penurunan dari suaru hasil abnormal-skor
ma[. Kausa kematian janin yang paling sering teridentifikasi 2 ata:u 4 -ke skor sangar abnormal (0) adalah predikmr yang
setelah profil biofisik yang normal adalah perdarahan feto. Iebih akurat untuk gangguan hasil akhir kehamilan.
BAB 15: PENILAIAN ANTEPARTUM 359
7.40 singkat sebagai uji penapisan antepartum lini-pertama pada
2628 kehamilan janin-tunggal. Secara spesifik, dilakukan uji
llon.stres vibroakustik dua kali seminggu dan dikombinasi.
7.35 kan dengan penentuan indeks volume cairan amnion (lihat
E Bab 21, hal. 511.) Indeks cairan amnion <5 cm dianggap ab.
E normal. Profl biofisik singkat ini memerlukan wakru sekirar
o
o_ 7.30
o 10 rnenit untuk mengerjakannya, dan mereka menyimpul-
(! kan bahwa cartr ini adalah surveilans antepartum yang sangat
-o baik karena tidak ada kemarian janin yang tidak diperkira-
6
Y 7.25 kan.
Nageotte dkk., (1994) juga mengombinasikan uji non-
'E stres dua kali seminggu dengan indeks cairan amnion dan
=
(s 7.20
c mengganggap bahwa <5 cm adalah abnormal. Mereka me.
o
lakukan 17.429 gi profil biofisik modifikasi terhadap 2774
-o- wanita dan menyimpulkan bahwa uji ini adalah metode
7.10 yang sangat baik unruk surveilans janin. Miller dkk., (1996a)
melaporkan hasil-hasil dengan lebih dari 54.000 uji profl
biofisik modifikasi yang dilakukan pada 15.400 kehamilan
7.05
resiko tinggi. Mereka menyampaikan bahwa angka negatif.
64 palsu adalah 0,08 per 1000 dan angka posirif.palsu 1,5 persen.
Skor profil biofisik janin American College of Obstetricians and Gynecologists
GAMBAR 15-9 pH vena umbilikalis rerata (t 2 SD) dalam kaitannya
dan American Academy of Pediatrics (200?) menyimpul.
dengan kategori skor profil biofisik janin. (Gambar ini dipublikasikan kan bahwa profl biofisik rnodifikasi bersifat sama prediktif,
dalam American Journal ol Obstetrics & Gynecology, vol. 169, No.4. nya untuk kesejahteraan janin seperti pendekatan surveilans
FA Manning, R Snijders, CR Harman et al: Fetal biophysical profile biofislk janin lainnya.
score. Vl. Correlation with antepartum umbilical venous letal pH, hlm.
755-763. Hak cipta Elsevier 1993.)
u iiUnruiidfiih ilfift'ffi Ni6ti=
Volume cairan amniorl umumnya dievaluasi pada wanita
Salvesen dkk., (1993) mengaitkan profil biofisik clengan dengan keluhan penurunalr gerakan janin (Fr6en dkk.,
pH darah vena urnbilikalis yang diambil dengan kordosentesis 2008). Selain itu, cairan amnion telah menjadi komponen
pada 41 kehamilan dengan penyulit diaberes. Mereka integral dalam penilaian antepartum kehamilan yang
juga mendapatkan bahwa pH abnormal secara bermakna beresiko mengalami kematian janin. Hal ini didasarkan
berkaitan dengan skor profil biofisik yang abnor.mal. Namun, pada alasan bahwa penurunan perfusi uteroplasenta dapat
mereka menyimpulkan bahwa profil biofisik tidak banyak menyebabkan berkurangnya aiiran darah ginjal janin,
bermanfaat dalam prediksi pH janin, karena sembilan janin berkurangnya produksi urin, dan akhirnya oligohidramnion.
dengan asidemia ringan memperlihatkan uji antepartum Seperti yang dibahas di Bab 21, indeks cairan amnion,
yang normal. Weiner, dkk (1996) menilai hasil uji janin kantong vertikal paling dalam, dan kantong 2 x 2 cm yang
antepartum pada 135 janin yang jelas mengalami hambacan digunakan dalam profil biofislk adalah sebagian teknik sono-
pertumbuhan dan memperoleh kesimpulan serupa. Mereka grafi yang digunakan untuk memperkirakan volume cairan
mendapatkan bahwa morbiditas dan mortaliras pada janin amnion (Chamberlain, 1984; Manning, 1984; Nabhan,
dengan hambatan perrumbuhan berar, rerurama ditentukan 2008; Ruther{ord, 1987, dkk).
oleh usia gestasi dan berat lahir dan bukan oleh hasil uji yang Dalam ulasan mereka terhadap 42 laporan tentang indeks
abnormal. Lalor, dkk (2008) baru-baru ini memperbartri cairan amnion yal1g dipublikasikan antara 1987 dar-r 1997,
ulasan Cochrane dan menyimpulkan bahwa belum cukup Chauhan, dkk (1999) menyimpulkan bahwa indeks 55 cm
bukti saat ini unruk menunjang pemakaian profil biofisik secara bermakna meningkatkan resiko pelahiran cesar atas
sebagai pemeriksaan kesejahreraan janin pada kehamilan indikasi gawat janin atau skor Apgar 5 menit yang rendah.
resiko tinggi. Kaur, dkk (2008) melakukan pemeriksaan Demikian juga, dalam suaru analisis retrospektif terhadap
profil blofsik seriap hari untuk memastikan waktu pelahiran 6423 kehamilan yarlg ditangani di Parkland Hospital, Casey
yang optimal pada 48 janin piernatur dengan hambatan dkk., (2000) mendapatkan bahwa indeks cairan amnion
pertumbuhan dan berar <1000 g. Meskipun skor pada 2Z <5 cm berkaitan dengan peningkatan signifikar-r angka
janin adalah 8 dan pada 13 janin adalah 6, rerdapat enam morbiditas dan mort:rlitas perinatal. Locatelli dkk., (2004)
kematian dan 12 janin asidotik. Mereka menyimpulkan melaporkan peningkatan resiko bayi berar lahir rendah lika
bahwa pada janin yang sangat premarur, insidens hasii posi- terdapat oligohidramnion.
tif-palsu dan negatif.palsu tinggi. l
Tldak semua peneliti sependapat dengan konsep
bahwa indeks <5 cm mengisyaratkan ganggualr hasil akhir
i Profil Biofisik Modifikasi kehamilan. Magann dkk., (1999, 2004) menyimpulkan
bahwa indeks merupakan uji diagnostik yang buruk dan
Karena profil blofisik memerlukan banyak renaga dan harus bahwa hal tersebut lebih batk dalam memprediksi volume
dikerjakan oleh orang yang terlatih dalam sonografi maka normal daripada abnormal. Driggers dkk., (2004) serta
Clark dkk., (1989) rnenggunakan profil biofisik yang diper- Zhang dkk., (2004) ddak menemukan korelasi antara indeks
360 oBsrETRtwtLLtAMS - BAGIAN 3: ANTEPARTUM

yang kurang dari 5 cm dengan hasil akhir keharnilan yang


buruk. Dalam satu-sarunya uji klinis reracak yang pernah
dilaporkan, Conway dkk., (2000) menyimpulkan bahwa
untuk kehamilan aterm dengan nilai indeks cairan amnion
<5 cm, membiarkan persalinan berlangsung sponran tanpa
intervensi sama efektifnya seperti induksi persalinan.

i
Doppler ukrasounA adalah teknik non-invasif unruk menilai
aliran darah dengan memeriksa impedans aliran di hilir
(lihat Bab 16, hal. 379.) Untuk menenrukan keseharan janin
dan membantu mengetahui saat pelahiran bagi janin dengan
hambatan peitumbuhan, saat ini digunakar-r penilaian
dengan teknologi Doppler terhadap tiga sirkuit vaskular
janin, yang mencakup arteri umbilikalis, arteri serebri media,
dan duktus venosus. Velosimetri Doppler arteri uterina ibu
juga telah dievaluasi dalam upaya untuk memperkirakan
disfungsi plasenta. Tujuan pemeriksaan semacam ini adalah
untuk mengoptimalkan waktu pelahiran-cukup lanjut untuk
menghindari penyulit persalinan premarur dan cukup dini
untuk menghindari lahir mati (Ghidin i, 2007).

i Kecepatan Aliran Darah Doppler


Bentuk-bentuk gelombang perrama kali dipelajari secara
sistematis di arteri umbilikalis pada kehamiian tahap lan-
jut, dan bentuk gelombang yang abnormal berkaitan
dengan hipovaskularitas srruktur vilus plasenta umbilikus
seperti diperlihatkan di Gambar 15.10 (Trudinger,
2007). Dibuktikan bahwa 60 sampai 70 persen arteri-
arteri kecil plasenta perlu mengalami obliterasi sebeium
bentuk gelombang Doppler arteri umbilikalis menjadi
abnormal. Patologi vaskutar yang luas tersebur berdampak
besar pada sirkulasi janin. Menurut Trudinger (2007), ka- GAMBAR 15-10 Cetakan akrilik percabangan arteri umbilikalis di
rena lebih dari 40 persen curah ventrikel janin ditujukar-r dalam sebuah lobulus plasenta. Cetakan ini dibuat dengan menyun-
tik arteri umbilikalis di tempat insersi tali pusat dan kemudian digesti
ke plasenta, maka obliterasi pembiiluh-pembuluh pada jaringan oleh asam. A. Plasenta normal. B. Plasenta dari kehamilan
sirkulasi plasenta-umbiiikus meningkatkan afterload dan tanpa aliran diastolik akhir di arteri umbilikalis yang direkam sebelum
menyebabkan hipoksemia janin. Hal ini pada gilirannya pelahiran (Dari Trudinger, 2007, dengan izin).
menyebabkan dilatasi dan redistribusi aliran darah arteri Lihat hal. W-2 untuk gambar berwarna.
serebri media. Akhirnya, tekanan di duktus venosus me-
ningkat akibat afterload di sisi kanan jantung janin. Karena Ha1 ini dilaporkan disebabkan oieh kurangnya vaskularisasi
itu, dipostulasikan bahwa disfungsi vaskular plasenta vilus plaser-rta dan dijumpai pada kasus ekstiim hambatan
tersebut menyebabkan peningkatan resistensi aliran darah pertumbuhan janin (Todros ilkk., 1999). Zelop, dkk (1996)
arteri umbilikalis, yang berkembang menjadi penurunan mendapatkan bahwa angka kematian perinatal untuk tidak
impedans arteri serebri media yang akhirnya'diikuti oleh aclanya alrran darah diastolik-akhir adalah sekitar 10 persen,
gangguan aliran di duktus venosus (Baschat, 2004). Dalam dan untuk aliran darah diastolik-akhir yar-rg berbalik angkanya
skenario ini, bentuk gelombang Doppler yang abnormal di sekitar 33 persen. Spinillo dkk., (2005) mempelajari hasil
duktus venosus adalah temuan tahap ianjut pada perburukan akhir perkembangan saraf pada usia 2 tahun pada 266 janir"r
keadaan janin akibat hipoksemia kronik. dengan hambatan pertumbuhan yang dilahirkan antara
gestasi 24 dan 35 minggr,r setelah pen-reriksaan Doppler arreri

I Velosimetri Arteri Umbilikalis umbilikali!. Dari bayi-bayi yang aliran arteri umbilikalisnya
tidak ada atau berbalik, B persen memperlihatkan tanda-
Pemakaian Doppler ultrasound, untuk mengukur aliran darah tandacerebralpalsl, clibandingkan dengan 1 persen pada bayi-
pada kehamilan telah dilaporkan sejak akhir tahun 197Oan bayi yang aliran Doppler-nya normal atau cli atas persenril
(Trudinger, 2007). Rasio sistol-diastol (S/D) arteri umbilikalis ke-95 tetapi tanpa aliran balik.
dianggap abnormal jika di atas persenril ke.95 untuk usia Doppler ukrasound arteri umbilikalis telah dinilai secara
gestasi atau jika aliran diastolik tidak ada atau berbalik ekstensif oleh uji-uji teracak terkontrol dibandingkan dengan
(lihat Bab 16, hal. 380). Aliran diastolik-akhir yang ridak uji-uji kesehatan janin sebelumr.rya. !7i11iams dkk., (2003)
ada atau berbalik seperti diperlihatkan di Gambar 15-11 membagi secara acak 1360 wanjta resiko tinggi ke kelompok
menandakan adanya peningkatan impedans terhadap aliran uji non-stres atau Velosimetri doppler. Mereka rnendapatkan
darah arteri umbilikalis (lihat juga Gbr. 16-27, ha[.381.). peningkatan signifikan insidens pelahiran cesar atas indikasi
BAB 15: PENILAIAN ANTEPARTUM 361

penilaian kecepatan aliran


arteri serebri media ke arteri
umbilikalis. Tidak terdapat
perbedaan signifikan pada
hasil akhir kehamilan antara
kedua kelompok studi ini.
Dalam aplikasi yang ber-
beda, Oepkes dkk., (2006)
menggunakan Velosimetri
Doppler arteri serebri media
untuk mendeteksi anemia
janin berat pada I65 janin
dengan aloimunisasi D.
Mereka secara prospektif
membandingkan amniosen-
tesis serial untuk mengukur
kadar bilirubin dengan peng-
ukuran kecepatan sistol
puncak arteri serebri media
menggunakan Doppler. Para
peneliti ini menyimpulkan
bahwa Doppler dapat de.

GAMBAR 15-11 Tiga pemeriksaan velosimetriarteriumbitikatis. Puncak-puncak mencermrnkan kecepatan


nol
sistol, dan lembah menunjukkan kecepatan diastol. A. Pola velosimetri normal. B. Kecepatan mencapai
:fl|.rlTil6 fflffi::nl
;-;.^
laksanaan kehamilan dengan
ii[r*"i
(lembah mencapai garis horizontal). c. Kecepatan arteri berbatik sewaktu oir.rot (teroln^ n"r"o"
garis horizontal) isoimunisasi. Memang,
Velosimetri Doppler arteri
serebri media berguna untuk
gawat jar.rin pada kelompok uj i non-stres dibandingkan dengan deteksi dan penanganan anemia janin apapun sebabnya
mereka yang diperiksa dengan Velosimetri doppler-S,7 versus (Moise, 2008). American College of Obstetricians and
4,6 persen. Satu interpretasi dari remuan ini adalah bahwa uji Gynecologists (2006) juga menyimpulkan bahwa pemakaian
non-stres lebih sering mengidentilikasi janin yang mengalami Doppler tersebut di sentra yang memiliki petugas yang
masalah. Sebaliknya, Gonzale: dkk., (2007) menciaparkan terlatih dalam prosedur di atas dapat dibenarkan (lihat Bab
bahwa temuan abnormal pada Doppler uluasound dalam sebuah 16, hal. 381.)
kohort janin dengan hambatan pertumbuhan merupakan
prediktor terbaik untuk hasil akhir perir-ratal.
Kegunaan Velosimetri Doppler arteri urnbilikaiis diulas i Duktus Venosus
oleh American College of Obstetricians ancl Gynecologists
(2000, 2004). Disimpulkan bahwa belum ada manfaat yang Pemakaian Doppler ukrasound untuk rnenilai sirkulasi vena
dibuktikan selain pada kehamilan yang dicurigai rnengalami janin adalah aplikasi terbaru teknologi ini. Bilardo dkk.,
hambatan pertumbuhan janin. Secara spesifik, belum (2004) secara prospektif meneliri hasil Doppler arteri
ada manfaat velosimetri yang terbukti pada keadaan lain, umbilikalis dan duktus venosus pada 70 janin dengan
misalnya keharnilarr pascamatur, diabetes, lupus eriternatosus hambatan pertumbuhan pada gestasi 26 sampai 33 minggu.
sistemik, atau sindrom anribodi anrifosfolipid. Demikian juga, Mereka rnenyimpulkan bahwa Velosimetri Doppler duktus
velosimetri belum terbukti berguna sebagai uj i penapisan untuk venosus adalah prediktor terbaik untuk hasil akhir kehamilan.
mendeteksi gangguall janin pada populasi obstetris umurr. Namun, aliran duktus venosus yang negatif atau terbalik
merupakan temuan lanjut karena janin telah mengalami

i Arteri Serebri Media kerusakan multiorgan ireversibel akibat hipoksemia. Usia


gestasi pada pelahiran juga merupakan penentu utama
Pemeriksaan arteri serebri media dengan Velosimetri Doppler hasil akhir perinatal tanpa bergantung pada aliran duktus
telah mendapat perhatian khusus karena pengamatan bahwa venosus. Secara spesifik, 36 persen janin dengan hambatan
janin hipoksik berupaya menyelamatkan orak (brain sparing) pertumbuhan yang lahir anrara26 dan 29 minggu meninggal
mereka dengan mengurangi impedans serebrovaskular dibandingkan dengan 5 persen yang dilahirkan dari 30
sehingga aliran darah meningkat. Konjc dkk., (2001) telah sampai 33 minggu.
mendokumentasik:rn bahwa penyelamaran otak pird:r janin Baschat dkk., (2007) secara sistematis mempelajari
dengan harnbatirn pertumbuhan, mengalami pembalikan. 604 janin dengan hambatan pertumbuhan menggunakan
Mereka melaporkah bahwa 8 dari 17 janin dengan Velosimetri Doppler terhadap arteri umbilikalis, arteri serebri
pembalikan ini meninggal. Ott dkk., (1998) membagi se- media, dan duktus venosus serta mencapai kesimpulan serupa
cara acak 665 wanita yang menjalani pemeriksaan profil dengan kesimpulan Bilardo dkk., (2004). Secara spesifik,
bio{isik modilikasi ke dalarn kelompok yang hanya merrjalani ketiadaan atau pembalikan aliran darah di duktus venosus
pemeriksaan pro1il biolisik rnodilikasi saja dan kelompok berkaitan dengan koiaps merabolik janin yang menyeluruh
yang menjalani perneriksaan prolil Jikomhinasikan clengan dan berat. Mereka juga melaporkan bahwa usia gestasi
362 oBSTETBtwtLLtAMS _ BAGIAN 3: ANTEPARTUM

merupakan kofaktor kuar dalarn menenrukan hasil akhir pengujian sedini 26 sampai 28 rninggu. Frekuensi untuk
perinatal bagi janin dengan hambatar-r pertumbuhan yar.rg pemeriksaan ulang secarzr sembartrng ditentukan ? hari,
lahir sebelum 30 minggu. Dengan kata lain, saat aliran clarah tetapi sering dilakukan pengujian berulang.kali.
di duktus venosus rerlihat sangat abnonnal, janin sr.rdah
terlambat untuk ditoiong karena sudah rnenjelang kematian,
Namun, pelahiran yang lebih dini menempatkan janin pada ] Makna UjiJanin
resiko kematian akibat persalinan premarur. Ghidini (200i) Apakah uji janin anrenaral benar-benar memperbaiki hasil
menyimpulkan bahwa laporan-laporan ini tidak menyokong akhir janinl Platt dkk., (1987) mengulas dampaknya anrara
pemakaian rutin Velosimetri Doppler dukrus venosus dalam tahtur 1971 dan 1985 di Los Angeles County Hospiral.
lnernantau janin dengan hambatan pertumbuhan dan Selama periode 15 tahun ini, lebih dari 20.000 kehamilan
menganjurkan penelitian lebih lanjut. ditangani, dan hampir I7.000 war-rita ini menjalani berbagai
jenis uji anreparrum. Surveilans janin meningkat dari
O Arteri Uterina kurang dari I persen kehamilan pada awal tahun 1970.an
menjadi 15 persen pada pertengahan 1980-an. Para penulis
Resistensi vaskular di sirkulasi uterus normalnya berkurang ini menyimpulkan bahwa uji.uji ini jelas bermanfaar karena
pada separuh perrama keirarnilan akibat invirsi pembuluh angka kematian janin menurun signifikan pada kehamilan
uterus ibu oleh jaringar-r trofoblasdk (lihat Bab 3, hal. 55.) resiko tinggi yang diperiksa daripada yang tidak diperiksa.
Proses ini dapat dideteksi den ganD oppler arreri Pandangan bertentangan rentang manfaat uji janin
flnw v elocimetry
uterina. Doppler arteri uterina mungkin paling berguna untuk antenatal datang dari Thacker dan Berkelman (1986).
menilai kehamilan yang beresiko mengalami penyr.rlir yang Dalam pandangan mereka, efektivitas, paling baik dievaluasi
berkaitan dengan insufisiensi ureroplasenra (Abramowicz dalam uji-uji acak terkontrol. Setelah mengkaji 6000
dan Sheiner, 2008). Persisrensi arau rerbentuknya pola laporan, mereka hanya mendapatkan empat uji semacam iru,
resistensi tinggi dilaporkan berkaitan dengan berbagai yang semuallya dilakukan dengan uji non.stres, dan tidak
penyulit kehamilan (Lees dkk., 2001; Yu dkk., 2005). Dalarn ada yang dengan uji srres kontraksi. ]umlah sampel dalam
sebuah penelirian rerhadap 3Q.519 wanira Inggris tanpa- keempat uji rersebut dianggap terlalu kecil untuk mendereksi
seleksi, Smith dkk., (2007) memeriksa velosimetri arteri manfaat yang pellting dan tidak menunjang pemakaian uji
uterina pada gesrasi 22 sampai 24 minggu. Resiko kematian manapun. Enkin dkk., (2000) membahas bukti-bukd di
janin sebelum 32 minggu jika berhubungan dengar-r solusio Cochrane Library dari uji.uji terkontrol renrang surveilans
plasenta, preeklamsia, atau hambamn pertumbuhan janin janin antepartum. Mereka menyimpulkan bahwa,,meskipun
secara signifikan berkorelasi dengan aliran resisrensi tinggi. digunakan secara luas, sebagian besar uji kesejahteraan janin
Mereka dan penulis.penulis lain menganjurkan riset lanjut. seyogyanya dianggap hanya sebagai alat eksperimental dan
an tentang peran Velosimetri Doppler arteri urerina sebagai bukan alat klinis yang berlaku".
alat penapisan untuk mendeteksi kehamilan yang berisiko Pertanyaan penring dan belum terjawab lainnya adalah
lahir mati (Reddy, dkk, 2008). apakah surweilans janin antepartum dapat mengidentifikasi
asfiksia janin cukup dini untuk mencegah kerusakan otak.
Todd dkk., (1992) berupaya menghubungkan perkembangan
kognitifpada bayi berusia hingga 2 tahun setelah hasil abnor.
mal Velosimetri Doppler arreri umbilikalis atau uji non-stres.
Menurut American College of Obsretricians and Gyneco. Hanya hasil abnormal uji non-srres yang berkaitan dengan
logists (2007), tidak ada "uji terbaik" unruk mengevaluasi penumnan marginal kemampuan kognitif. Para peneliti ini
kesejahteraan janin. Tiga sisrem pengujian-uji stres kon. menyimpulkan bahwa pada saat gangguan janin rerdiagnosis
traksi, uji non-sffes, dan profil biofisik-memiliki titik akhir dengan uji-uji antenatal, janin telah mengalami kelainan.
yang berbeda bergantung pada situasi klinis. Pamfler unruk Low dkk., (2003) mencapai kesimpulan serupa dalam pe-
penerangan pasien dari American College of Obstetricians nelitian mereka terhadap 36 bayi premarur yang dilahirkan
and Gynecologism (2002) menguraikan uji.uji kesejahteraan berdasarkan hasil uji anreparrum. Manning dkk., (1998)
janin dan diringkaskan sebagai berikut: ,,Pemantauan mempelajari insidens cerebral palsy pada 26.290 kehamilan
membantu anda dan dokter anda selama keharnilan anda resiko tinggi yang ditangani dengan pengujian profil biofisik
dengan memberi tahu lebih banyak tenrang kesejahteraan serial. Mereka mernbandingkan hasil-hasil akhir ir-ri dengan
bayi. Jika hasil uji menunjukkan bahwa mungkin ada hasil akhir dari 58.657 kehamilan resiko rendah yang ddak
masalah, hal ini tidak selalu berarti bahwa bayi berada dalam menjalani uji anteparrum. Angka cerebral palsy adalah 1,3
bahaya. Hal tersebut hanya berarti bahwa anda memerlukan per 1000 pada kelompok kehamilan yang diuji dibandingkan
perawatan khusus atau pemeriksaan lebih ianjut. Bahas dengan 4,7 per 1000 pada wanira yang ridak diuji.
semua pertanyaan yang anda miliki tenrang pemanmuan Perkiraan keseharan janin antenatal telah menjadi fokus
dengan dokter anda". perhatian selama lebih dari dua dekade. Dalam mengulas uji.
Pertimbangan rerpenting dalam memutuskan kapan uji semacam ini, muncul beberapa hal:
memulai uji antepartum adalah prognosis kelangsungan hidup 1. Metode perkiraan janin telah rerus berkembang, suatu
neonatus. Keparahan penyakit ibu adalah perrimbangan fenomena yang seridaknytr menunjukkan keridakpuasan
penting lainnya. Secara umum, untuk kebanyakan kehamilan terhadap ketelitian atau efektivitas metode yang ada.
resiko tinggi, sebagian besar penulis menganjurkan bahwa 2. Kinerja biofrsik janin ditandai oleh beragam variasi bio.
pengujian dimulai pada gestasi 32 sampai 34 minggu. Ke. logik normal sehingga sulit dipastikan kapan kinerja ter-
hamilan dengan penyulit berat mungkin memerlukan sebut perlu dianggap abnormal. Berapa banyak gerakan,
BAB 15: PENILAIAN ANTEPARTUM 363
pemapasan, cttau akselerasi? Dalam penodc berapa lamal Devoe LD: Antcnatal fetal assessment: Multifetal gestation-an over-
Sebagian besar peneliti, karena tidak marnpu clengan view. Semirr Perinatol 32:281, 2008
L)cvoe LD, Castillo I{A, Sherline DM: The nonsrr€ss test as a diagnostic
mudah menguantifikasi kir-rerja biofisik janin nonnal,
test: A critical reappraisal. Am j Obster Glnecol 152.:104'1, 1986
memilih rnenggunakan patokan.patokan acak untuk Devoc l-D, McKenzie J, Searle NS, et al: Clinical sequelae of the ex-
menj awab pertanyaan-pertallyaan tersebut. tendecl nonstress rest. Am J Obster Cynecol 1 5 1 :1 074, 1985
3. Meskipuntelahditemukanberbagairnetodepcngujirrnyang DeVries JIP, Visser GHA, Prechtl NFR: The emergence of fetal behav-
lebih rumir hasil-hasil abnonnal jarang dapat diandaikan ior. Il. Quantitative aspecs. Early Hum Dev 12:99, 1985
sehingga banyak dokter teldorong menggunakan uji Driggers RW, Holcroft Cl, tslakemore KJ, et al: An amniotic fluid index
<5 cmwithin 7 days of delivery in the third rrimester is nor associ-
antenatal untuk meramalkan LeseTahteraan, bukan pe.
ated with decreasing umbilical arterial pH and base excess. J Perinatol
nyakir, janin. Z4:72,2004
Druzin ML, Craracos j, Keegan KA, et al: Antepartum fetal heart rate
testing, 7. The significance of fetal bradycardia. AmJ Obstet Gynecol
DAFTAR PUSTAKA 139:194,1981
Eller DP, Scardo ]A, Dillon AE, et al: Distance from an intrauterine
Abramowicz JS, Sheiner E: Ultrasound of the placenta: A sysremic ap. hydrophone as a factor affecting intrauterine sound pressure levels
proach. Part ll: Function assessment (Doppler). Placenta Z9(11):921, produced by the vibroacoustic stimularion tesr. Am J Obstet G1'necol
2008 l'13:523,1995
American College of Obstetricians and Gynecologists: lntraureriue Enkin M, Keirse M]NC, Renfrew M, et a1: A Guide to Effective Care
growth restriction. Practice Bulletin No. 12, January 2OO0 in Pregnancy and Childblrth, 3rd ed. New York, Oxford Universiry
American College of Obstetricians and Gynecologisrs: Special resrs for Press, 2000, p 225
monitoring fetal health. Patient Education Pamphlet, January 2002 Frager NB, Miyazaki FS: Intrauterine monitoring of contracrions during
American College of Obstetricians and Gynecologists: Ulrasonography breast stimulation. Obstet Gynecol 69 :'1 67, 1987
in pregnancy. Practice Bulletin No. 50, December 2004 Freeman RK: Antepartum testing in patienrs with hypertensive disor-
American College of Obstetricians and Gynecologisrs; Maniigemenrof ders in pregnancy. Semin Perinatol 32:271,2008
alloimmunization during pregnancy. Pracrice Bulletin No. 75, August Freemar RK: Tl-re use of the oxytocin challenge test for antepartum
2006 clinical evaluation of uteroplacental respiratory function. Am J Ob-
American College of Obstericians and Cynecologisrs: Antepartum fe- ster Cynecol l2 I:481, 1975
tal surveillance. Practice Bulletin No.9, C)ctober 1999, Reaffirrned Froen jF, Tviet ]V, Saastad E, et al: Management of decreased fetal
2007 movements. Semin Perinatol 37(4) :307, 7008
American College of Obstetricians and Gynecologists and the Ameri- Chidini A: Doppler of tl-re ducftrs venosus in severe pretern fetal gronth
can Academy of Pediatrics. Guidelines for Perinatal Care, 6th ed. restriction. A test in search of a purpose? C[stet Glnecol l@250,/N7
October 2007 Gonzalez JM, Stamilio DM, Ural S, et al: Relationship berween ab.
Badalian SS, Chao CR, Fox HE, et a1: Fetal breathing-related nasal fluid normal fetal testing and adverse perinatal ourcomes in inrrauterine
flow velocity in uncomplicated pregnancies. Am J Obstet Gynecol growth restrictior-r. Am j C)bstet Gynecol 196:e48,700'1
169:563,1993 Grant A, Elbourne D, Valentin L, et al: Routine formal fetal movement
BaschatAA: Opinion and Review: Doppler application in the delivery counting and risk of antepartum late death in normally formed single-
timing in the preterm growth-restricted fetus: Another step .in the tons. Lancet 2:345, 1989
right direction. Ultrasound Obstet Gprecol 23:118,2004 Craves CR: Antepartum fetat surveillance and timing of delivery in the
Baschat AA, Cosmi E, Bilardo C, et al: Predictors of neonatal outcome pregnancy compiicated by diabetes mellitus. Clin Obstet Gynecol
in eatly-onset placental dysfunction. C)bstet Gynecol 109:253, Z0O7 50: I 007, 2007
Bilardo CM, \7olf H, Stigter RH, et al: Relationship berween monitor. Grubb DK, Paul RH: Amnionic fluid index and prolonged anreparrum
ing parameters and perinatal outcome in severe, early intrauterine fetal heart rate decelerations. Obstet Gynecol 79:558,1992
growth restriction. Ultrasound Obstet Gynecol 73:199, ?.004 Cuir-rn DA, Kimberlin KF, Wigton TR, et al: Fetal heart rate character.
Bourgeois FJ, Thiagarajah S, Ilarbert GN Jr: The significance of fetal istics at 25 to 26 weeks gestarion. Am J Perinatol 15:507,1998
heart rate decelerations during nonstress testing, Am J Obstet Cyne. Hage ML: lnterpretation of nonstress tests. Am J Obstet Gynecol
col 150:213, 1984 153:490, 1985 IPMID: 40615 10i
Brown R, Patrick j: The nonstress test: How long is enough? Am j Ob- I-larnmacher K, Htiter KA, Bokelmann J, et al: Foetal heart frequency
sret Gynecol l4l:646, l98I and perinatal condition of the foetus and newborn. Gynaecologia
Casey BM, Mclntire DD, Bloom SL, et al: Pregnancy outcomes after 166,j49, l96E
antepartum diagnosis of oligohydramnios at or beyond 34 weeks' ges- Harrington K, Thompson O, Jorden L, et al: Obstetric outcomes in
tation. Am J Obstet Cynecol 162:909, 2000 women u,ho present with a reduction in fetal movements in the third
Chamberlain PF, Manning FA, Morrison I, et al: Ultrasound evaluation trimester of pregnancy. J Perinat Med ?.6:77, 1998
of amniotic fluid volume. ll. The relationship of increased amniotic Hoskins IA, Frieden FJ, Young BK: Variable decelerations in reacrive
fluid volume to perinatal ourcome. Am J Obstet Gynecol 150:750, nonstress tests with decreased amnionic fluid index predict fetal com-
1984 promise. Am J Obstet Gynecol 165:1094, 1991
Chauhan SP, Sanderson M, Hendrix NW, et al: Perinatal outcomes and Huddleston JF, SutliffJG, Robinson D: Contraction stress rest by inter-
amniotic fluid index in the antepartum and intrapartum periods: A mittent nipple stimuiation. Obstet Cynecol 63:669, 1984
meta-analysis. Am J Obstet Gpecol 181:1473,1999 Jansson LM, DiPietro ], Elko PA-C: Fetal response to maternal metha-
Clark SL, Sabey P, Jolley K: Nonstress tesring with acoustic stimulation done administration. Am J Obstet Gynecol 193:61 1, 2005
and amnionic fluid volume assessmenr: 5973 tests rvithout unexpect- Johnson MJ, Paine LL, Mulder HH, et al: Population differences of fe.
ed fetal death. Am J Obstet Gynecol 160:694,1989 tal biophysical and behavioral characteristics. Am J Obstet Gynecol
Conway DL, Groth S, Adkins \7B, et al: Management of isolated oligo. 166:138,1992
hydramnios in the term pregnancy: A randomized clinical trial. Am J Johnson T, Besigner R, Thomas R: New clues to fetal behavior and well-
Obstet Gynecol 182:S21, 2000 being. Contemp Ob/Gyn, May 1988
Dawes GS: Breathing before birth in animals and man. An essay in Kaur S, Picconi JL, Chadha R, et al: Biophysical profle in rhe rreatment
medicine. Physiol Med 29A557, 1974 of intraurerine growth-restricted fetuses who weigh <1000 g. Am J
Dawes GS, Fox FIE, Leduc BM, et al: Respiratory movements and rapid Obstet Cynecol 199:264.e1, 2008
eye movement sleep in the foetal lamb. J Physiol 220:1 19, 1972 Kennelly MM, Sturgiss SN: Management of small.for-gestationai-age
Dayal AK, Manning FA, Berck DJ, et a1: Fetal death after normal bio- twins with absent/reversed end diastolic flow in the umbilical artery:
physical profile score: An eighreen year experience. Am J Obstet Gy- Outcome ofa policy ofdaily biophysical profile (BPP). Prenat Diagn
necol 181:i231,1999 7"1:77,?.00'l

Anda mungkin juga menyukai