PENDAHULUAN
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi momen dan cara menentukan momen?
2. Apa saja jenis-jenis momen ?
3. Bagaimana definisi fungsi pembangkit momen ?
4. Apa saja jenis-jenis fungsi pembangkit momen ?
5. Bagaimana cara menentukan momen ?
6. Bagaimana cara menentukan fungsi pembangkit momen ?
7. Bagaimana cara menentukan momen dari fungsi pembangkit momen ?
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi momen dan cara menentukan momen
2. Mengetahui jenis-jenis momen
3. Mengetahui definisi fungsi pembangkit momen
4. Mengetahui jenis-jenis fungsi pembangkit momen
5. Mengetahui cara menentukan momen
6. Mengetahui cara menentukan fungsi pembangkit momen
7. Mengetahui cara menentukan momen dari fungsi pembangkit momen
BAB II
PEMBAHASAN
A. MOMEN
1. Momen
Jika X adalah peubah acak, baik diskrit maupun kontinu, maka momen ke-k
(dinotasikan dengan 𝜇 ′ 𝑘 ) didefinisikan sebagai :
𝝁′ 𝒌 = 𝑬 (𝑿𝒌 ), 𝒌 = 𝟏, 𝟐, 𝟑, …
2. Momen Diskrit
Jika X adalah peubah acak diskrit dan p(x) adalah nilai fungsi peluang dari X di x,
maka momen ke-k (dinotasikan dengan 𝜇 ′ 𝑘 ) didefinisikan sebagai:
𝝁′𝒌 = ∑𝒙 𝑿𝒌 ∙ 𝒑(𝒙)
Contoh:
Berikut ini diberikan distribusi peluang dari peubah acak X
x 1 2 3 4
P(x) 1 1 1 1
4 8 8 2
Hitunglahnilai µ' 3
Penyelesaian :
Berdasarkan definisi momen diskrit, maka:
3. Momen Kontinu
Jika X adalah peubah acak kontinu dan f(x) adalah nilai fungsi densitas dari di x,
maka momen ke-k ( dinotasikan dengan 𝜇 ′ 𝑘) didefinisikan sebagai :
∞
𝝁′𝒌 = ∫ 𝑿𝒌 ∙ 𝒇(𝒙)𝒅𝒙
−∞
Contoh :
Misalnya fungsi densitas dari X berbentuk:
'
Hitung µ 3
Penyelesaian :
B. FUNGSI PEMBANGKIT MOMEN
Pada bagian sebelumnya, kita membahas momen ke- k yang dinotasikan dengan
. Momen ini bisa juga diperoleh melalui besaran lainnya, yang dinamakan fungsi
pembangkit momen. Sehingga fungsi pembangkit momen merupakan sebuah fungsi yang
dapat menghasilkan momen-momen. Selain itu, penentuan distribusi baru dari peubah
acak yang baru merupakan kegunaan lain fungsi pembangkit momen.
∞
Mx(t) = ∫−∞ 𝒆𝒕𝒙 ∙ 𝒇(𝒙)𝒅𝒙
Berikut ini akan dijelaskan dua cara dalam pembuktian bahwa fungsi pembangkit momen itu
bisa menghasilkan momen – momen.
a. Jika definisi 1 ( definisi fungsi pembangkit momen ) , 𝒆𝒕𝒙 diuraikan dengan
menggunakan perluasan deret Mac Laurin, maka dapat diperoleh:
Mx(t) = E (etX)
𝑡2 𝑡3 𝑡𝑟
= E + t∙E(X) + 2ǃ ∙ E(X 2 ) + 3ǃ ∙ E(X 3 ) + ⋯ + ∙ E(X r ) …
𝑟ǃ
Jika Mx(t) diturunkan terhadap t, kemudian harga t sama dengan nol, maka akan diperoleh :
2𝑡 3𝑡 2 𝑟𝑡 𝑟−1
𝑀𝑥 ′ (𝑡) = 𝐸(𝑋) + ∙ E(X 2 ) + ∙ E(X 3 ) + ⋯ + ∙ E(X r ) …
2ǃ 3ǃ 𝑟ǃ
𝑀𝑥 ′ (0) = 𝐸(𝑋) = 𝜇1 ′
′′ 6𝑡2 3
𝑟(𝑟 − 1) ∙ 𝑡 𝑟−1
𝑀𝑥 (𝑡) = 𝐸(𝑋 ) + ∙ E(X ) + ⋯ + ∙ E(X r ) …
3ǃ 𝑟ǃ
𝑀𝑥 ′′ (0) = 𝐸(𝑋 2 ) = 𝜇2 ′
𝑀′ 𝑥 (0) = 𝐸(𝑟) = 𝜇 ′ 𝑟
Dalam hal ini, kita akan menurunkan terhadap t dari perumusan pada definisi 1 (definisi
fungsi pembangkit momen).
𝑀𝑥 (𝑡) = 𝐸 (𝑒 𝑡𝑥 )
𝑀′𝑥 (𝑡) = 𝐸 (𝑋 ∙ 𝑒 𝑡𝑥 )
𝑀′𝑥 (0) = 𝐸 (𝑋 ∙ 𝑒 0 ) = (𝐸𝑋) = 𝜇′1
𝑀′′𝑥 (𝑡) = 𝐸 (𝑋 2 ∙ 𝑒 𝑡𝑥 )
𝑀′′𝑥 (0) = 𝐸 (𝑋 2 ∙ 𝑒 0 ) = (𝐸𝑋 2 ) = 𝜇′2
𝑀′′′𝑥 (𝑡) = 𝐸 (𝑋 3 ∙ 𝑒 𝑡𝑥 )
𝑀′′′𝑥 (0) = 𝐸 (𝑋 3 ∙ 𝑒 0 ) = (𝐸𝑋 3 ) = 𝜇′3
Demikian seterusnya, sehingga apabila Mx(t) diturunkan terhadap t sebanyak r kali, kemudian
harga t sama dengan nol, maka akan diperoleh:
𝑀𝑟 𝑥 (0) = 𝐸 (𝑋 𝑟 ) = 𝜇′𝑟
𝑅.
b. 𝜇′1 = 𝑀′ 𝑥 (𝑡)𝑡=0 ]
1
= 4 (2. 𝑒 𝑡 + 2. 𝑒 2𝑡 )]
1
= (4) (2 + 2)
𝜇′1 = 1
𝜇 ′ 2 = 𝑀′ 𝑥 (𝑡)𝑡=0 ]
1
= 4 (2. 𝑒 𝑡 + 4. 𝑒 2𝑡 )]
1
= (4) (2 + 4)
𝜇′2 = 1,5
Momen ke 1( 𝜇′1 ) dari fungsi yaitu 1 dan momen ke 2 (𝜇′2 ) dari fungsi yaitu 1,5.
2 5 ∞
Penyelesaian : 𝑀𝑥 (𝑡) = ∫−∞ 𝑒 𝑡𝑥 . 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫2 𝑒 𝑡𝑥 . 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫5 𝑒 𝑡𝑥 . 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
5 2𝑥
= 0 + ∫2 𝑒 𝑡𝑥 . 𝑑𝑥 + 0
3
5 2 1
= ∫2 (3 . 𝑥 2 ) . 𝑒 𝑡𝑥
2
2 1 1 5
= [3 . 2 𝑥 2 . t 𝑒 𝑡𝑥 ]
2
2 1 5
= [6 𝑥 2 . t 𝑒 𝑡𝑥 ]
2
2 1 2 1
= (6 (5)2 t 𝑒 5𝑡 ) − (6 (2)2 t 𝑒 2𝑡 )
50 1 8 1
𝑀𝑥 (𝑡) = 𝑒 5𝑡 − 𝑒 2𝑡
6 t 6 t
50 1 8 1 2𝑡
Jadi,fungsi pembangkit momen dari fungsi densitas di atas adalah 𝑀𝑥 (𝑡) = 𝑒 5𝑡 − 𝑒
6 t 6 t
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jika X adalah peubah acak, baik diskrit maupun kontinu, maka momen ke-k
(dinotasikan dengan 𝜇 ′ 𝑘 ) didefinisikan sebagai :
𝝁′ 𝒌 = 𝑬 (𝑿𝒌 ), 𝒌 = 𝟏, 𝟐, 𝟑, …
Jika X adalah peubah acak diskrit dan p(x) adalah nilai fungsi peluang dari X di x,
maka momen ke-k (dinotasikan dengan 𝜇 ′ 𝑘 ) didefinisikan sebagai:
𝝁′𝒌 = ∑𝒙 𝑿𝒌 ∙ 𝒑(𝒙)
Momen Kontinu
Jika X adalah peubah acak kontinu dan f(x) adalah nilai fungsi densitas dari X di x,
maka momen ke-k ( dinotasikan dengan 𝜇 ′ 𝑘) didefinisikan sebagai :
∞
𝝁′𝒌 = ∫ 𝑿𝒌 ∙ 𝒇(𝒙)𝒅𝒙
−∞
Jika X adalah peubah acak , baik dari diskrit maupun kontinu, maka fungsi
pembangkit momen dari X ( dinotasikan dengan ( Mx(t) ) didefinisikan sebagai :
Jika X adalah peubah acak diskrit dan p(x) adalah nilai fungsi peluang dari X di x,
maka fungsi pembangkit momen dari X didefinisikan sebagai:
1
.𝜇′3 = ∑3𝑥=0 𝑥 3 . 3 (𝑥 + 6)
1
= ∑3𝑥=0 𝑥 3 (3 𝑥 + 2)
1
= ∑3𝑥=0 3 𝑥 4 + 2𝑥 3
1 1 1 1
= [3 (0)4 + 2(0)3 ] + [3 (1)4 + 2(1)3 ] + [3 (2)4 + 2(2)3 ] + [3 (3)4 + 2(3)3 ]
1 16 81
= [0] + [3 + 2] + [ 3 + 16] + [ 3 + 54]
1 16 81
=3+ + + 2 + 16 + 54
3 3
98
= 3
+ 72
98+216
= 3
314
𝜇′3 = 3
314
Jadi,nilai momen ke 3 (𝜇′3 ) dari fungsi di atas adalah .
3
𝝁′𝒌 = ∫ 𝑿𝒌 ∙ 𝒇(𝒙)𝒅𝒙
−∞
Maka :
∞
.𝜇′1 = ∫−∞ 𝑥1 . 𝑓(𝑥)
0 3 ∞
= ∫−∞ 𝑥1 . 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 + ∫0 𝑥1 . 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 + ∫3 𝑥1 . 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥
3 3
= 0 + ∫0 𝑥1 (4𝑥 + 8) 𝑑𝑥 + 0
4
3
= ∫0 𝑥1 (3𝑥 + 6)𝑑𝑥
3
= ∫0 (3𝑥 2 + 6)𝑑𝑥
3 3
= ∫0 3𝑥 2 𝑑𝑥 + ∫0 6𝑥 𝑑𝑥
= [(3)2 − (0)3 ] - [3(3)2 − 3(0)2 ]
= 27 + 27
= 54
Jadi,momen ke 1(𝜇′1 ) dari fungsi di atas adalah 54.