Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN 5 SYARAT PELANCAR MENURUT AT-MOSHER

Dalam pembangunan pertanian menurut At Mosher harus ada 5 syarat


pokok pembangunan pertanian yang meliputi tersedianya pasar untuk hasil usaha
tani, adanya teknologi yang selalu berubah, tersedianya sarana produksi (saprodi)
setempat yang selalu lancar, adanya perangsang produksi dan adanya sarana
pengangkutan. Kelima syarat mutlak tersebut harus di penuhi dalam
pembangunan pertanian. Di samping itu terdapat syarat lain menurut Mosher yaitu
syarat pelancar. Setiap syarat pelancar ini berguna, tetapi tidak bersifat mutlak
seperti syarat-syarat pokok. Jika syarat pelancar tidak terpenuhi, tidak berakibat
fatal terhadap pembangunan pertanian, namun akan menyebabkan proses
pembangunan pertanian berjalan lambat. Kelima syarat pelancar tersebut meliputi:
1. Pendidikan Pembangunan
Pendidikan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan
berkembangnya seseorang, sehingga terwujud bertani yang lebih baik, usahatani
yang lebih menguntungkan, kehidupan keluarga tani yang lebih sejahtera,
masyarakat pedesaan lebih maju dan kelestarian lingkungan lebih terjamin.
Pendidikan disini menitikberatkan pada pendidikan non formal berupa kursus-
kursus, latihan-latihan, penyuluhan, dan sebagainya. Pendidikan ini bertujuan
untuki meningkatkan produktivitas petani dan untuk meningkatkan wawasan
petani di bidang terbuka. Pendidikan Pembangunan untuk petani bersifat tidak
formil harus efektif dan hars memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Harus datang ke tempat petani.
b. Harus bersifat khas sesuai dengan minat dan kebutuhan petani sekarang.
c. Harus mengindahkan kenyataan bahwa petani itu adalah orang dewasa.
d. Harus disesuaikan dengan waktu senggang petani.
Pendidikan non formal yang masih efektif untuk saat ini untuk petani
Indonesia yaitu penyuluhan pertanian. Hal itu dikarenakan penyuluhan merupakan
suatu pendidikan non formal yang diberikan kepada petani dengan tujuan
untuk menyadarkan dan membimbing para petani akan adanya alternatif-
alternatif dan adanya metode-metode lain dalam menyelenggarakan usahataninya,
menumbuhkan dinamika dan kepemimpinan anggota kelompoktani melalui
kegiatan musyawarah dalam merencanakan dan melaksanakan usahatani, dan lain
sebagainya. Contoh: dalam menjual hasil pertanian cukup banyak saluran
tataniaga melalui pedagang perantara lokal yang yang bersedia membeli hasil
usahatani dengan harga yang menguntungkan bagi petani, maka pasti ada-ada saja
petani-petani yang akan berusaha mempelajari bagaimana dapat meningkatkan
produksi hasil bumi itu. Jadi orang dapat belajar tanpa adanya fasilitas-fasilitas
formil untuk pendidikan.
2. Kredit Produksi
Kredit pertanian merupakan faktor pelancar penting bagi pembangunan
pertanian. Untuk memproduksi lebih banyak, petani harus lebih banyak
mengeluarkan uang untuk bibit unggul, pestisida, pupuk dan alat-alat.
Pengeluaran-pengeluaran seperti itu harus dibiayai dari tabungan atau dengan
meminjam selama jangka waktu antara saat pembelian sarana produksi itu dan
saat penjualan hasil panen. Untuk membeli sarana produksi pada umumnya petani
kurang modal. Jika terpaksa harus pinjam kepada tengkulak atau ijon, yang
bunganya tinggi. Di Indonesia saat ini dalam peminjaman kredit cukup sulit hal
itu dikarenakan bank pelaksana pada umumnya sulit melayani para petani, karena
masih banyak tunggakan yang terjadi pada masa yang lalu. Kredit Usahatani
(KUT) menjadi hal yang traumatik bagi bank pelaksana untuk menyalurkan
kredit. Permasalahan lain yang sering di hadapi pada kredit produksi yaitu tidak
tahu berapa besar biaya memperoleh kredit, takut jika tidak bisa melunasi
pinjaman, tidak tahu cara memperoleh kredit, dan tidak dapat meminjam pada
waktunya.
3. Kegiatan Gotong-Royong Petani
Kegiatan gotong-royong petani biasanya dilakukan secara informal. Pra
petani bekerjasama dalam menanam mereka atau dalam memanen hasil panen.
Para petani bekerjasama dalam membantu tetangga petani yang sedang sakit,
mereka bersatu dalam menaggulangi bencana-bencana yang mendadak.
Contohnya: bencana banjir, angin topan, serangan hama, dan lain sebagainya.
Untuk menggiatkan kerjasama tersebut, diperlukan:
a. Dukungan dan bantuan dalam pengorganisasiannya.
b. Bantuan penyediaan bahan-bahan khusus.
c. Bantuan teknis dan pengelolaannya.
d. Bantuan keuangan
Kegiatan kerjasama seperti ini akan mempercepat pembangunan pertanian
dan dapat memperlancar kegiatan pembangunan pertanian.
4. Perbaikan dan Perluasan Pertanian
Perbaikan dan perluasan tanah pertanian adalah suatu bentuk untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanian. Perbaikan lahan ditujukan agar
lahan yang terlalu sering ditanami lebih bisa berpotensi lagi. Hal ini dapat
dilakukan dengan pemupukan atau pergiliran tanaman. Perluasan tanah pertanian
bertujuan agar peluang kuantitas hasil produksi pertanian lebih besar sehingga
bisa tercapai suatu swasembada pertanian. Untuk lebih mempercepat
pembangunan pertanian ada dua cara yang digunakan yaitu dengan cara
memperbaiki mutu tanah yang telah menjadi usahatani. Misalkan dengan
pemupukan, irigasi, dan pengaturan pola tanam. Kedua, mengusahakan tanah
baru, misalkan dengan pembukaan petak-petak sawah baru (ekstensifikasi). Di
Indonesia saat ini pemerintah sedikit kurang perhatian dalam perbaikan mutu
lahan pertanian. Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus, akan berdampak
pada sifat fisika dan kimia tanah. Gerakan untuk perbaikan mutu lahan kurang
mendapatkan perhatian yang memadai dari pemerintah maupun dari petani itu
sendiri. Rehabilitasi lahan pertanian dengan mengalihkan pupuk kimia dan diganti
dengan pupuk organik belum mendapat respon yang memadai. Perluasan areal
pertanian, dalam realitanya masih jauh dari harapan.
5. Perencanaan Nasional Pembangunan Pertanian
Perencanaan pertanian adalah proses memutuskan apa yang hendak
dilakukan pemerintah mengenai tiap kebijaksanaan dan kegiatan yang
mempengaruhi pembangunan pertanian selama jangka waktu tertentu. Kebijakan
dan tindakan Pemerintah yang mempengaruhi perencanaan pembangunan
pertanian, merupakan hal penting untuk berlangsungnya pembangunan pertanian
secara tepat dan kontinyu. Pada awal Pelita I oleh pemerintah telah mencetuskan
bahwa prioritas pembangunan nasional adalah sektor pertanian. Konsistensi yang
ditunjukan oleh pemerintah memuncak pada Pelita III dan pada Pelita selanjutnya
gema dari kata- kata ini terus memudar. Pemerintah lebih memberi perhatian pada
sektor industri dengan priofitas pada perusahaan besar yang dikuasai oleh para
kroninya, sehingga pada awal tahun 1997 terjadi krisis moneter, berlanjut menjadi
krisis ekonomi, karena sektor industri besar tidak bisa bertahan karena komponen
impornya relatif besar sehingga ekonomi nasional terpuruk.
Perencanaan nasional pembangunan pertanian harus dipikirkan matang-
matang. Sebelum melakukan realisasi dari syarat-syarat atau usaha pembangunan
pertanian pemerintah harus memikirkan jalan terbaik bagaimana pertanian ini agar
lebih maju. Perencanaan biasanya dalam jangka panjang untuk mencapai tujuan.
Dengan memperhatikan aspek productivity, stability, sustainability dan equality
(produktivitas, stabilitas, berkelanjutan dan dapat disebarluaskan) dan empat
aspek lainnya, yaitu pemanfaatan sumberdaya yang efisien, teknologi yang
senantiasa berubah, institusi dan budaya yang mendukung program pembangunan
pertanian maka keberhasilan pembangunan pertanian pertanian yang
berkelanjutan akan tercapai. Pembangunan pertanian di Indonesia bisa tercapai
jika syarat-syarat pembangunan bisa terpenuhi.
PENERAPAN LIMA SYARAT PELANCAR PEMBANGUNAN
PERTANIAN MENURUT AT MOSHER

Diajukan guna mempenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Manajemen Strategi Pembangunan Pertanian pada program studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember

Oleh

Indah Dwi Utami

(151510601036)

Kelas : H

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017

Anda mungkin juga menyukai