Anda di halaman 1dari 76

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menguraikan tentang konsep overweight dan

obesitas, konsep pelayanan keperawatan keluarga, kemampuan keluarga

dalam mengendalikan gaya hidup, dan strategi promosi kesehatan

dengan pendekatan modifikasi transcultural nursing theory, child

healthcare model, transtheoretical model dan family empowerment

modified model.

A. Konsep Overweight dan Obesitas

1. Defenisi Overweight dan Obesitas

Overweight atau kegemukan dan obesitas adalah kelebihan

lemak dalam tubuh. Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk

makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang

dikeluarkan, berat badan akan bertambah dan sebagian besar

kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai lemak (Guyton &

Hall, 2007). Pada anak, overweight didefinisikan sebagai Body Mass

Index (BMI) pada percentil ke 85 – 94 dan obesitas percentil ke-95

atau di atas untuk usia dan jenis kelamin berdasarkan data

kependudukan dari tahun 1970-an (CDC, 2011a; Barlow, 2007; CDC,

2000).
21

Barlow (2007) dan CDC (2000) telah merekomendasikan BMI

atau Indeks Masa Tubuh (IMT) sebagai pengukuran overweight dan

obesitas pada anak dan remaja di atas usia 2 tahun – 20 tahun

berdasarkan jenis kelamin. IMT merupakan petunjuk untuk

menentukan kelebihan berat badan berdasarkan berat badan dalam

kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m 2).

Interpretasi IMT berdasarkan CDC, (2000) dan CDC (2008) dibagi

menjadi empat kategori pada tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi IMT berdasarkan CDC

Klasifikasi IMT berdasarkan CDC (Centers for Disease Control


and Prevention)
Underweight IMT persentil < 5
Normal IMT persentil ke 5 - 84
Overweight IMT persentil ke 85 - 94
Obesitas IMT persentil ≥ 95

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, 2010 (Kemenkes RI, 2011) nomor :

1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian

status gizi dan mengacu pada standar WHO, 2007 yaitu dengan

menghitung IMT menurut umur (IMT/U) pada anak umur 5 – 18 tahun

pada tabel 2.
22

Tabel 2. Klasifikasi status gizi menurut IMT dan Umur

Klasifikasi status gizi menurut IMT/U berdasarkan Kepmenkes


2011
Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD

2. Faktor Penyebab Overweight dan Obesitas

Penyebab overweight dan obesitas sangat kompleks, meskipun

gen berperan penting dalam menentukan asupan makanan dan

metabolisme energi namun gaya hidup dan faktor lingkungan dapat

berperan dominan pada obesitas (Guyton & Hall, 2007). Penyebab

overweight maupun obesitas adalah multifaktorial yang disebabkan

oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan,

antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu

perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi

(Heird, 2002).

a. Faktor Genetik

Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar.

Bila kedua orang tua overweight ataupun obesitas, 80% anaknya

menjadi overweight dan obesitas; bila salah satu orang tua

obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua

tidak obesitas, prevalensi menjadi 14% (Sjarif, 2011). Sebanyak 20-

25% kasus overweight maupun obesitas dapat disebabkan faktor


23

genetik (Guyton & Hall, 2007). Overweight maupun obesitas orang

tua merupakan faktor risiko yang kuat untuk overweight ataupun

obesitas anak yang bertahan menjadi obesitas dewasa. Pentingnya

pengetahuan bagi anak dan keluarga dengan orangtua yang

obesitas ataupun overweight, harus mengarah pada upaya yang

lebih besar untuk membangun atau memperbaiki perilaku sehat

(Barlow, 2007).

b. Faktor Lingkungan

Adapun faktor lingkungan penyebab overweight dan obesitas

sebagai berikut :

1) Aktifitas fisik

Aktifitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat

meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh,

sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat

menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan

adipositas (Guyton & Hall, 2007). Di seluruh dunia, diperkirakan

bahwa aktivitas fisik kurang menyebabkan 6-10% dari penyakit

tidak menular terutama penyakit jantung koroner, diabetes tipe

2, dan payudara dan kanker usus besar,sehingga diharapkan

dapat melakukan jalan cepat 15-30 menit setiap hari (The

Lancet, 2012).

Penelitian Mushtaq et al (2011) bahwa ada anak sekolah

di Pakistan, aktivitas fisik dan gaya hidup adalah prediktor


24

independen dari kelebihan berat badan dan BMI yang tinggi.

Gaya hidup yang termasuk menonton televisi, bekerja pada

komputer dan bermain video game menunjukkan hubungan

yang signifikan dengan BMI yang tinggi dan risiko kelebihan

berat badan dan beresiko (OR :1,60) pada anak dengan BMI

lebih.

2) Faktor nutrisional

Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan

yaitu jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi

berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak

dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat,

asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak serta kebiasaan

mengkonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi

(Heird, 2002).

Penelitian lain menunjukkan peningkatan konsumsi

daging akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 1,46 kali

(Fukuda et al., 2001). Penelitian Mushtaq, et al (2011) bahwa

melewatkan sarapan, makan makanan cepat saji dan makanan

ringan sekali atau lebih dalam seminggu, terkait dengan

kelebihan berat badan dan BMI yang tinggi.

Hasil penelitian tentang konsumsi makanan pada anak

obesitas di SD Nusantara, terdapat 94,6% responden yang

mengkonsumsi energi yang melebihi Angka Kecukupan Gizi


25

(AKG) yang dianjurkan yaitu pada obesitas (85,9%). Terdapat

96,7% yang mengkonsumsi protein melebihi AKG pada

responden obesitas (88%) serta 85,9% responden yang

mengkonsumsi lemak melebihi AKG pada responden terbesar

obesitas (77,2%) (Fatmawati, 2002 dalam Sukmawati, 2004).

Hasil penelitian tentang pola makan dan aktivitas fisik

anak obesitas di SD Islam Athirah Makassar, menyimpulkan

bahwa anak obesitas pada umumnya mempunyai frekuensi

makan 3 kali sehari (84,8%), frekuansi jajan rendah dan

konsumsi fast food seperti fried chicken, spaghetti, hamburger

dan pizza dikonsumsi kurang dari 3 kali seminggu. Sedangkan

aktivitas fisik anak obesitas semuanya (100%) rendah

(Fatmawati, 2002 dalam Sukmawati). Hasil penelitian

Sukmawati (2004) pada anak SD Athirah dan SD Nusantara

Makassar pada 174 anak, terdapat 8 anak yang mengkonsumsi

Fried chicken setiap hari, 45 anak konsumsi hampir setiap hari

dan 105 anak mengkonsumsi tiap minggu.

3) Faktor sosial ekonomi.

Status sosial ekonomi dapat diperkirakan oleh

pendapatan keluarga. Orang berharap bahwa ukuran tubuh

yang sehat dapat mempengaruhi kesiapan untuk berubah pada

anak-anak dan orang tua dengan status sosial ekonomi yang

berbeda. Lebih khusus, keluarga berpenghasilan rendah


26

mungkin menganggap rendah pentingnya penurunan berat

badan pada anak-anak obesitas (Cobb, 2011).

Berdasarkan penelitian Mushtaq et al (2011) ada korelasi

sosio-demografis dengan perilaku diet, aktivitas fisik dan gaya

hidup independen terkait dengan BMI yang tinggi dan kelebihan

berat badan.

3. Dampak Overweight dan Obesitas

Dampak overweight dan obesitas pada anak harus dievaluasi

sejak dini meliputi penilaian faktor risiko kardiovaskuler, Obstructive

Sleep Apnea (OSA), gangguan fungsi hati, masalah ortopedik yang

berkaitan dengan kelebihan beban, kelainan kulit, serta potensi

gangguan psikiatri. Faktor risiko kardiovaskuler terdiri dari riwayat

anggota keluarga dengan penyakit jantung vaskular atau kematian

mendadak dini (<55 tahun), dislipidemia (peningkatan kadar Low

Density Lipoprotein (LDL)-kolesterol >160mg/dL, High Density

Lipoprotein (HDL)-kolesterol< 35mg/dL) dan peningkatan tekanan

darah, merokok, adanya diabetes mellitus dan rendahnya aktifitas fisik.

Anak gemuk yang berkaitan dengan minimal tiga dari faktor-faktor

risiko tersebut, dianggap berisiko tinggi. Skrining dianjurkan pada

setiap anak gemuk setelah usia 2 tahun. Anak gemuk juga cenderung

mengalami peningkatan tekanan darah, denyut jantung serta keluaran

jantung dibandingkan anak seusianya (Sjarif, 2011).


27

Risiko penyakit Kardiovaskuler di usia dewasa pada anak

obesitas sebesar 1,7 - 2,6. IMT mempunyai hubungan yang kuat (r =

0,5) dengan kadar insulin. Anak dengan IMT > persentile ke 99, 40%

diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi, 15% mempunyai kadar

HDL-kolesterol yang rendah dan 33% dengan kadar trigliserida

tinggi. Anak obesitas cenderung mengalami peningkatan tekanan

darah dan denyut jantung, sekitar 20-30% menderita hipertensi

(Sjarif, 2011).

Obstructive Sleep Apnea sering dijumpai pada overweight

maupun obesitas, gejalanya mulai dari mengorok sampai mengompol

dapat menyebabkan ventrikel kanan hipertrofi dan hipertensi pulmonal

(Wing & Pak, 2003). Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di

daerah faringeal yang seringkali diperberat oleh adanya hipertrofi

adenotonsilar. Obstruksi saluran nafas intermiten di malam hari

menyebabkan tidur gelisah serta menurunkan oksigenasi. Sebagai

kompensasi, anak cenderung mengantuk keesokkan harinya dan

hipoventilasi. Umumnya gejala berkurang seiring dengan penurunan

berat badan dan/atau adenotonsilektomi serta pemakaian CPAP

(continuous positive airway pressure). (Sjarif, 2011). Asma juga dapat

terjadi lebih sering pada anak-anak obesitas (Ford, 2005).

Pada anak obesitas dan overweight cenderung berisiko

mengalami gangguan ortopedik yang disebabkan kelebihan berat

badan, yaitu tergelincirnya/bergeser epifisis kaput femoris yang


28

menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan

panggul terutama pada anak (Lehmann et al., 2006). Sebuah

penelitian terbaru mengungkapkan bahwa anak-anak kelebihan berat

badan dan remaja dilaporkan terjadi patah tulang dan

ketidaknyamanan muskuloskeletal (Taylor et al., 2006). Kegemukan

menyebabkan kerentanan terhadap kelainan kulit khususnya di daerah

lipatan. Kelainan ini termasuk ruam panas, intertrigo, dermatitis

moniliasis dan acanthosis nigricans (kondisi yang merupakan petanda

hipersensitifitas insulin). Acanthosis nigricans terjadi 10% pada anak

obesitas kulit putih dan 50% anak kulit hitam. Anak-anak obesitas

dapat mengalami iritasi kronis dan infeksi pada lipatan kulit, terutama

diperut bagian bawah dan ketiak (Nguyen et al., 2001).

Masalah psikososial akan sangat berpengaruh pada

penampilan. Pada anak dengan overweight dan obesitas sering

didapatkan kurangnya rasa ingin bermain dengan teman sepermainan,

memisahkan diri dari tempat bermain, tidak diikutkan dalam permainan

serta hubungan sosial canggung atau menarik diri dari kontak sosial.

Hal ini disebabkan oleh karena depresi, kurang percaya diri, persepsi

diri yang negatif maupun rendah diri karena menjadi bahan ejekan

teman-temannya. Sejak dini, lingkungan menilai orang gemuk sebagai

malas, bodoh, lamban yang dapat mempengaruhi kualitas hidup anak

(Barlow, 2007; Wong et al., 2009).


29

Pada anak usia sekolah juga terjadi penurunan prestasi belajar,

dan pada remaja terutama wanita sering melakukan upaya untuk

menurunkan berat badan, namun dilakukan dengan cara yang kurang

tepat sehingga menimbulkan masalah gizi yang lain misalnya anemia

ataupun defisiensi mikronutrien yang lain. Pseudotumor serebri atau

peningkatan tekanan intrakranial ringan pada obesitas disebabkan

oleh gangguan jantung dan paru-paru yang mengakibatkan

penumpukan kadar karbondioksida. Gejalanya meliputi sakit kepala

dengan fotopobia, papiledema, kelumpuhan saraf kranial VI (rektus

lateralis), diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer, dan iritabilitas

(Sjarif, 2011; Barlow, 2007).

4. Tata Laksana Overweight dan Obesitas

Penatalaksanan obesitas pada anak dapat dibagi menjadi

tata laksana secara farmakoterapi, terapi bedah dan nonfarmakoterapi

(Sjarif, 2003; Kies et al, 2004). Anak dengan obesitas berat yang

disertai komplikasi, apabila diberikan terapi intensif yaitu terapi diet

berkalori sangat rendah (very low calorie diet) tidak memberikan

respon maka diberikan farmakologi dan terapi bedah.

a. Farmakoterapi

Farmakoterapi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu terapi yang

mempengaruhi asupan energi dengan menekan nafsu makan

contohnya sibutramin; mempengaruhi penyimpanan energi dengan

menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat, leptin,


30

octreotide dan metformin yang meningkatkan penggunaan energi.

Farmakologi belum direkomendasikan untuk terapi obesitas pada

anak karena efek jangka panjang yang masih belum jelas.

b. Terapi bedah

Terapi bedah diindikasikan bila berat badan > 200% BB ideal.

Prinsip terapi ini adalah untuk mengurangi asupan makanan atau

memperlambat pengosongan lambung dengan cara gastric

banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara

membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus.

Belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini

pada anak.

c. Non Farmakoterapi

Penatalaksanaan overweight dan obesitas seharusnya

dilaksanakan dengan mengikutsertakan keluarga dalam proses

terapi overweight maupun obesitas. Tata laksana komprehensif

overweight dan obesitas mencakup penanganan overweight

maupun obesitas dan dampak yang terjadi. Prinsip dari

tatalaksana overweight dan obesitas adalah mengurangi asupan

energi serta meningkatkan keluaran energi. Caranya dengan

pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, merubah pola hidup

(modifikasi perilaku), dan yang terpenting adalah keterlibatan

keluarga dalam proses terapi. Non farmakoterapi meliputi:

penurunan berat badan, pengaturan diet, aktifitas fisik yang


31

teratur, modifikasi perilaku, dan keterlibatan keluarga (Sjarif,

2011).

5. Pencegahan

Pencegahan dilakukan menggunakan dua strategi pendekatan

yaitu strategi pendekatan populasi untuk mempromosikan cara hidup

sehat pada semua anak beserta orang tuanya, dan strategi

pendekatan pada kelompok yang berisiko tinggi menjadi obesitas

maupun overweight. Anak-anak yang berisiko menjadi overweight dan

obesitas adalah seorang anak yang salah satu atau kedua orang

tuanya obesitas dan anak yang memiliki kelebihan berat badan

semenjak masa kanak-kanak. Usaha pencegahan dimulai dari

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan di Pusat Kesehatan

Masyarakat. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain

mempromosikan pemberian ASI ekslusif sampai usia 6 bulan terutama

pada bayi yang secara genetik rentan untuk menjadi overweight

ataupun obesitas. (Sjarif, 2011).

B. Konsep Pelayanan Keperawatan Keluarga

Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area

pelayanan keperawatan yang dapat dilaksanakan di masyarakat.

Pelayanan keperawatan keluarga yang saat ini dikembangkan merupakan

bagian dari pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas).

Perawatan kesehatan masyarakat merupakan salah satu program


32

pemerintah dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat

(Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2010). Hal ini sejalan dengan dengan

tujuan WHO (2010), untuk mengembangkan strategi dan rekomendasi

perubahan perilaku yaitu dengan memberikan informasi makanan atau

nutrisi dan aktivitas fisik kepada anak-anak dan orang tua mereka, yang

merupakan strategi global untuk pencegahan dan pengendalian penyakit

tidak menular.

Adapun tinjauan teori mengenai konsep pelayanan keperawatan

keluarga adalah sebagai berikut :

1. Pengertian

a. Keluarga adalah sistem sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih

yang dihubungkan karena hubungan darah, hubungan perkawinan,

hubungan adopsi dan tinggal bersama untuk menciptakan satu

budaya tertentu.

b. Keperawatan keluarga adalah area kekhususan yang

mengaplikasikan berbagai konsep dan teori keluarga dalam

keperawatan yang bersinggungan dengan berbagai spesialisasi

keperawatan yang lain.

c. Pelayanan keperawatan keluarga (yanwatga) merupakan pelayanan

holistik yang menempatkan keluarga dan komponennya sebagai

fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap

pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan

keperawatan dengan memobilisasi sumber-sumber dari profesi lain


33

termasuk pemberi pelayanan kesehatan dan sector lain di komunitas.

Pelayanan keperawatan keluarga dapat diberikan di berbagai

tatanan, seperti rumah, rumah sakit, klinik, tempat praktik perawat,

dan unit pemulihan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan RI,

2010).

2. Kekuatan Keluarga

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu

mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain

kearah positif. Kekuatan keluarga menunjukkan kemampuan sistem

keluarga untuk mengubah perilaku anggota keluarga. Kekuatan

keluarga dapat dinilai dari cara keluarga dalam mengambil keputusan,

memecahkan masalah, dan menyelesaikan konflik (Wong et al., 2008).

3. Tujuan Pelayanan Keperawatan Keluarga

a. Tujuan Umum

Mengoptimalkan fungsi keluarga dan meningkatkan kemampuan

keluarga dalam menangani masalah kesehatan dan

mempertahankan status kesehatan anggotanya, termasuk

mengendalikan gaya hidup anak overweight dan obesitas.

b. Tujuan Khusus

1) Keluarga mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan

keluarga dan menangani masalah kesehatannya yang meliputi :


34

a) Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota

keluarganya, yaitu anak overweight dan obesitas serta dampak

penyakit yang ditimbulkan.

b) Mengambil keputusan secara tepat dan cepat dalam mengatasi

masalah kesehatan anggota keluarganya.

c) Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan, yaitu overweight dan obesitas.

d) Memodifikasi lingkungan rumah yang kondusif sehingga

mampu mempertahankan kesehatan dan memelihara

pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota keluarganya.

e) Menciptakan hubungan timbal balik antara keluarga dengan

berbagai sumber daya kesehatan yang tersedia untuk

pemeliharaan dan perawatan kesehatan anggota keluarganya.

2) Keluarga memperoleh pelayanan keperawatan sesuai kebutuhan.

3) Keluarga mampu berfungsi optimal dalam memelihara hidup sehat

anggota keluarganya

4. Sasaran Pelayanan Keperawatan Keluarga adalah ditujukan kepada

keluarga sehat, keluarga resiko tinggi dan rawan kesehatan dan

keluarga yang memerlukan tindak lanjut.

5. Ruang Lingkup Pelayanan Keperawatan Keluarga

Pelayanan keperawatan keluarga mencakup Upaya Kesehatan

Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), meliputi :


35

a. Promosi Kesehatan

Perawat melakukan promosi kesehatan kepada keluarga dalam

rangka meningkatkan perilaku hidup sehat, khususnya pada anak

overweight dan obesitas.

b. Pencegahan penyakit

Perawat melakukan tindakan pencegahan spesifik pada anggota

keluarga agar bebas dari penyakit/cidera melalui kegiatan program

kebugaran fisik; screening dan follow up overweight dan obesitas.

c. Intervensi Keperawatan untuk Proses Penyembuhan

Perawat memberikan intevensi keperawatan yaitu pembimbingan

terhadap keluarga (coaching) untuk mengatasi masalah kesehatan

akibat perilaku atau gaya hidup tidak sehat.

d. Pemulihan Kesehatan

Pemulihan kesehatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

anggota keluarga untuk berfungsi secara optimal dalam

pemeliharaan kesehatan.

6. Kegiatan Pokok Pelayanan Keperawatan Keluarga

Berdasarkan lingkup pelayanan keperawatan keluarga maka kegiatan

pelayanan keperawatan yang dilakukan mencakup :

a. Melaksanakan tindakan keperawatan (Nursing treatment) sesuai

kebutuhan perkembangan keluarga.

b. Melakukan tindakan kolaborasi dengan tim kesehatan terkait, seperti

medik, gizi, fisioterapi, dan lain-lain.


36

c. Melakukan observasi (pengamatan) dan pemantauan status

kesehatan seluruh anggota keluarga.

d. Melakukan tindakan kedaruratan dalam pelayanan keperawatan

keluarga.

e. Melakukan pengendalian infeksi di rumah (infection control).

f. Melakukan konseling baik yang bersifat dukungan atau kritikal.

g. Melibatkan keluarga dalam penanganan masalah kesehatan

anggotanya dan pemantauan keteraturan atau kepatuhan klien dan

keluarga melaksanakan intervensi keperawatan dan pengobatan.

h. Memfasilitasi pemanfaatan sumber-sumber di komunitas guna

menunjang penanganan masalah kesehatan anggota keluarganya.

i. Melakukan kegiatan rujukan terutama kasus kontak serumah.

j. Melakukan perawatan tindak lanjut (follow up care) serta penilaian

hasil.

k. Melakukan kolaborasi lintas program dan lintas sektor untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan keluarga.

l. Melakukan keperawatan kesehatan di rumah (Home Health Nursing).

m.Melakukan pendokumentasian pelayanan dan asuhan keperawaatn

keluarga.

7. Peran dan Fungsi Perawat di Keluarga

Peran dan fungsi perawat di keluarga meliputi :

a. Pendidik kesehatan : mengajarkan kepada keluarga baik secara

formal maupun informal tentang kesehatan dan penyakit serta


37

bertindak sebagai pemberi pelayanan kesehatan utama tentang

informasi kesehatan, termasuk overweight dan obesitas anak.

b. Pemberi pelayanan atau pengawas : memberikan pelayanan

langsung dan melakukan pengawasan/pembinaan terhadap

pelayanan yang diberikan, termasuk anggota keluarga.

c. Advokat keluarga : bekerja mendukung keluarga dn berbicara atas

nama tentang isu-isu seperti keamanan dan akses untuk

mendapatkan pelayanan.

d. Penemu kasus atau epidemiologist : mendeteksi penyakit dan

menjalankan peran utama dalam pengamatan dan pengawasan

penyakit.

e. Peneliti : mengidentifikasi masalah-masalah praktis dan mencari

jawaban atau solusi melalui investigasi ilmiah baik secara mandiri

maupun berkolaborasi.

f. Manajer dan koordinator : mengelola dan bekerja sama dengan

anggota keluarga, pelayanan kesehatan dan social, serta sector lain

untuk meningkatkan akses mendapatkan pelayanan kesehatan.

g. Fasilitator : menjalankan peran terapeutik untuk membantu

mengatasi masalah dan mengidentifikasi sumber.

h. Konselor : berperan sebagai konsultan bagi keluarga untuk

mengidentifikasi dan memfasilitasi keterjangkauan keluarga/

masyarakat terhadap sumber-sumber yang diperlukan.


38

i. Pengubah/ pemodifikasi lingkungan : bekerja untuk memodifikasi

lingkungan, misalnya lingkungan rumah, sehingga mampu

meningkatkan mobilitas dan menerapkan asuhan mandiri (Keputusan

Menteri Kesehatan RI, 2010).

C. Kemampuan Keluarga dalam Mengendalikan Gaya Hidup

Bagian ini akan menguraikan tentang gaya hidup dan kemampuan

keluarga dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan.

1. Gaya Hidup

a. Definisi Gaya Hidup

Gaya hidup adalah cara hidup berdasarkan pola perilaku

yang dibentuk oleh hubungan antara personal karakteristik indiviu,

interaksi sosial, sosial ekonomi, dan kondisi lingkungan tepat

tinggal (WHO, 1998). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang

ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang

berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.

Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang

dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola

perilaku tertentu.

Kebiasaan hidup memberi perbedaan tingkat kesehatan

seseorang secara umum, kebahagiaan dan angka harapan hidup

mereka. Orang yang secara teratur mempraktekkan kebiasaan

hidup cenderung lebih sehat dan hidup lebih lama. Kebiasaan-


39

kebiasaan ini dikenal dengan faktor lifestyle atau gaya hidup. Gaya

hidup adalah perilaku dan kebiasaan-kebiasaan dalam hidup

seseorang, yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan

seseorang (Merki & Merki, 1994). Berikut ini adalah beberapa faktor

gaya hidup sehat yang penting pada anak usia sekolah : tidur 9 –

10 jam setiap hari (Guyton & Hall, 2007), makan 3 kali sehari pada

waktu yang teratur dengan diet tinggi serat, menghindari fast food

dan minuman bersoda, sarapan pagi tiap hari, melakukan latihan

aerobik/aktivitas fisik minimal 60 menit setiap hari, menonton

televisi, bermain game atau komputer ≤ 2 jam per hari, dan

menjaga berat badan ideal (Barlow, 2007).

b. Perilaku gaya hidup tidak sehat adalah hidup dengan perilaku atau

kebiasaan yang berpotensi membahayakan individu menjadi

tantangan ketika perilaku atau kebiasaan mulai menyebabkan

masalah. Sebagian besar perilaku ini awalnya dimulai sebagai

pengalaman diinginkan tetapi akhirnya menjadi kebiasaan yang

berbahaya bagi fisik atau psikologis. Beberapa contoh adalah

makan berlebihan, sedentary lifestyle, merokok atau konsumsi

alkohol. Pentingnya pencegahan dan pemeliharaan kesehatan

untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengobati kondisi terkait

dengan masalah pada individu. Perawat memberikan bimbingan

untuk individu dengan isu-isu terkait berat badan. Standar praktek

menurut ANA (2001) untuk peran perawat termasuk promosi


40

kesehatan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar

pasien dan kesiapan untuk belajar. Memberikan dorongan,

dukungan, bimbingan atau umpan balik kepada pasien adalah

domain praktek perawat. Untuk mengatasi kebiasaan gaya hidup

yang tidak sehat dapat digunakan teori Transtheoretical untuk

perubahan perilaku (Peterson, 2009).

c. Komponen keberhasilan rencana penurunan berat badan dalam

perilaku gaya hidup yang sehat dapat dilihat pada tabel 3 adalah

sebagai berikut :

Tabel 3. Komponen Keberhasilan Rencana Penurunan


Berat Badan dalam Perilaku Gaya Hidup Sehat
(dikutip dari Moran 1999; CDC, 2011a)

Komponen Komentar
Menetapkan target Mula-mula 2,5 sampai 5 kg, atau dengan
penurunan berat badan kecepatan 0,5-2 kg per bulan.
Pengaturan diet Nasehat diet yang mencantumkan jumlah
kalori per hari dan anjuran komposisi
lemak, protein dan karbohidrat.
Aktifitas fisik Awalnya disesuaikan tingkat kebugaran
anak dengan tujuan akhir 60 menit per
hari
Modifikasi perilaku Pemantauan mandiri, pendidikan gizi,
mengendalikan rangsangan,
memodifikasi kebiasaan makan, aktifitas
fisik, perubahan perilaku, penghargaan
dan hukuman
Keterlibatan keluarga Analisis ulang aktifitas keluarga, pola
menonton televisi; melibatkan orang tua
dalam konsultasi gizi.

1) Menetapkan target penurunan berat badan

Penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan umur anak

yaitu usia 2 – 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya


41

komplikasi. Anak obesitas usia < 7 tahun tanpa komplikasi,

dianjurkan cukup dengan mempertahankan berat badan,

sedangkan obesitas dengan komplikasi pada anak usia < 7

tahun dan > 7 tahun dianjurkan untuk menurunkan berat badan.

Target penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg dengan

kecepatan 0,5 – 2 kg per bulan.

2) Pengaturan Diet

Anak dengan overweight dan obesitas serta keluarga berfokus

pada gaya hidup makan yang sehat sebagai strategi

pencegahan obesitas. Langkah awal yang dilakukan adalah

menumbuhkan motivasi anak untuk ingin menurunkan berat

badan setelah anak mengetahui berat badan ideal yang

disesuaikan dengan IMT. Kemudian membuat kesepakatan

bersama target penurunan berat badan yang dikehendaki

(Barlow, 2007; CDC 2011; Sjarif, 2011).

Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang :

a) Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan

pertumbuhan normal.

b) Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%,

lemak 20-30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-

20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari.


42

c) Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun

dengan penghitungan dosis menggunakan rumus: (umur

dalam tahun + 5) gram per hari.

d) Mengurangi konsumsi kalori, lemak dan garam. Asupan

garam 2300 mg atau 1500 mg tergantung umur dan

karakteristik individu.

e) Mengkonsumsi 21/2 – 61/2 cangkir buah-buahan dan sayuran

setiap hari pada anak di usia 5-18 tahun. (US Department of

Agriculture, US Department of Health and Human Services,

2010).

f) Minum susu bebas lemak atau rendah lemak 3 gelas per hari

pada usia 9-18 tahun, rekomendasi HHS, 2010.

g) Meminimalkan minuman manis seperti soda, minuman

olahraga, idealnya minuman manis tidak dikonsumsi anak.

Sebaiknya anak yang konsumsi minuman manis dalam

jumlah besar untuk mengurangi 1 porsi/botol setiap hari.

h) Menyiapkan makanan lebih banyak di rumah daripada

membeli makanan di restoran.

i) Makan di meja bersama keluarga minimal 5 atau 6 kali per

minggu.

j) Mengkonsumsi sarapan sehat setiap hari.

k) Melibatkan seluruh keluarga di perubahan gaya hidup.


43

l) Membolehkan anak untuk mengatur makanannya sendiri

dan menghindari perilaku makan yang terlalu ketat (untuk

anak usia < 12 tahun).

m) Membantu dan menyarankan keluarga menyesuaikan

antara rekomendasi perilaku dengan nilai-nilai budaya

mereka.

Penilaian asupan makan dengan food recall adalah metode

yang digunakan untuk mengukur komposisi asupan makan

adalah dengan cara recall 24 jam selama 2 hari dengan rentang

waktu 3 hari menggunakan formulir yang telah ditentukan.

Penelitian ini di dapatkan komposisi diet dengan penurunan

jumlah total kalori dan lemak berhubungan dengan sindrom

metabolik pada remaja yang dapat direkomendasikan sebagai

perubahan perilaku. (Sargowo & Andarini, 2011).

3) Pengaturan aktifitas fisik

Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap

laju metabolisme. Latihan fisik yang diberikan disesuaikan

dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik

dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun

lebih tepat yang menggunakan keterampilan otot, seperti

bersepeda, berjalan, berenang, menari dan senam, serta

dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik atau bermain aktif

selama ≥ 60 menit per hari dengan intensitas sedang sampai


44

berat, berdasar rekomendasi US Department of Health and

Human Services, 2008.

Aktifitas sehari-hari dioptimalkan, misalnya berjalan kaki atau

bersepeda ke sekolah, menempati kamar tingkat agar naik dan

turun tangga, mengurangi lama menonton televisi atau bermain

games komputer yaitu ≤ 2 jam per hari, rekomendasi American

Academy of Pediatrics (AAP, 2001), sebaiknya tidak ada televisi

di kamar tidur anak, dan menganjurkan bermain di luar rumah.

Peningkatan aktifitas pada anak gemuk bisa menurunkan nafsu

makan dan meningkatkan laju metabolisme. Latihan aerobik

teratur yang dikombinasikan dengan pengurangan energi akan

menghasilkan penurunan berat badan yang lebih besar

dibandingkan hanya dengan diet saja (Barlow, 2007; CDC

2011a; Sjarif, 2011). Untuk menilai aktivitas fisik anak yaitu

dengan Physical Activity Questionnaire for Older Children (PAQ-

C) sesuai untuk anak usia sekolah dasar (kelas 4-8, sekitar usia

8-14 tahun). PAQ-C adalah instrumen recall dalam 7 hari

terakhir aktivitas fisik siswa. PAQ-C dapat diberikan di ruang

kelas dan memberikan skor ringkasan aktivitas fisik yang

berasal dari sembilan item, pada masing-masing item terdapat

skala 5-poin (Kowalski et al., 2004).


45

4) Modifikasi perilaku

Perilaku diet dan latihan fisik merupakan komponen yang efektif

untuk menurunkan berat badan, prioritas utama adalah

perubahan perilaku sehingga perlu peran orangtua sebagai

komponen intervensi. Beberapa cara pengubahan perilaku

tersebut diantaranya :

a) Pengawasan terhadap berat badan, masukan makanan, dan

aktifitas fisik, serta mencatat perkembangannya.

b) Kontrol terhadap rangsangan/stimulus, misalnya pada saat

menonton televisi dicegah untuk tidak makan karena

menonton televisi dapat menjadi pencetus makan. Orangtua

diharapkan dapat meniadakan semua stimulus disekitar anak

yang dapat merangsang keinginan untuk makan.

c) Mengubah perilaku makan, misalnya pasien yang makannya

cepat dianjurkan untuk lebih lambat, belajar mengontrol porsi

dan jenis makanan yang dikonsumsi, mengurangi makanan

camilan.

d) Penghargaan dan hukuman, yaitu orangtua dianjurkan untuk

memberikan dorongan, pujian terhadap keberhasilan atau

perilaku sehat yang diperlihatkan anaknya. Misalnya

memakan makanan menu baru yang sesuai dengan program

gizi yang diberikan, berat badan turun, mau melakukan

olahraga.
46

e) Pengendalian diri, misalnya dapat mengatasi masalah

apabila menghadapi rencana bepergian atau pertemuan

sosial yang memberikan risiko untuk makan terlalu banyak,

yaitu dengan memilih makanan yang berkalori rendah atau

mengimbanginya dengan melakukan latihan tambahan untuk

membakar energi (Sjarif, 2011; Nurmalina & Valley, 2011).

5) Peran serta Orang tua, Anggota Keluarga, Teman, dan Guru

Peran keluarga termasuk orangtua sangat penting dalam

memelihara kesehatan anak termasuk pada anak overweight

dan obesitas. Salah satu upaya strategis untuk meningkatkan

kesehatan anak adalah dengan cara meningkatkan kemampuan

keluarga dan masyarakat dalam memelihara dan merawat

kesehatan anak overweight dan obesitas. Orangtua

menyediakan nutrisi yang seimbang, rendah lemak dan sesuai

dengan petunjuk ahli gizi (Depkes RI, 2006; Efendi & Makhfudli,

2009). Sesuai dengan ruang lingkup pelayanan keperawatan

keluarga yaitu perawat dapat melakukan promosi kesehatan,

pencegahan penyakit, dan intervensi keperawatan yakni

pembimbingan terhadap keluarga dalam mengatasi perilaku

yang tidak sehat seperti makan berlebihan dan aktivitas yang

kurang pada anak. (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2010).

Anggota keluarga ikut berpartisipasi dalam program diet,

mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung


47

keberhasilan anak. Guru dan teman sekolah juga diharapkan

ikut mendukung tata laksana obesitas, misalnya memberikan

pujian bila anak yang gemuk berhasil mengikuti program diet

atau menurunkan berat badannya, sebaliknya tidak mengejek

anak gemuk.

2. Kemampuan Keluarga dalam Meningkatkan dan Memelihara

Kesehatan

a. Definisi Kemampuan Keluarga

Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan

beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah

penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang (Robbins

& Judge, 2008). Kemampuan adalah kesanggupan seorang individu

untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995). Kemampuan

adalah bakat atau keterampilan (Oxford Dictionaries, 2014). Menurut

Berarti kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan, yang

dimiliki seseorang untuk menjalankan sesuatu yang diwujudkan

melalui tindakannya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.

McCubbin dan McCubbin, 1989 dalam Beckett, C (2000) bahwa

kemampuan keluarga atau ketahanan keluarga adalah cara

keluarga merespon dan beradaptasi dengan situasi dan krisis yang

dihadapi selama siklus kehidupan. Keluarga juga mengembangkan

kekuatan dan kemampuan untuk meningkatkan pengembangan


48

anggota individu dan melindungi anggota keluarga dari gangguan

selama masa transisi dan perubahan. Ketahanan adalah dipandang

sebagai karakteristik keluarga yang gunakan untuk mencapai

keseimbangan dan harmoni (Allen, 1998). Berdasarkan Olson, 1986

dalam Moore dan Zill (1990) bahwa kemampuan keluarga adalah

penyesuaian keluarga dalam menghadapi perubahan atau krisis,

dengan penekanan pada perubahan di seluruh siklus hidup

keluarga. Kemampuan keluarga adalah keluarga mampu untuk

membesarkan anak-anak dan dapat membangun keluarga yang

stabil dan harmonis, keluarga mampu menyediakan lingkungan

yang sesuai untuk pengembangan anak (Moore & Zill, 1990).

Kemampuan keluarga adalah kesanggupan, kecakapan dan

adaptasi keluarga dalam melaksanakan peran, tugas dan fungsi

keluarga dalam merawat kesehatan anak.

b. Kemampuan keluarga merawat anak overweight dan obesitas dalam

meningkatkan dan memelihara kesehatan anak obesitas.

Kemampuan keluarga dalam merawat anak overweight dan obesitas

adalah kemampuan keluarga dalam meningkatkan dan memelihara

anak yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis,

psikoseksual, psikososial, sosial, spiritual, pengembangan citra

tubuh dalam melindungi dan menjaga anak (Wong et al, 2009).

Kemampuan keluarga sangat penting dalam meningkatkan dan

memelihara kesehatan anak termasuk pada anak overweight dan


49

obesitas. Salah satu upaya strategis untuk meningkatkan kesehatan

anak adalah dengan cara meningkatkan kemampuan keluarga dan

masyarakat dalam memelihara dan merawat kesehatan anak

overweight dan obesitas (Depkes RI, 2006; Efendi & Makhfudli,

2009). Merawat kesehatan anak memerlukan pengetahuan yang

terintegrasi dari berbagai area komponen pengetahuan, seperti

pertumbuhan dan perkembangan serta hal-hal yang

mempengaruhinya (Ball & Bindler, 2007). Keluarga mempunyai

tanggung jawab atas kesejahteraan psikologis dan emosional anak.

Keluarga harus terlibat dalam perawatan kesehatan anak, karena

keluarga dan masyarakat sangat mempengaruhi status kesehatan

anak (Ball & Bindler, 2007). Menurut Wong (2004) pedoman

keluarga dalam perawatan anak usia sekolah adalah menyiapkan

pilihan makanan yang sehat, menekankan perlunya mendorong

anak untuk beraktivitas atau olahraga yang tepat, mendorong

kemandirian untuk disiplin, menyiapkan orangtua untuk menghadapi

perubahan tubuh bila terjadi masa prapuberitas dan menghadapi

pertumbuhan yang cepat pada anak serta menganjurkan orangtua

untuk mengajarkan dan meneladani praktik kesehatan termasuk

diet, istirahat, aktivitas dan latihan. Ball et al (2010), perawatan anak

berfokus untuk melindungi anak dari penyakit dan kecelakaan,

promosi, mendampingi anak untuk mencapai tingkat kesehatan

yang optimal, mengoptimalkan kemampuan, mengatasi masalah


50

kesehatan dan rehabilitasi dalam perawatan anak, keluarga dan

komunitas. Kemampuan keluarga merawat anak overweight dan

obesitas dapat diukur dengan tingkat kemandirian keluarga

berdasarkan Depkes, 2006).

Kemampuan keluarga dalam mengendalikan anak overweight

dan obesitas dalam penelitian ini adalah kesanggupan, kecakapan

keluarga merawat anak secara fisik, psikososial, spiritual, sosial dan

dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan anak overweight

dan obesitas meliputi aktivitas fisik, asupan makan dan perubahan

IMT anak dengan menggunakan tingkatan kemandirian Depkes.

Kemandirian keluarga (Depkes, 2006) dalam perawatan

kesehatan komunitas dibagi menjadi empat tingkatan yaitu keluarga

mandiri tingkat satu (paling rendah) sampai keluarga mandiri tingkat

empat (paling tinggi), meliputi :

1) Keluarga mandiri tingkat satu : keluarga menerima petugas dan

pelayanan kesehatan sesuai dengan rencana keperawatan.

2) Keluarga mandiri tingkat dua : keluarga menerima petugas dan

pelayanan kesehatan sesuai dengan rencana keperawatan,

keluarga mengetahui dan dapat mengungkapkan masalah

kesehatannya secara benar, memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan serta mampu melakukan perawatan sederhana

sesuai yang dianjurkan.


51

3) Keluarga mandiri tingkat tiga : keluarga menerima petugas dan

pelayanan kesehatan sesuai dengan rencana keperawatan,

keluarga mengetahui dan dapat mengungkapkan masalah

kesehatannya secara benar, memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan dan mampu melakukan perawatan sederhana sesuai

yang dianjurkan, serta melaksanakan tindakan pencegahan

secara aktif.

4) Keluarga mandiri tingkat empat : keluarga menerima petugas

dan pelayanan kesehatan sesuai dengan rencana keperawatan,

keluarga mengetahui dan dapat mengungkapkan masalah

kesehatannya secara benar, memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan sesuai anjuran mampu melakukan perawatan

sederhana sesuai yang dianjurkan, melaksanakan tindakan

pencegahan secara aktif serta keluarga mampu melaksanakan

tindakan promotif secara aktif.

Adapun tingkat kemampuan keluarga dalam penelitian ini

adalah kemampuan keluarga kurang berada pada tingkat

kemandirian 1 dan 2 sedangkan kemampuan keluarga baik berada

pada tingkat kemandirian 3 dan 4 yang diuraikan pada tabel 4.


52

Tabel 4. Kemampuan Keluarga dalam Mengendalikan Gaya Hidup


Anak Overweight dan Obesitas

Kemampuan/
Kemandiran
Perilaku Kriteria Penilaian

Kurang Menerima Saat petugas kesehatan mengunjungi keluarga,


petugas bapak/ibu langsung menerima
I kesehatan Bapak/Ibu merasa kunjungan petugas kesehatan
sangat bermanfaat
Bapak/Ibu terlihat ramah selama petugas kesehatan
berkunjung ke rumah
Bapak/Ibu terlihat senang dan kooperatif dengan
kehadiran petugas kesehatan

Kurang Menerima Bapak/Ibu mengikuti penyuluhan kesehatan anak


pelayanan yang dilakukan oleh petugas kesehatan
I kesehatan sesuai Bapak/Ibu mengijinkan anaknya untuk ditimbang
rencana berat badan dan mengukur tinggi badan
Bapak/Ibu mengijinkan anaknya untuk dinilai IMT nya

Kurang Menyatakan Bapak/Ibu mengetahui cara menentukan anak


masalah secara overweight dan obesitas secara benar
I & II benar Bapak/Ibu menyatakan dampak masalah yang timbul
pada anak overweight dan obesitas
Bapak/Ibu mampu mengenali gejala yang muncul
pada anak overweight dan obesitas
Bapak/Ibu mampu menyebutkan faktor penyebab
terjadinya overweight dan obesitas
Bapak/Ibu mampu mengenali masalah kesehatan
pada anaknya secara benar

Kurang Memanfaatkan Bapak/Ibu membawa anaknya ke pelayanan


fasilitas kesehatan untuk mengontrol kondisi kesehatan anak
I & II pelayanan Bapak/Ibu mendapatkan informasi kesehatan
kesehatan sesuai tentang overweight dan obesitas oleh petugas
anjuran kesehatan
Bapak/Ibu membawa anaknya ke pelayanan
kesehatan bila mengalami gangguan kesehatan

Kurang Melakukan Ibu memilih, mengolah, menyiapkan makanan


perawatan rendah kalori, rendah lemak, rendah garam
I & II sederhana Bapak/Ibu mengukur berat badan dan tinggi badan
sesuai anjuran anak minimal 1 kali seminggu
Ibu menyiapkan sayur dan buah setiap hari
Bapak/Ibu tidak membiasakan anak makan snack
dan fast food
Bapak/Ibu menganjurkan anak untuk beraktivitas fisik
atau olahraga mulai 15 menit setiap hari
Menganjurkan bapak/ibu makan bersama dengan
anak di meja makan minimal 5 kali seminggu
53

Kemampuan/
Kemandiran Perilaku Kriteria Penilaian

Baik Melaksanakan Bapak/Ibu memberi dukungan dan reinforcement


tindakan atau pujian pada anak untuk beraktivitas atau
I, II & III pencegahan berolahraga selama 60 menit setiap hari
secara aktif Ibu menyiapkan dan membiasakan anak makan
sayur dan buah 2½ – 6½ cangkir setiap hari
Bapak/Ibu membatasi anak konsumsi minuman
bersoda atau soft drink, minuman manis dengan
mengurangi 1 botol per hari
Bapak/Ibu membatasi anak menonton televisi, main
game atau komputer selama ≤ 2 jam per hari
Bapak/Ibu memeriksakan kesehatan anaknya
minimal 2 kali setahun terkait overweight /obesitas
Baik Melaksanakan Bapak/Ibu aktif membahas faktor penyebab, gejala,
tindakan promotif cara penanganan anak overweight dan obes pada
I, II, III, IV secara aktif lingkungan.
Bapak/Ibu siap menjadi contoh keluarga sehat dalam
merubah perilaku gaya hidup anak
Bapak/Ibu mampu menerapkan gaya hidup sehat
pada anaknya
Bapak/Ibu menyadari pentingnya melakukan
pemeriksaan kesehatan secara teratur terkait
overweight dan obesitas

Penelitian yang terkait dengan kemampuan keluarga dalam

merawat anak atau klien adalah penelitian Sulisnadewi (2012) bahwa

pendidikan kesehatan keluarga efektif terhadap kemampuan keluarga

merawat anak diare pada kelompok intervensi, yang dipengaruhi oleh

faktor usia, tingkat pendidikan, pengalaman merawat, pernah mendapat

informasi. Hasil penelitian Huriah & Lestari (2012) terdapat perbedaan

bermakna antara kemampuan ibu dalam merawat anak infeksi saluran

pernapasan atas sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.

Sedangkan penelitian Wiyati et al (2010) bahwa ada pengaruh

psikoedukasi keluarga terhadap kemampuan keluarga dalam merawat

klien isolasi sosial.


54

D. Strategi Promosi Kesehatan dengan modifikasi Transcultural

Nursing Theory (TCN), Child Healthcare Model (CHM) dan

Transtheoretical Model (TTM); Family Empowerment

Modified Model (FEMM)

Strategi promosi kesehatan berdasarkan teori keperawatan

diuraikan bersumber dari Transcultural Nursing Theory (TCN), Child

Healthcare Model (CHM), Transtheoretical Model (TTM), dan family

empowerment modified model (FEMM) yang merupakan modifikasi dari

TCN, CHM dan TTM.

1. Teori Transcultural Nursing (Leininger, 2002)

Leininger (2002) mendefinisikan keperawatan transkultural

sebagai area substantif studi dan praktek difokuskan pada

perbandingan nilai-nilai cultural care (caring), keyakinan, dan praktik

individu atau kelompok yang sama atau budaya yang berbeda dengan

tujuan menyediakan praktek cultural care yang spesifik dan universal

dalam mempromosikan kesehatan atau kesejahteraan atau untuk

membantu orang untuk menghadapi kondisi yang kurang baik,

penyakit, atau kematian dalam budaya yang bermakna. Teori Leininger

mendeskripsikan dengan sunrise model. Sunrise model (Gambar 1)

dikembangkan untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan

konseptual yang komprehensif sebagai faktor yang penting untuk

theory of culture care diversity and universality. Model ini adalah

panduan visual yang konseptual yang menggambarkan beberapa


55

faktor yang diduga mempengaruhi perawatan budaya. Termasuk anak

overweight dan obesitas yang terjadi di Makassar, sangat dipengaruhi

oleh nilai budaya, keyakinan yang dianut oleh keluarga dalam merawat

anak.

Komponen sunrise model (Leininger dalam Tomey & Alligood,

2006; Alligood, 2010) adalah sebagai berikut :

a. Transcultural Nursing

Transcultural nursing didefinisikan sebagai sub bidang atau cabang

keperawatan yang berfokus pada studi komparatif dan analisis

budaya yang berkaitan dengan keperawatan dan praktek caring

sehat-sakit, keyakinan, dan nilai-nilai, dengan tujuan untuk

memberikan pelayanan keperawatan yang bermakna dan

berkhasiat kepada klien menurut nilai-nilai budaya dan konteks

sehat-sakit yang dimiliki klien.

b. Ethnonursing

Ethnonursing adalah studi tentang keyakinan asuhan keperawatan,

nilai-nilai, dan praktik yang dirasakan secara kognitif dan diketahui

dari desain budaya berdasarkan pengalaman langsung seorang

perawat, keyakinan, dan sistem nilai.

c. Nursing

Keperawatan didefinisikan sebagai humanistik dan profesi ilmiah

dan disiplin ilmu yang difokuskan pada human care phenomena

dan segala hal yang dilakukan untuk membantu, mendukung,


56

memfasilitasi, atau memungkinkan individu atau kelompok untuk

mempertahankan atau mendapatkan kembali kesejahteraan

mereka (atau kesehatan) dalam budaya yang bermakna dan cara

yang bermanfaat, atau untuk membantu orang-orang menhadapi

kecacatan atau kematian.

Gambar 1. Leininger’s Sunrise Model


Sumber: Alligood, 2010 hal. 415
57

d. Professional Nursing Care

Asuhan keperawatan profesional (caring) didefinisikan sebagai

pengetahuan formal dan kognitif, pengetahuan keperawatan

profesional dan keterampilan (knowledge and skills) yang diperoleh

melalui lembaga pendidikan yang digunakan untuk menyediakan,

mendukung, memungkinkan, atau tindakan memfasilitasi untuk

individu atau kelompok dalam rangka meningkatkan kondisi

kesehatan (atau kesejahteraan), cacat, lifeway, atau menghadapi

klien dengan kondisi sekarat (dying clients).

e. Cultural Congruent (nursing) Care

Cultural congruent (nursing) care didefinisikan hal-hal yang secara

kognitif membantu, mendukung, fasilitatif, atau memungkinkan

tindakan atau keputusan yang dibuat khusus agar sesuai dengan

individu, kelompok, atau nilai-nilai budaya kelembagaan,

keyakinan, dan lifeways untuk menyediakan dukungan yag

bermakna, bermanfaat, dan pelayanan kesehatan yang

memuaskan.

f. Health

Health (Kesehatan) adalah keadaan sejahtera yang secara budaya

didefinisikan, dihargai, dan dipraktekkan, dan mencerminkan

kemampuan individu (atau kelompok) untuk melakukan kegiatan

peran sehari-hari mereka dalam mengekspresikan budaya,

keuntungan, dan pola lifeways.


58

g. Human beings

Manusia diyakini peduli dan mampu untuk peduli terhadap

kebutuhan, kesejahteraan, dan kelangsungan hidup orang lain.

Leininger juga mengindikasikan bahwa keperawatan sebagai ilmu

caring harus berfokus melampaui interaksi perawat-pasien

tradisional dan dyads termasuk keluarga, kelompok, komunitas,

jumlah kebudayaan, dan institusi.

h. Society/ Environment

Masyarakat/ lingkungan bukanlah istilah yang didefinisikan oleh

Leininger, melainkan ia berbicara tentang pandangan dunia,

struktur sosial, dan konteks lingkungan.

i. World view

World view adalah cara bagaimana (pandangan) orang melihat

dunia, atau di alam semesta, dan membentuk "gambar atau nilai

sikap" tentang dunia dan kehidupan mereka.

j. Cultural and Social Structure Dimensions

Dimensi struktur budaya dan sosial didefinisikan sebagai pengaruh

pola dinamis dan fitur struktural dan organisasi yang saling terkait

dari suatu budaya tertentu (subkultur atau masyarakat) yang

meliputi agama, kekerabatan (sosial), politik (dan hukum), ekonomi,

pendidikan, dan teknologi, nilai-nilai budaya, faktor ethnohistorical,

dan bagaimana faktor-faktor ini mungkin saling terkait dan


59

berfungsi untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam konteks

lingkungan yang berbeda.

k. Environmental Context

Konteks lingkungan adalah totalitas dari suatu peristiwa, situasi,

atau pengalaman tertentu yang memberi makna pada ungkapan

manusia, interpretasi, dan interaksi sosial dalam pengaturan fisik,

ekologis, sosial politik dan/atau budaya tertentu.

l. Culture

Budaya adalah belajar, berbagi dan transmisi nilai-nilai, keyakinan,

norma, dan lifeways dari kelompok tertentu yang memandu

pemikiran mereka, keputusan, dan tindakan dengan cara yang

terpola (khusus).

m. Culture Care

Perawatan budaya didefinisikan sebagai nilai-nilai subyektif dan

obyektif dipelajari dan ditularkan, keyakinan, dan pola lifeways yang

membantu, mendukung, memfasilitasi, atau mengaktifkan individu

atau kelompok lain untuk mempertahankan kesejahteraan,

kesehatan mereka, meningkatkan kondisi dan lifeway mereka, atau

untuk menangani penyakit, cacat atau kematian.

n. Culture Care Diversity

Culture care diversity menunjukkan keragaman dan/atau

perbedaan makna, pola, nilai-nilai, lifeways, atau simbol perawatan


60

dalam atau diantara kolektif yang terkait dengan bantuan,

dukungan, atau memungkinkan human care expressions.

o. Culture Care Universality

Culture Care Universality menunjukkan keumuman, kemiripan, atau

dominasi keseragaman makna perawatan (care), pola, nilai-nilai,

lifeways atau simbol yang tampak pada banyak budaya dan

mencerminkan membantu, mendukung, fasilitatif, atau

memungkinkan cara-cara untuk membantu orang lain.

p. Generik (folk or lay) Care System

Generic (folk or lay) care system secara budaya dipelajari dan

ditransmisikan, adat (atau tradisional), rakyat (home-based)

pengetahuan dan keterampilan yang digunakan untuk memberikan

bantuan, mendukung, memungkinkan, atau memfasilitasi orang

lain, kelompok, atau institusi dengan kebutuhan nyata untuk

memperbaiki atau meningkatkan cara hidup manusia, kondisi

kesehatan (atau kesejahteraan), atau berurusan dengan cacat dan

situasi kematian.

q. Emic

Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman langsung atau

langsung dari mereka yang telah mengalami. Ini adalah generik

atau pengetahuan rakyat.


61

r. Professional care system

Sistem perawatan profesional didefinisikan sebagai hal yang

diajarkan dan dipelajari secara formal, dan transmisi perawatan

profesional, kesehatan, penyakit, keadaan sehat, dan pengetahuan

dan praktek keterampilan terkait yang berlaku di lembaga-lembaga

profesional biasanya dengan bagian-bagian yang multidisiplin untuk

melayani konsumen.

s. Etic

Pengetahuan yang menggambarkan perspektif profesional,

merupakan pengetahuan perawatan profesional.

t. Ethnohistory

Ethnohistory mencakup fakta-fakta masa lalu, peristiwa, kejadian,

pengalaman individu, kelompok, budaya, dan instruksi yang

terutama berpusat pada rakyat (ethno) dan yang menguraikan,

menjelaskan, dan menafsirkan lifeways manusia dalam konteks

budaya tertentu dan dalam jangka waktu panjang atau pendek.

u. Care

Care (Perawatan) sebagai kata benda (produk) didefinisikan

sebagai fenomena-fenomena abstrak dan konkrit yang

berhubungan untuk membantu, mendukung, atau memungkinkan

pengalaman atau perilaku ke arah atau untuk orang lain dengan

kebutuhan nyata atau diantisipasi untuk memperbaiki atau

meningkatkan kondisi manusia atau lifeway.


62

v. Care

Care (Perawatan) sebagai kata kerja (tindakan) didefinisikan

sebagai tindakan dan kegiatan yang diarahkan untuk membantu,

mendukung, atau memungkinkan individu atau kelompok lain

dengan kebutuhan nyata atau diantisipasi untuk memperbaiki atau

meningkatkan kondisi hidup atau lifeway atau menghadapi

kematian.

w. Nursing Decisions and Action

(a) Cultural care preservation, juga dikenal sebagai pemeliharaan

dan termasuk bantuan, dukungan, fasilitatif, atau

memungkinkan tindakan profesional dan keputusan yang

membantu orang dari budaya tertentu untuk mempertahankan

dan/atau melestarikan nilai-nilai perawatan yang relevan

sehingga mereka dapat mempertahankan kondisi baik/ sehat

mereka, sembuh dari penyakit, atau menghadapi kecacatan

dan/atau kematian.

(b) Cultural care accomodation, juga dikenal sebagai negosiasi,

termasuk bantuan, dukungan, fasilitatif, atau tindakan

profesional kreatif dan keputusan yang membantu orang-orang

dari budaya untuk beradaptasi atau bernegosiasi dengan orang

lain untuk hasil kesehatan yang bermanfaat atau memuaskan

dengan perawatan profesional penyedia.


63

(c) Cultural care repatterning or restructuring, termasuk

bantuan, dukungan, fasilitatif, atau memungkinkan tindakan

profesional dan keputusan yang membantu klien menyusun

ulang, mengubah, atau memodifikasi lifeways mereka yang

baru, berbeda, dan pola perawatan kesehatan yang bermanfaat

dengan tetap menghormati nila-nilai budaya dan kepercayaan

klien, dan tetap menyediakan lifeways yang lebih sehat dan

bermanfaat dibandingan sebelumnya.

x. Culture shock

Culture shock dapat terjadi bila orang luar mencoba untuk

memahami atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok

budaya yang berbeda. Orang luar akan mengalami perasaan tidak

nyaman dan ketidakberdayaan dan disorientasi karena perbedaan

dalam nilai-nilai budaya, keyakinan, dan praktik. Culture shock

dapat menyebabkan kemarahan dan dapat dikurangi dengan

mencari pengetahuan tentang budaya sebelum menghadapi

budaya itu.

y. Cultural imposition

Cultural imposition (pemaksaan budaya), mengacu pada upaya

orang luar, baik halus dan tidak begitu halus, untuk memaksakan

nilai-nilai budayanya sendiri, kepercayaan, perilaku pada individu,

keluarga, atau kelompok dari budaya lain.


64

Penelitian ini memokuskan pada penerapan dimensi budaya

dan struktur serta keputusan dan tindakan perawatan dalam

transcultural care (lihat gambar 1. Leininger’s sunrise). Kelebihan teori

ini adalah perawat lebih memperhatikan budaya klien dalam

pemberian asuhan keperawatan. Keterbatasan teori ini adalah tidak

memberikan perhatian pada penyakit, gejala dan lain-lain.

2. Konsep Child Healthcare Model (Bindler-Ball, 2007)

Model Kesehatan Anak Bindler-Ball adalah model pelayanan

kesehatan yang diterapkan pada keperawatan kesehatan anak dalam

seluruh konteks pelayanan kesehatan yang bertujuan menggambarkan

bahwa perawat pediatrik penting untuk mengintegrasikan konsep

promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan sebagai dasar

piramida dalam semua aspek perawatan (Ball & Bindler, 2007) (lihat

gambar 2). Perawat pediatrik berfokus dalam melindungi anak dari

kesakitan dan injuri, membantu mereka untuk mencapai tingkat

kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan masalah kesehatan dan

rehabilitasi (Ball, Bindler & Cowen, 2010). Pengaruh keluarga, budaya,

dan masyarakat dipandang sebagai bagian integral dari strategi

promosi kesehatan. Perawat merencanakan kegiatan promosi

kesehatan dan pemeliharaan kesehatan selama kondisi akut, kronis,

dan perawatan akhir kehidupan bagi anak. Model pelayanan

kesehatan adalah metode baru dan kreatif yakni mencakup seluruh

pelayanan kesehatan untuk anak-anak.


65

Promosi kesehatan berkaitan dengan pengembangan strategi

yang mendorong kondisi yang memungkinkan populasi untuk menjadi

sehat dan membuat pilihan yang sehat (WHO, 2001 dalam Ball &

Bindler, 2007). Perawat terlibat dalam promosi kesehatan melalui

kemitraan dengan anak-anak dan keluarga untuk mempromosikan

kekuatan keluarga pada gaya hidup, perkembangan sosial, mengatasi

masalah (coping), dan interaksi keluarga. Pengetahuan menjadi dasar

dari intervensi keperawatan yang dirancang untuk mengajarkan

keluarga bagaimana menyediakan lingkungan yang akan membantu

dalam memenuhi tahap perkembangan keluarga.

Pemeliharaan kesehatan (perlindungan kesehatan) mengacu

pada kegiatan yang menjaga keadaan kesehatan anak dan yang

mencegah terjadinya penyakit atau cedera. Contoh kegiatan ini

termasuk skrining perkembangan atau pengawasan untuk

mengidentifikasi penyimpangan awal dari perkembangan yang normal,

menyediakan imunisasi untuk mencegah penyakit, dan pengajaran

tentang bahaya keselamatan anak secara umum. Tingkat pencegahan

diidentifikasi sebagai pencegahan dasar (aktivitas-aktivitas yang

menurunkan kesempatan untuk terjadinya penyakit atau luka),

pencegahan kedua (diagnosis awal dan tindakan pengobatan untuk

mengurangi beratnya), dan pencegahan tersier (restorasi untuk fungsi

optimal) (Murray, Zentner, Pangman, & Pangman, 2006 dalam Ball &

Bindler, 2007).
66

Kekuatan dan kebutuhan keluarga memiliki pengaruh yang

besar pada anak dan banyak mengarahkan kegiatan perawat. Anak-

anak belajar peran spesifik melalui proses sosialisasi, dan orang tua

menetapkan harapan perilaku secara disiplin dan model perilaku yang

sesuai. Idealnya, keluarga adalah sumber kekuatan dan dukungan

anak, konstanta utama dalam kehidupan anak. Keluarga sangat erat

terlibat dalam kesejahteraan fisik dan fisiologis anak-anak mereka, dan

mereka memainkan peran penting dalam promosi kesehatan dan

pemeliharaan kesehatan anak-anak mereka.

s
B Perawatan
a
Akhir
t B kehidupan

B B
i B
u
n B Bu
uB B u Kondisi Kondisi B d
dAkut Kronik
m B Bu u B a
da
oB Bu u B y
d ay d a
K Bu u B
dPemeliharaan
a ya Kesehatan a
d
d BB u Pencegahan B
da Penyakit-Pencegahan Cidera d u
y a y a B
a uu da d u
a
ya ay d
u
y d d ay j a
a Promosi Kesehatan a y d
a a a ya ju a
ay a
j ug j
yy a Keluarga a y
ju u j y
j aa j ga a
j
ug
a gu a
u
Gambar j 2.
ug Bindler-Ball Child Healthcare j
Model
u
Sumber: a
Ball, Bindler & Cowen, 2010a ghal.4j
g j j ug d u
a ag j
a u u ga d a g u
a u
d a d
gg a p a g
da
p ad a
g
d a a a
da d
p at pa a
a da d
pa
67

Menghormati peran keluarga, kekuatan, dan pengalaman

dengan sistem kesehatan, perawat memiliki kesempatan untuk

mengembangkan kemitraan yang efektif pada anak dan keluarga

karena mereka membuat keputusan kesehatan yang mempromosikan

kesehatan anak. Ini merupakan kemitraan antara perawat dan

kehidupan keluarga dikenal sebagai perawatan yang berpusat pada

keluarga (Lewandowski & Tesler, 2003 dalam Ball & Bindler, 2007).

Budaya juga dapat berperan dalam kesehatan anak karena pengaruh

pada keyakinan keluarga tentang definisi kesehatan dan penyebab

penyakit atau cedera. Sebuah peran keluarga dan organisasi

sebagian besar tergantung pada pengaruh kultural. Struktur keluarga

mendefinisikan penerimaan peran dan perilaku anggota keluarga.

Tujuan keluarga juga ditentukan oleh praktek dan nilai-nilai budaya,

seperti praktek-praktek membesarkan anak dan keyakinan.

Pengaruh budaya pada keluarga juga menentukan peran anak

dalam keluarga serta tugas-tugas perkembangan anak-anak dan

remaja. Praktek-praktek kesehatan yang terkait dengan pengurangan

stres dan makanan sering dikaitkan dengan kelompok budaya. Setiap

perawat memiliki tanggungjawab termasuk promosi kesehatan dan

pemeliharaan kesehatan pada setiap pengaturan kesehatan. Para

perawat yang tergabung dalam organisasi American Nurses

Association dan Society of Pediatric Nurse menyatakan bahwa

keperawatan anak yang komprehensif berfokus untuk membantu


68

anak-anak dan keluarga mereka dan masyarakat mencapai potensi

optimal pada kesehatan mereka (Society of Pediatric Nursing, 2003).

Penelitian yang terkait dengan promosi dan pemeliharaan

kesehatan yakni studi prospektif remaja di Taiwan menunjukkan

bahwa jenis kelamin, dukungan sosial, pemodelan, potensi diri, dan

dirasakan manfaat dan hambatannya untuk melakukan aktivitas fisik

baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perilaku

aktivitas fisik. Intervensi promosi aktivitas fisik dalam kelompok

dengan penguatan perilaku terkait kognisi memberikan dukungan

aktivitas fisik pada remaja. Membangun gaya hidup selama masa

remaja dapat terus berlanjut hingga dewasa (Wu & Pender, 2005).

Penerapan dari model promosi pemberdayaan individu,

health behaviour change model dengan memberikan informasi,

bimbingan, pemantauan, melalui ICT (Information and Communication

Technologies). Model ini cenderung untuk memberikan wawasan lebih

dalam proses peningkatan e-health sehingga dapat memenuhi

kebutuhan individu dan menjadi bagian dari pelayanan kesehatan

(Hoyo-Barbolla et al., 2006). Kelebihan teori ini membahas secara

holistik perawatan anak mulai dari promosi, pemeliharaan kesehatan,

kondisi akut dan kronik sampai akhir kehidupan dengan melibatkan

keluarga, budaya dan komunitas; sedangkan keterbatasannya adalah

tidak membahas peran perawat dalam perawatan budaya keluarga

secara rinci dan spesifik.


69

3. Transtheoretical Model (Prochaska, 1977)

Transtheoretical Model dikenal dengan singkatan TTM dan

dengan istilah tahap perubahan (Prochaska et al., 2008). Model ini

terdiri dari empat konstruksi inti (gambar 3) adalah: (1) tahapan

perubahan, (2) proses berubah, (3) keseimbangan keputusan, dan

self-efficacy (Velicer et al., 1998).

Gambar 3. Konstruksi Inti Transtheoretical Model


Sumber: Prochaska et al., 2008

a. Tahapan Perubahan adalah (Prochaska & Velicer, 1997) sebagai

berikut : (gambar 4)

Gambar 4. Tahapan Perubahan


70

1) Tahap 1 : Precontemplation (tidak siap) adalah partisipan

belum siap untuk membuat perubahan. Orang tidak berniat

untuk mengambil tindakan di masa mendatang, dan tidak

menyadari bahwa perilaku mereka bermasalah. Partisipan

pada tahap ini tidak berniat untuk memulai perilaku sehat

dalam waktu dekat (dalam waktu 6 bulan), dan mungkin tidak

menyadari kebutuhan untuk berubah. Partisipan mempelajari

lebih lanjut tentang perilaku sehat, mereka didorong untuk

berpikir tentang Pro mengubah perilaku mereka dan untuk

merasakan emosi tentang dampak perilaku negatif mereka

pada orang lain. Partisipan didorong untuk menjadi lebih sadar

pengambilan keputusan mereka dan lebih sadar akan dampak

perubahan perilaku yang tidak sehat.

2) Tahap 2 : Contemplation (mulai bersiap) adalah partisipan

berniat untuk membuat perubahan, namun masih ambivalen.

Orang-orang mulai menyadari bahwa perilaku mereka

bermasalah, mereka mulai melihat pro (keuntungan) dan

kontra (kerugian) dari tindakan mereka. Pada tahap ini,

peserta berniat untuk memulai perilaku sehat dalam 6 bulan

ke depan. Mereka belajar lebih banyak dari orang-orang yang

sehat.

3) Tahap 3 : Preparation (persiapan) adalah partisipan siap untuk

memulai perubahan. Orang-orang berniat untuk mengambil


71

tindakan dalam waktu dekat, dan mulai mengambil langkah-

langkah untuk perubahan perilaku. Tahap ini partisipan siap

untuk mulai mengambil tindakan dalam 30 hari ke depan.

Mereka mengambil langkah-langkah kecil yang mereka

percaya dapat membantu mereka membuat perilaku sehat

yang merupakan bagian dari kehidupan mereka.

4) Tahap 4 : Action (aksi) adalah partisipan telah mulai membuat

perubahan. Partisipan pada tahap ini telah mengubah perilaku

mereka dalam 6 bulan terakhir, dan harus bekerja keras untuk

terus bergerak maju. Partisipan belajar memperkuat komitmen

mereka untuk berubah dan untuk melawan dorongan untuk

kembali pada perilaku yang tidak sehat.

5) Tahap 5 : Maintenance (pemeliharaan) adalah partisipan telah

membuat perubahan dan menjaga perilaku baru. Mereka

semakin yakin bahwa mereka dapat melanjutkan perubahan

mereka.

b. Keputusan yang seimbang/ Decisional Balance

Keputusan yang seimbang adalah sebuah kesadaran bahwa

keuntungan (Pro) dari perubahan lebih besar daripada kerugian

(Kontra).

c. Self-efficacy

Self-efficacy adalah keyakinan bahwa mereka dapat membuat dan

mempertahankan perubahan dalam situasi yang dapat menggoda


72

mereka untuk kembali ke perilaku lama mereka atau perilaku tidak

sehat.

d. Proses Berubah

Proses berubah adalah kegiatan yang digunakan orang untuk

maju, strategi yang dapat membantu mereka membuat dan

memelihara perubahan melalui 10 proses (gambar 5) meliputi :

1) Peningkatan kesadaran : meningkatkan kesadaran melalui

informasi, pendidikan, dan umpan balik pribadi tentang

perilaku sehat.

2) Dramatic Relief : perasaan takut, cemas, atau khawatir karena

perilaku tidak sehat, atau inspirasi perasaan dan harapan

ketika mereka mendengar tentang bagaimana orang dapat

mengubah perilaku sehat.

3) Self- re evaluasi : menyadari bahwa perilaku sehat merupakan

bagian penting dari mereka dan ingin menjadi sehat.

4) Environmental re-evaluasi : menyadari bagaimana perilaku

sehat mereka mempengaruhi orang lain dan bagaimana

mereka bisa memiliki efek yang lebih positif dengan

perubahan.

5) Social Liberation : mewujudkan masyarakat yang lebih

mendukung perilaku sehat.


73

6) Self-Liberation : percaya pada kemampuan seseorang untuk

berubah dan membuat komitmen untuk bertindak berdasarkan

keyakinan.

7) Helping Relationships : menemukan orang-orang yang

mendukung perubahan mereka.

8) Counter Conditioning : mengganti cara sehat untuk bertindak

dan berpikir cara yang tidak sehat.

9) Reinforcement Management : meningkatkan penghargaan

yang berasal dari perilaku positif dan mengurangi orang-orang

yang berasal dari perilaku negatif.

10) Stimulus Control : menggunakan stimulus untuk mengingat

dan isyarat yang mendorong perilaku sehat.

Program penurunan berat badan cenderung melibatkan diet

dan intervensi aktivitas fisik. Model “Stages of Change” (SOC)

dapat digunakan sebagai kerangka kerja untuk merencanakan

intervensi di rumah sakit dan masyarakat. SOC menggambarkan

lima tahap individu melalui perubahan dari perilaku yang tidak

sehat ke yang sehat yaitu precontemplation, contemplaton,

prepararation, action, dan maintenance. SOC adalah dasar yang

dikenal sebagai Transtheoretical Model (TTM), dimana kesiapan

individu untuk berubah akan dinilai (Tuah et al., 2012).


74

Gambar 5. Proses Berubah


Sumber: Prochaska et al., 2008

Kelebihan dari TTM adalah memiliki strategi yang jelas dalam

merubah perilaku individu yaitu terdapat tahapan berubah dan

proses berubah dalam mencapai perubahan. Keterbatasan yang

dimiliki model ini adalah proses berubah membutuhkan waktu yang

cukup lama dan ketekunan untuk mencapai perubahan.

Beberapa penelitian yang terkait overweight dan obesitas

dengan dengan transtheoretical model. Untuk mengurangi

overweight dan obesitas yaitu dengan menggunakan intervensi

dengan manajemen kasus yang berdasarkan pada kerangka


75

transtheoretical model yakni tahapan perubahan perilaku (Mason et

al., 2008). Pengambilan keputusan merupakan bagian integral dari

model transtheoretical dalam perubahan perilaku yang membantu

anak dan orangtua dengan membuat keputusan yang lebih efektif

untuk mengurangi perilaku risiko kesehatan dari overweight,

obesitas dan meningkatkan perilaku sehat (Prochaska et al., 2008).

Penelitian Tuah et al (2012) menilai penggunaan SOC TTM

dalam program manajemen berat badan untuk orang dewasa

overweight dan obesitas, terhadap penurunan berat badan dan diet

dan perubahan perilaku dalam latihan fisik. Kelompok intervensi

berjumlah 1834 peserta telah diberikan intervensi (6 minggu

sampai 24 bulan, rata-rata 9 bulan) dengan menggunakan TTM

SOC dan menghasilkan penurunan berat badan (sekitar 2 kg atau

kurang), terjadi perubahan perilaku aktivitas fisik dan asupan

makanan. Dampak TTM SOC dalam manajemen berat badan

diharapkan dapat digunakan dengan kombinasi strategi intervensi

lainnya seperti aktivitas fisik dan perilaku sehat seperti yang akan

dilakukan pada penelitian ini. Hutchison et al (2009) juga meneliti

perubahan perilaku aktivitas fisik dengan intervensi berdasarkan

TTM. Menurut penelitian Woods & Scott (2002), menggunakan

transtheoretical model perubahan perilaku (TTM) dalam merancang

intervensi aktivitas fisik pada dewasa muda didapatkan pasca-

intervensi lebih signifikan pada kelompok eksperimen (80%),


76

dibandingkan dengan kelompok kontrol (68%), terhadap latihan

dengan nilai p < 0,05.

Penelitian Johnson et al (2008) pada overweight dan obesitas

dewasa (BMI 25–39.9; n = 1277) dengan intervensi multiple

behavior, menunjukkan kemampuan TTM untuk meningkatkan pola

makan sehat, olahraga, mengelola distress emosional, dan berat

badan. Dampak dari intervensi multiple behavior adalah tiga kali

lebih baik dari intervensi single behavior.

4. Family Empowerment Modified Model

Family Empowerment Modified Model (FEMM) merupakan

modifikasi dari TCN, CHM dan TTM yang berfokus pada

pemberdayaan keluarga dalam mengendalikan gaya hidup sehat pada

anak overweight dan obesitas. Peran perawat dan praktek dalam

kehidupan sehari-hari sangat penting dalam meningkatkan

kemampuan keluarga dalam mengendalikan gaya hidup sehat pada

anak. Ada empat hal yang penting dan saling berkaitan dalam

melaksanakan peran perawat agar keluarga mampu mengendalikan

gaya hidup sehat pada anak (gambar 6) yaitu (1) dimensi budaya dan

struktur sosial, (2) komunitas, (3) peran perawat dan praktek dalam

promosi dan pemeliharaan kesehatan, (4) decision balance dan self

efficacy keluarga membutuhkan action dalam proses berubah yaitu

menjaga gaya hidup sehat anak.


77

Action

Gambar 6. Family Empowerment Modified Model


(Modifikasi Model TCN, CHM, dan TTM)

Budaya keluarga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keluarga dalam merawat anak obes. Budaya keluarga

yang menganggap bahwa anak gemuk sehat adalah hal yang

mempengaruhi kemampuan keluarga dalam meningkatkan kesehatan

anak. Sehingga peran perawat dalam promosi dan pemeliharaan

kesehatan sangat dibutuhkan untuk mencegah dampak obes di masa

mendatang. Perawat memiliki hak istimewa untuk mendapatkan

kepercayaan publik (Jones, 2010), sehingga penting bagi perawat

untuk berpikir kritis tentang kondisi sosial dan kebijakan publik yang

berdampak pada kesehatan, termasuk promosi kesehatan tentang


78

gaya hidup sehat anak pada keluarga dan anak. Kode etik perawat

American Nurses Association (2001) menyebutkan bahwa perawat

mempromosikan kesehatan dan melindungi hak-hak pasien,

berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mempromosikan

merupakan upaya untuk memenuhi kebijakan kebutuhan kesehatan

sosial. Dimensi budaya dan struktur sosial yang mempengaruhi

keluarga dalam mengendalikan gaya hidup anak meliputi:

pengetahuan, pendidikan, agama, sosial, nilai bidaya, kepercayaan,

ekonomi, politik, dan teknologi.

Peran perawat anak adalah merawat anak-anak yang hidup

dalam berbagai situasi keluarga, budaya dan sosial, mereka harus

komprehensif dalam melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah

overweight dan obesitas. Selan itu, peran perawat adalah

memberdayakan keluarga agar mandiri dan mampu dalam merawat

dan meningkatkan kesehatan pada anaknya sejak dini. Komunitas

yang berada dalam suatu wilayah tertentu juga berperan dalam

meningkatkan kemampuan keluarga dengan latar belakang budaya,

kepercayaan, nilai-nilai yang dianut berbeda tentang anak obes.

Peran perawat dalam promosi dan pemeliharaan kesehatan

mempertimbangkan budaya yang dimiliki oleh keluarga yang memiliki

anak obes. Peran perawat dalam cultural care preservation adalah

membantu dan menyiapkan keluarga untuk mengubah budaya bahwa

anak gemuk adalah sehat merupakan budaya yang keliru, budaya


79

sehat adalah berperilaku sehat dengan aktivitas teratur yang diimbangi

asupan makanan bergizi dan sehat sehingga keluarga dapat mandiri

dalam menerapkan gaya hidup sehat pada anaknya yang obes yang

berdampak pada perubahan IMT anak. Perawat sebagai cultural care

accommodation adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang

gaya hidup sehat kepada keluarga dan anak untuk merubah budaya,

pengetahuan, dan berperilaku hidup sehat dalam mengendalikan gaya

hidup sehat pada anak obes. Sedangkan peran perawat sebagai

cultural care repatterning or restructuring adalah memberikan

dukungan kepada keluarga untuk mengubah, menyusun kembali atau

memodifikasi perilaku hidup sehat anak meliputi aktifitas fisik dan

asupan makan anak melalui jadwal monitoring kegiatan fisik dan

asupan makan anak sehari-hari. Sehingga keluarga mampu dan

mandiri dalam merawat dan memelihara kesehatan anaknya.

Sebagai tenaga kesehatan, profesi perawat yang berada di

masyarakat atau komunitas dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya harus mengupayakan usaha peningkatan kesehatan

masyarakat melalui dua cara (Mubarak, 2005), yaitu : (1) Pelayanan

keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga,

kelompok dalam konteks komunitas dan (2) Perhatian langsung

terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community)

dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan yang


80

ditemukan dimasyarakat dapat mempengaruhi keluarga, individu dan

kelompok.

Strategi yang dapat digunakan perawat dalam pemberdayaan

keluarga mengendalikan gaya hidup sehat anak adalah merubah

perilaku keluarga melalui proses berubah dengan pendidikan

kesehatan. Peran perawat adalah membantu keluarga membuat

keputusan untuk mengubah perilaku anak obes agar memiliki gaya

hidup sehat dan membantu keluarga agar yakin dapat merubah gaya

hidup yang kurang sehat menjadi sehat selama proses berubah.

Dengan demikian dibutuhkan upaya strategi untuk

meningkatkan budaya positif tentang anak obes dengan

memberdayakan keluarga melalui FEMM bersumber pada aplikasi

pendekatan TCN, CHM dan TTM, sebagai berikut :

a. Aplikasi pendekatan transcultural nursing (TCN)

Model transcultural nursing mengacu pada Sunrise model

yaitu bahwa kemampuan keluarga untuk mengendalikan gaya

hidup sehat pada anak dipengaruhi oleh dimensi budaya dan

struktur sosial. Dimensi tersebut meliputi pengetahuan, pendidikan,

agama, sosial, nilai dan keyakinan budaya, ekonomi, politik dan

teknologi. Faktor-faktor ini saling terkait dan mempengaruhi perilaku

keluarga dan anak. Pencapaian kemampuan keluarga

membutuhkan praktek keperawatan dengan mengubah budaya

keluarga yang positif tentang anak obes. Menurut Murphy (2006)


81

keperawatan transcultural merupakan sebuah spesialisasi dan area

praktek umum. Ini berfokus pada budaya di seluruh dunia dan

peduli budaya komparatif, kesehatan, dan fenomena keperawatan.

Transcultural Nursing adalah tubuh pengetahuan yang membantu

kita untuk memberikan budaya perawatan yang relevan. Oleh

karena itu, perawat anak perlu memiliki kompetensi budaya untuk

memberikan perawatan anak yang profesional (Obegi & Ritblatt,

2009).

Budaya mempengaruhi risiko overweight dan obesitas pada

anak-anak, sehingga perbedaan budaya dapat menjelaskan

kesenjangan dalam kejadian overweight dan obesitas. Sifat dinamis

dari budaya dan kecepatan perubahan budaya menunjukkan

bahwa penelitian tambahan diperlukan untuk menentukan apakah

pola budaya yang dipahami bersama adalah penyebab atau

konsekuensi (atau keduanya) dari overweight dan obesitas (Caprio

et al., 2008).

Budaya adalah sebuah sistem pemahaman bersama yang

dibentuk oleh pengalaman. Budaya memberikan makna pada

seperangkat aturan untuk perilaku yang normatif (apa yang setiap

orang harus lakukan) dan pragmatis (bagaimana melakukannya).

Budaya, seperti naluri, dipelajari, didistribusikan dalam suatu

kelompok, dan tidak semua orang memiliki pengetahuan, sikap,

atau praktik yang sama, sehingga memungkinkan kita untuk


82

berkomunikasi satu sama lain dan berperilaku dengan cara yang

saling berbeda, dan ada dalam pengaturan sosial. Hal ini termasuk

diantaranya yaitu pemahaman berkaitan dengan overweight dan

obesitas, termasuk pemahaman tentang penyebabnya,

pengobatan, dan sejauh mana suatu masyarakat atau kelompok

etnis memiliki pandangan overweight dan obesitas sebagai suatu

penyakit. Pengalaman sakit merupakan bagian penting dari makna

sistem sosial dan aturan untuk perilaku, sangat dipengaruhi oleh

budaya.

Mempromosikan kesehatan perilaku (diet dan olahraga) atau

kegiatan santai (menonton televisi atau bermain video game) akan

berubah pada anggota individu dari pengalaman kelompok etnis

dan datang melalui nilai praktek-praktek inovatif, sementara

kehilangan minat apabila melakukan praktek-praktek tradisional.

Studi Dennison et al (2002) bahwa ada hubungan menonton TV

dengan resiko kejadian overweight pada anak pra sekolah. TV di

dalam kamar anak adalah kondisi pencetus yang kuat terhadap

peningkatan resiko overweight. Budaya diyakini berkontribusi

terhadap kesenjangan dalam overweight dan obesitas dengan

berbagai pandangan.

Pengembangan citra tubuh terjadi dalam konteks budaya, dan

kelompok etnis / budaya berbeda dalam pemahaman mereka untuk

dihargai citra tubuhnya. Misalnya, dirasakan ukuran tubuh ideal


83

untuk wanita Afro-Amerika secara signifikan lebih besar daripada

perempuan kulit putih, dan laki-laki Afro-Amerika lebih mungkin

dibandingkan orang kulit putih non-Hispanik. BMI rata-rata

perempuan kulit putih biasanya mengekspresikan ketidakpuasan

tubuh secara signifikan lebih rendah dibandingkan wanita Afro-

Amerika (Fitzgibbon et al., 2000). Budaya mempengaruhi praktek

pemberian makan anak terutama terkait keyakinan, nilai, dan

perilaku yang berhubungan dengan makanan yang berbeda (Brus

et al., 2005).

Fitzgibbon dan Beech (2009) melaporkan populasi minoritas

menunjukkan bahwa orang tua dari anak overweight dan obesitas

mengalami kesalahan persepsi yaitu tidak melihat anak mereka

sebagai overweight, sehingga orangtua minoritas dieksplorasi

dalam aspek budaya tentang ukuran tubuh dan bentuk, serta

program intervensi untuk mengubah pola makan dan pola aktivitas

anak.

Faktor sosial ekonomi cenderung memberikan pengaruh

besar pada kesehatan. Adanya hubungan variabel SES (socio-

economic status) dengan obesitas adalah biaya rendah/ harga

murah banyak tersedia makanan padat energi tapi miskin gizi. Fast

food atau makanan siap saji, snack/makanan ringan, dan soft drink/

minuman ringan semuanya berkaitan dengan peningkatan

prevalensi overweight dan obesitas di kalangan anak dan remaja


84

(French, 2001). Junnila et al (2012) melakukan penelitian intervensi

untuk mencegah overweight dan obesitas pada 4 - 6 tahun dengan

hasil perubahan positif terlihat pada kebiasaan kesehatan keluarga.

Demikian pula hasil studi Tremblay dan Willms (2003) menunjukkan

bahwa aktivitas fisik dan dan sedentary behaviour, status sosial

ekonomi tinggi dan struktur keluarga berhubungan dengan anak

overweight atau obes.

Penelitian Parks et al (2012) mengambarkan ada hubungan

jumlah stressor orangtua dengan perilaku anak obesitas dan

respon stress orangtua berhubungan dengan konsumsi fast food.

Warschburger dan Kröller (2009) bahwa 48,8% dari ibu

mengidentifikasi overweight berhubungan dengan peningkatan

risiko untuk masalah kesehatan fisik dan 38,7% mengidentifikasi

overweight terkait dengan peningkatan risiko kesehatan mental. Ibu

dengan latar belakang pendidikan yang lebih rendah tidak dapat

mengklasifikasi anak overweight dan tidak bisa memperkirakan

hubungannya dengan masalah kesehatan.

Kebijakan pemerintah tentang program preventif dalam

pencegahan anak overweight dan obesitas di Makassar berbasis

intervensi di sekolah ataupun di keluarga dan mayarakat belum

berjalan. Sehingga diperlukan pendekatan kepada keluarga sejak

dini untuk mencegah dampak resiko penyakit akibat overweight dan

obesitas melalui pendekatan budaya, promotif dan preventif.


85

Beberapa peneltian terkait intervensi anak overweight dan obesitas

adalah penelitian Baby & Bhat (2010) yaitu intervensi

multikomponen diberikan selama satu bulan pada 269 anak

didapatkan hasil 13 anak (4,8%) adalah overweight, 7 anak (2,6%)

mengalami obesitas. Aktivitas menetap setelah jam sekolah,

menonton televisi untuk durasi yang lebih lama pada hari kerja dan

hari akhir pekan, penurunan aktivitas fisik, melewatkan makan,

pengaruh media dalam memilih makanan, orang tua menawarkan

makanan sebagai hadiah, seringnya mengkonsumsi makanan

goreng dan junk food, dan sering minum minuman berkarbonasi

adalah faktor penting yang mempengaruhi kejadian overweight dan

obesitas. Ada penurunan yang signifikan dalam BMI kelompok

intervensi pada akhir minggu ke-4.

Kebijakan intervesi berbasis sekolah untuk mencegah anak

overweight dan obesitas sangat diperlukan sesuai penelitian Foster

et al (2008) yaitu intervensi multikomponen efektif dalam mencegah

perkembangan overweight pada anak-anak kelas 4 sampai 6 di

sekolah umum perkotaan. Overweight di kalangan pemuda

Amerika telah mendorong respon yang besar pada yayasan,

pemerintah, dan organisasi swasta untuk mendukung program

intervensi Shaping America’s Youth (SAY) dalam menilai program

nutrisi dan aktivitas fisik, mempromosikan hal-hal yang diperlukan

keluarga dan masyarakat. Perlunya kemitraan berbasis masyarakat


86

dalam mengintegrasikan pelayanan kesehatan, pendidikan,

lingkungan, pemerintah, dan bisnis (McCarron et al., 2010). Golan

dan Weizman (2001) menerapkan model konseptual berbasis

keluarga yang menekankan gaya hidup sehat dan penurunan berat

badan. Pendekatan ini dilakukan dengan mengubah kognisi

orangtua dan menumbuhkan perilaku hidup sehat. Wanda dan

Kautz (2013) mengembangkan program untuk meningkatkan

kesadaran mahasiswa Afrika-Amerika bahwa obesitas

meningkatkan resiko penyakit jantung dan diabetes.

Boyle et al (2009) menemukan bahwa 65% pemberi

pelayanan kesehatan selalu membahas pentingnya aktivitas fisik,

mengurangi konsumsi soda, dan anjuran menyusui selama

kunjungan pediatrik klinis. Lebih dari 90% pemberi pelayanan

dirumah, lingkungan, dan orang tua mengalami hambatan dalam

upaya mereka untuk mencegah obesitas dalam praktek klinis.

Lebih dari 75% pemberi pelayanan dilaporkan tidak terlibat dalam

kegiatan kebijakan / advokasi yang berkaitan dengan pencegahan

obesitas. Sebagian besar (88%) dari stakeholders yang disurvei

berpendapat bahwa profesional perawatan kesehatan harus

mengadvokasi kebijakan untuk mengurangi obesitas. Jones et al

(2013) telah meneliti efektivitas yang dirasakan dari program health

information technology (IT), health literacy (HL) untuk meningkatkan


87

kesadaran tentang risiko kesehatan dari obesitas di kalangan

mahasiswa Afrika-Amerika.

b. Aplikasi pendekatan child healthcare model (CHM)

Pendekatan keluarga difokuskan untuk mempengaruhi

kebiasaan makan anak, intervensi pencegahan yang dimulai masa

kanak-kanak sebelum melakukan pola diet yang buruk, dukungan

dan keterlibatan masyarakat. Perawat dapat mengembangkan

keterampilan, seperti advokasi, kolaboratif, dan keterampilan

pemasaran sosial, yang akan berkontribusi terhadap pencegahan

overweight dan obesitas (Berkowitz & Borchard, 2009).

Berdasarkan CHM, model ini menekankan pada upaya

pencegahan yaitu perawat melakukan promosi dan pemeliharaan

kesehatan tentang gaya hidup sehat anak pada keluarga agar

keluarga mampu mengendalikan gaya hidup sehat pada anaknya

dengan aktivitas fisik teratur dan asupan makan yang sembang.

Promosi kesehatan/ program pencegahan overweight dan obesitas

oleh mentor adalah efektif dalam mencegah peningkatan BMI dan

mengurangi makanan ringan/ makanan penutup (Black et al.,

2010). Sesuai Pender dalam Tomey dan Aligood (2006) bahwa

perilaku promosi kesehatan termasuk diet sehat, olahraga teratur

dapat membangun hubungan positif. Promosi kesehatan dapat

dilakukan dengan pendidikan kesehatan menggunakan berbagai

metode.
88

c. Aplikasi pendekatan transtheoretical model (TTM)

Transtheoretical Model (TTM) telah banyak digunakan untuk

memandu perilaku perubahan untuk promosi kesehatan. Model ini

terdiri dari empat konstruksi: (1) tahap perubahan, kesiapan waktu

dan motivasi untuk memodifikasi perilaku kesehatan; (2)

keseimbangan putusan, kepentingan relatif dari pro dirasakan

(keuntungan) dan kontra (biaya) dalam berubah, (3) situasional

self-efficacy, percaya diri dalam kemampuan untuk memodifikasi

perilaku di bawah kondisi tertentu, dan (4) proses perubahan,

strategi intervensi dan teknik oleh agen perubahan (terapis,

konselor) yang digunakan untuk memfasilitasi perubahan perilaku

kesehatan (Noia & Prochaska, 2010).

Adapun penerapan model TTM dalam modifikasi TCN, CHM,

dan TTM yaitu aplikasi SOC, keseimbangan putusan, self-efficacy,

dan proses perubahan keluarga dalam mengendalikan gaya hidup:

aktivitas fisik dan asupan makan anak sebagai berikut :

1) Tahapan perubahan SOC dalam aktivitas fisik teratur dan

asupan makanan sehat adalah : (1) precontemplation yaitu

tidak aktif secara fisik atau tidak berniat untuk berubah dalam 6

bulan ke depan, (2) contemplation yaitu tidak aktif secara fisik

tapi berniat menjadi aktif dalam 6 bulan ke depan, (3)

melakukan beberapa persiapan untuk berubah dalam 1 bulan

sesuai pedoman yang direkomendasikan, (4) melakukan


89

tindakan yaitu kurang lebih 6 bulan, dan (5) pemeliharaan yaitu

melakukan secara aktif lebih dari 6 bulan. Model ini

menggunakan tahap action selama 6 bulan yang sebelumnya

keluarga telah melalui tahap preparation.

2) Keseimbangan keputusan yaitu dinilai dengan meminta individu

menyetujui untuk membuat keputusan pro dan kontra dalam

mengubah perilaku anak obes, keluarga berada pada

keputusan mereka untuk makan dalam jumlah yang

direkomendasikan buah, sayuran, waktu aktivitas fisik teratur

dan menonton TV, bermain game dan komputer setiap hari

menggunakan lima poin skala Likert mulai dari 1 (sama sekali

tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju sekali).

3) Self-efficacy merupakan keyakinan keluarga untuk berubah

agar keluarga mampu mengendalikan gaya hidup anak, dinilai

dengan menggunakan lima poin skala Likert mulai dari 1

(sangat sulit) ke 5 (sangat mudah), seberapa sulit atau

mudahnya keluarga dapat mengendalikan aktivitas fisik dan

asupan makan anak sesuai dengan rekomendasi (Modifikasi

dari Vet et al., 2006).

4) Proses perubahan ada 10 meliputi 5 proses perilaku (behavior

processes) dan 5 proses pengalaman (experiential processes),

adalah strategi dan teknik yang yang digunakan seseorang

untuk membuat perubahan perilaku (Alison et al., 2010; Woods


90

& Scott, 2002). Untuk mengubah perilaku gaya hidup anak

dengan melibatkan keluarga menggunakan SOC, dibutuhkan

intervensi promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

dengan mempertimbangkan budaya keluarga pada anak

overweight dan obesitas melalui pendidikan kesehatan (lihat

tabel 5).

Tabel 5. Proses perubahan perilaku keluarga dan definisinya dalam


kaitannya dengan aktivitas fisik dan asupan makan

Proses Definisi

Proses Pengalaman
Consciousness raising Mencari informasi tentang manfaat aktivitas fisik dan
asupan makan sehat sesuai rekomendasi
Dramatic relief Kepedulian atau pengalaman emosional terhadap
risiko tidak beraktivitas fisik dan asupan makanan
tidak sehat
Environmental reevaluation Menyadari & mengerti bahwa inactivity & unhealthy
eating mempengaruhi lingkungan sosial
Self-reevaluation Menilai status aktivitas fisik, asupan makan dan nilai-
nilai yang berhubungan dengan aktivitas fisik dan
asupan makan
Social liberation Kesadaran dan penerimaan perubahan sosial yang
mendorong gaya hidup aktif
Proses Perilaku
Counter conditioning Mengganti inactivity & unhealthy eating menjadi
aktivitas fisik teratur dan asupan makan sehat
Helping relationships Mencari tahu dukungan sosial untuk meningkatkan
dan mempertahankan aktivitas fisik & asupan makan
yang sehat
Reinforcement management Memberikan penghargaan untuk menjadi lebih aktif
dalam memelihara aktivitas fisik & asupan makan
Self-liberation Membuat komitmen untuk berubah dalam kegiatan
aktivitas fisik teratur & asupan makan sehat
Stimulus control Kontrol faktor negatif pada aktivitas fisik & asupan
makan dan gunakan stimulus untuk meningkatkan
aktifitas fisik teratur dan asupan makan yang sehat

Penelitian Alison et al (2010) melihat hubungan antara

aktivitas fisik dan komponen Transtheoretical Model (TTM) pada

usia dewasa tua dengan TM tipe 2 dan atau penyakit


91

kardiovaskuler. Aktivitas fisik, self-efficacy dan pro aktivitas lebih

besar dalam tahap maintenance daripada tahap kontemplasi.

Sedangkan Hoyo-Barbolla et al (2006) menunjukkan tahapan

perubahan yaitu perubahan asupan buah, sayur dan ikan yang

lemah hubungannya, keseimbangan putusan (d ecision balance)

dan self-efficacy hubungannya lebih kuat.

Setiap perawat memiliki tanggungjawab termasuk promosi

kesehatan dan pemeliharaan kesehatan dengan memperhatikan budaya

keluarga dalam merawat anak overweight dan obesitas dengan strategi

perubahan perilaku dalam pemberdayaan keluarga mengendalikan gaya

hidup anak menjadi sehat dengan menggunakan model family

empowerment modified yaitu modifikasi dari ketiga model yaitu

transcultural nursing, child healthcare, dan transtheoretical.


E. Kerangka Teori 92

Sumber : Leininger (2002); Ball & Bindler (2007); Ball et al.(2010); Gambar 7. Kerangka Teori
Prochaska & Velicer (1997); Noia & Prochaska (2010)
93

F. Kerangka Konsep

- Pendidikan orangtua
- Pendapatan keluarga
- Riwayat orangtua overweight,
obesitas
- Struktur keluarga
- Riwayat kesehatan keluarga
- Self-efficacy

Kelompok Perlakuan
Pengetahuan
keluarga
Family
Empowerment
Modified Model Budaya
keluarga
Kemampuan IMT
Keluarga Anak
Aktivitas fisik
Tanpa Family anak
Empowerment
Modified Model
Asupan makan
anak
Kelompok Kontrol

Decision balance

Keterangan :
= Variabel bebas = Hubungan variabel bebas

= Variabel tergantung = Hubungan variabel tergantung

= Variabel moderator = Hubungan variabel moderator

= Variabel antara = Hubungan variabel kontrol

= Variabel kontrol

Gambar 8. Kerangka Konsep Penelitian


20
94

F. Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan kemampuan keluarga dalam mengendalikan gaya

hidup anak overweight dan obesitas sebelum dan setelah penerapan

Family Empowerment Modified Model pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol.

2. Ada perbedaan IMT anak sebelum dan setelah penerapan Family

Empowerment Modified Model pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol.

3. Ada perbedaan pengetahuan keluarga tentang anak overweight dan

obesitas sebelum dan setelah penerapan Family Empowerment

Modified Model pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

4. Ada perbedaan budaya keluarga tentang anak overweight dan

obesitas sebelum dan setelah penerapan Family Empowerment

Modified Model pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

5. Ada perbedaan aktivitas fisik anak sebelum dan setelah penerapan

Family Empowerment Modified Model pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol.

6. Ada perbedaan asupan karbohidrat anak sebelum dan setelah

penerapan Family Empowerment Modified Model pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol.

7. Ada hubungan pengetahuan keluarga dengan kemampuan keluarga

dan IMT anak melalui penerapan Family Empowerment Modified

Model.
21
95

8. Ada hubungan budaya keluarga dengan kemampuan keluarga dan

IMT anak melalui penerapan Family Empowerment Modified Model.

9. Ada hubungan aktivitas fisik anak dengan kemampuan keluarga dan

IMT anak melalui penerapan Family Empowerment Modified Model.

10. Ada hubungan asupan karbohidrat anak dengan kemampuan keluarga

dan IMT anak melalui penerapan Family Empowerment Modified

Model.

G. Variabel Penelitian

1. Variabel independen : Family Empowerment Modified Model

2. Variabel dependen : kemampuan keluarga dan IMT anak

3. Variabel antara : pengetahuan, budaya, aktivitas fisik, dan asupan

makan: karbohidrat anak

4. Variabel moderator : pendidikan orangtua, pendapatan keluarga,

riwayat orangtua overweight atau obesitas, struktur keluarga, riwayat

kesehatan keluarga dan self-efficacy

5. Variabel kontrol : decision balance

Anda mungkin juga menyukai