Kebijakan Promkes Kel 8
Kebijakan Promkes Kel 8
Oleh :
Kelompok 8
1. Amalia Mastuty (NIM : 22020116410050)
2. Ilma Widiya Sari (NIM : 22020116410051)
3. Rita Oktaviani (NIM : 22020116410052)
4. Emy Kurniawati (NIM : 22020116410053)
5. Dewi Suryaningsih H (NIM : 22020116410054)
6. Nur Ayun R. Yusuf (NIM : 22020116410055)
7. Rahmad Yusuf (NIM : 22020116410056)
A. Pendahuluan
Sehat merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi salah satu faktor
penentu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sehat juga merupakan modal utama
manusia untuk dapat melakukan perannya di bidang pembangunan ekonomi dan
pendidikan. Masyarakat yang sehat dan mandiri merupakan tujuan pembangunan
kesehatan nasional, dituangkan dalam Visi Indonesia Sehat 2015, strategi
pembangunan kesehatan diarahkan pada misi pembangunan kesehatan yaitu :1)
Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan; 2) Mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; 3) Memelihara dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, rata dan terjangkau dan 4)
Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat dan mandiri tersebut,
upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan merupakan pilar utama
yang mempengaruhi keberhasilan jenis layanan kesehatan lainnya, yaitu preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat mandiri menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2007). Banyak
permasalahan kesehatan di Indonesia dapat dicegah melalui kegiatan promosi
kesehatan. Namun, proses perubahan perilaku di masyarakat tidaklah mudah maka
perlu dikembangkan strategi serta langkah-langkah yang dapat mendukung upaya
pemberdayaan masyarakat agar mampu berperilaku hidup bersih dan sehat.
Kebijakan dan strategi pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
diarahkan pada upaya meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan beberapa hal yang tertuang
dalam misi promosi kesehatan yaitu; 1) Memberdayakan individu, keluarga,
kelompok-kelompok dalam masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan
keluarga maupun melalui pengorganisasian dan penggerakan masyarakat. 2)
Membina suasana atau lingkungan yg kondusif bagi terciptanya pola hidup bersih
dan sehat masyarakat. 3) Mengadvokasi para pengambil keputusan, penentu
kebijakan dan stakeholders lain, untuk kebijakan berwawasan kesehatan, integrasi
promosi kesehatan, kemitraan sinergis antara pusat, daerah, swasta dan LSM,
investasi di bidang promosi kesehatan dan kesehatan.
Mengingat pentingnya upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi
kesehatan dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional
tersebut maka petugas promosi kesehatan atau pejabat fungsional PKM harus
memahami tentang kebijakan dan strategi pemberdayaan masyarakat dan promosi
kesehatan. Selain itu juga harus memahami peran serta kewajiban pemerintah
daerah dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan di era
otonomi daerah atau desentralisasi.
B. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
1. Promosi Kesehatan diselenggarakan dalam rangka desentralisasi ke arah
otonomi daerah bidang Kesehatan Indonesia sehat
Disebutkan dalam UU No.22 tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah.
Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah
kepada pemerintah daerah otonom dalam kerangka NKRI. Dengan adanya
desentralisasi diharapkan adanya peningkatan derajad kesehatan masyarakat
optimal berupa keadaan sehat dan produktif. Sehingga untuk mencapai visi
Indonesia Sehat 2015 menurut UU No.36 tahun 1999 tentang Kesehatan
diharapkan lebih mudah mencapai visi tersebut.
2. Promosi Kesehatan tidak berdiri sendiri terpadu dengan program kesehatan
sejak dari garis depan, kabupaten/kota, provinsi hingga nasional Tecermin
dalam koordinasi penyusunan anggaran
Dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan Pemerintah daerah
mengajukan Rencana Tindakan, Strategi Pelaksanaan beserta Rancangan
Anggaran kepada Pemerintah Pusat yang selanjutnya dana tersebut digunakan
untuk merealisasikan program yang telah tersusun dalam bidang kesehatan
terutama upaya pengikatan kesehatan dengan promosi kesehatan.
3. Promosi Kesehatan harus berlandaskan paradigma sehat
Paradigma Sehat merupakan cara pandang atau pola pikir atau model
pembangunan yang bersifat holistik. Melihat masalah kesehatan yang bersifat
lintas sektor dalam penyelesaian masalah tidak hanya berfokus pada
penyembuhan atau pemulihan kesehatan tetapi diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan.
4. Promosi Kesehatan harus didukung oleh kebijakan dan perundang-undangan,
keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan, JPKM, subsidi, dll
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman Promosi Kesehatan di
Puskesmas
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 4 tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
c. Kepmenkes No.128/MENKES/SK/II/2004 menyatakan bahwa Puskesmas
adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau
kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja. Sebagai UPT dari dinas kesehatan kabupaten/kota
(UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian tugas teknis
operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia, untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan ke dalam
dua kategori, yaitu (1) upaya kesehatan wajib dan (2) upaya kesehatan
pengembangan. Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global, serta
mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
Puskesmas. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: (1) Promosi Kesehatan,
(2) Kesehatan Lingkungan, (3) Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga
Berencana, (4) Perbaikan Gizi Masyarakat, (5) Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular dan (6) Pengobatan. Upaya kesehatan
pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan
dengan kemampuan Puskesmas.
5. Strategi dasar: Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan Pemberdayaan, yang harus
mengandung kemitraan
Kemitraan merupakan upaya yang melibatkan berbagai sektor dalam
mencapai tujuan bersama dalam mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan
kemitraan tersebut digunakan strategi dasar Advokasi, Bina Suasana dan
Gerakan Pemberdayaan.
6. Dinas kesehatan kabupaten/kota: koordinasi, tingkatkan dan bina pemberdayaan
masyarakat oleh puskesmas, rumah sakit, sarana kesehatan lain; bina suasana
dan advokasi tingkat kabupaten/kota
Program kegiatan yang dilaksanakan pemerintah kabupaten/kota
berdasarkan program yang dirancang pemerintah provinsi.
7. Dinas kesehatan provinsi: koordinasi, kembangkan dan fasilitas promosi
kesehatan kab/kota; memperkuat pemberdayaan masyarakat oleh
kabupaten/Kota; bina suasana dan advokasi tingkat provinsi.
Pemerintah membuat program kegiatan sesuai masalah kesehatan yang
ada di dinas kesehatan provinsi.
8. Pusat promosi kesehatan: kembangkan kebijakan nasional, pedoman dan
Standar; fasilitasi dan koordinasi promosi kesehatan daerah; bina Suasana dan
advokasi tingkat nasional
Promosi kesehatan di daerah dikembangkan dari kebijakan nasional dan
pedoman standar promosi kesehatan yang didukung adanya fasilitas dan
koordinasi promosi kesehatan dari pemerintah pusat dan daerah dengan adanya
bina suasana dan advokasi. Kebijakan yang mengatur tentang promosi kesehatan
adalah Permenkes dan Kepmenkes.
9. Kemitraan adalah dalam rangka Good Governance
Dalam melaksanaan program promosi kesehatan diperlukan kerjasama
lintas sektoral baik dari pemerintah, swasta, masyarakat dan LSM.
10. Promosi Kesehatan harus berdasar fakta pendayagunaan data dalam
Perencanaan dan desain
Pada pelaksanaan promosi kesehatan yang lebih mengetahui tentang
kebutuhan kesehatan di berbagai tatanan layanan kesehatan adalah pemerintah
daerah sehingga diperlukan langkah otonomi / desentralisasi terkait
pelaksanaan promosi kesehatan.
11. Profil promosi kesehatan sarana penyedia data dan benchmarking
Untuk melaksanakan promosi kesehatan perawat bekerjasama dengan
lintas sektor antara lain Puskesmas, dinas kesehatan sehingga promosi
kesehatan yang dilakukan sesuai dengan masalah kesehatan yang muncul atau
sesuai sasaran.
12. Peningkatan kemampuan promosi kesehatan dilakukan secara bertahap
Upaya promosi kesehatan yang dilakukan juga mengupayakan
pemberdayaan masayarakat setempat. Namun, upaya perberdayaan ini harus
melalui tahapan yang harus dilalui, dimulai dari upaya mengenalkan apa yang
jadi masalah terkait kesehatan, menumbuhkan keinginan masyarakat untuk
mau mengikuti promosi kesehatan dan pada akhirnya masayarakat dapat
melaksanakan upaya promosi kesehatan secara mandiri untuk kesehatan.
13. Peningkatan Promosi Kesehatan: kembangkan sumber daya dan infrastruktur
(utamanya SDM) tenaga ujung tombak harus Ditingkatkan jumlah dan
mutunya
Dalam meningkatkan pengembangan promosi kesehatan di bidang
keperawatan dibutuhkan sumber daya manusia yang seimbang antara kualitas
dan kuantitas sehingga diharapkan institusi pendidikan dalam mencetak
generasi perawat yang berdaya saing dan penyusunan jenjang karir jelas yang
memicu perawat untuk meningkatkan kualitas pribadi.
14. Pengembangan Sumber Daya Manusia promosi kesehatan profesionalisme
dan kesejahteraan
Dalam mengembangkan promosi kesehatan dibutuhkan sumber daya
manusia (perawat) yang berkompeten dalam bidang promosi kesehatan, untuk
itu dilakukan pendidikan dan pelatihan. Melalui pendidikan dan pelatihan akan
didapat perawat yang mempunyai kompetensi dan profesionalisme yang
tinggi. Kompetensi dan profesionalisme yang perawat miliki akan menujang
jenjang karir yang jelas, pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
perawat yang bersangkutan.
15. Pengorganisasian Promosi Kesehatan harus memadai
Kegiatan promosi kesehatan perlu dikelola dengan baik oleh penyedia
layanan promosi kesehatan. Dalam pengelolaannya diperlukan kerjasama atau
kemitraan dari berbagai lintas sektoral.
C. Strategi Dasar Promosi Kesehatan
Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO (1984) dalam Maulana (2009),
yakni advokasi, dukungan social, dan pemberdayaan. Sedangkan pada Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah, strategi dasar utama promosi kesehatan adalah 1) Pemberdayaan, 2) Bina
Suasana, 3) Advokasi, serta dijiwai semangat, 4) Kemitraan. Berdasarkan strategi
dasar di atas maka strategi promosi kesehatan Puskesmas juga dapat mengacu
strategi dasar tersebut dan dapat dikembangkan sesuai sasaran, kondisi Puskesmas,
dan tujuan dari promosi tersebut.
1. Advokasi (Advocacy)
Upaya pendekatan kepada pimpinan atau pengambil keputusan supaya dapat
memberikan dukungan, kemudahan dan semabcamnya dalam upaya
pembangunan kesehatan.
2. Dukungan sosial (Social Support) / Bina Suasana
Upaya membuat suasana yang kondusif atau menunjang pembangunan
kesehatan sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan perilaku hidup
bersih dan sehat.
3. Pemberdayaan masyarakat (Empowerment)
Upaya memandirikan individu, kelompok, dan masyarakat agar berkembang
kesadaran, kemauan dan kemampuan di bidang kesehatan atau agar secara
proaktif, masyarakat mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi prinsip – prinsip kemitraan
harus ditegakkan. Ada tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan dan
dipraktikkan yakni :
1) Kesetaraan.
Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang bersifat
hierarki (atas – bawah) yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan
bersama.
2) Keterbukaan.
Dalam setiap langkah menjalin kerja sama, diperlukan adanya kejujuran dari
masing – masing pihak.
3) Saling Menguntungkan
Solusi yang diajukan hendaknya selalu mengandung keuntungan disemua
pihak (win – win solution). Demikian juga dalam hubungan antara
Puskesmas dengan pihak donator.
Efendi, Feri dan Makhfudi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.