Anda di halaman 1dari 14

KEBIJAKAN PROMOSI KESEHATAN DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Promosi Kesehatan

Oleh :
Kelompok 8
1. Amalia Mastuty (NIM : 22020116410050)
2. Ilma Widiya Sari (NIM : 22020116410051)
3. Rita Oktaviani (NIM : 22020116410052)
4. Emy Kurniawati (NIM : 22020116410053)
5. Dewi Suryaningsih H (NIM : 22020116410054)
6. Nur Ayun R. Yusuf (NIM : 22020116410055)
7. Rahmad Yusuf (NIM : 22020116410056)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
KEBIJAKAN PROMOSI KESEHATAN DI INDONESIA

A. Pendahuluan
Sehat merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi salah satu faktor
penentu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sehat juga merupakan modal utama
manusia untuk dapat melakukan perannya di bidang pembangunan ekonomi dan
pendidikan. Masyarakat yang sehat dan mandiri merupakan tujuan pembangunan
kesehatan nasional, dituangkan dalam Visi Indonesia Sehat 2015, strategi
pembangunan kesehatan diarahkan pada misi pembangunan kesehatan yaitu :1)
Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan; 2) Mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; 3) Memelihara dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, rata dan terjangkau dan 4)
Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat dan mandiri tersebut,
upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan merupakan pilar utama
yang mempengaruhi keberhasilan jenis layanan kesehatan lainnya, yaitu preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat mandiri menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2007). Banyak
permasalahan kesehatan di Indonesia dapat dicegah melalui kegiatan promosi
kesehatan. Namun, proses perubahan perilaku di masyarakat tidaklah mudah maka
perlu dikembangkan strategi serta langkah-langkah yang dapat mendukung upaya
pemberdayaan masyarakat agar mampu berperilaku hidup bersih dan sehat.
Kebijakan dan strategi pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
diarahkan pada upaya meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan beberapa hal yang tertuang
dalam misi promosi kesehatan yaitu; 1) Memberdayakan individu, keluarga,
kelompok-kelompok dalam masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan
keluarga maupun melalui pengorganisasian dan penggerakan masyarakat. 2)
Membina suasana atau lingkungan yg kondusif bagi terciptanya pola hidup bersih
dan sehat masyarakat. 3) Mengadvokasi para pengambil keputusan, penentu
kebijakan dan stakeholders lain, untuk kebijakan berwawasan kesehatan, integrasi
promosi kesehatan, kemitraan sinergis antara pusat, daerah, swasta dan LSM,
investasi di bidang promosi kesehatan dan kesehatan.
Mengingat pentingnya upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi
kesehatan dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional
tersebut maka petugas promosi kesehatan atau pejabat fungsional PKM harus
memahami tentang kebijakan dan strategi pemberdayaan masyarakat dan promosi
kesehatan. Selain itu juga harus memahami peran serta kewajiban pemerintah
daerah dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan di era
otonomi daerah atau desentralisasi.
B. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
1. Promosi Kesehatan diselenggarakan dalam rangka desentralisasi ke arah
otonomi daerah bidang Kesehatan  Indonesia sehat
Disebutkan dalam UU No.22 tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah.
Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah
kepada pemerintah daerah otonom dalam kerangka NKRI. Dengan adanya
desentralisasi diharapkan adanya peningkatan derajad kesehatan masyarakat
optimal berupa keadaan sehat dan produktif. Sehingga untuk mencapai visi
Indonesia Sehat 2015 menurut UU No.36 tahun 1999 tentang Kesehatan
diharapkan lebih mudah mencapai visi tersebut.
2. Promosi Kesehatan tidak berdiri sendiri  terpadu dengan program kesehatan
sejak dari garis depan, kabupaten/kota, provinsi hingga nasional  Tecermin
dalam koordinasi penyusunan anggaran
Dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan Pemerintah daerah
mengajukan Rencana Tindakan, Strategi Pelaksanaan beserta Rancangan
Anggaran kepada Pemerintah Pusat yang selanjutnya dana tersebut digunakan
untuk merealisasikan program yang telah tersusun dalam bidang kesehatan
terutama upaya pengikatan kesehatan dengan promosi kesehatan.
3. Promosi Kesehatan harus berlandaskan paradigma sehat
Paradigma Sehat merupakan cara pandang atau pola pikir atau model
pembangunan yang bersifat holistik. Melihat masalah kesehatan yang bersifat
lintas sektor dalam penyelesaian masalah tidak hanya berfokus pada
penyembuhan atau pemulihan kesehatan tetapi diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan.
4. Promosi Kesehatan harus didukung oleh kebijakan dan perundang-undangan,
keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan, JPKM, subsidi, dll
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman Promosi Kesehatan di
Puskesmas
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 4 tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
c. Kepmenkes No.128/MENKES/SK/II/2004 menyatakan bahwa Puskesmas
adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau
kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja. Sebagai UPT dari dinas kesehatan kabupaten/kota
(UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian tugas teknis
operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia, untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan ke dalam
dua kategori, yaitu (1) upaya kesehatan wajib dan (2) upaya kesehatan
pengembangan. Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global, serta
mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
Puskesmas. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: (1) Promosi Kesehatan,
(2) Kesehatan Lingkungan, (3) Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga
Berencana, (4) Perbaikan Gizi Masyarakat, (5) Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular dan (6) Pengobatan. Upaya kesehatan
pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan
dengan kemampuan Puskesmas.
5. Strategi dasar: Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan Pemberdayaan, yang harus
mengandung kemitraan
Kemitraan merupakan upaya yang melibatkan berbagai sektor dalam
mencapai tujuan bersama dalam mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan
kemitraan tersebut digunakan strategi dasar Advokasi, Bina Suasana dan
Gerakan Pemberdayaan.
6. Dinas kesehatan kabupaten/kota: koordinasi, tingkatkan dan bina pemberdayaan
masyarakat oleh puskesmas, rumah sakit, sarana kesehatan lain; bina suasana
dan advokasi tingkat kabupaten/kota
Program kegiatan yang dilaksanakan pemerintah kabupaten/kota
berdasarkan program yang dirancang pemerintah provinsi.
7. Dinas kesehatan provinsi: koordinasi, kembangkan dan fasilitas promosi
kesehatan kab/kota; memperkuat pemberdayaan masyarakat oleh
kabupaten/Kota; bina suasana dan advokasi tingkat provinsi.
Pemerintah membuat program kegiatan sesuai masalah kesehatan yang
ada di dinas kesehatan provinsi.
8. Pusat promosi kesehatan: kembangkan kebijakan nasional, pedoman dan
Standar; fasilitasi dan koordinasi promosi kesehatan daerah; bina Suasana dan
advokasi tingkat nasional
Promosi kesehatan di daerah dikembangkan dari kebijakan nasional dan
pedoman standar promosi kesehatan yang didukung adanya fasilitas dan
koordinasi promosi kesehatan dari pemerintah pusat dan daerah dengan adanya
bina suasana dan advokasi. Kebijakan yang mengatur tentang promosi kesehatan
adalah Permenkes dan Kepmenkes.
9. Kemitraan adalah dalam rangka Good Governance
Dalam melaksanaan program promosi kesehatan diperlukan kerjasama
lintas sektoral baik dari pemerintah, swasta, masyarakat dan LSM.
10. Promosi Kesehatan harus berdasar fakta  pendayagunaan data dalam
Perencanaan dan desain
Pada pelaksanaan promosi kesehatan yang lebih mengetahui tentang
kebutuhan kesehatan di berbagai tatanan layanan kesehatan adalah pemerintah
daerah sehingga diperlukan langkah otonomi / desentralisasi terkait
pelaksanaan promosi kesehatan.
11. Profil promosi kesehatan  sarana penyedia data dan benchmarking
Untuk melaksanakan promosi kesehatan perawat bekerjasama dengan
lintas sektor antara lain Puskesmas, dinas kesehatan sehingga promosi
kesehatan yang dilakukan sesuai dengan masalah kesehatan yang muncul atau
sesuai sasaran.
12. Peningkatan kemampuan promosi kesehatan dilakukan secara bertahap
Upaya promosi kesehatan yang dilakukan juga mengupayakan
pemberdayaan masayarakat setempat. Namun, upaya perberdayaan ini harus
melalui tahapan yang harus dilalui, dimulai dari upaya mengenalkan apa yang
jadi masalah terkait kesehatan, menumbuhkan keinginan masyarakat untuk
mau mengikuti promosi kesehatan dan pada akhirnya masayarakat dapat
melaksanakan upaya promosi kesehatan secara mandiri untuk kesehatan.
13. Peningkatan Promosi Kesehatan: kembangkan sumber daya dan infrastruktur
(utamanya SDM)  tenaga ujung tombak harus Ditingkatkan jumlah dan
mutunya
Dalam meningkatkan pengembangan promosi kesehatan di bidang
keperawatan dibutuhkan sumber daya manusia yang seimbang antara kualitas
dan kuantitas sehingga diharapkan institusi pendidikan dalam mencetak
generasi perawat yang berdaya saing dan penyusunan jenjang karir jelas yang
memicu perawat untuk meningkatkan kualitas pribadi.
14. Pengembangan Sumber Daya Manusia promosi kesehatan  profesionalisme
dan kesejahteraan
Dalam mengembangkan promosi kesehatan dibutuhkan sumber daya
manusia (perawat) yang berkompeten dalam bidang promosi kesehatan, untuk
itu dilakukan pendidikan dan pelatihan. Melalui pendidikan dan pelatihan akan
didapat perawat yang mempunyai kompetensi dan profesionalisme yang
tinggi. Kompetensi dan profesionalisme yang perawat miliki akan menujang
jenjang karir yang jelas, pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
perawat yang bersangkutan.
15. Pengorganisasian Promosi Kesehatan harus memadai
Kegiatan promosi kesehatan perlu dikelola dengan baik oleh penyedia
layanan promosi kesehatan. Dalam pengelolaannya diperlukan kerjasama atau
kemitraan dari berbagai lintas sektoral.
C. Strategi Dasar Promosi Kesehatan
Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO (1984) dalam Maulana (2009),
yakni advokasi, dukungan social, dan pemberdayaan. Sedangkan pada Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah, strategi dasar utama promosi kesehatan adalah 1) Pemberdayaan, 2) Bina
Suasana, 3) Advokasi, serta dijiwai semangat, 4) Kemitraan. Berdasarkan strategi
dasar di atas maka strategi promosi kesehatan Puskesmas juga dapat mengacu
strategi dasar tersebut dan dapat dikembangkan sesuai sasaran, kondisi Puskesmas,
dan tujuan dari promosi tersebut.
1. Advokasi (Advocacy)
Upaya pendekatan kepada pimpinan atau pengambil keputusan supaya dapat
memberikan dukungan, kemudahan dan semabcamnya dalam upaya
pembangunan kesehatan.
2. Dukungan sosial (Social Support) / Bina Suasana
Upaya membuat suasana yang kondusif atau menunjang pembangunan
kesehatan sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan perilaku hidup
bersih dan sehat.
3. Pemberdayaan masyarakat (Empowerment)
Upaya memandirikan individu, kelompok, dan masyarakat agar berkembang
kesadaran, kemauan dan kemampuan di bidang kesehatan atau agar secara
proaktif, masyarakat mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat.

4. Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi prinsip – prinsip kemitraan
harus ditegakkan. Ada tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan dan
dipraktikkan yakni :
1) Kesetaraan.
Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang bersifat
hierarki (atas – bawah) yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan
bersama.
2) Keterbukaan.
Dalam setiap langkah menjalin kerja sama, diperlukan adanya kejujuran dari
masing – masing pihak.
3) Saling Menguntungkan
Solusi yang diajukan hendaknya selalu mengandung keuntungan disemua
pihak (win – win solution). Demikian juga dalam hubungan antara
Puskesmas dengan pihak donator.

Tabel 1 Strategi Promosi Kesehatan Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 585/MENKES/SK/V/2007
Strategi Sasaran Utama Hasil Tatanan

ADVOKASI Sasaran tertier Kebijakan • Rumah


Berwawasan
(Advocacy) DPRD, Ka Daerah, Tangga
Kesehatan
Ka Pusesmas • Institusi
Pendidikan
• Tempat Kerja
BINA SUASANA Sasaran sekunder: Kemitraan dan
Toma, PKK, Kader • Tempat
(Social Support) Opini
Umum
PEMBERDAYAAN Sasaran primer Gerakan • Sarana
(Empowerment) - Individu Masyarakat Kesehatan
- Unit kerja Mandiri
D. Peran Perawat dalam Melaksanakan Promosi Kesehatan dalam Mencapai Visi
Indonesia Sehat 2015
1. Peran perawat dalam tatanan individu dan keluarga
Peran perawat dalam promosi kesehatan kepada individu dan keluarga
antara lain :
a. Edukator. Perawat memberikan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan
kesehatan.
b. Role Model. Perawat akan memberikan contoh tentang cara
mempertahankan kesehatan. Peran ini sejalan dengan peran sebagai
edukator..
c. Fasilitator. Perawat akan membantu memberikan jalan keluar dalam
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi individu atau keluarga.
Peran perawat dalam promosi kesehatan pada individu atau keluarga
pada dasarnya bertujuan untuk meingkatkan kemampuan, kemauan, dan
pengetahuan individu atau keluarga dalam upaya peningkatan kesehatan. Hal ini
sejalan dengan Keputusan Mentri Kesehatan No. 128/Menkes/SK/II/2004
tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat yang menjelaskan salah satu
upaya peningkatan kesehatan dengan cara pemberdayaan keluarga dan
masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan
meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan
masyarakat untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,
menciptakan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam penyelenggaraan
setiap upaya kesehatan. Pemberdayaan iterhadap individu dilakukan oleh setiap
petugas kesehatan puskesmas terhadap individu melalui Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) dimana tujuan dari upaya ini untuk memperkenalkan perilaku
baru kepada individu, sehingga memungkinkan individu dapat merubah perilaku
menjadi lebih baik.
2. Peran perawat dalam tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja
dan tempat umum
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok,
dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta
mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukan dari, oleh dan untuk
masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan sangat erat kaitannya
dengan lingkungan sarana kesehatan semisal rumah sakit, puskesmas, dan
posyandu. Di lingkungan rumah sakit perawat selain berhadapan dengan pasien
yang dirawat juga berinteraksi dengan anggota keluarga yang memerlukan
informasi mendalam yang berkenaan dengan status kesehatan.
Program pelaksanaan promosi kesehatan sesuai dengan PERMENKES
RI No.4 Tahun 2012 tentang petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
yang mana, menjelaskan bahwa promosi kesehatan bertujuan untuk memberikan
panduan yang rinci mengenai pelaksanaan promosi kesehatan di Rumah Sakit.
Hal tersebut menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
khususnya dalam upaya promosi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan pasien, klien dan kelompok-kelompok masyarakat agar pasien
dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasi, mencegah
masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh untuk dan bersama mereka
sesuai sosial budaya mereka serta didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
Berkenaan dengan pentingnya peran promosi kesehatan dalam pelayanan
kesehatan, telah ditetapkan kebijakan nasional promosi kesehatan sesuai dengan
surat keputusan Menteri Kesehatan No. 1193/MENKES/SK/X/2004. Kebijakan
dimaksud didukung juga dengan surat keputusan Mentri Kesehatan No.
1114/MENKES/SK/VII/2005 Tentang pedoman pelaksanaan promosi kesehatan
di daerah. Salah satu upaya kesehatan yang dapat dilaksanakan didaerah yang
dipusatkan di Puskesmas yaitu setiap Puskesmas diperlukan tenaga fungsional
penyuluh kesehatan untuk mengelola promosi kesehatan tersebut secara
profesional dan mampu untuk mengelola serta menyelenggarakan pelayanan
yang bersifat promotif dan preventif yang merupakan salah satu bagian dari
peran perawat dalam promosi kesehatan ditatanan sarana kesehatan dan tempat
umum. Dua peran perawat kesehatan komunitas yaitu sebagai pendidik dan
penyuluh kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat merupakan bagian dari ruang lingkup
promosi kesehatan (Efendi, Feri dan Makhfudi, 2009).
Di lingkungan Puskesmas upaya promosi kesehatan lebih ditekankan
daripada di rumah sakit. Sebagai contoh perawat di komunitas menyikapi dan
menindaklanjuti perilaku masayarakat bantaran sungai yang selalu melakukan
BAB di sungai sehingga mengotori dan mencemari sungai yang menjadi sumber
air bersih keperluan masyarakat setempat. Secara operasional upaya promosi
kesehatan di puskesmas dilakukan agar masyarakat mampu berperilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah-maslah kesehatan
yang dihadapi.
Di lingkup istitusi pendidikan, peran perawat pendidik dalam upaya
promosi kesehatan tidak kalah besarnya. Dalam kurikulum bahkan silabus yang
disusun selalu ada dimasukkan pengajaran tentang simulasi pendidikan baik
setting individu, kelompok bahkan komunitas pada tahap pendidikan akademik.
Di keadaan nyata mahasiswa serta dosen keperawatan sering kali melakukan
kegiatan pengabdian masyarakat yang umumnya juga menggambarkan upaya
promosi kesehatan seperti pendidikan kesehatan pada kelompok tertentu dan
penyuluhan pada masayarakat umum.
3. Peran perawat dalam tatanan program/petugas kesehatan
Kegiatan yang dilakukan terintegrasi sesuai fungsi manajemen meliputi
perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan pengendalian dan
penilaian, yang dilakukan diberbagai tingkat administrasi baik dipusat, propinsi
maupun kabupaten/ kota. Kegiatan tersebut memuat stategi promosi kesehatan
yaitu pemberdayaan masyarakat, bina suasana dan advokasi.
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1) Pengkajian yang dimaksud untuk mendapatkan informasi tentang
besaran masalah dan penyebabnya, potensi yang dapat didayagunakan
dalam pemecahan masalah.
2) Menggalang komitmen dan dukungan dari lintas program dan sektor
dalam pelaksanaan integrasi melalui pertemuan lintas program dan sektor
terkait dalam promosi kesehatan.
3) Menyusun perencanaan integrasi promosi kesehatan dan program
kesehatan
b. Penggerakan pelaksanaan
1) Melaksanakan integrasi promosi kesehatan dalam program kesehatan di
kabupaten/kota sesuai rencana yang telah disepakati bersama.
2) Melaksanakan pertemuan koordinasi lintas program dan sektor secara
berkala untuk menyelaraskan kegiatan.
c. Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan, pengendalian dan penilaian dilakukan disetiap tahap fungsi
manajemen.
1) Pengawasan untuk melihat apakah kegiatan dilaksanakan sesuai rencana
yang telah ditetapkan.
2) Pengendalian dilakukan agar kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai
dengan arah dan tujuan, mengantisipasi masalah/ hambatan yang
mungkin terjadi.
3) Penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilan pelaksanaan integrasi
`pada akhir kegiatan.
4) Mendokumentasikan kegiatan integrasi, untuk bahan pembelajaran
perbaikan program integrasi mendatang.
5) Memberikan umpan balik kepada lintas program dan sektor terkait untuk
perbaika kegiatan integrasi selanjutnya.

Kegiatan integrasi promosi kesehatan


Kegiatan yang dilakukan dalam berbagai tatanan rumah tangga, bina suasana
dan advokasi yang meliputi :
a. Integrasi promosi kesehatan dengan program KIA dan Anak
b. Integrasi promosi kesehatan dengan program gizi masyarakat
c. Integrasi promosi kesehatan dengan program lingkungan sehat
d. Integrasi promosi kesehatan dengan program jaminan pemeliharaan
kesehatan ( JPK ).
e. Integrasi promosi kesehatan dengan program pencegahan dan
penanggulangan penyakit tidak menular (P2PTM).
E. Kesimpulan
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat dan mandiri, upaya
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan merupakan pilar utama yang
mempengaruhi keberhasilan jenis layanan kesehatan lainnya. Tindakan promosi
kesehatan trsebut yaitu preventif, kuratif dan rehabilitative yang dilaksanakan dalam
bebagai sektor (pemerintah swasta, masyarakat, dan LSM) sesuai dengan kebijakan
yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta : Depkes RI.

Efendi, Feri dan Makhfudi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

KEMENKES RI Nomor: 585/MENKES/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan


Promosi Kesehatan di Puskesmas.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585/MENKES/SK/V/2007


tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.

Maulana, HDJ. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.

PERMENKES RI Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan


Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai