Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II

AKUNTANSI MULTINASIONAL: PENJABARAN LAPORAN


KEUANGAN ENTITAS ASING

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II


Dosen Pengampu : Gita Rianti, S.E.,M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Dina Ika Agustiani (15620004)
Diany Putri (15620012)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA
CIANJUR
APRIL, 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Akuntansi Multinasional: Penjabaran Laporan Keuangan Entitas
Asing”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melaksanakan tugas mata
kuliah Sistem Informasi Akuntansi. Di mana dengan adanya tugas pembuatan
makalah diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan kreatifitas bagi
mahasiswa dalam kegiatan akademik di kampus .
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan baik yang kami sengaja maupun tidak kami sengaja.Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan guna penyempurnaan dalam
pembuatan makalah berikutnya.
Demikian semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dalam menapaki
keberhasilan dan kesuksesan di masa depan.Amiin Ya Robbal alamin!

Cianjur, 19 April 2018


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1. Penentuan Mata Uang Fungsional ........................................................ 4
2.2. Penjabaran Versus Pengukuran Kembali Laporan Keuangan Asing ... 7
2.3. Penjabaran Laporan Keuangan Mata Uang Fungsional Menjadi Mata
Uang Pelaporan Perusahaan Indonesia ................................................. 8
2.3.1. Penyajian Laporan Keuangan dari Penyesuaian Penjabaran ...... 8
2.3.2. Ilustrasi Penjabaran dan Konsolidasi Entitas Anak di Luar
Negeri ........................................................................................ 9
2.3.3. Kepentingan Nonpengendali pada Entitas Anak di Luar
Negeri ......................................................................................... 23
2.4. Pengukuran Kembali Pembukuan ke Dalam Mata Uang Fungsional .. 23
2.5. Lindung Nilai Atas Investasi Neto pada Entitas Anak di Luar
Negeri ................................................................................................... 25
2.6. Persyaratan Pengungkapan ................................................................... 28
2.7. Pertimbangan Tambahan dalam Akuntansi untuk Kegiatan Usaha
Luar Negeri dan Entitas ....................................................................... 30
2.7.1. Kasus Pengukuran Kembali: Kertas Kerja Konsolidasi
Selanjutnya .................................................................................. 30
2.7.2. Laporan Arus Kas ....................................................................... 33
2.7.3. Pajak Penghasilan ....................................................................... 34

ii
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 35
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 35
3.2 Saran ..................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada saat perusahaan multinasional indonesia menyusun laporan keuangan
untuk pelaporan kepada pemegang sahamnya, perusahaan harus memasukan
operasi yang berbasis di luar negeri yang dinyatakan dalam mata uang rupiah dan
dilaporkan dengan menggunakan prinsip akutansi yang berlaku umum di indonesia.
Operasi di luar negeri tersebut termasuk anak perusahaan, cabang, atau investasi
dari perusahaan Indonesia. Makalah ini membahas tentang translasi (penjabaran)
laporan keungan entitas usaha luar negeri ke rupiah. Penyajian kembali ini
diperlukan sebelum laporan keuangan tersebut digabungkan atau dikonsolidasikan
dengan laporan keuangan induk perusahaan Indonesia, yang dinyatakan dalam
rupiah.
Pada saat penyusunan laporan keuangan, akuntan harus mempertimbangkan
perbedaan dalam prinsip-prinsip akutansi dan perbedaan dalam mata uang yang di
gunakan untuk mengukur oprasi entias luar negri. Sebagai contoh, anak perusahaan
indonesia di Inggris memberikan laporan keuangan ke induk perusahaan yang
dinyatakan dalam poundsterling, menggunakan sistem akutansi inggris yang
berbeda dengan metode akutansi dan pengukuran di Indonesia. Induk perusahaan
di indonesia secara umum harus melakukan langkah-langkah berikut dalam proses
translasi dan konsolidasi anak perusahaan di Inggris berikut.
1. Menerima laporan keuangan entitas anak Inggris yang dilaporkan dalam
poundsterling.
2. Menyajikan kembali laporan keuangan tersebut agar sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Indonesia.
3. Menjabarkan laporan keuangan yang diukur dalam poundsterling ke dalam
nilai setara rupiah. Setiap saldo akun entitas asing harus dijabarkan secara
individual ke dalam setara rupiahnya, sebagai berikut:

1
Akun yang diukur Nilai tukar Akun yang diukur dalam
dalam x yang = nilai
Unit mata uang asing Sesuai Setara rupiah

4. Mengonsoliasikan akun-akun entitas anak yang telah dijabarkan, yang kini


diukur dalam rupiah, dengan akun-akun entitas induk.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Saja Penentuan Mata Uang Fungsional?
2. Bagaimana Penjabaran Versus Pengukuran Kembali Laporan Keuangan
Asing?
3. Bagaimana Penjabaran Laporan Keuangan Mata Uang Fungsional Menjadi
Mata Uang Pelaporan Perusahaan Indonesia
4. Bagaimana Penyajian Laporan Keuangan dari Penyesuaian Penjabaran
5. Bagaimana Pengukuran Kembali Pembukuan ke Dalam Mata Uang Fungsional
6. Bagaimana Lindung Nilai Atas Investasi Neto pada Entitas Anak di Luar
Negeri
7. Apa itu Persyaratan Pengungkapan
8. Bagaimana Pertimbangan Tambahan dalam Akuntansi untuk Kegiatan Usaha
Luar Negeri dan Entitas

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Apa Saja Penentuan Mata Uang Fungsional?
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Penjabaran Versus Pengukuran Kembali
Laporan Keuangan Asing?
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Penjabaran Laporan Keuangan Mata Uang
Fungsional Menjadi Mata Uang Pelaporan Perusahaan Indonesia
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Penyajian Laporan Keuangan dari Penyesuaian
Penjabaran
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengukuran Kembali Pembukuan ke Dalam
Mata Uang Fungsional

2
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Lindung Nilai Atas Investasi Neto pada Entitas
Anak di Luar Negeri
7. Untuk Mengetahui Apa itu Persyaratan Pengungkapan
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Pertimbangan Tambahan dalam Akuntansi
untuk Kegiatan Usaha Luar Negeri dan Entitas

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Penentuan Mata Uang Fungsional


Jika Anda menerima 100 poundsterling Inggris untuk pembayaran utang
kepada entitas anak di London pada 31 Desember 20X1 dan kemudian
didepositokan di Bank London. Diasumsikan sebagai berikut:

Tanggal Mata Uang pada Deposito Kurs Kini Setara Rupiah


31/12/20X1 £100 Rp 18.000 Rp 1.800.000
31/12/20X2 £100 Rp 17.000 Rp 1.700.000

Ada dua permasalahan utama yang harus diatasi ketika laporan keuangan yang
dijabarkan dari mata uang asing ke rupiah Indonesia, yaitu:
1. Kurs manakah yang harus digunakan untuk menjabarkan saldo mata uang asing
ke mata uang lokal?
2. Bagaimanakah seharusnya perlakuan atas keuntungan atau kerugian
penjabaran tersebut? Apakah keuntungan atau kerugian tersebut harus
dimasukkan dalam laba rugi?

Ada tiga kemungkinan kurs yang dapat digunakan untuk mengonversikan nilai
mata uang asing menjadi rupiah. Kurs Kini (current rate) merupakan kurs pada
akhir hari perdagangan tanggal laporan posisi keuangan. Kurs Historis (historical
rate) merupakan kurs yang sudah ada pada saat transaksi awal berlangsung, seperti
kurs pada tanggal asset diperoleh atau liabilitas yang timbul. Kurs Rata-Rata
(average rate) untuk periode berjalan biasanya rata-rata sederhana untuk jangka
waktu dan biasanya kurs yang digunakan untuk mengukur penghasilan dan beban.
Metode penjabaran dapat menggunakan kurs tunggal atau multikurs. Penyesuaian
penjabaran yang terjadi karena penerapan kurs ini juga harus tercermin dalam
laporan keuangan, baik sebagai komponen dari laba bersih maupun komponen laba
rugi komprehensif.

4
PSAK 10 “Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing” memberikan pedoman
khusus untuk menjabarkan mata uang asing ke dalam rupiah untuk memungkinkan
penyusunan laporan keuangan konsolidasian yang diukur atau didenominasikan
dalam rupiah. Tujuan dari PSAK 10 adalah menjelaskan cara memasukkan
transaksi dalam mata uang asing dan kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan
keuangan entitas. PSAK 10 juga menjelaskan tentang penjabaran laporan keuangan
ke dalam mata uang penyajian. Sebagai contoh, jika margin bruto pada penjualan
adalah positif ketika diukur dalam mata uang asing, maka harus tetap positif ketika
penjualan dan beban pokok penjualan dijabarkan ke dalam rupiah. PSAK 10
mengadopsi konsep Mata Uang Fungsional (functional currency), yang
didefinisikan sebagai “mata uang pada lingkungan ekonomi utama dimana entitas
beroperasi,” biasanya mata uang dari lingkungan entitas tersebut utamanya
menghasilkan dan mengeluarkan kas. Berikut ini terdapat hierarki indicator dalam
menentukan mata uag fungsional, yaitu:
a. Pertama, (1) mata uang yang paling memengaruhi harga jual barang dan jasa;
dan mata uang dari Negara yang mempunyai kekuatan persaingan dan
peraturannya yang sebagian besar menentukan harga jual barang dan jasa
entitas; (2) mata uang yang paling memengaruhi biaya tenaga kerja, bahan
baku, dan biaya lain dari pengadaan barang atau jasa.
b. Kedua, (1) mata uang yang dananya dihasilkan dari aktivitas pendanaan (antara
lain penerbitan instrumen utang dan instrumen ekuitas); (2) mata uang yang
diterima dari aktivitas operasi yang pada umumnya ditahan.
c. Jika indikator-indikator dalam penentuan mata uang fungsional bercampur dan
mata uang fungsional tidak jelas, maka manajemen dapat menggunakan
pertimbangan profesionalnya untuk menentukan mata uang fungsional.
Menyajikan tiga indikator yang harus dinilai untuk menentukan mata uang
fungsional suatu entitas, yaitu: arus kas, harga jual, dan beban.

5
FIGUR 2-1
Indikator-Indikator Mata Uang Fungsional

Faktor yang Mengindikasi Faktor yang Mengindikasi


Mata Uang Asing (Mata Rupiah (Mata Uang Entitas
Uang Lokal) sebagai Mata Induk) sebagai Mata Uang
Indikator Uang Fungsinal Fungsional
Arus Kas Didominasi oleh mata uang Secara langsung berpengaruh
asing dan tidak pada arus kas entitas induk
memengaruhi arus kas saat ini dan telah tesedia bagi
entitas induk. entitas induk.
Harga Jual Sangat ditentukan oleh Responsif terhadap
persaingan local atau perubahan kurs jangka
peraturan pemerintah local, pendek dan juga persaingan
tidak secara umum global.
responsive terhadap
perubahan kurs.
Pasar Penjualan Pasar penjualan lokal sangat Pasar penjualan kebanyakan
aktif untuk produk ada di Negara entitas induk
perusahaan, jumlah yang atau kontrak penjualan
mungkin cukup besar untuk dengan menggunakan mata
ekspor. uang entitas induk.
Beban Tenaga kerja, bahan baku, Komponen produksi pada
dan biaya lain terutama umumnya didapat dari negara
biaya lokal. entitas induk.
Pendanaan Terutama didapat dari, dan Terutama berasal dari entitas
menggunakan unit mata induk atau pendanaan dengan
uang local, operasi entitas mata uang selain rupiah.
yang menghasilkan dana
yang cukup untuk

6
memenuhi kehidupan
pendanaan.
Transaksi Ada sedikit transaksi Sering ada transaksi
Antarperusahaan antarperusahaan dengan antarperusahaan dengan
dan Pengaturan entitas induk. entitas induk atau entitas
asing yang merupakan
investasi atau pendanaan bagi
entitas induk.

2.2. Penjabaran Versus Pengukuran Kembali Laporan Keuangan Asing


Terdapat dua metode yang berbeda untuk menyajikan kembali laporan
keuangan entitas asing ke dalam rupiah: (1) Penjabaran (translation) laporan mata
uang fungsional entitas asing ke dalam rupiah dan (2) Pengukuran Kembali
(remeasurement) laporan mata uang entitas asing ke mata uang fungsional entitas
tersebut.
Penjabaran adalah metode yang paling umum digunakan dan diterapkan jika
mata uang lokal adalah mata uang fungsional entitas asing.
Pengukuran Kembali adalah penyajian kembali dari laporan keuangan entitas
asing dari mata uang lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional entitas
asing. Pengukuran kembali hanya diperlukan jika mata uang fungsional berbeda
dengan mata uang yang digunakan untuk pembukuan dan pencatatan entitas asing.
Metode yang digunkan untuk mengukur kembali laporan keuangan dari mata
uang lokal ke mata uang fungsionalnya disebut Metode Temporal (temporal
methods). Berdasarkan metode temporal, kurs kini biasanya digunakan untuk
menjabarkan asset moneter ke mata uang fungsionalnya. Pos non-moneter meliputi
asset tetap, investasi jangka panjang, dan persediaan. Pos ini biasanya dijabarkan
dengan menggunakan kurs historis yang sudah ada saat asset tersebut awal dibeli
atau awal liabilitas terjadi. Penghasilan dan beban pada laporan laba rugi dijabarkan
dengan menggunakan kurs rata-rata pada periode pelaporan.

7
Tabel berikut ini menyajikan sebuah gambaran mengenai metode yang dapat
digunakan oleh perusahaan Indonesia untuk menyatakan kembali laporan keuangan
afiliasi asing dalam rupiah.

Mata Uang Pembukuan


Metode Pernyataan
dan Pencatatan Afiliasi Mata Uang Fungsional
Kembali
Asing
Mata uang lokal (yaitu Mata Uang Lokal Penjabaran ke rupiah
mata uang Negara tempat Indonesia menggunakan
entitas asing berlokasi) tingkat kurs kini
Mata Uang Lokal Rupiah Indonesia (seperti Diukur kembali dari mata
yang diharuskan dalam uang lokal ke rupiah
perekonomian hiperinflasi) Indonesia
Mata Uang Lokal Mata uang negara ketiga Pertama, diukur kembali
(bukan unit mata uang dari mata uang lokal ke
dalam perekonomian mata uang fungsional,
rupiah Indonesia) kemudian dijabarkan dari
mata uang fungsional ke
rupiah Indonesia
Rupiah Indonesia Rupiah Indonesia Tidak diperlukan
pernyataan kembali
(restatement); sudah
dinyatakan dalam rupiah
Indonesia

2.3. Penjabaran Laporan Keuangan Mata Uang Fungsional Menjadi Mata


Uang Pelaporan Perusahaan Indonesia
2.3.1. Penyajian Laporan Keuangan Dari Penyesuaian Penjabaran
FIGUR 2-2 Akun Laporan Keuangan untuk Kedua Perusahaan pada 1
Januari 20X1 (Sesaat Sebelum Mengakuisisi 100% Saham German Company oleh
PT Induk, Perusahaan Indonesia)
PT Induk German Company
Kas Rp 3.500.000.000 €2.500

8
Piutang 750.000.000 10.000
Persediaan 1.000.000.000 7.500
Tanah 1.750.000.000 -0-
Asset Tetap 8.000.000.000 50.000
Total Debit Rp15.000.000.000 €70.000

Akumulasi Penyusutan Rp 4.000.000.000 €5.000


Utang Usaha 1.000.000.000 2.500
Utang Obligasi 2.000.000.000 12.500
Modal Saham Biasa 5.000.000.000 40.000
Saldo Laba, 31/12/20X0 3.000.000.000 10.000
Total Kredit Rp15.000.000.000 €70.000

2.3.2. Ilustrasi Penjabaran dan Konsolidasi Entitas Anak di Luar Negeri


Untuk mengetahui konsolidasi entitas anak di luar negeri, asumsikan fakta-
fakta berikut:
1. Pada tanggal 1 Januari 20X1, PT Induk, perusahaan Indonesia, membeli 100%
saham beredar dari German Company, sebuah perusahaan yang berlokasi di
Berlin, seharga Rp 660.000.000. Harga tersebut lebih tinggi Rp 60.000.000
dari nilai buku. (Perhitungan yang menunjukkan diferensial akan ditampilkan
pada akhir bagian). Selisih lebih biaya perolehan di atas nilai buku
dialokasikan ke paten yang diamortisasi selama 10 tahun. Akun laporan posisi
keuangan dalam format neraca saldo untuk kedua perusahaan sesaat sebelum
akuisisi disajikan di Figur 2-2.

FIGUR 2-3
Kertas Kerja untuk Menjabarkan Entitas Anak di Luar Negeri pada 1 Januari
20X1 (Tanggal Akuisisi) Mata Uang Fungsional adalah Euro Eropa
Pos Neraca Saldo, € Kurs, Rp/€ Neraca Saldo, Rp
Kas 2.500 12.000 30.000.000
Piutang 10.000 12.000 120.000.000
Persediaan 7.500 12.000 90.000.000

9
Asset Tetap 50.000 12.000 600.000.000
Total Debit 70.000 840.000.000

Akumulasi Penyusutan 5.000 12.000 60.000.000


Utang Usaha 2.500 12.000 30.000.000
Utang Obligasi 12.500 12.000 150.000.000
Modal Saham Biasa 40.000 12.000 480.000.000
Saldo Laba 10.000 12.000 120.000.000
Total Kredit 70.000 840.000.000
Catatan: Kurs Langsung pada tanggal 1 Januari 20X1 adalah Rp 12.000

2. Mata uang lokal untuk German Company adalah Euro (€), yang juga
merupakan mata uang fungsionalnya.
3. Pada tanggal 1 Januari 20X1, entitas anak mengumumkan dan membayar
dividen sebesar €6.250.
4. Entitas anak menerima Rp 42.000.000 dari transaksi dengan perusahaan
Indonesia pada saat kurs adalah €1 = Rp 12.000. Entitas anak masih memiliki
mata uang asing tersebut pada tanggal 31 Desember 20X1.
5. Kurs spot langsung yang relevan (Rp/€1) adalah:
Tanggal Kurs
1 Januari 20X1 Rp 12.000
1 Oktober 20X1 13.600
31 Desember 20X1 14.000
Rata-rata 20X1 13.000

Tanggal Akuisisi Kertas Kerja Penjabaran


Ayat jurnal yang dibuat oleh PT Induk untuk mencatat pembelian 100% saham
German Company adalah sebagai berikut:
1 Januari 20X1
(1) Jurnal untuk mencatat pembelian saham german company
Investasi pada Saham German Company 660.000.000
Kas 660.000.000

10
Diferensial pada tanggal 1 Januari 20X1, tanggal akuisisi, dihitung sebagai
berikut:
Biaya Perolehan Investasi Rp660.000.000
1/1/X1 I Nilai Buku Investasi:
100% Modal Saham Biasa-German Rp480.000.000
Saldo Laba-German 120.000.000
Total Rp600.000.000
Persentase Saham German
Company yang diakuisisi
G
oleh PT Induk x 1,00 (660.000.000)
Diferensial (selisih lebih biaya
perolehan diatas nilai buku)
yang diatribusikan ke paten Rp 60.000.000

Penyajian grafik dari akuisisi adalah sebagai berikut:

Biaya Investasi
Rp660.000.000
(Goodwill)
Nilai wajar atas asset Rp-0-
teridentifikasi neto
Total diferensial Rp660.000.000
Rp60.000.000

Nilai buku atas asset Kelebihan nilai wajar atas


teridentifikasi neto biaya perolehan dari aset
Rp600.000.000 teridentifikasi neto (paten)
Rp60.000.000

Tanggal Akuisisi Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian


Ayat jurnal eliminasi adalah sebagai berikut:
E(2) Jurnal untuk mengeliminasi saldo investasi
Modal Saham Biasa – German Company 480.000.000
Saldo Laba 120.000.000
Diferensial 60.000.000
Investasi pada Saham German Company 660.000.000

11
E(3) Jurnal untuk mengalokasi diferensial
Paten 60.000.000
Diferensial 60.000.000

FIGUR 2-4
1 Januari 20X1, Kertas Kerja untuk Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian,
Tanggal Akuisisi 100% Pembelian pada Harga di Atas Nilai Buku

Eliminasi
German
PT Induk Company Debit Kredit Konsolidasian
Kas Rp 2.840.000.000 Rp 30.000.000 Rp 2.870.000.000
Piutang Usaha Rp 750.000.000 Rp120.000.000 Rp 870.000.000
Persediaan Rp 1.000.000.000 Rp 90.000.000 Rp 1.090.000.000
Tanah Rp 1.750.000.000 Rp 1.750.000.000
Aset Tetap Rp 8.000.000.000 Rp600.000.000 Rp 8.600.000.000
Investasi pada Saham (2)
German Company Rp 660.000.000 Rp660.000.000
(2) (3)
Diferensial Rp 60.000.000 Rp 60.000.000
(3)
Paten Rp 60.000.000 Rp 60.000.000
Total Debit Rp15.000.000.000 Rp840.000.000 Rp15.240.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp 4.000.000.000 Rp 60.000.000 Rp 4.060.000.000
Utang Usaha Rp 1.000.000.000 Rp 30.000.000 Rp 1.030.000.000
Utang Obligasi Rp 2.000.000.000 Rp150.000.000 Rp 2.150.000.000
(2)
Modal Saham Biasa Rp 5.000.000.000 Rp480.000.000 Rp480.000.000 Rp 5.000.000.000
(2)
Saldo Laba Rp 3.000.000.000 Rp120.000.000 Rp120.000.000 Rp 3.000.000.000
Total Kredit Rp15.000.000.000 Rp840.000.000 Rp720.000.000 Rp720.000.000 Rp15.240.000.000

Entitas anak membuat ayat jurnal berikut dalam pembukuannya pada saat ia
menerima rupiah.
(4) Unit Mata Uang Asing (Rp) €3.500
Penjualan €3.500
Mencatat penjualan dan penerimaan Rp42.000.000 pada kurs spot pada tanggal
penerimaan: Rp42.000.000 / kurs Rp12.000.000 = €3.500

12
Pada akhir periode, entitas anak menyesuaikan unit mata uang asing (rupiah) ke
kurs kini (Rp14.000 = €1) dengan membuat ayat jurnal berikut:
(5) Kerugian Transaksi Mata Uang Asing €500
Unit Mata Uang Asing (Rp) €500

Menyesuaikan akun yang didominasikan dalam unit mata uang asing ke kurs
kini:
Rp42.000.000 / Rp14.000 €3.000
Dikurangi: Saldo sebelum disesuaikan (3.500)
Kerugian transaksi mata uang asing € 500

Kerugian transaksi mata uang asing adalah komponen dari laba neto entitas
anak, dan akun unit mata uang asing diklasifikasikan sebagai asset lancar pada
laporan posisi keuangan entitas anak. Laba neto entitas anak terdiri dari elemen-
elemen sebagai berikut:

FIGUR 2-5
31 Desember 20X1, Penjabaran Neraca Saldo Entitas Anak di Luar Negeri Euro
Eropa adalah Mata Uang Fungsional
Pos Saldo, € Kurs Saldo, Rp
Kas 10.750 14.000 150.500.000
Unit Mata Uang Asing 3.000 14.000 42.000.000
Piutang 10.500 14.000 147.000.000
Persediaan 5.000 14.000 70.000.000
Aset Tetap 50.000 14.000 700.000.000
Beban Pokok Penjualan 22.500 13.000 292.500.000
Beban Operasi 14.500 13.000 188.500.000
Kerugian Transaksi Mata Uang Asing 500 13.000 6.500.000
Dividen Dibayarkan 6.250 13.600 85.000.000
Total Debit 123.000 1.682.000.000

Akumulasi Penyusutan 7.500 14.000 105.000.000

13
Utang Usaha 3.000 14.000 42.000.000
Utang Obligasi 12.500 14.000 175.000.000
Modal Saham Biasa 40.000 12.000 480.000.000
Saldo Laba (1/1) 10.000 (a) 120.000.000
Penjualan 50.000 13.000 650.000.000
Total 123.000 1.572.000.000
Akumulasi Penghasilan Komprehensif Lain- 110.000.000
Penyesuaian Penjabaran
Total Kredit 1.682.000.000
(a) Dari 1 Januari 20X1, kertas kerja penjabaran.

Penjualan €50.000
Beban Pokok Penjualan (22.500)
Beban Operasi (14.500)
Kerugian Transaksi Mata Uang Asing (500)
Laba Neto €12.500

FIGUR 2-6
Pembuktian Penyesuaian Penjabaran per 31 Desember 20X1 Euro Eropa
adalah Mata Uang Fungsional

PT INDUK DAN ENTITAS ANAK


Pembuktian Penyesuaian Penjabaran
Tahun Berakhir 31 Desember 20X1
Kurs
€ Rp
Penjabaran
Aset Neto Awal Tahun 50.000 12.000 600.000.000
Penyesuaian untuk perubahan dalam posisi
aset neto selama tahun berjalan:
Laba Neto tahun berjalan 12.500 13.000 162.500.000
Dividen dibayarkan (6.250) 13.600 (85.000.000)
Aset Neto dijabarkan dengan:

14
Kurs selama tahun berjalan 677.500.000
Kurs akhir tahun 56.250 14.000 737.500.000
Perubahan dalam penghasilan komprehensif
lain penyesuaian penjabaran selama
tahun berjalan (kenaikan neto) 110.000.000
Akumulasi penghasilan komprehensif lain-
penyesuaian penjabaran.1/1 -0-
Akumulasi penghasilan kmprehensif lain-
penyesuian penjabaran, 31/12 110.000.000

Tabel berikut mengilustrasikan hubungan relatif dalam laporan keuangan


menggunakan data di Figur 2-5.

Diukur Diukur
dalam € dalam Rupiah
Rasio Lancar:
Aset Lancar €29.250 409.500.000
Liabilitas Jangka Pendek €3.000 42.000.000
Rasio Lancar 9,75 9,75
Beban Pokok Penjualan sebagai
Persentase Penjualan: €22.500 292.500.000
Penjualan €50.000 650.000.000
Persentase 45% 45%

Laporan posisi keuangan entitas anak yang dijabarkan pada awal tahun akan
menjadi :
Laporan posisi keuangan penjabaran 1/1/X1
Aset netto Rp. 600.000.000 Modal Saham Biasa Rp. 600.000.000

Laporan posisi keuangan penjabaran pada akhir tahun akan menjadi :


Laporan Posisi Keuangan Penjabaran, 31/12/X1

15
Aset netto Rp. 787.500.000 Modal Saham Biasa Rp. 600.000.000
Saldo Laba(laba Netto
Dikurangi Dividen 77.500.000
Akumulasi Penghasilan
Komprehensif lain--
Penyesuaian Penjabaran 110.000.000
Total Rp. 787.500.000 Total Rp. 787.500.000

Ayat Jurnal Pada Pembukuan Entitas Induk dibuat untuk mengakui nilai
setara rupiah dari bagian entitas induk atas laba entitas anak, amortisasi selisih biaya
perolehan dengan nilai buku, penyesuaian penjabaran kumulatif untuk diferensial
entitas induk, dan dividen yang diterima dari entitas anak di luar negeri.
Berikut ini ayat jurnal yang dibuat oleh PT Induk untuk mencatat investasinya
di German Company. PT Induk menerima dividen pada tanggal 1 Oktober 20X1
dan langsung mengonversinya ke rupiah sebagai berikut:
1 Oktober 20X1
(6) Kas 85.000.000
Investasi pada Saham German Company 85.000.000
Dividen yang diterima dari entitas anak di luar negeri:
€6.250 x Rp13.600 kurs

31 Desember 20X1
(7) Investasi pada Saham German Company 162.500.000
Laba Rugi dari Entitas Anak 162.500.000
Ekuitas dalam laba neto entitas anak di luar negeri:
€12.500 x Rp13.000 kurs rata-rata
(8) Investasi pada Saham German Company 110.000.000
Penghasilan Komprehensif Lain˗˗
Penyesuaian Penjabaran 110.000.000
Bagian entitas induk atas perubahan dalam

16
Penyesuaian penjabaran dari penjabaran akun entitas anak:
Rp110.000.000 x 1,00

Jika ada tenggang waktu antara tanggal pengumuman dan tanggal


pembayaran dividen, entitas induk akan mencatat piutang dividen dari entitas anak
di luar negeri pada tanggal pengumuman. PSAK 10 mengharuskan bahwa alokasi
dan amortisasi dari selisih antara investasi dengan nilai bukunya dilakukan dari segi
mata uang fungsional entitas anak di luar negeri dan jumlah tersebut kemudian
dijabarkan dengan kurs penutup.

PT Induk mengamortisasi paten selama periode 10 tahun. Amortisasi paten


adalah sebagai berikut:

Euro Kurs Rupiah


Eropa Penjabaran Indonesia
Laporan Laba Rugi
Diferensial awal tahun €5.000 12.000 Rp60.000.000
Amortisasi periode ini (€5.000/10 tahun) (500) 13.000 (6.500.000)
Sisa Saldo €4.500 Rp53.500.000
Laporan Posisi Keuangan
Sisa saldo pada 31/12/X1 dijabarkan
dengan kurs akhir tahun €4.500 14.000 Rp63.000.000
Selisih untuk penghasilan komprehensif
lain˗˗penyesuaian penjabaran (kredit) Rp 9.500.000

Cara lain untuk melihat penyesuaian diferensial sebesar Rp9.500.000 adalah


bahwa diferensial tersebut menyesuaikan diferensial entitas induk, yang merupakan
bagian dari akun investasi, menjadi jumlah yang diperlukan untuk mempersiapkan
laporan posisi keuangan konsolidasian. Pada contoh ini, jika tidak dibuat
penyesuaian diferensial, maka saldo paten dalam laporan posisi keuangan
konsolidasi akan tidak tepat, yaitu menjadi sebesar Rp53.500.000. Oleh karena
laporan posisi keuangan harus melaporkan paten yang dijabarkan pada kurs akhir
periode sebesar Rp63.000.000, maka penyesuaian diferensial dilakukan untuk
melaporkan secara benar jumlah dalam laporan posisi keuangan konsolidasi.

17
Penyesuaian diferensial dapat mempunyai saldo debit atau kredit, bergantung pada
arah perubahan kurs. Dalam kasus ini, diferensial harus dapat dinaikkan dari
Rp53.500.000 menjadi Rp63.000.000, yang mengharuskan adanya debit sebesar
Rp9.500.000 ke akun investasi dan kredit ke akun penghasilan komprehensif lain-
penyesuaian penjabaran.
(9) Jurnal untuk mengakui amortisasi paten untuk periode berjalan
Laba Rugi dari Entitas Anak 6.500.000
Investasi pada Saham German Company 6.500.000
Amortisasi Paten:
€500 x Rp13.000 kurs rata-rata = Rp6.500.000
(10) Jurnal untuk mencatat bagian dari penyesuaian penjabaran atas kenaikkan diferensial
untuk investasi pada entitas anak di luar negeri
Investasi pada Saham German Company 9.500.000
Penghasilan Komprehensif Lain˗˗
Penyesuaian Penjabaran 9.500.000

Penting untuk dicatat bahwa penyesuaian penjabaran sebesar Rp9.500.000


dari diferensial dialokasikan hanya ke entitas induk. Kepentingan non pengendali
tidak ditetapkan sebagai bagian dari penyesuaian penjabaran tersebut. Penyesuaian
penjabaran sebesar Rp9.500.000 tersebut dialokasikan ke selisih biaya perolehan
yang dibayarkan di atas nilai buku asset dan oleh karena ditambahkan ke
diferensial, yang merupakan komponen investasi pada entitas anak di luar negeri
sehingga menghasilkan debit ke akun investasi pada pembukuan entitas induk.
Saldo investasi pada German Company tanggal 31 Desember 20X1 adalah
Rp850.500.000 sebagaimana ditunjukkan dalam akun-T berikut. Angka dalam
tanda kurung mennjukkan nomor ayat jurnal dari teks tersebut.

Investasi pada Saham German Company


(1) Harga beli 660.000.000
(6) Dividen 85.000.000
(7) Laba rugi ekuitas 162.500.000

18
(8) Bagian dari penyesuaian
penjabaran entitas anak 110.000.000
(9) Amortisasi
diferensial 6.500.000
(10) Penyesuaian penjabaran
atas diferensial 9.500.000
Saldo 31/12/20X1 850.500.000

Ayat jurnal penutup entitas induk akan dimasukkan secara terpisah untuk
menutup laba neto dari entitas anak dan penghasilan komprehensif lain yang timbul
dari investasi pada entitas anak.

(11) Laba Rugi dari Entitas Anak 156.000.000


Saldo Laba 156.000.000
Untuk menutup laba neto dari entitas anak:
Rp162.500.000 - Rp6.500.000 = Rp156.000.000

FIGUR 2-7
31 Desember 20X1, Kertas Kerja Konsolidasi, Disusun Setelah Penjabaran
Laporan Keuangan Asing

Eliminasi
German
Pos PT Induk Company Debit Kredit Konsolidasian
Penjualan 4.000.000.000 650.000.000 4.650.000.000
Laba Rugi dari (13)
Entitas Anak 156.600.000 156.600.000
Kredit 4.156.125.000 650.000.000 4.650.000.000
Beban Pokok
Penjualan 1.700.000.000 292.500.000 1.992.500.000
Beban Operasi 900.000.000 188.500.000 (18) 6.500.000 1.095.000.000
Kerugian Transaksi
Mata Uang Asing 6.500.000 6.500.000
Debit (2.600.000.000) (487.500.000) (3.094.000.000)

19
Laba Neto 1.556.000.000 162.500.000 162.500.000 1.566.000.000
Saldo Laba, 1/1 120.000.000.0 (15)
3.000.000.000 00 120.000.000 3.000.000
Laba Neto 1.556.000.000 162.500.000 162.500.000 1.556.000.000
4.556.000.000 282.500.000 4.556.000.000
Dividen Diumumkan (13)
(600.000.000) (85.000.000) 85.000.000 (600.000.000)
Saldo Laba, 31/12 3.956.000.000 197.500.000 282.500.000 85.000.000 3.956.000.000
Kas 4.225.000.000 150.500.000 4.375.500.000
Rupiah yang Dimiliki
Entitas Anak 42.000.000 42.000.000
Piutang 750.000.000 147.000.000 897.000.000
Persediaan 1.000.000.000 70.000.000 1.070.000.000
Tanah 1.750.000.000 1.750.000.000
Asset Tetap 8.000.000.000 700.000.000 8.700.000.000
Investasi pada Saham (13)
German 71.000.000
(14)
Company
110.000.000
(15)
660.000.000
(16)
9.500.000
Diferensial
(15) (17)
60.000.000 69.500.000
(16)
9.500.000

Paten (17) (18)


69.500.000 6.500.000 63.000.000
Debit 16.575.500.000 1.109.500.000 16.897.500.000
Akumulasi
Penyusutan 4.500.000.000 105.000.000 4.605.000.000
Utang Usaha 1.000.000.000 42.000.000 1.042.375.000
Utang Obligasi 2.000.000.000 175.000.000 2.175.000.000
Modal Saham Biasa (15)
5.000.000.000 480.000.000 480.000.000 5.000.000.000
Saldo Laba 3.956.000.000 197.500.000 282.500.000 85.000.000 3.956.000.000

20
Akumulasi
Penghasilan
Komprehensif
Lain 119.500.000 110.000.000 110.000.000 119.500.000
Kredit 16.575.500.000 1.109.500.000 1.011.500.000 1.011.500.000 16.857.500.000
Akumulasi
Penghasilan
Komprehensif (15)
Lain, 1/1 0 0 0 0
Penghasilan
Komprehensif
Lain-Penyesuaian (14)
Penjabaran 119.500.000 110.000.000 110.000.000 119.500.000
Akumulasi
Penghasilan
Komprehensif
Lain, 31/12
(kredit) 119.500.000 110.000.000 110.000.000 0 119.500.000
Pedoman Eliminasi:
(13) Mengeliminasi laba neto dari entitas anak.
(14) Mengeliminasi bagian entitas induk atas pendapatan komprehensif lainnya dari
perubahan penyesuaian penjabaran.
(15) Mengeliminasi saldo akun investasi awal.
(16) Mengeliminasi penyesuaian penjabaran dari diferensial.
(17) Menetapkan diferensial ke paten.
(18) Mengamortisasi paten.

(12) Penghasilan Komprehensif Lain˗˗


Penyesuaian Penjabaran 119.500.000
Akumulasi Penghasilan Komprehensif Lain˗˗
Penyesuaian Penjabaran 119.500.000
Untuk menutup penghasilan komprehensif lain yang dihasilkan dari investasi
pada entitas anak di Jerman:
Rp110.000.000 + Rp9.500.000 = Rp119.500.000
Kertas Kerja Konsolidasi Selanjutnya
Berikut adalah ayat jurnal kertas kerja di Figur 2-7 dalam bentuk ayat jurnal:
E(13) Laba Rugi dari Entitas Aanak 156.000.000

21
Dividen Diumumkan 85.000.000
Investasi pada Saham German Company 71.000.000
Mengeliminasi Laba Rugi dari Entitas Anak:
Rp162.500.000 bagian ekuitas ˗˗ Rp6.500.000 amortisasi = Rp156.000.000

E(14) Penghasilan Komprehensif Lain˗˗


Penyesuaian Penjabaran 110.000.000
Investasi pada Saham German Company 110.000.000
Untuk mengeliminasi penghasilan komprehensif lain dari entitas anak yang
dicatat oleh entitas induk.

E(15) Modal a˗˗German Company 480.000.000


Saldo Laba, 1 Januari 20X1 120.000.000
Akum Penghasilan Komprehensif Lain,1/1/X1 0
Diferensial 60.000.000
Investasi pada Saham German Company 660.000.000
Mengeliminasi saldo investasi awal periode.

E(16) Diferensial 9.500.000


Investasi pada Saham German Company 9.500.000
Mengeliminasi penyesuaian diferensial akhir periode yang dicatat dalam akun
investasi.

E(17) Paten 69.500.000


Diferensial 69.500.000
Mengalokasikan diferensial, termasuk penyesuaian periodic sebesar
Rp9.500.000 ke paten:
Rp60.000.000 + Rp9.500.000 penyesuaian diferensial = Rp69.500.000

E(18) Beban Operasi˗˗Amortisasi Paten 6.500.000

Paten 6.500.000

Amortisasi Paten: €500 × Rp13.000 = Rp6.500.000

22
2.3.3. Kepentingan Nonpengendali pada Entitas Anak di Luar Negeri
Sebagian besar perusahaan Indonesia lebih suka memiliki 100% entitas
anak di luar negerinya. Oleh karena itu, sebagai contoh, jika PT. Induk memiliki
80% kepemilikan saham di German Company dan investor lain memiliki 20%
kepentingan nonpengendali. Kepentingan nonpengendali pada laporan posisi
keuangan konsolidasian akhir tahun akan dimasukkan sebesar bagiannya atas
akumulasi penghasilan komprehensif lain dari penyesuaian penjabaran sebagai
berikut:

Modal Saham Biasa (Rp480.000.000 × 0,2) Rp96.000.000


Saldo Laba:
Saldo Laba Awal (Rp120.000.000 × 0,2) Rp24.000.000
Ditambah: Laba Neto (Rp162.500.000 × 0,20) 32.500.000
Dikurang: Dividen (Rp85.000.000 × 0,20) (17.000.000)
Total Saldo Laba 39.500.000
Akum Penghasilan Komprehensif Lain˗˗Penyesuaian
Penjabaran (Rp110.000.000 × 0,20) 22.000.000
Total Kepentingan Nonpengendali 157.500.000

2.4. Pengukuran Kembali Pembukuan ke Dalam Mata Uang Fungsional


Pengukuran kembali neraca saldo entitas anak di luar negeri setelah akuisisi
harus diukur kembali dari euro Eropa menjadi rupiah sebagaimana ditampilkan di
figur 2-8. Kurs kini digunakan untuk mengukur kembali akun moneter dan kurs
historis yang sesuai digunakan untuk setiap akun non moneter.
Tiga pos memerlukan perhatian khusus. Pertama, aset tetap diukur kembali
menggunakan kurs historis pada tanggal entitas induk mengakuisisi entitas anak
diluar negeri. Kedua, beban pokok penjualan terdiri dari transaksi yang terjadi pada
berbagai kurs. Persediaan awal diperoleh pada saat kurs Rp. 12.000 = €1. Pembelian
persedaiaan dilakukan pada beberapa waktu selama setahun, sehingga kurs rata-rata
Rp. 13.000 = €1 digunakan sebagai kurs pengukuran kembali. Ketiga, beban operasi
juga terjadi pada kurs yang berbeda. Beban penyusutan diukur kembali dengan kurs

23
historis Rp. 12.000= €1. Kurs rata-rata digunakan untuk mengukur kembali beban
operasi lainnya karena diasumsikan terjadi merata selama periode tersebut.
Keuntungan pengukuran kembali diakui dalam laporan laba rugi periode
berjalan. Keuntungan pengukuran kembali adalah sebagai item penyeimbang untuk
membuat total debit dengan total kredit, tetapi dapat dibuktikan dengan analis
perubahan pos moneter selama periode berjalan.

FIGUR 2-8
31 Desember 20X1, Pengukuran Kembali Neraca Saldo Entitas Anak di Luar
Negeri, Rupiah adalah Mata Uang Fungsional
Pos Saldo, € Kurs Saldo, Rp
Kas 10.750 14.000 150.500.000
Unit Mata Uang Asing 3.000 14.000 42.000.000
Piutang 10.500 14.000 147.000.000
Persediaan 5.000 13.800 69.000.000
Aset Tetap 50.000 12.000 600.000.000
Beban Pokok Penjualan 22.500 (a) 281.000.000
Beban Operasi 14.500 (b) 186.000.000
Kerugian Transaksi Mata Uang 500 13.000 6.500.000
Asing
Dividen Dibayarkan 6.250 13.600 85.000.000
Total Debit 123.000 1.567.000.000

Akumulasi Penyusutan 7.500 12.000 90.000.000


Utang Usaha 3.000 14.000 42.000.000
Utang Obligasi 12.500 14.000 175.000.000
Modal Saham Biasa 40.000 12.000 480.000.000
Saldo Laba (1/1) 10.000 (c) 120.000.000
Penjualan 50.000 13.000 650.000.000
Total 123.000 1.557.000.000
Keuntungan Pengukuran Kembali 10.000.000
Total Kredit 1.567.000.000

24
Dalam Euro Kurs Dalam Rupiah
(a) Beban Pokok Penjualan :
Persediaan Awal 7.500 12.000 90.000.000
Pembelian 20.000 13.500 260.000.000
Barang Tersedia 27.500 350.000.000
Dikurangi : Persediaan akhir (5.000) 13.800 (69.000.000)
Beban Pokok Penjualan 22.500 281.000.000
(b) Beban Operasi :
Beban Kas 12.000 13.500 156.000.000
Beban Penyusutan 2.500 12.000 30.000.000
14.500 186.000.000
(c) Carry Forward dari kertas
kerja 1 Januari 20X1

2.5. Lindung Nilai Atas Investasi Neto Pada Entitas Anak Di Luar Negeri
Sebagai contoh, pada tanggal 1 Januari 20X1, PT Induk memutuskan untuk
melakukan lindung nilai bagian investasinya yang baru saja dilakukan di German
Company yang terkait dengan nilai buku asset neto German Company. PT Induk
tidak yakin apakah kurs langsung euro akan meningkat atau menurun untuk tahun
tersebut dan ingin melakukan lindung nilai investasi asset netonya. Pada tanggal 1
Januari 20X1, kepemilikan saham 100% PT Induk atas asset neto German
Company sama dengan €50.000 (€40.000 modal saham ditambah €10.000 saldo
laba). PT Induk meminjam €50.000, pada tingkat bunga 5% untuk lindung nilai
investasi ekuitasnya di German Company, dan pokok pinjaman serta bunga akan
jatuh tempo dan dibayar pada tanggal 1 Januari 20X2.
Ayat jurnal pada pembukuan PT Induk untuk mencatat lindung nilai atas
investasi neto adalah sebagai berikut:
1 Januari 20X1
(19) Kas 600.000.000
Utang Pinjaman (€) 600.000.000

25
Meminjam utang yang didomonasi dalam euro untuk lindung nilai atas
investasi neto pada entitas anak di German:
€50.000 × 12.000 kurs spot = Rp600.000.000

31 Desember 20X1
(20) Penghasilan Komprehensif Lain 100.000.000
Utang Pinjaman (€) 100.000.000
Merevaluasi utang yang didenominasi dalam mata uang asing ke kurs spot
akhir periode:
€50.000.000 × (Rp14.000 – Rp12.000) = Rp100.000.000

(21) Beban Bunga 32.500.000


Kerugian Transaksi Mata Uang Asing 2.500.000
Utang Bunga (€) 35.000.000
Mengakrual beban dan utang bunga atas pinjaman dalam euro:
€50.000 × 0,05 bunga × 13.000 kurs rata-rata = Rp32.500.000
€50.000 × 0,05 bunga × 14.000 kurs spot akhir = Rp35.000.000

(22) Akum Penghasilan Komprehensif Lain–


Penyesuaian Penjabaran 100.000.000
Ikhtisar Laba Rugi (Saldo Laba) 2.500.000
Kerugian Tranaksi Mata Uang Asing 2.500.000
Penghasilan Komprehensif Lain 100.000.000
Menutup akun nominal terkait dengan lindung nilai atas investasi neto pada
entitas anak di luar negeri.

Kemudian, pada saat pokok pinjaman dan bunga dibayar pada tanggal 1
Januari 20X2, dibuat ayat jurnal sebagai berikut:
1 Januari 20X2
(23) Utang Bunga (€) 35.000.000
Utang Pinjaman (€) 700.000.000

26
Kas 735.000.000
Membayar pokok pinjaman dan bunga yang jatuh tempo pada lindung nilai
yang didenominasi dalam euro:
Rp660.000.000 + Rp100.000.000 = Rp700.000.000

FIGUR 2-9 Pendekatan Dua Laporan untuk Menampilkan Laba Rugi


Komprehensif
PT INDUK DAN ENTITAS ANAK
Laporan Laba Rugi Konsolidasian
Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 20X1
Rp4.650.000.000
Beban Pokok Penjualan (1.992.500.000)
Laba Bruto 2.657.500.000
Beban Operasi (1.095.000.000)
Kerugian Transaksi Mata Uang Asing (6.500.000)
Laba Neto Konsolidasian untuk Kepentingan Pengendali Rp1.556.000.000

PT INDUK DAN ENTITAS ANAK


Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian
Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 20X1
Laba Neto Konsolidasian untuk Kepentingan Pengendali Rp1.556.000.000
Penghasilan Komprehensif Lain:
Penyesuaian Penjabaran Mata Uang Asing Rp 119.500.000
Laba Rugi Komprehensif untuk Kepentingan Pengendali Rp1.675.500.000

27
FITUR 2-10
Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian

PT INDUK DAN ENTITAS ANAK


Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian
Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 20X1

Akumulasi
Laba Rugi Penghasilan
Total Saldo Laba Modal Saham
Konprehensif Komprehensif
Lain

Saldo Awal Rp8.000.000.000 Rp3.000.000.000 Rp -0- Rp5.000.000.000


Laba Rugi
Komprehensif:

Laba Neto 1.556.000.000 Rp1.556.000.000 1.556.000.000


Penghasilan
Komprehensif
Lain:
Penyesuaian
Penjabaran Mata
Uang Asing 119.500.000 119.500.000 119.500.000
Laba Rugi
Komprehensif Rp1.675.500.000
Dividen Diumumkan
atas Modal Saham
Biasa (600.000.000) (600.000.000)

Saldo Akhir Rp9.075.500.000 Rp3.956.000.000 Rp119.500.000 Rp5.000.000.000

2.6. Persyaratan Pengungkapan


PSAK 10 Pengaruh Perubahan Valuta Asing mensyaratkan keuntungan atau
kerugian transaksi mata uang agregat dalam laba rugi yang akan diungkapkan
secara terpisah dalam laporan laba rugi atau dalam catatanyang menyertainya. Ini
meliputi keuntungann atau kerugian yang diakui dari transaksi mata uang asing,
forward exchange contract, dan setiap keuntungan dan kerugian pengukuran
kembali. Jika tidak diungkapkan sebagai pos satu baris pada laporan laba rugi,
PSAK 10 mensyaratkan pengungkapan satu kalimat catatan kaki dari perubahan
kurs yang terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan dan pengaruhnya terhadap
transaksi mata uang asing yang belum diselesaikan, jika signifikan.

28
FIGUR 2-11
31 Desember 20X1, Kertas Kerja Konsolidasi, Disiapkan Setelah Pengukuran
Kembali Laporan Asing

Eliminasi
German
Pos PT Induk Company Debit Kredit Konsolidasian
Penjualan 4.000.000.000 650.000.000 4.650.000.000
Keuntungan
Pengukuran Kembali 10.000.000 10.000.000
Laba Rugi dari (24)
Entitas Anak 180.500.000 180.500.000
Kredit 4.180.500.000 600.000.000 4.660.000.000
Beban Pokok
Penjualan 1.700.000.000 281.000.000 1.981.000.000
Beban Operasi 900.000.000 186.000.000 (27) 6.000.000 1.092.000.000
Kerugian Transaksi
Mata Uang Asing 6.500.000 6.500.000
Debit (2.600.000.000) (473.500.000) (3.079.500.000)
Laba Neto 1.580.500.000 186.500.000 186.500.000 1.580.500.000
Saldo Laba, 1/1 (25)
3.000.000.000 120.000.000 120.000.000 3.000.000.000
Laba Neto 1.580.500.000 186.500.000 186.500.000 1.580.500.000
4.580.500.000 306.500.000 4.580.500.000
(24)
Dividen Diumumkan (600.000.000) (85.000.000) (600.000.000)
85.000.000
Saldo Laba, 31/12 3.980.500.000 221.500.000 306.500.000 85.000.000 3.980.500.000
Kas 4.225.000.000 150.500.000 4.375.500.000
Rupiah yang Dimiliki
Entitas Anak 42.000.000 42.000.000
Piutang 750.000.000 147.000.000 897.000.000
Persediaan 1.000.000.000 89.000.000 1.089.000.000
Tanah 1.750.000.000 1.750.000.000
Asset Tetap 8.000.000.000 600.000.000 8.800.000.000

29
Investasi pada Saham (24)
German 95.500.000
(25)
Company 755.500.000 660.000.000
Diferensial (25) (26)
60.000.000 60.000.000
Paten (26) (27)
60.000.000 6.000.000 54.000.000
Debit 16.480.500.000 1.008.500.000 16.787.500.000
Akumulasi
Penyusutan 4.500.000.000 90.000.000 4.590.000.000
Utang Usaha 1.000.000.000 42.000.000 1.042.000.000
Utang Obligasi 2.000.000.000 175.000.000 2.175.000.000
Modal Saham Biasa (25)
5.000.000.000 480.000.000 480.000.000 5.000.000.000
Saldo Laba, form
above 3.980.500.000 221.500.000 306.500.000 85.000.000 3.980.500.000
Kredit 16.480.500.000 1.008.500.000 906.500.000 906.500.000 16.787.500.000
Pedoman Eliminasi:
(24) Mengeliminasi laba rugi dan dividen dari entitas anak.
(25) Mengeliminasi saldo akun investasi awal.
(26) Menetapkan diferensial awal ke paten.
(27) mengamortisasi paten

2.7. Pertimbangan Tambahan Dalam Akuntansi Untuk Kegiatan Usaha Luar


Negeri Dan Entitas
2.7.1. Kasus Pengukuran Kembali: Kertas Kerja Konsolidasi Selanjutnya
Akun laba rugi dari entitas anak dapat dibuktikan sebagai berikut :
Laba Rugi dari Entitas Anak
Amortisasi paten Bagian entitas induk atas
($60.000.000/ 10 tahun) 6.000.000 laba rugi entitas anak
($18.650 × 1,00) 186.500.000

Saldo 186.500.000

30
Dalam laporan laba rugi konsolidasian, akun keuntungan pengukuran
kembali umumnya adalah penggantian kerugian terhadap akun kerugian
transaksi mata uang asing, dalam contoh ini, menghasilkan keuntungan neto
sebesar Rp 3.500.000 ( 10.000.000 – 6.500.000). Proses konsolidasi yang tersisa
identik dengan proses untuk entitas anak domestik. Catat bahwa paten sebesar
Rp. 54.000.000 yang ditampilkan pada laporan posisi keuanhan konsolidasian
adalah bagian yang belum diamortisasi dari jumlah awal Rp. 60.000.000 (
54.000.000 = 60.000.000 – 6.000.000).
Ayat jurnal eleminasi adalah sebagai berikut :
E(24) Laba Rugi dari Entitas Anak 180.500.000
Dividen diumumkan 85.000.000
Investasi pada Saham German Company 95.500.000
Mengeleminasi laba rugi dari entitas anak

E(25) Modal Saham Biasa- German Company 480.000.000


Saldo Laba, 1 Januari 20X1 120.000.000
Differensial 60.000.000
Investasi pada Saham German Company 660.000.000
Mengeleminasi saldo investasi awal periode

E(26) Paten 60.000.000


Differensial 60.000.000
Mengalokasikan differensial ke paten

E(27) Beban Operasi – Amortisasi Paten 6.000.000


Paten 6.000.000
Mengamortisasi paten

31
FIGUR 2-12
Pembuktian Keuntungan Pengukuran Kembali untuk Tahun yang Berakhir
31 Desember 20X1 (Mata Uang Fungsional adalah Rupiah)
Pembuktian Keuntungan Pengukuran Kembali
Pengukuran Kembali German Company
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X1
Skedul 1
Laporan Posisi Moneter Neto
Akhir Tahun Awal Tahun
Aset Moneter:
Kas €10.750 €2.500
Unit Mata Uang Asing 3.000 -0-
Piutang 10.500 10.000
Total €24.250 €12.500
Dikurangi: Ekuitas Moneter
Utang usaha €3.000 €2.500
Utang obligasi 12.500 12.500
Total €15.500 €15.000
Liabilitas monete neto €(2.500)
Aset moneter neto €8.750
Kenaikan aset moneter neto
€11.250
selama tahun berjalan

Skedul 2
Analisa Perbahan Akun Moneter
€ Kurs Rp
Posisi liabilitas moneter neto (2.500) 12.000 (30.000.000)
terekspos, 1/1
Penyesuaian untuk perubahan posisi
mineter neto selama tahun berjalan :
Kenaikan:

32
Dari Operasi:
Penjualan 50.000 13.000 650.000.000
Dari Sumber lainnya -0- -0-
Penurunan :
Dari Operasi:
Pembelian (20.000) 13.000 (260.000.000)
Beban Kas (12.000) 13.000 (156.000.000)
Kerugian Transaksi mata uang (6.500.000)
(500) 13.000
asing
Dari Dividen (6.250) 13.000 (85.000.000)
Dari Penggunaan Lainnya -0- -0-
Aset moneter neto €8.750
Posisi moneter neto sebelum 122.500.000
pengukuran kembali dengan kurs
akhir tahun
Posisi aset moneter neto terekspoa, 122.500.000
8.750 14.000
31/12
Keuntungan pengukuran kembali 10.000.000

2.7.2. Laporan Arus Kas


Laporan arus kas adalah penghubung anatra dua neraca (laporan posisi
keuangan). Perusahaan mempunyai kebebasan dan fleksibilitas dalam
penyusunan laporan arus kas. Aturan umum adalah bahwa akun-akun yang
dilaporkan dalam laporan arus kas harus disajikan kembali dalam rupiah
menggunakan kurs yang sama dengan yang digunakan untuk tujuan neraca dan
laporan laba rugi. Oleh karena kurs rata-rata digunakan dalam laporan laba rugi
dan kurs tunai akhir (kurs sekarang) digunakan dalam neraca maka muncul pos
penyeimbang untuk selisih kurs dalam laporan arus kas. Pos prnyeimbang ini
dapat di analisis ke akun spesifik yang menghasilkan perbedaan tersebut, tetapi
tidak memengaruhi perubahan dalam arus kas periode tersebut.

33
2.7.3. Pajak Penghasilan
Diharuskan alokasi pajak antarperiode pada saat ada perbedaan temporer
dalam pengakuan pendapatan dan beban untuk tujuan laporan laba rugi dan
tujuan untuk pajak. Keuntungan atau kerugian selisih kurs dari transaksi mata
uang asing mengharuskan adanya pengakuan pajak tangguhan jika dimasukan
dalam laba tetapi tidak diakui untuk tujuan pajak dalam periode yang sama.
Pendapatan komperensif lainya—Penyesuaian
Penjabaran xxx
Utang pajak tangguhan xxx

34
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Penyajian laporan keuangan afiliasi luar negeri dalam rupiah dapat dilakukan
dengan menggunakan metode traslasi atau metode pengukuran kembali, tergantung
mata uang fungsional entitas luar negeri. Sebagian besar laporan keuangan afiliasi
luar negeri translasikan menggunakan metode kurs sekarangkarena umumnya unit
mata uang lokal adalah mata uang fungsional. Jika rupiah entitas luar negeri dari
mata uang lokal ke dolar. Pemilihan mata uang fungsional memengaruhi penilaian
akan entitas luar negeri yang dilaporkan dalam laporan keuangan konsolidasi.

3.2. Saran
Suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing dikatakan menghadapi resiko
mata uang jika suatu perubahan kurs nilai tukar mata uang menyababkan mata uang
induk perusahaan juga berubah. Maka dari itu diperlukannya prinsip kehati-hatian
dalam akuntansi

35
DAFTAR PUSTAKA

Baker, Richard. 2008. Akuntansi Keuangan Lanjutan Buku 2 Edisi 2. : Salemba


Empat.
Beams, A Floyd. 2000. Akuntansi Keuangan Lanjutan Di Indonesia. Jakarta :
Salemba Empat.

36

Anda mungkin juga menyukai