PENYUSUN : KELOMPOK I
2. Fajar Farhan
3. Irena Nofrita
4. Neneng Nurlaila
5. Nindy Heryati
JAKARTA TIMUR
2014
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Kegiatan Pertambangan yang
Berkelanjutan” dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapat dukungan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada : Dra. Rini Seswati dan Stefanus Sweko selaku pengajar Geografi kami,
sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan kami pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata kami sampaikan
terimakasih.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Manajemen yang berkelanjutan juga bergantung pada perilaku etis individu serta
kepercayaan untuk mendorong partisipasi dan komitmen dari pihak terkait. Hal ini
memungkinkan pengambilang keputusan yang tepat dan mendorong individu untuk
mengambil risiko dalam setiap perbaikan yang dilakukan. Oleh karena itu, manajemen
tambang yang berkelanjutan merupakan tantangan utama. Manajemen berkelanjutan
menawarkan berbagai manfaat potensial sebagai berikut.
Ada dua masalah yang paling umum ditanyakan dalam diskusi mengenai konsep
berkelanjutan pada sektor pertambangan.
Pertanyaan pertama adalah Bagaimana menerapkan konsep berkelanjutan pada
kegiatan pertambangan yang pasti suatu saat akan berhenti karena sumberdaya yang
tidak dapat diperbaharui? Adalah hal yang sudah umum diketahui bahwa cadangan, baik
mineral dan batubara, betapapun banyaknya, suatu saat akan habis ditambang
mengingat sifatnya yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources). Bahkan
umur proyek yang tidak lebih dari 10 tahun sering ditemui pada tambang-tambang skala
menengah dan kecil dengan volume cadangan yang sangat terbatas.
Pertanyaan kedua adalah Bagaimana menerapkan konsep berkelanjutan pada
kegiatan yang sifatnya melawan ciri pembangunan berkelanjutan? Dalam prakteknya,
kegiatan pertambangan secara alami berlawanan dengan apa yang diperjuangkan oleh
praktisi pembangunan berkelanjutan: kegiatan utamanya adalah memindahkan dan
mengambil tanpa mengganti, dan aktivitasnya berdampak besar pada lingkungan
setempat, belum lagi dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap masyarakat
di sekitar tambang (the guardian, 2012).
Tema berkelanjutan dalam industri pertambangan merupakan turunan dari
konsep pembangunan berkelanjutan yang secara kontemporer terus dikampanyekan di
berbagai sektor. Khusus pada bidang pertambangan, konsep berkelanjutan memiliki
posisi yang unik karena barang tambang bukanlah sumberdaya yang dapat diperbaharui.
Sekali cadangan habis ditambang, maka selesailah kegiatan pertambangan tersebut.
Tidak peduli betapa menguntungkan ia pada awalnya dan betapa banyak orang yang
menggantungkan hidup darinya, tambang harus tetap ditutup. Sekali berarti, sesudah itu
mati.
Belajar dari pengalaman, industri pertambangan menyadari sepenuhnya bahwa
masa depan sektor ini sangat ditentukan oleh pencapaian pembangunan berkelanjutan
mereka sendiri. Oleh karena itu, setiap aktifitas pertambangan harus memenuhi harapan
sosial (social expectations) dan harus berbagi tanggung jawab dengan pemerintah dan
para pemangku kepentingan. Hal yang sangat penting adalah proses ini harus mulai
dilakukan sejak masa-masa awal kegiatan pertambangan, bahkan sejak pembangunan
tambang mulai direncanakan. Dengan cara ini, pihak perusahaan akan memenangkan
izin sosial untuk beroperasi dari masyarakat.
International Institute for Sustainable Development (IISD) dan World Business Council
for Sustainable Development (WBCSD), melalui laporan final proyek Mining, Mineral
and Sustainable Development (MMSD) yang dirilis tahun 2002, merancang sebuah
kerangka kerja pembangunan berkelanjutan pada sektor mineral. Dalam laporan tersebut
dijelaskan bahwa yang dimaksud penerapan konsep pembangunan berkelanjutan pada
industri pertambangan bukanlah upaya membuat satu tambang baru untuk mengganti
tambang lain yang sudah ditutup, tetapi melihat sektor pertambangan secara
keseluruhan dalam memberikan kontribusi pada kesejahteraan manusia saat ini tanpa
mengurangi potensi bagi generasi mendatang untuk melakukan hal yang sama. Oleh
karena itu, pendekatan pertambangan berkelanjutan harus komperhensif dan
berwawasan ke depan. Komperhensif yang dimaksud adalah menimbang secara
keseluruhan sistem pertambangan mulai dari tahap eksplorasi hingga penutupan
tambang, termasuk distribusi produk dan hasil-hasil tambang, sedangkan berwawasan
ke depan adalah menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang secara
konsisten dan bersama-sama.
Selanjutnya, JPOI mengindentifikasi tiga bidang prioritas untuk memaksimalkan
potensi keberlanjutan di sektor pertambangan, yaitu:
1. Menganalisa dampak dan keuntungan sosial, kesehatan, ekonomi dan lingkungan
sepanjang siklus kegiatan pertambangan, termasuk kesehatan dan keselamatan pekerja;
2. Meningkatkan partisipasi para pemangku kepentingan, termasuk masyarakat adat dan
lokal serta kaum perempuan;
3. Menumbuhkan praktek-praktek pertambangan berkelanjutan melalui penyediaan
dukungan teknis, pembangunan kapasitas dan keuangan, kepada negara berkembang
dan miskin.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa konsep keberlanjutan dalam
pertambangan tidak berarti kegiatan tersebut harus dilakukan terus menerus, begitu pula
jika diasumsikan secara sederhana dengan membuat tambang baru untuk melanjutkan
tambang lain yang sudah ditutup. Konsep keberlanjutan dalam industri ini diarahkan
pada upaya untuk memaksimalkan manfaat pembangunan pertambangan dan pada saat
yang sama mampu meningkatkan keberlanjutan lingkungan dan sosial. Artinya, konsep
keberlanjutan pada sektor ekstraksi mineral dan batubara ditekankan pada optimalisasi
dampak-dampak positif yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut dengan
menitikberatkan pada akulturasi pilar-pilar ekonomi, sosial dan lingkungan (the triple
bottom-line).
Meski begitu, dalam kenyataannya implementasi praktek-praktek pertambangan
berkelanjutan tetap harus dilihat secara utuh dan terintegrasi. Australian Centre for
Sustainable Mining Practices berpendapat bahwa konsep the triple bottom-line gagal
mempertimbangkan dua unsur teknis yang sangat penting dan tidak terpisahkan dalam
operasi pertambangan berkelanjutan, yang pertama keselamatan (safety) dan yang kedua
efisiensi sumberdaya (resource efficiency) atau efisiensi (ACSMP, 2011) (Gambar 2).
Integrasi dua area penting ini merupakan masukan berharga dan dapat dianggap sebagai
pengembangan dari konsep yang telah dibangun oleh MMSD.
Gambar 2. Praktek-praktek Pertambangan Berkelanjutan (Laurence, 2011, dalam
ACSMP, 2011)
Demikianlah, selain berkewajiban mengamankan pasokan material dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pertumbuhan di masa depan, kegiatan pertambangan juga harus
dilakukan secara ekonomis, ramah lingkungan, bertanggung jawab secara sosial dan
dengan cara-cara yang aman dan efisien. Oleh karena itu, pengembangan prinsip
pengelolaan pertambangan yang berkelanjutan adalah misi yang sangat penting, saat ini
dan di masa yang akan datang.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
http://iism.or.id/index.php/id/publikasi/5-mengenal-konsep