Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK TRANSMISI

NO PERCOBAAN : JOB SHEET 6

JUDUL : PERHITUNGAN INDUKTANSI EKIVALEN (Lx) dan


IMPEDANSI KARAKTERISTIK (Zo) DARI SALURAN
TRANSMISI COAXIAL PANJANG 100 METER DENGAN
UJUNG TERTUTUP (SHORT ENDED)
NAMA PRATIKAN : RATNA WULANDARI

NIM : 3.33.16.1.20

KELAS / KELOMPOK : TK – 2B

TANGGAL PERCOBAAN : 23 APRIL 2018

PENYERAHAN LAPORAN : 30 APRIL 2018

PENGAMPU : SLAMET WIDODO, Ir. M.Eng.

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
TAHUN 2017 / 2018
PERHITUNGAN INDUKTANSI EKIVALEN (Lx) dan IMPEDANSI KARAKTERISTIK
(Zo) DARI SALURAN TRANSMISI COAXIAL PANJANG 100 METER DENGAN
UJUNG TERTUTUP (SHORT ENDED)

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1.1 Mengetahui kapasitansi ekivalen (Cx) dan impedansi krakteristik (Zo) pada saluran
transmisi coaxial panjang 100 meter dengan ujung terbuka.
1.2 Mempelajari konsep dasar kerja rangkaian jembatan wheatstone.

II. DASAR TEORI

Gambar 2.1 Saluran Balance


2.1 Saluran balance
Saluran balance pada gambar 1 terdiri atas 2 konduktor sejajar, masing-masing dengan
medan magnit (H) yang mengelilingi konduktor sebanding dengan arus yang mengalir.
Disamping itu dengan adanya beda potensial antara konduktor 1 dengan lainnya,
menyebabkan timbul medan listrik (E) yang sebandung dengan beda potensial antar
konduktor. Keadaan ini menyebabkan terjadinya medan listrik dan medan magnit yang
saling tegak lurus membentuk gelombang elektromagnetik (EM). Pada kondisi saluran
terbuka seperti saluran balance tersebut, jika frekuensi sinyal yang dikirimkan semakin
tinggi (panjang gelombang semakin pendek), dan panjang saluran ≥ 1/10 , maka
memungkinkan terjadinya kondisi lepasnya energy ke udara yang disebut energy RF dan
bersifat liar, karenanya juga disebut (spurious RF). Karena itu saluran balance hanya sesuai
untuk mengirimkan sinyal pada frekuensi rendah. Keadaan ini diperbaiki dengan membuat
saluran unbalance.

2.2 Saluran unbalance


Saluran unbalance adalah saluran yang dibuat dari 2 konduktor, dengan konstruksi satu
konduktor sebagai feeder diletakkan didalam konduktor lainnya yang berfungsi sebagai
(shielding). Dengan konstruksi tersebut maka pada shielding hanya terjadinya
medan magnit, karena medan listrik terjadi di dalam konduktor shielding sedangkan pada
feeder terdapat medan listrik dan medan magnit, ditunjukkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Saluran Unbalance(2)


Pada gambar 2.2, pada shielding hanya memiliki medan magnit (garis putus putus warna
merah) dan tidak memiliki medan listrik, sehingga tidak mungkin terjadi pelepasan RF ke
udara. Didalam shielding terdapat medan listrik dan medan magnit, sehingga kemungkinan
melepaskan RF mungkin terjadi, tetapi begitu RF lepas akan ditangkap shielding, sehingga
RF tidak akan pernah lepas ke udara. Sehingga saluran unbalance sangat sesuai digunakan
pada frekuensi tinggi sampai gelombang mikro orde MHz sampai 40 GHz.
Saluran transmisi mempunyai elemen-elemen rangkaian yang berupa R,L,G,C yang
tersebar di sepanjang saluran transmisi dengan susunan elemen rangkaian sebagai berikut

Gambar 2.3 Rangkaian ekivalen saluran transmisi

Keterangan : R adalah resistansi (Ω/m)


L adalah induktansi (H/m) G
adalah konduktansi (S/m) C
adalah kapasitansi (F/m)
Konstanta primer akan menghasilkan koefisien perambatan (ˠ) yang terdiri atas
koefisien redaman (α) dan koefisien pergeseran phasa (β) dan juga impedansi karakteristik
(Zo). Untuk mendapatkan nilai koefisien rambatan (γ) maka digunakan rumus :
Sedangkan untuk mencari nilai impedansi karakteristik dapat menggunakan rumus :

2.3 Saluran Transmisi Tanpa Rugi (Lossless Transmission Line)


Coaxial biasanya digunakan pada aplikasi yang tidak memerlukan saluran transmisi
panjang (cukup pendek) sehingga kerugian yang diakibatkan oleh R dan G sangat kecil dan
bisa diabaikan (dianggap=0), kondisi ini dikenal dengan saluran tanpa rugi (Lossless line),
konstanta primer hanya berupa L dan C, sehingga nilai impedansi karakteristik dapat ditulis
dalam persamaan berikut:

(Persamaan 2.1)
Keterangan :
Z0 : Impedansi (Ω)
L : induktansi (H/m)
C : kapasitansi (F/m)
Z0 bersifat resistif. Karena R dan G diabaikan, maka koefisien redaman dapat dianggap
sama dengan 0, sehingga koefisien rambatan hanya dipengaruhi oleh koefisien pergeseran
phasa yang menyebabkan saluran transmisi bersifat induktif atau kapasitif sesuai panjang
potongan saluran transmisi dan kondisi ujungnya (terbuka atau tertutup) atau (End Open
or End Short) sehingga bisa dicari nilai impedansi inputnya (Zin) dengan persamaan
berikut.

Gambar 2-4. Saluran transmisi tanpa rugi dengan ujung tertutup dan hubung singkat
Keterangan : Zin = Impedansi input (Ω) berupa reaktansi (X)
Zo = Impedansi Karakteristik saluran (Ω)
β = Koefisien pergeseran phasa (derajat/lamda)
l = Panjang lossless line (lamda)

Gambar 2-5. Saluran transmisi tanpa rugi dengan ujung terbuka dan hubung singkat
Keterangan : Zin = Impedansi input (Ohm) berupa reaktansi (X)
Zo = Impedansi Karakteristik saluran (Ohm)
β = Koefisien pergeseran phasa (derajat/lamda)
l = Panjang lossless line (lamda)

Dari persamaan Zin pada ujung terbuka dan ujung tertutup, jika panjang saluran
berubah, maka nilai impedansi input (Zin) juga berubah yang digambarkan pada Gambar
2-6 berikut.

Gambar 2-6. Perubahan impedansi terhadap panjang saluran, pada lossless line
Berdasarkan persamaan Zin diatas, maka untuk saluran coaxial panjang 100 meter,
dengan ujung dihubung singkat, pada frekuensi 50,5 MHz diperoleh sifat Zin adalah
kapasitif, sedangkan jika frekuensi diturunkan menjadi 50 MHz, maka sifat Zin adalah
induktif. Yang ditampilkan pada Gambar 2-7.
Gambar 2-7. Sifat Zin pada saluran ujung hubung singkat

2.4 Jembatan Wheatstone


Pengukuran elemen rangkaian dalam saluran transmisi dilakukan dengan bantuan
rangkaian jembatan wheatstone dengan rangkaian sebagai berikut :

Gambar 2.8 Jembatan Wheatstone


Prinsip kerja jembatan wheatstone adalah jika dicapai kondisi setimbang
(R1xR4=R2xR3), pada kondisi Vs ± 0, maka VA-B = 0. Karenanya jembatan wheatstone
ini dapat digunakan untuk mencari nilai resistansi atau impedansi yang tidak diketahui.
Missal R1 tidak diketahui, maka pada kondisi setimbang dapat ditulis persamaan :

Konsep jembatan wheatstone selanjutnya diterapkan pada rangkaian percobaan Gambar


2.9, dengan mengganti nilai R1, R2, R3 dan R4 dengan nilai impedansi yang sesuai dan
mengganti sumber tegangan (dc) dengan sumber tegangan (ac). Nilai impedansi yang dicari
adalah impedansi input saluran transmisi dengan ujung dihubung singkat, yang diharapkan
bersifat kapasitip (Cx).
Pada Percobaan pertama yaitu resistor konduktor, menunjukkan bahwa pada saat
pengukuran frekuensi tinggi, dan hanya satu pengatur keseimbangan (untuk besaran tegangan),
sedangkan penampakan minimum yang baik tidak dapat diperlihatkan. Komponen reaktif dari
objek pengukuran harus juga diperhitungkan. Besaran fase harus juga diseimbangkan.
Penambahan peralatan utnuk penyeimbang ditunjukkan oleh Jembatan Maxwell (bagian
diagram 2). Penyeimbangan tegangan dibuat dengan R2 seperti sebelumnya serta
penambahannya. Fase diatur kemudian diseimbangakn dengan R4. Prosedur penyeimbang
diulangi, perubahan R2 dan R4, beberapa saat sampai hasil yang minimum tampak jelas.
Keseimbangan Jembatan Maxwell menurut persamaan:

Komponen reaktif kecil, bila frekuensi digunakan untuk pengukuran adalah 20 KHz.
Penghalang untuk faktor Q dapat dicapai apabila : Q = wL/R << 1. Sekarang pemakaian secara
komersial dari jembatan RLC tidak sesuai untuk pengukuran ini.

III. ALAT DAN KOMPONEN YANG DIGUNAKAN


1. Generator sinyal 1 buah
2. Multimeter analog 1 buah
3. Dual trace osiloskop 1 buah
4. Test probe, 10:1 / 1:1 yang dapat diubah 2 buah
5. Probe adaptor 4 mm 2 buah
6. Resistor 100 Ohm, 1%, 0,5W 1 buah
7. 10 lilitan helical potensiometer 1 KΩ 2W 1 buah
8. koaksial line 1 buah
9. Jembatan universal 1 buah
10. Kabel BNC / 4 mm Banana 1 buah
11. Set kabel hubung dan plugs 1 buah
12. Potensiometer 1 buah
13. Kapasitor 10 nF, 1 % 1 buah
IV. GAMBAR RANGKAIAN

V. LANGKAH PERCOBAAN
1. Susun rangkaian seperti pada gambar rangkaian.
2. Hubung singkatkan jalur rangkaian (Ra=0) ke Rx, Lx, terminal pada jembatan.
3. Atur dan sambungkan U1= 4 Vpp, 20 KHz, gelombang sinusoidal ke jembatan. Keadaan pada
osiloskop: Y1 = 1 v/cm ;
4. Seimbangkan jembatan menggunakan 10 lilitan helical potensiometer R2 dan R4 bergantian
(Uy1 < 1 mVpp)
5. Baca nilai skala pada R2 dan R4
6. Dari persamaan (3) Lx = R2, R3. C dan persamaan (4), hitung Lx dan Rx
7. Berdasarkan hasil perhitungan diatas, jumlahkan faktor Q,
8. Konsep jembatan wheatstone
9. Jika dicapai kondisi setimbang, yaitu….. maka…
10. Persamaan :……

VI. HASIL PERCOBAAN


No. Frekuensi Input Output Uy1
1. 20 KHz 380 mV 304 mV 367 mV
2. 15 KHz 535 mV 377 mV 489 mv
3. 10 KHz 701 mV 494 mV 736 mV
4. 5 KHz 1,027 V 1,005 V 1,001 V
5. 1 KHz 1,220 V 1,146 V 1,144 V
6. 500 Hz 0,992 V 0,932 V 0,931 V
7. 100 Hz 0,295 V 0,140 V 0,280 V
8. 50 Hz 0,201 V 0,140 V 0,140 V
9. 10 Hz 0,078 V 0,027 V 0,027 V
10. 5 Hz 0,075 V 0,013 V 0,015 V
11. 1 Hz 0,049 V 0,004 V 0,006 V
VII. ANALISIS
Dari data yang disajikan di atas dapat dianalisa bahwa semakin besar nilai Induktansi
Ekivalen ( Lx ) pada sebuah saluran transmisi, maka nilai Impedansi Karakteristik ( Zo )
yang diperoleh semakin besar.

Dari data yang disajikan di atas dapat dianalisa bahwa kerugian yang disebabkan R dan
G sangat kecil sehingga dianggap nol (0) karena coaxial merupakan saluan dengan
transmisi cukup pendek. Dengan nilai R dan G yang dianggap nol (0) maka digunkan

Dari data yang disajikan di atas dapat di analisa bahwa Nilai Q menentukan baik buruknya
kabel coaxial yang digunakan. Jika Nilai Q > 1, maka kualitas kabel baik. Pada
hasil percobaan yang di dapatkan, kabel tidak cocok digunakan pada frekuensi rendah (20
kHz – 1 MHz).

Dari data yang disajikan di atas, frekuensi rendah ( kHz) akan menghasilkan sifat kabel
Kapasitif. Sedangkan untuk frekuensi (MHz) akan menghasilkan sifat kabel Induktif.
Untuk yang memiliki hasil Resistif, berarti Frekuensi tidak cocok dengan Rangkaian
tersebut.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin
besar nilai Kapasitansi Ekivalen ( Lx ) pada sebuah saluran transmisi, maka nilai
Impedansi Karakteristik ( Zo ) yang diperoleh semakin besar. Jembatan dikatakan
setimbang jika nilai UY1 = 0. Nilai Q >1 menentukan bahwa kabel tersebut berkualitas
baik. Kerugian yang disebabkan R dan G sangat kecil sehingga dianggap nol (0) karena
coaxial merupakan saluan dengan transmisi cukup pendek. Dengan nilai R dan G yang
dianggap nol (0) maka digunkan rumuSs.

IX. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai