Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086‐9479

 
 

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING,


VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C
BANDARA SOEKARNO-HATTA

Budi Yanto Husodo1,Nurul Atiqoh Br. Siagian2


1,2
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Mercu Buana, Jakarta
Email: husodo2008@gmail.com

Abstrak - Audit energi pada sistem dan 1C Bandara Soekarno-Hatta


HVAC (Heating, Ventilasi, Air berada pada kondisi tidak nyaman
Conditioning) merupakan aktivitas dan performa peralatan Sistem
yang dilakukan secara berkala untuk HVAC (Heating, Ventilasi, Air
mengetahui kualitas udara, performa Conditioning) sudah mulai menurun,
peralatan serta konsumsi energi dan sehingga perlu dilakukan peninjauan
mengevaluasi tingkat kelayakannya kembali terhadap Sistem HVAC
serta menentukan langkah (Heating, Ventilasi, Air
perbaikannya. Audit Energi ini Conditioning) untuk mendapatkan
dilaksanakan di terminal 1A, 1B, kualitas udara yang nyaman sesuai
dan, 1C bandara Soeakrno-Hatta dengan SNI 03-6390-2000 tentang
untuk memastikan bahwa tingkat konservasi energi sistem tata udara
kelembaban udara pada terminal 1A, pada bangunan dan gedung.
1B, dan 1C Bandara Soekarno-Hatta Kata kunci: audit energi, HVAC
sesuai dengan standar kelayakan dan
kenyamanan yang berlaku di PENDAHULUAN
Indonesia yaitu SNI 03-6390-2000 Bandara Soekarno-Hatta
tentang konservasi energi sistem tata merupakan salah satu bandara
udara pada bangunan dan gedung. terbesar di Indonesia dengan daya
Audit Energi Sistem HVAC (Heatig tampung total sekitar 22 juta
Ventilasi, Air Conditioning) di penumpang / tahun. Untuk
Terminl 1A, 1B, dan 1C Bandara menunjang pelayanan yang optimal,
Soekarno-Hatta menunjukkan bahwa sistem HVAC (Heating, Ventilasi, Air
tingkat kelembaban udara atau Conditioning) sangat diperlukan
kualitas udara pada Terminal 1A, 1B, untuk menjaga kelembaban udara

Vol.5 No.1. Januari 2014 49


 
Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086‐9479
 
 

dalam ruangan sehingga memberikan Audit Energi pada tugas akhir


kenyamanan bagi para pengguna ini menggunakan standar SNI 03-
Bandara Soekarno-Hatta. 6390-2000 dan 3690-2011 tentang
Bandara Soekarno-Hatta konservasi energi sistem tata udara
terutama pada Terminal 1A, 1B, dan pada bangunan gedung serta 03-
1C yang dirancang untuk 9 juta 9167-2000 tentang Konservasi
penumpang / tahun, namun pada saat Energi Sistem Pencahayaan pada
ini harus melayani ± 25 juta Bangunan Gedung.
penumpang / tahun. Oleh karena itu,
perlu dilakukan audit energi sistem LANDASAN TEORI
HVAC agar kelembaban udara Sistem HVAC (Heating,
tercapai yang sesuai dengan tingkat Ventilasi, Air Conditioning) adalah
kelayakan dan kenyamanan bandara suatu fasilitas tata udara yang
tercapai. Tujuan dari penelitian ini digunakan untuk mengontrol suhu
adalah memastikan bahwa tingkat lingkungan dari suatu wilayah
kelembaban udara di Terminal 1A, tertutup, apakah itu bangunan,
1B, dan 1C Bandara Soekarno-Hatta gudang, atau kendaraan komersial.
sesuai dengan standar kelayakan dan Sistem HVAC pada Terminal 1
kenyamanan yang berlaku. Audit Bandara Soekarno-Hatta umumnya
energi sistem HVAC (Heating, menggunakan sistem terpusat yang
Ventilasi, Air Conditioning) di terhubung secara menyeluruh antara
Terminal 1B, dan 1C Bandara ruang keberangkatan dan
Soekarno-Hatta dilakukan untuk kedatangan, yaitu menggunakan AC
menentukan apakah tingkat Central dan AC Split Duct. Untuk
kelembaban udara di terminal 1A, mengetahui sistem kerja AC Central,
1B, dan 1C Bandara Soekarno-Hatta terlebih dahulu kita harus
sesuai dengan standar yang berlaku mengetahui dasar dari Sistem Air
dan apakah perlu dilakukan Conditioning
pengembangan sistem HVAC  
(Heating, Ventilasi, dan Air  
Conditioning) di Bandara Soekarno-  

Hatta.  

Vol.5 No.1. Januari 2014 50


 
Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086‐9479
 
 

  dari fase cair ke fase uap yang


  kemudian dialirkan ke evaporator.
  Di Evaporator, Refrigerant
  (uap) menyerap panas dalam ruangan
  melalui kumparan pendingin dan
  kipas evaporator meniupkan udara
  dingin ke dalam ruangan. Refrigerant
  dalam evaporator mulai berubah
Gambar 2.1.Skema Air kembali menjadi uap bertekanan
Conditioning rendah, tapi masih mengandung
Cara Kerjanya: sedikit cairan yang kemudian di tarik
Kompressor menarik kembali oleh kompressor.
refrigerant (gas) yang bertekanan dan AC Central adalah sistem
bertemperature rendah yang keluar pendinginan ruangan yang dikontrol
dari evaporator kemudian menaikan dari satu titik atau tempat dan di
tekanan dan temperaturnya dengan distribusikan secara terpusat ke
cara memperkecil volume/menaikan seluruh isi gedung dengan kapasitas
kecepatan gas. Refrigerant (gas) yang sesuai dengan ukuran ruangan
yang bertekanan tinggi tersebut dan isinya dengan menggunakan
kemudian diteruskan ke kondensor. saluran udara / ducting ac.
Di Kondensor, refrigerant AC Central terdiri dari beberapa
(gas) yang bertekanan tinggi dirubah komponen yaitu:
menjadi cairan yang bertekanan 1. Chiller adalah mesin pendingin
tinggi dengan cara dikondensasikan yang berfungsi untuk
melalui pendinginan dengan mendinginkan fluida dalam hal
menggunakan media air atau udara. ini air melalui sebuah proses
Refrigerant (Cair) tersebut kemudian kompresi uap ataupun siklus
dialirkan ke katup ekspansi pendinginan yang kemudian
(Expantion Valve). Pada katup fluida tersebut bisa disirkulasi
ekspansi ini, refrigerant (cair) untuk didistribusikan ke
tekanannya diturunkan sehingga peralatan air handling unit.
refrigerant (cair) berubah kondisi Dalam hal ini, Chiller yang

Vol.5 No.1. Januari 2014 51


 
Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086‐9479
 
 

digunakan adalah jenis Air Audit energi adalah suatu teknik


Cooled System. Chiller ini yang dipakai untuk menghitung
menggunakan refrigerant besarnya konsumsi energi pada
sebagai fluida dan udara sebagai bangunan gedung dan mengenali
media pendingin kondensornya. cara-cara untuk penghematannya.
Konservasi energi sistem HVAC
diatur dalam SNI 03-6390-2000. SNI
ini digunakan agar sasaran
penggunaan energi yang effisien
dapat tercapai. Peralatan pada sistem
HVAC (Heating, Ventilasi, Air
Conditioning) menggunakan chiller
Gambar 2. 2. Air Cooled Chiller direkomendasikan untuk memenuhi
2. AHU (Air Handling Unit) / FCU effisiensi minimum dan kriteria
(Fan Coil Unit) berfungsi seperti ditunjukkan pada tabel 2.3.1.
sebagai media pertukaran kalor Tabel 1. Efisiensi minimum dari
antara air dingin dengan udara. chiller yang dioperasikan dengan
3. Pompa berfungsi untuk listrik.
menaikkan tekanan dan
mensirkulasi fluida ke tempat
lain dalam suatu sistem
pemipaan.
4. Ducting  Adalah  media 
penghubung  antara  AHU 
dengan  ruangan  yang  akan 
dikondisikan  udaranya,  fungsi 
utama  dari  ducting  adalah 
meneruskan  udara  yang 
didinginkan  oleh  AHU  untuk 
kemudian  didistribusikan  ke 
masing‐masing ruangan. 

Vol.5 No.1. Januari 2014 52


 
Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086‐9479
 
 

DATA SISTEM HVAC DI Tabel 3. Data Pencapaian Suhu di


TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C Terminal 1A, 1B dan 1C Bandara
BANDARA SOEKARNO-HATTA Soekarno-Hatta
Suhu
Chiller pada Terminal 1 RH Ruangan
No. Nama Beban Ruangan
(%)
Bandara Soekarno-Hatta berjumlah ( C)
1 Check In Area A 26.0 72.5
19 (sembilan belas) unit dengan
kapasitas masing-masing yaitu 13 2 Arrival Area A 25.0 71.5

(tiga belas) unit kapasitas 95 TR, 1 3 Check In Area B 25.8 67.0

(satu) unit kapasitas 100 TR, dan 5 4 Arrival Area B 26.0 64.0

(lima) unit kapasitas 500 TR dan 5 Check In Area C 24.3 65.6


untuk penditribusian udara dingin 6 Arrival Area C 26.1 51.7
terdiri dari 23 (dua puluh tiga) unit Suatu peralatan tersebut dikatakan
AHU yang terbagi merata pada baik atau memenuhi standard jika
semua sub terminal A, B, dan C. nilai Coefficient of Performance
Untuk AC Split Duct berjumlah 25 (COP) dan Energy Efficiency Ratio
(dua puluh lima) unit dengan (EER atau kW/TR) memenuhi
kapasitas masing-masing yaitu 4 standard yang telah ditentukan.
(empat) unit kapasitas 20 TR dan 21
(dua puluh satu) unit kapasitas 40 TR Nilai Coefficient of
yang terbagi merata pada semua sub Performance (COP):
terminal.
Cooling Effect
COP ∙∙∙∙ 3.1
Power Input Konsumsi Daya
Tabel 2. Daftar peralatan Sistem
HVAC Terminal 1A, 1B, dan 1C Nilai Energy Efficiency Ratio
Bandara Soekarno-Hatta (EER) atau KW/TR:
NO. NAMA PERALATAN KAPASITAS JUMLAH LOKASI
1 CHILLER CIAT 95 TR 7 UNIT TERMINAL 1A
EER 12 / COP x 3,14 ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ 3.2
2 CHILLER CIAT 95 TR 2 UNIT TERMINAL 1B
3 CHILLER MDV 500 TR 5 UNIT TERMINAL 1B Sebagai contoh perhitungan,
4 CHILLER YORK 100 TR 1 UNIT TERMINAL 1C diketahui konsumsi daya suatu
5 CHILER CIAT 95 TR 4 UNIT TERMINAL 1C Chiller sebesar 184,58 kW dan
6 AC SPLIT DUCT 20 TR 4 UNIT CENTRAL CORIDOR TERMINAL A
Cooling Effect sebesar 631,58 kW,
7 AC SPLIT DUCT 40 TR 7 UNIT BOARDING LOUNGE TERMINAL A
maka:
8 AC SPLIT DUCT 40 TR 7 UNIT BOARDING LOUNGE TERMINAL B
9 AC SPLIT DUCT 40 TR 7 UNIT BOARDING LOUNGE TERMINAL C 631.58
COP 3,42, dan
184.58

EER 12⁄ COP x 3,41 12⁄ 3,42 x 3,41 1,03

Dengan kedua rumus tersebut maka


dapat dihitung nilai COP dan EER
setiap peralatan sistem HVAC di
Terminal 1A, 1B, dan 1C Bandara

Vol.5 No.1. Januari 2014 53


 
Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086‐9479
 
 

Soekarno-Hatta, dapat dilihat pada AUDIT ENERGI SISTEM HVAC


tabel-tabel berikut: (HEATING , VENTILASI, AIR
CONDITIONING)
Tabel 4. Performa Peralatan
Utama Sistem HVAC pada Standar nasional Indonesia
Terminal 1A Bandara Soekarno-
telah menentukan standar suhu dan
Hatta
kelembaban udara (RH) yang diatur
C.O.P EER pada SNI 03-6390-2000 tentang
No. Nama Peralatan
Eksisting Eksisting konservasi energi sistem tata udara
1 Chiller CIAT Deprture 3,42 1,03 pada bangunan dan gedung yaitu:
2 Chiller CIAT Departure 3,30 1,07 25±1C untuk suhu ruangan dan
60±10% untuk kelembaban udara
3 Chiller CIAT Departure 3,33 1,05
(RH).
4 Chiller CIAT Departure 3,43 1,03
Berdasarkan tabel 3. Data
5 Chiller CIAT Arrival 3,34 1,05 Pencapaian Suhu Udara Pada
6 Chiller CIAT Arrival 3,48 1,01 Terminal 1A, 1B, dan 1C di Bandara
Tabel 5. Tabel Performa Peralatan Soekarno-Hatta dapat dianalisa
Utama Sistem HVAC pada tingkat kenyamanannya sebagai
Terminal 1B Bandara Soekarno- berikut:
Hatta Tabel 7. Analisa Pencapaian Suhu
C.O.P EER Udara di Terminal 1A, 1B, dan 1C
No. Nama Peralatan Bandara Soekarno-Hatta
Eksisting Eksisting Suhu RH Standar
No. Nama Beban Ruangan Ruangan Suhu RH Kesimpulan
1 Chiller MDV Deprture 3.47 1.01 (C) (% ) (°C) (% )
2 Chiller MDV Departure 3.52 1.00 1 Check In Area A 26.0 72.5 25±1 60±10 Tidak Nyaman
3 Chiller CIAT Departure 3.16 1.11 2 Arrival Area A 25.0 71.5 25±1 60±10 Tidak Nyaman
4 Chiller CIAT Arrival 3.37 1.04 3 Check In Area B 25.8 67.0 25±1 60±10 Nyaman
4 Arrival Area B 26.0 64.0 25±1 60±10 Nyaman
5 Chiller MDV Arrival 3.31 1.06
5 Check In Area C 24.3 65.6 25±1 60±10 Nyaman
6 Chiller MDV Arrival 3.26 1.08
6 Arrival Area C 26.1 51.7 25±1 60±10 Tidak Nyaman
7 Chiller MDV Arrival 3.30 1.07
Dari tabel di atas, dapat dilihat
Tabel 6. Tabel Performa Peralatan bahwa tingkat kenyamanan ruangan
Utama Sistem HVAC pada pada terminal 1A, 1B, dan 1C
Terminal 1C Bandara Soekarno- Bandara Soekarno-Hatta pada
Hatta beberapa lokasi tidak tercapai
C.O.P EER tingkatannya sesuai dengan SNI 03-
No. Nama Peralatan 6390-2000. Suatu ruangan dikatakan
Eksisting Eksisting
nyaman atau tidak dilihat dari suhu
1 Chiller YORK Deprture 3,35 1,05 ruangan dan kelembaban udaranya.
2 Chiller CIAT Departure 3,30 1,07 Jika salah satu faktor tersebut tidak
3 Chiller CIAT Departure 3,46 1,02 dapat terpenuhi maka tidak dapat
4 Chiller CIAT Arrival 3,10 1,13 dikatakan bahwa ruangan tersebut
5 Chiller CIAT Arrival 3,39 1,04

Vol.5 No.1. Januari 2014 54


 
Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086‐9479
 
 

nyaman karena suhu ruangan dan Tabel 9. Tabel Resume Performa


kelembaban udara itu sebanding. Peralatan Utama Sistem HVAC
Terminal 1B Bandara Soekarno-
Suatu peralatan dikatakan baik jika
Hatta
performa peralatan tersebut memiliki
C.O.P EER
nilai COP dan EER yang sesuai No. Nama Peralatan KONDISI
SNI
dengan Standar nasional Indonesia. Eksisting SNI 6390:2011 Eksisting
6390:2011
Nilai COP dan EE yang diatur pada 1 Chiller MDV Deprture 3.47 2,90-3,00 1.01 1,172-1,213 Di bawah standar
SNI nomor 6390:2011 tentang 2 Chiller MDV Departure 3.52 2,90-3,00 1.00 1,172-1,213 Di bawah standar
Konservasi Energi Sistem Tata 3 Chiller CIAT Departure 3.16 2,90-3,00 1.11 1,172-1,213 Di bawah standar
Udara pada Banguan Gedung adalah: 4 Chiller CIAT Arrival 3.37 2,90-3,00 1.04 1,172-1,213 Di bawah standar
5 Chiller MDV Arrival 3.31 2,90-3,00 1.06 1,172-1,213 Di bawah standar
 COP : 2,90 untuk Air Cooled 6 Chiller MDV Arrival 3.26 2,90-3,00 1.08 1,172-1,213 Di bawah standar
Chiller dengan kapasitas < 150 7 Chiller MDV Arrival 3.30 2,90-3,00 1.07 1,172-1,213 Di bawah standar
TR;
Tabel 10. Tabel Resume Performa
 COP : 3,00 untuk Air Cooled
Chiller dengan kapasitas > 150 Peralatan Utama Sistem HVAC
TR; Terminal 1C Bandara Soekarno-
Hatta
 kW/TR : 1,213 untuk Air Cooled
Chiller dengan kapasitas < 150 C.O.P EER
TR; No. Nama Peralatan SNI KONDISI
Eksisting SNI 6390:2011 Eksisting
6390:2011
 kW/TR : 1,172 untuk Air Cooled 1 Chiller YORK Deprture 3.35 2,90-3,00 1.05 1,172-1,213 Di bawah standar
Chiller dengan kapasitas >150 2 Chiller CIAT Departure 3.30 2,90-3,00 1.07 1,172-1,213 Di bawah standar
TR. 3 Chiller CIAT Departure 3.46 2,90-3,00 1.02 1,172-1,213 Di bawah standar
6 Chiller CIAT Arrival 3.10 2,90-3,00 1.13 1,172-1,213 Di bawah standar
Dari tandar nilai untuk COP
7 Chiller CIAT Arrival 3.39 2,90-3,00 1.04 1,172-1,213 Di bawah standar
dan EER, diambil range untuk
standar nilai COP adalah 2,90 – 3,00 Pada tabel 8, tabel 9, tabel 104,
dan EER adalah 1,172 – 1,213. hampir seluruh peralatan berada di
Tabel 8. Tabel Resume Performa bawah standar karena nilai EER dan
Peralatan Utama Sistem HVAC COP tidak terpenuhi. Kedua nilai
Terminal 1A Bandara Soekarno-
Hatta tersebut harus dipenuhi karena EER
adalah indikator kinerja energi
C.O.P EER
No. Nama Peralatan SNI KONDISI sedangkan COP standar efisiensi
Eksisting SNI 6390:2011 Eksisting
6390:2011
refrigerasi bagi sistem refrigeransi
1 Chiller CIAT Departure 3,42 2,90 - 3,00 1,03 1,172-1,213 Di bawah standar
2 Chiller CIAT Departure 3,30 2,90 - 3,00 1,07 1,172-1,213 Di bawah standar sehingga standar tersebut harus
3 Chiller CIAT Departure 3,33 2,90 - 3,00 1,05 1,172-1,213 Di bawah standar dipenuhi untuk menyatakan bahwa
4 Chiller CIAT Departure 3,43 2,90 - 3,00 1,03 1,172-1,213 Di bawah standar
5 Chiller CIAT Arrival 3,34 2,90 - 3,00 1,05 1,172-1,213 Di bawah standar
6 Chiller CIAT Arrival 3,48 2,90 - 3,00 1,01 1,172-1,213 Di bawah standar
7 Chiller CIAT Arrival 3,27 2,90 - 3,00 1,08 1,172-1,213 Di bawah standar

Vol.5 No.1. Januari 2014 55


 
Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086‐9479
 
 

suatu alat tersebut sesuai dengan sistem HVAC (Heating,


standar yang telah ditentukan. Ventilasi, Air Conditioning)
apakah perlatan tersebut masih
KESIMPULAN layak untuk beroperasi atau
1. Kualitas Udara di Terminal 1A, B, harus diganti dengan yang
dan C Bandara Soekarno-Hatta baru, meningat umur perlatan
rata-rata berada di range tidak tersebut sudah cukup tua;
nyaman. Hal ini disebabkan 3. Melakukan perhitungan ulang
karena standar suhu udara yaitu tentang kebutuhan Sistem
25±1 dan RH ruangan yaitu 60±1 HVAC dimana pada awalnya
tidak tercapai bersamaan,kadang bangunan setiap terminal hanya
suhu udara tercapai namun RH dirancang untuk kapasitas ±9
ruangan tidak tercapai atau juta penumpang, namun saat
sebaliknya. ini harus melayani ±25 juta
2. Performa peralatan utama sistem penumpang;
HVAC pada terminal 1A, B, dan 4. Mengontrol perilaku pengguna
C Bandara Soekarno-Hatta berada jasa maupun petugaas yang
di bawah standar nilai COP dan berada bandara Soekarno-Hatta
EER yang telah ditentukan SNI seperti:
6390:2011 yaitu nilai COP di atas a. Merokok, dengan cara
kisaran 2,90-3,00 dan nilai menghimbau pengguna
kW/TR di atas kisaran 1,172- jasa tersebut untuk tidak
1,213; merokok di ruangan ber-
AC atau membuat
SARAN smoking area.
1. Melakukan perawatan secara b. Menghimbau setiap
berkala sesuai dengan Standard petugas yang masuk
Operasi Peralatan tersebut agar melalui pintu yang
performance peralatan sesuai berhubungan lansung
dengan SNI dapat tercapai; dengan apron, untuk selalu
2. Melakukan peninjauan ulang menutupnya setelah
kembali terhadap peralatan menggunakannya karena

Vol.5 No.1. Januari 2014 56


 
Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086‐9479
 
 

jika dibiarkan terbuka akan


membuat hawa panas dari
apron masuk sehingga
untuk mendapatkan
ruangan yang nyaman dan
pencapaian suhu ruangan
standar menjadi sulit.

DAFTAR PUSTAKA
1 SNI 03-6390-2000. Konservasi
Energi Sistem Tata Udara Pada
Bangunan Gedung
2 SNI 03-9167-2000. Konservasi
Energi Sistem Pencahayaan Pada
Bangunan Gedung
3 www.energyefficiencyasia.org,
Pedoman Efisiensi Energi untuk
Industri di Asia
4 http://www.energyefficiencyasia.o
rg/docs/ee_modules/indo/Chapter-
AC and Refrigeration Bahasa
Indonesia.pdf terakhir diakses
pada tanggal 24 Oktober 2014
5 Ashrae Handbook Jan 2001.
American Society Of Heating,
Refrigerating, and Air
Conditioning Engineer, Inc.

Vol.5 No.1. Januari 2014 57


 

Anda mungkin juga menyukai