Makalah

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Teori Bilangan
“Sejarah Bilangan dan Sistem Bilangan”

Diajukan sebagai tugas terstruktur untuk


Mata Kuliah : Teori Bilangan
Dosen Pengampu : Nuqthy Faiziyah,S.Pd,M.Pd

Disusun Oleh :
1. Aisyah Ilmi Primadani ( A410130081 )
2. Retno Arumsari ( A410130095 )
3. Tandyo Ardhana ( A410130108 )

Fakultas / Program Studi : KIP / Pendidikan Matematika


Kelas / Semester : C / 1 (satu)

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH
SURAKARTA
Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp. (0271)717417 Tromol Pos 1 Surakarta
Kode pos 57102
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan berbagai kenikmatan yang tiada
terhingga banyaknya. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan pada baginda
alam Nabi besar Muhammad SAW. Semoga kita termasuk umat yang mendapat syafaat
darinya, Amiin. Tak ada gading yang tak retak, begitulah perumpamaan manusia yang tak
bisa lepas dari kekhilafan dan kealfaan.

Makalah ini tak lain sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Teori Bilangan yang
dibina oleh Ibu Nuqthy Faiziyah yakni mengenai “Sejarah Bilangan dan Sistem Bilangan”.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwasanya tulisan ini masih
banyak kekurangannya dan jauh pula dari kesempurnaan karena kesempurnaan itu
sesungguhnya hanyalah milik Allah semata. Akhir kata penulis mengucapkan semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca. Tak lupa kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangatlah penulis nantikan.

Kartasura, Oktober 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................ 4
A. LATAR BELAKANG............................................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................... 5
C. TUJUAN.................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................. 6
A. SEJARAH BILANGAN.......................................................................... 6
B. SITEM BILANGAN............................................................................... 9
1. SISTEM BILANGAN ASLI.................................................................... 9
2. SISTEM BILANGAN CACAH.............................................................. 10
3. SISTEM BILANGAN BULAT............................................................... 11
4. SISTEM BILANGAN RASIONAL........................................................ 12
5. SISITEM BILANGN IRASIONAL........................................................ 14
6. SISTEM BILANAGAN RIIL.................................................................. 16
BAB III PENUTUP......................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 19

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menghitung (counting) , seorang matematikawan biasanya tidak
menghitung jumlah dari objek-objek dalam suatu koleksi pada suatu waktu, tetapi lebih
mencari untuk menentukan pola-pola dan hubungan diantara objek-objek yang
memungkinkan mereka untuk menghitung dengan cara tidak langsung. Dalam hal ini,
menghitung terjadi dalam banyak bagian dari matematika dan sering melibatkan metode
metodeyang cukup canggih.
Beberapa formula menghitung kuno dapat ditelusuri pada abad ke-7. Tetapi teori
menghitung ini mulai dikembangkan pada abad ke-16, ketika matematikawan
matematikawan mulai menganalisis permainan permainan judi (games of change) tertentu.
Dalam usaha untuk menjawab pertanyaan pertanyaan tentang pelemparan dadu dan
penarikan kartu kartu, beberapa orang metematikawan Eropa pada saat itu mulai
mengorganisasi hasil hasil mereka ke dalam teori menghitung yang formal. Salah seorang
tokoh utama dalam pengembangan ini adalah matematikawan Perancis, Blaise Pascal,
yang menulis sebuah makalah berkaitan dengan teori kombinasi kombinasi.
Karya yang dilakukan oleh pascal dan yang lain sekarang dikembangkan dalam
suatu cabang matematika yang disebut combinatorial analysis (kombinatorik). Dua aspek
besar dalam subyek ini adalah permutasi dan kombinasi yang mempunyai aplikasi dalam
teori bidang peluang.
Kombinatorial (combinatoric) adalah cabang matematika yang mempelajari pengaturan
objek objek. Solusi yang ingin kita peroleh dengan kombinatorial ini adalah jumlah cara
pengaturan objek objek tertentu di dalam kumpulannya. Kombinatorial didasarkan pada
hasil yang diperoleh dari suatu eksperimen/percobaan atau event (kejadian/peristiwa).
Percobaan adalah proses fisik yang hasilnya dapat diamati.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana sejarah bilangan ?


b. Apa saja dan Bagaimana sistem bilangan ?

C. Tujuan

a. untuk mengetahui sejarah bilangan.


b. untuk mengetahui definisi dan operasi dalam sistem bilangan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Bilangan
Sejarah bilangan dapat kita telusuri dengan berbagai pendekatan. Kita dapat menyusun
ulang sejarah bilangan berdasarkan solusi persamaan, yaitu persamaan linear dan
persamaan kuadrat. Dengan modal bilangan asli dan persamaan linear kita akan sampai
pada kesimpulan bahwa harus ada bilangan nol, sistem bilangan bulat, dan sistem bilangan
rasional. Kemudian, dengan persamaan kuadrat kita akan sampai pada kesimpulan bahwa
harus ada bilangan real dan bilangan kompleks.
Secara sederhana, sejarah bilangan dapat kita mulai dengan bilangan Asli. Bilangan Asli
merupakan bilangan yang pertama kali dikenal manusia. Hal ini karena secara alamiah
manusia akan melihat berbagai benda/objek dan kemudian untuk keperluan tertentu
mereka harus menghitungnya. Mereka memiliki, uang, kambing, anak, pohon, saudara, dan
lain-lain. Untuk menghitung benda-benda tersebut bilangan yang digunakan adalah
bilangan Asli. Tentu saja mereka tidak menyadari bahwa bilangan yang mereka gunakan
untuk menghitung tersebut adalah bilangan Asli. Penamaan tersebut dilakukan setelah
jaman modern untuk keperluan pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian kita
dapat mendefinisikan bahwa bilangan asli adalah bilangan yang digunakan untuk
menghitung. Notasi himpunan bilangan asli adalah ℕ. Anggota bilangan asli adalah
N={1,2,3,…}.
Bilangan asli yang sudah dikenal tentu harus dilengkapi dengan suatu aturan untuk
mengoperasikan bilangan tersebut. Operasi tersebut adalah penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian. Kita sudah mengetahui bahwa bilangan asli bersifat tertutup
terhadap penjumlahan. Artinya, penjumlahan dua bilangan asli akan menghasilkan bilangan
asli. Tetapi tidak demikian dengan pengurangan. Kita akan mendapati bahwa jika sebuah
bilangan asli dikurangi dengan bilangan asli hasilnya belum tentu bilangan asli. Sebagai
contoh, 5 – 5 = 0. Jelas bahwa bukan anggota bilangan asli. Oleh karena itu, sistem
bilangan asli harus diperluas dengan menyertakan 0 sebagai anggota. Perluasan ini
kemudian dikenal sebagai bilangan Cacah.
Bilangan nol merupakan salah satu penemuan yang sangat penting. Sebelum ada bilangan
nol, menuliskan bilangan-bilangan yang besar sangat sulit. Bahkan beberapa bilangan
memiliki notasi yang sama (untuk lebih lengkap, silakan baca buku Berhitung Sejarah dan
Pengembangannya yang ditulis oleh Dali S. Naga). Dengan adanya bilangan nol, penulisan
bilangan-bilangan yang besar pun menjadi mudah. Bilangan nol pertama kali digunakan di
China dan India, tetapi kemudian dipopulerkan oleh Bangsa Arab pada era keemasan
Islam.
Perkembangan selanjutnya, bilangan Cacah pun ternyata tidak dapat sepenuhnya
merepresentasikan objek dalam dunia nyata. Dalam dunia nyata ada orang yang memiliki
uang, ada orang yang tidak memiliki uang, dan bahkan ada orang yang memiliki utang.
Keadaan pertama dapat kita tulis dengan bilangan asli, sedangkan keadaan kedua bisa kita
tulis dengan bilangan 0. Bagaimana dengan keadan yang ketiga jika yang menjadi
kerangka acuan adalah keberadaan uang. Hal ini akan membawa kita pada perluasan
sistem bilangan cacah menjadi menjadi bilangan bulat.
Perluasan bilangan bulat dapat juga dijelaskan dengan operasi pada dua bilangan cacah.
Dengan operasi pengurangan, ternyata diketahui bahwa jika dua bilangan cacah
dikurangkan maka hasilnya belum tentu bilangan cacah. Sebagai contoh, 6 – 4 = 2 dan 2
masih merupakan bilangan cacah, tetapi 4 – 6 tidak ada interpretasinya dalam bilangan
cacah. Selanjutnya digunakan bilangan negatif untuk menyatakan hasil 4 – 6. Dengan
demikian, karena 4 – 6 merupakan kebalikan dari , maka 4 – 6 = -2. Gabungan bilangan
cacah dengan bilangan negatif ini yang kemudian membentuk bilangan bulat.
Notasi himpunan bilangan bulat adalah ℤ, dan anggota bilangan bulat adalah Z={…,-3,-2,-
1,0,1,2,3,…}.
Perhatikan bahwa -2 tidak hanya dihasilkan dari 4-6 , tetapi dapat juga dihasilkan dari 5 – 7,
10 – 12, 20 – 22 dan masih banyak lagi. Berdasarkan hal tersebut, setiap bilangan bulat
mewakili suatu hasil pengurangan dalam cacah. Sebagai contoh, bilangan 2 mewakili hasil-
hasil dari {2 – 0, 3 – 1, 4 – 2, …}. Bilangan -3 mewakili hasil-hasil dari {0 – 3, 2 – 5, 7 – 10,
…}. Hal ini berarti anggota himpunan bilangan bulat adalah hasil operasi pengurangan
pada bilangan asli.
Bilangan bulat yang disertai dengan operasi penjumlahan dan perkalian membentuk
struktur tertentu dalam matematika. Struktur yang dimiliki bilangan bulat adalah, terhadap
operasi penjumlahan, sistem bilangan bulat membentuk grup yang komutatif (grup abelian).
Hal ini berarti terhadap penjumlahan bilangan bulat bersifat tertutup, asosiatif, memiliki
unsur identitas, memiliki invers (lawan) dan komutatif,. Terhadap perkalian, bilangan bulat
memiliki sifat, tertutup, komutatif, asosiatif, dan mempunyai unsur identitas. Dengan
demikian sistem bilangan bulat memiliki sifat yang lebih lengkap daripada sistem bilangan
sebelumnya.
Selanjutnya, terhadap operasi pembagian, ternyata bilangan bulat tidak bersifat tertutup.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering harus membagi suatu objek menjadi beberapa
bagian. Setelah dibagi hasilnya bisa utuh bisa juga tidak utuh. Sebagai contoh, jika kita
memiliki 10 apel kemudian akan dibagikan kepada 5 anak, maka masing-masing anak akan
mendapat 2 apel (masing-masing apel masih utuh). Tetapi jika 10 apel tersebut akan
dibagikan kepada 20 anak, maka setiap anak mendapat setengah apel. Tidak ada bilangan
bulat yang dapat digunakan untuk menyatakan hasil tersebut. Oleh karena itu, sistem
bilangan diperluas.
Perluasan dari sistem bilangan bulat tersebut adalah sistem bilangan rasional. Bilangan
rasional didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis sebagai dengan m dan n
bilangan bulat dan n≠0. Dengan perluasan sistem bilangan ini, maka persoalan tentang
pembagian dapat diselesaikan. Jika sistem bilangan bulat membentuk struktur grup abelian
terhadap operasi penjumlahan, maka sistem bilangan rasional membentuk lapangan
(Field).
Selanjutnya, kita semua mengenal teorema Pythagoras. Jika kita mempunyai segitiga siku-
siku dengan sisi tegak masing-masing 1 satuan panjang, maka panjang sisi miringnya
(hypotenusa) adalah . Namun, tidak dapat dinyatakan dalam bentuk m/n dengan m
dan n bilangan bulat dan n≠0 (bukti lengkapnya lihat di buku analisis real). Ini berarti ada
bilangan lain di luar bilangan rasional. Bilangan tersebut dikenal sebagai bilangan irasional.
Gabungan bilangan rasional dan bilangan irasional membentuk sistem bilangan real.
Bilangan real dapat didefinisikan sebagai bilangan yang dapat digunakan untuk mengukur.
Sistem bilangan real membentuk lapangan terurut dan lengkap.
Perluasan himpunan bilangan real adalah himpunan bilangan kompleks. Kemunculan
bilangan kompleks dapat diilustrasikan oleh usaha mencari solusi persamaan kuadrat
. Bilangan yang memenuhi persamaan kuadrat itu adalah bilangan yang
kuadratnya adalah -1. Tidak ada bilangan real yang memenuhi sifat demikian. Oleh karena
itu, muncul himpunan bilangan kompleks. Himpunan bilangan kompleks dinotasikan dengan
dan $latex i= \sqrt{-1}} $.

B. Sistem Bilangan
1. Sistem Bilangan Asli
a. Definisi
Bilangan asli merupakan bilangan bulat positif yang diawali angka 1 sampai tak terhingga.
Contoh bilangan asli : 1, 2, 3, 4, 5, 6, …..

b. Operasi
Himpunan bilangan ali di notasikan N
N = {1,2,3,.....,∞).
Bilangan asli merupakan bilangan bulat positif
Bilangan asli terdiri dari bilangan genap, bilangan ganjil, dan bilangan prima.
c. Sifat-Sifat Operasi
Sifat komutatif penjumlahan /perkalian:
a+b=b+a atau a.b=b.a untuk setiap a,b ∈C.
Sifat assosiatif penjumlahan/ perkalian:
a+b+c=a+(b+c) atau a.b.c=a.(b.c), untuk setiap a,b,c ∈C.
Ada unsur identitas penjumlahan/ perkalian:
Ada bilangan asli 0 sehingga a+0=0+a=a untuk setiapa∈C, a≠0 atau
Ada bilangan asli 1 sehingga a.1=1.a=a untuk setiap a∈C, a≠0.

2. Sistem Bilangan Cacah


a. Definisi
Bilangan cacah merupakan bilangan yang diawali dengan angka nol (0) sampai tak
terhingga. Contoh bilangan cacah : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 …..

b. Operasi
Notasi himpunan bilangan cacah adalah Z+∪0 atau C.
Sistem bilangan cacah meliputi himpunan bilangan cacah dan 2 operasi yang dinamakan
penjumlahan dan perkalian.
Notasi sistem bilangan cacah adalah (Z+∪0, ×) atau (Z+∪0, +) atau (C, ×) atau (C, +).
Definisi Kesamaan
Untuk setiap bilangan cacah a dan b, a=b berarti a dan b mewakili bilangan cacah yang
sama.
Sifat Tertutup Penjumlahan dan perkalian
Untuk setiap bilangan cacah a dan b, a+b merupakan bilangan cacah dan a×b (atau a.b)
merupakan bilangan cacah.
c. Sifat-Sifat Operasi
Sifat komutatif penjumlahan /perkalian:
a+b=b+a atau a.b=b.a untuk setiap a,b ∈C.
Sifat assosiatif penjumlahan/ perkalian:
a+b+c=a+(b+c) atau a.b.c=a.(b.c), untuk setiap a,b,c ∈C.
Ada unsur identitas penjumlahan/ perkalian:
Ada bilangan cacah 0 sehingga a+0=0+a=a untuk setiap a  C a∈C atau
Ada bilangan cacah 1 sehingga a.1=1.a=a untuk setiap a∈C.
Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan, yaitu distribusi kiri dan distribusi kanan
yaitu:
a.b+c=a.b+a.c
b+c.a=b.a+(c.a), untuk setiap a,b,c ∈C.
3. Sistem Bilangan Bulat
a. Definisi
Bilangan bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan positif, bilangan negatif
dan bilangan bulat. Contoh bilangan bulat : -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3……

b. Operasi
Notasi himpunan bilangan bulat adalah Z atau B.
2 operasi sistem bilangan bulat yang dinamakan penjumlahan dan perkalian.
Notasi sistem bilangan bulat adalah Z, × atau (Z,+) atau (B, ×) atau (B,+).
c. Sifat-Sifat Operasi
Untuk semua bilangan bulat p, q, dan r berlaku sifat-sifat :
1. Tertutup untuk operasi penjumlahan dan perkalian
p+q adalah bilangan bulat yang tunggal
p.q adalah bilagan bulat yang tunggal
2. Komutatif untuk operasi penjumlahan dan perkalian
p+q=q+p
p.q=q.p
3. Asosiatif untuk operasi penjumlahan dan perkalian
p+q+r=p+(q+r)
p.q.r=p.(q.r)
4. Ada elemen invers penjumlahan yang tunggal
Untuk setiap bilangan bulat r, ada bilangan bulat yang tunggal demikian
sehingga r+-r=-r+r=0
5. Elemen Identitas :
Ada elemen identitas penjumlahan yang tunggal
Untuk setiap bilangan bulat p, ada bilangan bulat yang tunggal yaitu 0, demikian
sehingga p+0=0+p=p.
Ada elemen identitas perkalian yang tunggal
Untuk setiap bilangan bulat q, ada bilangan bulat yang tunggal yaitu 1, demikian
sehingga 1 . q = q . 1 = q 1.q=q.1=q.
6. Distributif perkalian terhadap penjumlahan
ab+c= ab+ac (distributif kiri)
b+ca=ba+ca (distributif kanan)
7. Perkalian dengan nol
Jika p adalah bilangan bulat, maka 0.p=p.0=0.
4. Sistem Bilangan Rasional
a. Definisi
Bilangan rasional adalah suatu bilangan yang dapat dinyatakan sebagai suatu
pembagian antara 2 bilangan bulat. Atau dengan kata lain, Bilangan rasional adalah
bilangan yang dinyatakan sebagai pecahan dimana p dan q adalah bilangan-bilangan bulat
(q≠0). Contohnya : 12=0,5 ,34=0,75,dll.
b. Operasi
Bilangan Rasional juga merupakan bilangan yang merupakan hasil bagi bilangan
bulat dan bilangan asli. Himpunan semua bilangan rasional ditulis dengan notasi Q. Sistem
operasi pada bilangan rasional meliputi penjumlahan, pengurangan, pembagian dan
perkalian.
c. Sifat-Sifat Operasi
Untuk setiap bilangan rasional dan berlaku sifat-sifat berikut ini.

1) Tertutup, untuk operasi penjumlahan dan perkalian

adalah bilangan rasional

adalah bilangan rasional

2) Komutatif, untuk operasi penjumlahan dan perkalian

3) Asosiatif, untuk operasi penjumlahan dan perkalian

4) Distributif, perkalian untuk penjumlahan

5) Ada elemen identitas penjumlahan dan perkalian


Ada bilangan rasional tunggal, , sehingga

Ada bilangan rasional tunggal, , sehingga

6) Ada elemen invers penjumlahan dan perkalian

Untuk setiap ada invers penjumlahan,

sehingga

Untuk setiap ada invers perkalian ,

sehingga

7) Perkalian dengan nol

5. Bilangan Irasional
a. Definisi
Bilangan irrasional yaitu suatu bilangan yang tidak dapat dinyatakan sebagai pembagi
antara dua bilangan atau tidak bisa dinyatakan dalam bentuk pq, dengan a,b ∈B, b≠0.
Contohnya :2, 3, log2, dll.

b. Operasi
1. Penjumlahan dan Pengurangan
Penjumlahan dan pengurangan pada bentuk akar dapat dilakukan jika memiliki
suku-suku yang sejenis. jika a, c = Rasional dan b ≥ 0, maka berlaku a√b + c√b = (a + c)√b
a√b - c√b = (a - c)√b
2. Perkalian dan Pembagian
3. Perpangkatan
Kalian tentu masih ingat bahwa (a^)" = a^'. Rumus tersebut juga berlaku pada
operasi perpangkatan dari akar suatu bilangan.
4. Operasi Campuran
Dengan memanfaatkan sifat-sifat pada bilangan berpangkat, kalian akan lebih
mudah menyelesaikan soal-soal operasi campuran pada bentuk akarnya. Sebelum
melakukan operasi campuran, pahami urutan operasi hitung berikut.
Prioritas yang didahulukan pada operasi bilangan adalah bilangan-bilangan yang ada
dalam tanda kurung.
Jika tidak ada tanda kurungnya maka
pangkat dan akar sama kuat;
kali dan bagi sama kuat;
tambah dan kurang sama kuat, artinya mana yang lebih awal dikerjakan terlebih dahulu;
kali dan bagi lebih kuat daripada tambah dan kurang, artinya kali dan bagi dikerjakan
terlebih dahulu.

c. Sifat-Sifat Operasi
Sifat 1: Sifat tertutup
a. Sifat tertutup penjumlahan
Apabila a dan b adalah bilangan-bilangan irasional,
maka a+b adalah bilangan irasional.
b. Sifat tertutup pengurangan
Apabila a dan b bilangan-bilangan irasional, maka a≠b,
maka a-b adalah bilangan irasional
Sifat 2: Sifat Komutatif
a. Sifat komutatif penjumlahan
Apabila a dan b bilangan-bilangan irasional maka
a+b=b+a
b. Sifat komutatif perkalian
Apabila a dan b bilangan-bilangan irasional maka
a.b=b.a
Sifat 3: Sifat Assosiatif
a. Sifat assosiatif penjumlahan
Apabila a,b dan c bilangan-bilangan irasional, maka
a+(b+c)=(a+b)+c
b. Sifat assosiatif perkalian
Apabila a,b dan c bilangan-bilangan irasional, maka
a.(b.c)=(a.b).c
Sifat 4: Sifat konselais
Apabila a,b dan c adalah bilangan-bilangan irasional maka :
1. a + c = b + c , maka a = b
2. a . c = b . c , maka a = b
3. a – c = b – c , maka a = b
4. a : c = b : c , maka a = b
Sifat 5: Sifat distributif
Apabila a,b dan c bilangan-bilangan irasional maka :
1. a. (b + c) = (a.b) + (a.c)
2. a. (b – c) = (a.b) – (a.c)
3. (a + b) : c = (a : b) + (b : c)
4. (a – b) : c = (a : b) – (b : c)
Sifat 6: Elemen identitas
a. Identitas penjumlahan
Apabila a adalah bilangan irasional, maka a + 0 = 0 + a= a
b. Identitas Perkalian
Apabila a adalah bilangan irasional, maka a.1 = 1 . a = a
Sifat 7: Perkalian dengan nol
Apabila a bilangan irasional, maka a.0 = 0.a = 0

Sifat 8: Sifat Invers


a. Invers Penjumlahan
Apabila a bilangan irasional dimana -a adalah bilangan irasional atau invers dari a, maka a
+ (-a) = 0,
b. Invers Perkalian
Apabila a adalah bilangan irasional, maka terdapat bilangan irasional lainnya 1/a,
sedemikian sehingga a. 1/a = 1
Sifat 9: Trikotomi
Apabila a dabn b adalah bilangan-bilangan irasional, maka berlaku salah satu dari 3 relasi
berrikut :
1. a<b
2. a=b
3. a>b

Sifat 10: Transitif urutan


Apabila a,b dan c adalah bilangan-bilangan irasional, a < b dan b < c, maka a< c

6. Sistem Bilangan Riil


a. Definisi
Bilangan riil yaitu suatu bilangan yang merupakan penggabungan dari bilangan
rasional dan bilangan irrasional. Contohnya: 2, 57,dll.
b. Operasi
Setiap operasi dasar bilangan riil dapat dioperasikan dengan operasi penjumlahan (+),
pengurangan (-), perkalian (×), dan pembagian (÷).
c. Sifat-Sifat Operasi
1. Sifat komutatif
x+y=y+x , x.y=y.x
2. Sifat asosiatif
x+y+z=x+y+z , xyz=xyz
3. Sifat distributif kali terhadap tambah
xy+z=xy+xz
4. Unsur kesatuan
Terdapat unsur 0 (unsur kesatuan tambah atauunsur nol)
x+0=0+x=x, dan
unsur 1 (unsur kesatuan kali atau unsur satuan)
x.1=1.x=x.
5. Unsur balikan (invers)
(i) Untuk setiap x di R terdapat –x di R, sehingga x + (-x) = 0 ( -x lawan dari x)
(ii) Untuk setiap x di R, x≠0 terdapat 1x (x-1) di R sehingga
x. x-1=1 (x-1 kebalikan dari x)
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Setelah kurang lebih 2 minggu kami membuat makalah ini, Kami memperoleh
banyak informasi praktis yang tersedia di internet, pada khususnya “Sejarah Bilangan dan
Sistem Bilangan” dan sekaligus bagi kami sebagai tambahan ilmu pada bidang Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang semakin berkembang pesat. Dalam hal tersebut karena kita
menggunakan E-Mail sebagai sarana penyampaiannya.

Anda mungkin juga menyukai