Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH AKTIVITAS FISIK AEROBIK DAN ANAEROBIK TERHADAP

KADAR ANTI DIUREUTIK HORMON (ADH) DAN ELEKTROLIT DARAH

Mursyida A.Wadud, Rostika Flora, M. Zulkarnain

ABSTRAK
Latar Belakang: Latihan fisik merupakan aktivitas fisik yang teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu, yang
bertujuan menjaga tubuh agar selalu dalam keadaan sehat dan bugar. Latihan fisik dilakukan oleh otot secara teratur,
berulang dan berkesinambungan. Latihan fisik terdiri dari aktivitas fisik aerobik dan aktivitas fisik anaerobik. Latihan
fisik aerobik maupun anaerobik dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh aktivitas fisik aerobik dan anaerobik terhadap tingkat dehidrasi kadar`ADH dan elektrolit darah. Metode:
Pada penelitian ini dilakukan aktivitas fisik aerobik berupa joging 1600 m dan aktivitas fisik anaerobik lari sprint 2 x
400 m. Sebelum dan sesudah aktivitas fisik dilakukan penimbangan berat badan untuk mengetahui tingkat dehidrasi,
pengukuran kadar ADH dan elektrolit darah berupa ion Na+ dan Cl-. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan hasil
pengukuran tingkat dehidrasi pada kedua kelompok ini pada tingkat dehidrasi ringan. Kadar ADH sebelum exercise
3,38 + 1,74 pg/mL dan sesudah exercise 8,95 + 5,31 pg/mL pada kelompok aerobik, terdapat peningkatan kadar ADH.
Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna kadar ADH sebelum dan sesudah aktifitas fisik
aerobik (p=0,003). Begitu juga pada kelompok anaerobik didapatkan bahwa terjadi peningkatan kadar ADH sebelum
dan sesudah perlakuan (5,09 + 4,19 vs 8,84 + 5,12). Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna
kadar ADH sebelum dan sesudah aktifitas fisik anaerobik (p=0,003). Natrium dalam darah sebelum exercise 148,18 +
0,87 dan sesudah perlakuan 149,73 + 3,25. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna
natrium sebelum dan sesudah aktivitas fisik kelompok aerobik (p=0,108). Pada kelompok anaerobik natrium dalam
darah sebelum exercise 147,27 + 1,89 dan sesudah perlakuan 150,64 + 2,42. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat
perbedaan sebelum dan sesudah aktivitas fisik kelompok anaerobik nilai(p =0,003). Klorida dalam darah pada
kelompok aerobik sebelum dan sesudah exercise 107,18 + 1,47 dan sesudah perlakuan 109,73 + 1,42. Hasil uji statistik
menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna natrium sebelum dan sesudah aktivitas fisik kelompok aerobik (p=
0,000). Klorida dalam darah pada kelompok aerobik sebelum dan sesudah exercise 107,45 + 2,58 dan sesudah
perlakuan 109,82 + 3,54. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna natrium sebelum dan
sesudah aktivitas fisik kelompok anaerobik (p = 0,012).
Kesimpulan: Terdapat pengaruh aktivitas fisik aerobik dan anaerobik terhadap tingkat dehidrasi, kadar ADH dan
elektrolit darah.

Keyword: Aktivitas fisik aerobik dan anaerobik, tingkat dehidrasi, kadar ADH, elektrolit darah.

ABSTRACT
Background: Physical exercise is regular physical activity within a certain period of time and intensity, which aims to
keep the body in order to be in good health and fit. Physical exercise is done by the muscles regularly, repeatedly and
continuously. Physical exercise consisted of aerobic physical activity and anaerobic physical activity. Aerobic and
anaerobic physical exercises can lead to dehydration. This study aimed was to determine the effect of physical activity
against aerobic and anaerobic levels of dehydration and electrolyte levels `ADH blood. Methods: In this study, aerobic
physical activity is such as jogging and 1600 m sprint anaerobic physical activity 2 x 400 m. Before and after physical
activity performed weighing is done to determine the level of dehydration, and electrolyte measurement of blood levels
of ADH in the form of Na + ions and Cl-. Results: In this study, the results of measuring the level of dehydration in
both groups at the level of mild dehydration. ADH levels before exercise 3.38 + 1.74 pg / mL and after exercise 8.95 +
5.31 pg / mL in group aerobics, there are elevated levels of ADH. Statistical test results showed there were significant
differences in ADH levels before and after aerobic physical activity (p = 0.003). So also in the anaerobic group found
that an increase in ADH levels before and after treatment (5.09 + 4.19 vs. 8.84 + 5.12). Statistical test results showed
there were significant differences in ADH levels before and after anaerobic physical activity (p = 0.003).
Conclusion: There is the effect of physical activity against aerobic and anaerobic levels of dehydration, electrolyte
levels and blood ADH.
Keyword: aerobic and anaerobic physical activity, level of dehydration, ADH levels, blood electrolyte.

1
1. PENDAHULUAN
Keseimbangan cairan tubuh dipertahankan
Latihan fisik merupakan aktivitas fisik yang dengan mengatur volume cairan ektrasel dan
teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu, osmolaritas cairan ektrasel. Volume cairan ektrasel dan
yang bertujuan menjaga tubuh agar selalu dalam osmolaritas cairan ektrasel tergantung pada jumlah ion
keadaan sehat dan bugar. Latihan fisik dilakukan oleh NaCl dan H2O di dalam tubuh. Volume cairan ektrasel
otot secara teratur, berulang dan berkesinambungan. diperlukan untuk mempertahankan tekanan darah,
Latihan fisik terdiri dari aktivitas fisik aerobik dan sedangkan NaCl diperlukan untuk mengatur volume
aktivitas fisik anaerobik (Foss, 2006 cit Flora, 2012). 1 cairan ekstrasel (Sherwood, 2001). 4
Aktivitas fisik aerobik adalah aktivitas fisik Pada saat terjadi penurunan volume cairan
yang menggunakan energi ATP dari hasil proses ekstrasel maka mekanisme haus dan ADH (Anti
oksidasi fosforilase glikogen dan asam lemak bebas. Diureutic Hormon) yang berada di hipothalamus akan
Proses metabolisme tergantung dari ketersediaan diaktifkan (Despopoulus & Silbernagl, 2000). 5 ADH
oksigen. Aktivitas anaerobik adalah aktivitas fisik yang disebut juga dengan hormon vasopressin atau arginine
dalam proses metabolisme pembentukan energi tidak vasopressin (AVP). ADH dikeluarkan sebagai respon
menggunakan oksigen. Energi dihasilkan dari terhadap berbagai rangsangan terutama pada saat
pembentukan ATP melalui sumber energi yang berasal terjadi peningkatan konsentrasi elektrolit darah atau
dari kreatin fosfat dan glikogen (Astrand et al, 2003). 2 rendahnya volume darah atau rendahnya tekanan darah.
Aktivitas fisik pada umumnya merupakan Peningkatan konsentrasi elektrolit darah akan
gabungan dari sistem aerobik dan anaerobik, akan merangsang secara langsung neuron-neuron, yang
tetapi porsi kedua sistem tersebut berbeda pada setiap disebut osmoreceptors yang akan mengubah
cabang olahraga. Untuk cabang olahraga yang konsentrasi osmotik cairan tubuh. Fungsi utama dari
menuntut aktivitas fisik dengan intensitas tinggi dan ADH adalah menurunkan jumlah kehilangan air
waktu relatif singkat, misal lari sprint 400 m, sistem melalui ginjal. Dengan menurunnya pengeluaran air,
energi predominannya adalah anaerobik. Sebaliknya, maka konsentrasi elektrolit di cairan ektrasel menurun
pada cabang olahraga yang menuntut aktivitas fisik (Martini et al, 2001). 6
dengan intensitas rendah dan berlangsung relatif lama, Dehidrasi merupakan stimulus yang penting
misal jogging 1600 m, sistem energi predominannya dalam pengeluaran ADH (Kjaer et al, 1994). Dehidrasi
adalah aerobik. Hal ini dikarenakan energi yang adalah defisiensi cairan tubuh yang ditandai dengan
dibentuk dari metabolisme aerobik dan anaerobik hyperosmotic hypovolemia (Casa et al, 2005). 7
di alam sel merupakan suatu proses pembentukan Dehidrasi mengakibatkan perubahan-perubahan
energi yang berkesinambungan untuk aktivitas fisik fisiologis pada tubuh manusia yaitu meningkatnya
yang juga berkesinambungan (Astrand, 2003). 2 prosentase NaCl dalam ekstrasel dan menurunkan
Aktivitas fisik baik aerobik maupun anaerobik volume plasma darah, meningkatkan denyut jantung,
dapat mengakibatkan perubahan hemodinamik tubuh. menurunkan curah jantung, menurunkan aliran darah
Aktivitas fisik tidak hanya melibatkan fungsi menuju ke kulit, meningkatkan suhu inti dan
kardiovaskuler dan adaptasi muscular tetapi juga meningkatkan rasa lelah. Perubahan-perubahan ini
menimbulkan perubahan respon endokrin. Hormon- terjadi karena tubuh berusaha untuk mengatasi
hormon ini terlibat dalam mobilisasi dan degradasi kekurangan volume plasma darah dan penurunan
substrat untuk energi dan juga dalam pengaturan tekanan darah (Borowski, 1998). 8
volume darah (Mooren, 2005). 3 Volume cairan tubuh pada saat melakukan
Perubahan hemodinamik tubuh meliputi aktivitas fisik dapat dimonitor dengan cara menimbang
perubahan permeabilitas ginjal, peningkatan berat badan sebelum dan sesudah aktivitas fisik
proteinuria dan peningkatan pengeluaran elektrolit. (Borowski, 1998). 8 Kehilangan cairan 1% dari berat
Lamanya aktivitas fisik berperan penting dalam badan dapat menyebabkan penurunan prestasi,
pengeluaran elektrolit dibandingkan dengan kehilangan 3-5% dari berat badan menggangu sirkulasi
intensitasnya. Selama aktivitas fisik perubahan tonus dan kehilangan 25% dari berat badan mengakibatkan
otot mengakibatkan ketidakseimbangan antara kematian (Tauhid, 1988 cit Flora, 2005). 9
pemasukan dan pengeluaran air, ion Natrium (Na+), Untuk menghindari terjadinya dehidrasi yang
ion Chlor (Cl-) serum (Afshar et al, 2009). progresif selama aktivitas fisik, maka peran ADH
Ion NaCl merupakan zat terlarut terbanyak sangat diperlukan dalam proses adaptasi untuk
yang aktif secara osmotik di cairan ektrasel. Perubahan mengatasi kehilangan cairan tersebut. Aktivitas fisik
kadar Cl- mengikuti perubahan kadar Na+. Jumlah Na+ melibatkan proses adaptasi yang kompleks pada sistem
merupakan penentu yang terpenting untuk besarnya skeletal dan sistem pengaturan tubuh lainnya termasuk
volume cairan ekstrasel. Kehilangan ion Na+ melalui sistem hormonal (Ghaemnaghami et al, 1991).10
keringat pada saat melakukan aktivitas fisik akan Pengaruh aktivitas fisik terhadap pengeluaran hormon
sangat menurunkan volume cairan ekstrasel dan dapat yang terlibat dalam metabolisme energi sudah banyak
menimbulkan syok (Ganong, 2007). diketahui, akan tetapi penelitian tentang peran ADH

2
sebagai hormon yang terlibat dalam keseimbangan 3.2 Uji Normalitas
cairan selama aktivitas fisik aerobik dan anaerobik Untuk melihat apakah data hasil penelitian
masih sangat terbatas. Untuk itu maka peneliti tertarik yang diperoleh berdistribusi normal, maka dilakukan
untuk membandingkan pengaruh aktivitas fisik aerobik uji normalitas data. Kalau data di uji normalitas tidak
dan anaerobik terhadap kadar ADH dan elektrolit berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji
darah. Penggunaan naracoba, yaitu mahasiswa wilcoxon. Kalau berdistribusi nomela uji t-test two
Pendidikan Olahraga FKIP Universitas Bina Darma, tailed. Hasil uji normalitas data pada penelitian ini
sebagai model dalam penelitian ini sangat diperlukan ditampilkan pada tabel berikut:
agar kondisi nyata tentang kehilangan cairan yang Tabel 2. Uji Normalitas Kelompok Aerobik dan
terjadi pada aktivitas fisik aerobik dan anaerobik dapat Kelompok Anaerobik Sebelum Aktivitas Fisik
diketahui dengan jelas. Variabel n Rerata ± standar p value
deviasi pg/mL
2. METODE PENELITIAN Berat badan 22 57,19 ± 7,28 0,575
Penelitian ini merupakan penelitian Kadar ADH 22 4,23 ± 3,25 0,002
eksperimen dengan rancangan penelitian Randomized Natrium 22 147,73 ± 1,51 0,037
One Group Pretest-Postest Design. Penelitian dalam darah
dilaksanakan di Stadion Jakabaring Palembang pada Klorida dalam 22 107,32 ± 2,05 0,278
bulan Maret 2013. Adapun jumlah sampel sebanyak 22 darah
responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok aerobik dan anaerobik, masing-masing Hasil uji normalitas pada tabel di atas menunjukan
kelompok dibagi menjadi 11 orang. bahwa pada variabel berat badan (p=0,575) dan ion
klorida (p=0,278) data hasil penelitian sebelum
3. HASIL PENELITIAN aktivitas fisik berdistribusi normal (p>0,05). Untuk
3.1Karakteristik Subyek Penelitian variabel kadar ADH dan natrium dalam darah datanya
Pada penelitian ini karakteristik subyek tidak berdistribusi normal (p≤0,05).
penelitian meliputi umur, tinggi badan dan berat badan.
Adapun data tentang karakteristik tersebut
dicantumkan pada tabel berikut: 3. Analisis Deskriptif
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Subyek 3.1 Perbedaan Berat Badan Sebelum dan Sesudah
Penelitian Perlakuan pada Kelompok Aerobik dan
No Karakteristik Kelompok Kelompok Anaerobik
Subyek Aerobik Anaerobik
n % n % Untuk mengetahui tingkat dehidrasi, maka dalam
1 Umur : penelitian ini diukur berat badan sebelum dan sesudah
19 - 20 tahun 5 45.5 8 72.7 aktivitas fisik. Selanjutnya berat badan sebelum dan
21 - 22 tahun 6 54.5 3 27.3 sesudah aktivitas fisik tersebut dibandingkan dengan
2 Tinggi badan menggunakan uji t-tes. Hasil uji t-tes ditampilkan pada
155 - 160 cm tabel berikut ini:
1 9.1 2 18.2
Tabel 3. Perbedaan Berat Badan Sebelum dan
161 - 180 cm 10 90.9 9 81.8 Sesudah Perlakuan pada Kelompok Aerobik dan
3 Berat badan Kelompok Anaerobik
40 - 60 kg 8 72.7 7 63.6 Kelompok Rerata + Rerata + p
61 - 80 kg standar standar value
3 27.3 4 36.4
deviasi deviasi
sebelum sesudah
Dari tabel di atas terlihat bahwa subyek penelitian pada perlakuan perlakuan
kelompok aerobik sebagian (54,5%) berumur 21-22 Kelompok 56,27 + 55,91 + 0,000
tahun, sedangkan pada kelompok anaerobik sebagian Aerobik 7,82 7,91
besar (72,7%) berumur 19-20 tahun. Untuk Kelompok 58,11 + 57,44 + 0,001
karakteristik tinggi badan hampir keseluruhan dari Anaerobik 6,94 6,73
kelompok aerobik (90,9%) dan kelompok anaerobic
(81,8%) mempunyai tinggi badan 161-170 cm. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa, pada
Sebagian besar subyek penelitian baik kelompok kelompok aerobik dan anaerobik terdapat perbedaan
aerobik (72,7%) dan anaerobik (63,6%) memiliki berat yang bermakna berat badan sebelum dan sesudah
badan 40-60 kg. aktivitas fisik (p≤0,05).

3
3.2 Tingkat Dehidrasi Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pada
Untuk menghitung tingkat dehidrasi pada kelompok aerobik dan anaerobik terdapat perbedaan
penelitian ini berdasarkan berat badan yang diperoleh yang bermakna rata-rata kadar ADH sebelum dan
dengan menggunakan rumus : sesudah aktivitas fisik (p=0,003).

(BBsebelumaktivitas − BBsetelahaktivitas) 3.3 Perbedaan Natrium dalam Darah Sebelum dan


x100% Sesudah Perlakuan pada Kelompok Aerobik
BBsebelumaktivitas
dan Kelompok Anaerobik
Dari penghitungan rumus tersebut didapatkan tingkat
dehidrasi pada subyek penelitian ini sebagai berikut: Hasil uji normalitas terhadap kadar natrium
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Dehidrasi sebelum aktivitas fisik menunjukan data tidak
Pada Kelompok Aerobik dan Anaerobik berdistribusi normal, oleh karena itu untuk
No Tingkat Kelompok Total membandingkan kadar natrium sebelum dan sesudah
Dehidrasi Aerobik Anaerobik aktivitas fisik pada kelompok aerobik dan anaerobik
n % n % n % dilakukan uji Wilcoxon. Hasil uji Wilcoxon
1 Tidak 6 27.3 ditampilkan pada tabel berikut:
4 36.4 2 18.2 Tabel 6.Perbedaan Natrium dalam Darah Sebelum
dehidrasi
2 Dehidrasi 16 72.7 dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Aerobik
7 63.6 9 81.8 dan Kelompok Anaerobik
ringan
3 Dehidrasi 0 0 0 0 0 0 Kelompok Rerata + Rerata + p
sedang standar standar value
4 Dehidrasi 0 0 0 0 0 0 deviasi deviasi
berat sebelum sesudah
Total 11 100 11 100 22 100 perlakuan perlakuan
Kelompok 148,18 + 149,73 + 0,108
Aerobik 0,87 3,25
Dari tabel di atas didapatkan bahwa pada kelompok Kelompok 147,27 + 150,64 + 0,003
aerobik tingkat dehidrasi ringan sebanyak 63,6%, Anaerobik 1,89 2,42
sedangkan pada kelompok anaerobik sebanyak 81,8%.
Hal ini menunjukkan bahwa pada aktivitas fisik
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pada
anaerobik lebih banyak jumlah subyek penelitian yang
kelompok aerobik tidak terdapat perbedaan yang
mengalami dehidrasi ringan.
bermakna rata-rata kadar natrium darah sebelum dan
sesudah perlakuan (p=0,108; p≥0,05). Sebaliknya pada
3.3 Perbedaan Kadar ADH Sebelum dan Sesudah kelompok anaerobik terjadi perbedaan yang yang
Perlakuan pada Kelompok Aerobik dan bermakna rata-rata kadar natrium darah sebelum dan
Kelompok Anaerobik sesudah perlakuan (p=0,003; p≤0,05).
Oleh karena kadar ADH tidak berdistribusi
3.4 Perbedaan Klorida dalam Darah Sebelum dan
normal, maka untuk mengetahui apakah terdapat
Sesudah Perlakuan pada Kelompok Aerobik
perbedaan yang bermakna kadar ADH pada kelompok
dan Kelompok Anaerobik
aerobik dan anaerobik dilakukan uji Wilcoxon. Hasil
uji Wilcoxon perbedaan kadar ADH sebelum dan
Untuk mengetahui perbandingan kadar ion klorida
sesudah perlakuan pada kelompok aerobik dan
sebelum dan sesudah aktivitas fisik pada kelompok
anaerobik ditampilkan pada tabel di bawah ini:
aerobik dan anaerobik dilakukan uji t-berpasangan.
Tabel 5. Perbandingan Kadar ADH Sebelum dan Hasil penelitian perbedaan klorida dalam darah
Sesudah Perlakuan pada Kelompok Aerobik dan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok aerobik
Kelompok Anaerobik dan anaerobik ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Kelompok Rerata + Rerata + p
standar standar value
deviasi deviasi
sebelum sesudah
perlakuan perlakuan
Kelompok 3,38 + 1,74 8,95 + 5,31 0,003
Aerobik
Kelompok 5,09 + 4,19 8,84 + 5,12 0,003
Anaerobik

4
Tabel 7. Perbandingan Kadar Klorida dalam Darah peningkatan kadar ADH plasma sebelum dan sesudah
Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok aktivitas fisik berupa lari ultramarathon (1,9 vs 6,7
Aerobik dan Kelompok Anaerobik pg/mL). Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh
Kelompok Rerata + Rerata + p value Mears & Susan (2010) yang menyebutkan bahwa
standar standar terjadi peningkatan kadar ADH 5 menit post exercise
deviasi deviasi intensitas tinggi (9,91 ± 3,36). Hasil penelitian
sebelum sesudah Knechtle et al (2012) juga menyebutkan bahwa
perlakuan perlakuan terdapat perbedaan kadar ADH sebelum lari marathon
Kelompok 107,18 + 109,73 + 0,000 (2,86 ± 0,32 pg/mL) dibandingkan dengan 2 jam
Aerobik 1,47 1,42 sesudah lari marathon (4,33 ± 0,71 pg/mL).
Kelompok 107,45 + 109,82 + 0,012 Pengeluaran keringat yang berlebihan dan
Anaerobik 2,58 3,54 pengeluaran air melalui respirasi selama exercise
mengakibatkan peningkatan tekanan osmolalitas.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pada Adanya peningkatan tekanan osmolalitas merupakan
kelompok aerobik rata-rata klorida dalam darah stimulus utama untuk pengeluaran ADH selama
sebelum dan sesudah aktivitas fisik terdapat perbedaan exercise. Peningkatan tekanan osmolalitas plasma oleh
yang bermakna (p=0,000), begitu juga dengan osmoresetor yang berada di hipotalamus akan
kelompok anaerobik terdapat perbedaan yang menginisiasi mekanisme haus dan sekresi ADH yang
bermakna rata-rata klorida dalam darah sebelum dan berdampak pada pemasukan air dan penghambatan
sesudah aktivitas fisik terdapat perbedaan yang eksresi urin (Maeda et al, 1996). Menurut Freund et al
bermakna (p=0,012). (1991), exercise mempengaruhi keseimbangan cairan
intravaskuler dan elektrolit tubuh. Sekresi ADH selama
4. PEMBAHASAN exercise sangat tergantung pada tekanan osmolalitas
Pada penelitian ini didapatkan bahwa kadar plasma. Pada exercise dengan intensitas tinggi terjadi
ADH sebelum exercise 3,38 + 1,74 pg/mL dan peningkatan tekanan osmolalitas plasma yang
sesudah exercise 8,95 + 5,31 pg/mL pada kelompok berdampak pada sekresi ADH.
aerobik, terdapat peningkatan kadar ADH. Hasil uji Selain untuk meningkatkan reabsorbsi cairan
statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang di tubulus ginjal, ADH juga berperan dalam
bermakna kadar ADH sebelum dan sesudah aktivitas keseimbangan elektrolit selama exercise. Pada
fisik aerobik (p = 0,003). Begitu juga pada kelompok penelitian ini didapatkan terjadi peningkatan kadar
anaerobik didapatkan bahwa terjadi peningkatan kadar natrium darah pada kelompok aerobik (148,18 + 0,87
ADH sebelum dan sesudah perlakuan (5,09 + 4,19 vs vs 149,73 + 3,25). Tidak terdapat perbedaan yang
8,84 + 5,12). Hasil uji statistik menunjukkan terdapat bermakna kadar natrium sebelum dan sesudah exercise
perbedaan yang bermakna kadar ADH sebelum dan pada kelompok aerobik (p=0,108). Kadar klorida pada
sesudah aktivitas fisik anaerobik (p = 0,003). Menurut kelompok aerobik juga terjadi peningkatan (107,18 +
peneliti adanya peningkatan kadar ADH pada kedua 1,47 vs 109,73 + 1,42 mmol/L). Terdapat perbedaan
kelompok ini mengindikasikan adanya dehidrasi pada yang bermakna kadar klorida sebelum dan sesudah
subyek penelitian. Hal ini diperkuat dari data hasil exercise pada kelompok aerobik (p=0,000). Begitu pula
pengukuran tingkat dehidrasi, pada kedua kelompok ini dengan kelompok anaerobik juga terjadi peningkatan
didapatkan tingkat dehidrasi subyek penelitian pada kadar natrium darah (147,27 + 1,89 vs 150,64 + 2,42
tingkat dehidrasi ringan. mmol/L). Terdapat perbedaan yang bermakna kadar
Pada saat beraktivitas atau berolahraga terjadi natrium sebelum dan sesudah exercise pada kelompok
pengeluaran cairan yang berlebihan melalui keringat. anaerobik (p = 0,003). Kadar klorida pada kelompok
Apabila jumlah cairan yang keluar tidak tergantikan anaerobik sebelum exercise (107,45 + 2,58 vs 109,82 +
maka tubuh akan mengalami kekurangan cairan atau 3,54 mmol/L). Terdapat perbedaan yang bermakna
dehidrasi (Borowski, 1998). Menurut Despopoulus & kadar klorida sebelum dan sesudah exercise pada
Silbernagl, (2000), pada saat terjadi dehidrasi, maka kelompok anaerobik (p = 0,012).
mekanisme haus dan ADH yang ada di hipotalamus Menurut Adrogue & Madias (2000),
akan diaktifkan. Fungsi utama dari ADH adalah kelebihan ion Na+ (Hypernatremia) terjadi pada saat
menurunkan jumlah kehilangan cairan di ginjal dengan cairan tubuh mengalami hypoosmotic. Peningkatan
meminimalkan pengeluaran air melalui ginjal, air konsentrasi ion Na+ plasma dapat disebabkkan oleh
diabsorbsi di saluran cerna dan konsentrasi elektrolit di kehilangan dari larutan CES, yang memekatkan ion
CES diturunkan. Konsentrasi ADH yang tinggi juga Na+ atau karena kelebihan ion Na+ dalam CES, misal
mengakibatkan vasokontriksi, terjadi kontriksi dari terjadi pengeluaran cairan yang berlebihan melalui
pembuluh darah perifer yang membantu meningkatkan keringat saat latihan fisik. CES mengandung sejumlah
tekanan darah (Martini, 2001). besar ion natrium, klorida dan bikarbonat (Guyton &
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hall, 1997). Keseimbangan cairan tubuh dipertahankan
Butler (2008) yang menyebutkan bahwa, terjadi dengan mengatur volume CES dan osmolaritas CES.

5
CES berfungsi sebagai perantara antara sel dan dan sesudah exercise pada kelompok aerobik (p =
lingkungan eksternal. Semua pertukaran H2O dan 0,000).
konstituen lain antara CIS dan lingkungan eksternal 4. Terjadi peningkatan kadar natrium darah pada
harus melalui CES. Air yang ditambahkan ke cairan kelompok anaerobik (147,27 + 1,89 vs 150,64 +
tubuh pertama kali selalu memasuki kompartemen CES 2,42 mmol/L). Terdapat perbedaan yang bermakna
dan cairan selalu keluar dari tubuh melalui CES kadar natrium sebelum dan sesudah exercise pada
(Sherwood, 2001). kelompok anaerobik (p = 0,003). Terjadi
Pada saat terjadi pengeluaraan keringat peningkatan kadar klorida pada kelompok
elektrolit tubuh juga ikut dieksresikan. Keringat anaerobik sebelum exercise (107,45 + 2,58 vs
mengandung lebih sedikit mineral dibandingkan 109,82 + 3,54 mmol/L). Terdapat perbedaan yang
plasma, oleh karena itu pada saat terjadi pengeluaran bermakna kadar klorida sebelum dan sesudah
keringat saat exercise konsentrasi elektrolit di dalam exercise pada kelompok anaerobik (p = 0,012).
darah akan meningkat (Brouns,1992). Menurut
Guyton & Hall (1997), pada saat tubuh mengalami
dehidrasi, maka kelenjar adrenal akan mensekresikan DAFTAR PUSTAKA
aldosteron dalam jumlah yang banyak. Aldosteron
akan meningkatkan semua enzim dan mekanisme 1. Foss ML, Keteyian SJ. Physiological Basis for
transport untuk semua aspek absorbsi natrium oleh sel- Exercise And Sport, Mc. Graw Hill New
sel epitel usus. Peningkatan absorbsi natrium kemudian York.2006: 59-64.
menyebabkan peningkatan absorbsi sekunder ion 2. Åstrand Per-Olof MD, Kaare Rodahl MD, Hans A
klorida, air dan beberapa zat lain. Efek aldosteron Dahl MD, Textbook of Work Physiology :
dalam saluran usus sama halnya dengan efek yang Physiological Basis of Exercise, fourth edition,
diaktifkan aldosteron di dalam tubulus ginjal, yaitu 2003, United States.
menahan natrium dan air di dalam tubuh pada saat 3. Mooren FC, Volker K. Human Kinetics. Molecular
tubuh mengalami dehidrasi. Menurut Goundasheva & and Cellular Exercise Physiology. USA; 2005.
Sabev (2011) peningkatan kadar elektrolit di dalam 4. Sherwood, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke
darah pada saat aktivitas fisik tergantung dari tipe, Sistem, EGC, Jakarta.
durasi dan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan. 5. Despopoulus. A & Silbernagl. S, 2000, Atlas
Berwarna dan Teks Fisiologi, Edisi 4, Hipokrates,
5. KESIMPULAN Jakarta.
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan di atas 6. Martini FH, Ober WC, Garrison CW, Weltch K,
maka dapat disimpulkan bahwa: Hutchings R, 2001, Fundamentals of Anatomy &
1. Terdapat perbedaan yang bermakna berat badan Physiology, Prentice Hall, Upper Saddle River,
sebelum dan sesudah aktivitas fisik pada kelompok New Jersey.
aerobik (p=0,000) dan kelompok anaerobik 7. . Casa, J.D., Armstrong, E.L., Hilmann, K.S.,
(p=0,001). Pada kedua kelompok ini didapatkan Montain, J.S., Reiff, V.R., Rich, E. B., Roberts,
tingkat dehidrasi subyek penelitian hampir O.W. & Stone, J.A., 2000, National Athletic
keseluruhan pada tingkat dehidrasi ringan (1%). Trainers’ Association Posision. Statement : Fluid
2. Pada penelitian ini didapatkan bahwa kadar ADH Replacement for Athletes, Journal of Athletic
pada kelompok aerobik sebelum exercise 3,38 + Training, 35 (2) : 212 – 224.
1,74 pg/mL dan sesudah exercise 8,95 + 5,31 8. Borowski, L., 1998, Sweating : Students Find
pg/mL, terdapat peningkatan kadar ADH yang Exercise and Dehydration to be Hot Topics in
bermakna (p = 0,003). Pada kelompok anaerobik Chemistry, The Science Teacher Journal, 65(7) : 20
didapatkan bahwa terjadi peningkatan kadar ADH -25.
sebelum dan sesudah perlakuan (5,09 + 4,19 vs 9. Tauhid, 1988, Penanganan Gizi Atlet Selama
8,84 + 5,12). Hasil uji statistik menunjukkan Pertandingan, Makalah Simposium Olahraga,
terdapat perbedaan yang bermakna kadar ADH Unair, Surabaya.
sebelum dan sesudah aktivitas fisik anaerobik (p = 10. Ghaemmaghami, F., Allevard, A., M., Fareh,
0,003). J.,Gharib, C.1991. Effects of acute exercise and
3. Pada kelompok aerobik terjadi peningkatan kadar prolonged exercise training on blood pressure,
natrium sebelum dan sesudah exercise (148,18 + vasopressin and plasma renin activity in
0,87 vs 149,73 + 3,25). Tidak terdapat perbedaan spontaneously hypertensive rats. Eur J Appl Physiol
yang bermakna kadar natrium sebelum dan sesudah 62 (3), 198-203.
exercise pada kelompok aerobik (p = 0,108).Terjadi
peningkatan kadar klorida pada kelompok aerobik
(107,18 + 1,47 vs 109,73 + 1,42 mmol/L). Terdapat
perbedaan yang bermakna kadar klorida sebelum

Anda mungkin juga menyukai