Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
dengan kapasitas total sebesar 710 MW. UP Muara Karang merupakan satu-
satunya perusahaan pembangkit yang menggunakan konfigurasi 2 on 3.
Berdasarkan keadaan dan situasi di lapangan, perusahaan ini sangat tepat untuk
dijadikan tempat pembelajaran, pengamatan dan penelitian bagi mahasiswa.
Sesuai dengan studinya terdapat bahasan-bahasan mengenai ilmu konversi energi
dan kontrol instrumen.
2
1.4 Manfaat Kerja Praktik
Dalam pelaksanaan Kerja Praktik didapatkan manfaat untuk mahasiswa yang
melaksanakan, pihak perguruan tinggi maupun instansi yang bersangkutan.
Adapun manfaat yang diperoleh sebagai berikut :
1. Mahasiswa telah melaksanakan mata kuliah wajib semester VII.
2. Mahasiswa mampu memahami ilmu teori maupun praktik tentang
proses pembangkitan secara langsung di lapangan.
3. Perguruan tinggi dapat meningkatkan kualitas lulusannya melalui
pengalaman Kerja Praktik.
4. Perusahaan dikenal oleh kalangan akademis dan dunia pendidikan
5. Perusahaan akan mendapat bantuan tenaga dari mahasiswa yang
melakukan Kerja Praktik.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4
Generator (STG) di PLTGU Blok II. Untuk kapasitas dari masing-masing
pembangkit pada UP Muara Karang adalah sebagai berikut:
PLTU 2 x 200 MW
STG 1 x 150 MW
STG 3 x 70 MW
[Sumber: Manual Book PT. PJB Unit Pembangkitan Muara Karang]
5
3. Mengembangkan kompetensi dan produktivitas human capital untuk
pertumbuhan yang berkesinambungan
6
2.6 Struktur Organisasi
2.6.1 Struktur Organisasi PLTGU Blok II
General Manajer
Rahmat Azwin
Manajer Pemeliharaan
Junaidi Abdi
7
2. Manajer Pemeliharaan
Bertanggung jawab untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan
atas semua mesin dan peralatan yang dibutuhkan saat proses
produksi. Berkoordinasi dengan supervisor pemeliharaan dan
anggota. Selain itu, mengatur seluruh kegiatan perusahaan yang
berhubungan dengan perawatan dan pemeliharaan segala sarana dan
prasarana perusahaan.
3. Supervisor Rendal HAR
Bertanggung jawab terhadap kegiatan perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan rencana tindak
lanjut program pemeliharaan dapat tercapai sesuai biaya, mutu dan
tepat waktu. Melakukaan koordinasi dengan divisi pemeliharaan.
4. Supervisor HAR Mesin
Menyusun rencana pemeliharaan peralatan khususnya mesin yang
meliputi preventive maintenance dan perbaikan peralatan mesin.
Mengawasi pelaksanaan peralatan mesin untuk menjaga kelancaran
proses produksi. Mengajukan rencana kebutuhan spare part untuk
keperluan pemeliharaan peralatan mesin dan bertanggung jawab
atas pemakaian spare part.
5. Supervisor HAR Listrik
Menyusun rencana pemeliharaan peralatan listrik yang meliputi
preventive maintenance dan perbaikan peralatan listrik. Mengawasi
pelaksanaan peralatan listrik untuk menjaga kelancaran proses
produksi. Mengajukan rencana kebutuhan spare part untuk
keperluan pemeliharaan peralatan listrik dan bertanggung jawab
atas pemakaian spare part. Selain itu, bertanggung jawab atas hasil
kerja staf divisi tersebut.
6. Supervisor HAR Konin
Menyusun rencana pemeliharaan peralatan instrumen yang meliputi
preventive maintenance dan perbaikan peralatan instrumen.
Mengawasi pelaksanaan peralatan instrumen untuk menjaga
8
kelancaran proses produksi. Mengajukan rencana kebutuhan spare
part untuk keperluan pemeliharaan peralatan mesin dan
bertanggung jawab atas pemakaian spare part. Supervisor HAR
Konin juga bertugas membagikan ilmu ke staf pemeliharaan hingga
operator.
Staf Pemeliharaan HAR Konin
Bertugas melaksanakan pemeliharaan di lokal, melaporkan
kepada supervisor jika ada kerusakan peralatan atau
ditemukan keabnormalan pada alat ukur. Berkoordinasi
dengan operator jika akan melakukan perbaikan peralatan
instrumen.
Mitra Karya Prima (MKP) HAR Konin
Bertugas membantu staf pemeliharaan dalam melakukan
pemeliharaan di lokal yang meliputi preventive maintenance
atau perbaikan peralatan instrumen untuk menjaga
kelancaran proses produksi dan menjaga peralatan dari
kerusakan.
9
BAB III
PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI DAN KONTROL
10
Kepekaan (Sentivity)
Perbandingan antara gerakan linear jarum penunjuk pada instrumen
dengan perubahan variable yang diukur.
Ketelitian (Accuracy)
Instrumen menunjukkan deviasi atau penyimpangan. Akurasi adalah
nilai perbedaan antara hasil pengukuran dengan standarnya.
Ketepatan atau presisi (Precision)
Menunjukkan kemampuan instrumen untuk menghasilkan kembali
bacaan tertentu dengan ketelitian yang diketahui.
Kalibrasi
Kegiatan untuk menstandarisasi suatu peralatan dengan cara
membandingkan alat ukur tersebut dengan alat ukur standarnya.
Pengukuran (measurement) merupakan kegiatan membandingkan sesuatu
dengan standarnya. Hasil pengukuran selalu dinyatakan dengan besaran dan
satuan. Instrumen mekanis pada pembangkit adalah sistem pengukuran
dimana detector/sensor yang mendeteksi besaran fisika ditransformasikan
secara mekanis sehingga nilai dari besaran dapat diketahui. Instrumentasi
yang diukur adalah tekanan, temperatur, aliran, level dan perbedaan
tekanan.
11
Macam-macam peralatan instrumen untuk mengukur tekanan.
1. Pressure indicator (PI)
Peralatan instrumen yang digunakan sebagai indikator pengukuran
tekanan. Pressure yang diberikan menggunakan energi mekanik untuk
mengindikasikan tekanan. Tekanan yang diberikan dapat berupa fluida
gas maupun liquid.
12
Gambar III-3 Pressure Switch
Selain itu, terdapat peralatan instrumen untuk mengukur perbedaan
tekanan.
Differential pressure indicator
13
dari gas. Perubahan dari volume akan menyebabkan tekanan yang
menggerakkan jarum indikator.
14
Gambar III-8 Temperatur Switch
15
3. Level Switch
Prinsip kerja menggunakan bola pelampung yang mengapung sebagai
penanda ketinggian, dan ketika di ketinggian tertentu bola pelampung
akan menyentuh kontak dan mengubah sinyal.
16
2. Sinyal acuan (set point)
Suatu sinyal yang tetap menjadi patokan agar suatu proses dapat
menghasilkan besaran yang diinginkan.
3. Alat pengendali (controller)
Peralatan yang berfungsi membandingkan antar sinyal terukur dengan
sinyal acuan, kemudian penyimpangan yang terjadi akan menggerakkan
controller sampai penyimpangan tersebut hilang.
4. Unit korektif (correcting unit)
Terdiri dari dua bagian yaitu aktuator dan posisioner.
Posisioner adalah peralatan yang menerima sinyal dari controller dan
kemudian diubah menjadi gerakan aktuator.
17
Control Valve
Control valve ini dapat memvariasikan persen nilai dari membuka
dan menutup valve (0% sampai 100%)
Komponen pendukung yang terdapat dari control valve adalah:
Positioner
Berfungsi untuk memastikan bahwa pembukaan atau
penutupan valve berada dalam posisi yang benar sesuai
berdasarkan sinyal kontrol yang dikirim dari controller.
Regulator
Menstabilkan tekanan udara yang melalui regulator sesuai
dengan permintaan tekanan dari positioner.
Booster
Membantu menambah supply flow udara saat aliran udara dari
positioner kurang untuk actuator.
Posisioner
Booster
PI output ke
regulator
PI input ke
regulator
18
Selain itu, komponen pendukung lainnya pada control valve yaitu:
Lock up
Mengunci posisi terakhir dari pembukaan valve saat supply
udara untuk actuator hilang.
Limit switch
Mengukur posisi pembukaan valve yang akan diproses dan
dikirim sebagai sinyal posisi pembukaan valve.
Solenoid valve
Solenoid valve menggunakan prinsip kerjanya hampir sama dengan
pneumatik, perbedaannya hanya masuk tidaknya udara ke diapragma valve
ditentukan oleh solenoid.
Motor valve
Untuk valve jenis ini, actuator valve digerakkan oleh motor. Biasa disebut
dengan motorized valve (MOV). Valve jenis ini digunakan pada inlet
guide vane, LP stop valve dan LP guide valve, HP stop valve dan HP guide
vane serta cumbuster bypass valve.
19
Gambar III-13 Konfigurasi Dasar DCS
20
Konfigurasi CPU sebagai berikut:
Power supply
CPU card
Ethernet I/F
C-net I/F
Sistem I/O
21
Gambar III-16 Konfigurasi I/O
Jenis-jenis sinyal pada channel input/output modul yaitu: sinyal digital
yang bernilai high (1) atau low (0) dan sinyal analog yang bernilai
continue dengan nilai tertentu.
22
Unit interlock system gas turbine dibuat untuk memastikan proses shut
down plant yang aman dan memberikan proteksi terhadap equipment/peralatan
terutama gas turbin.
Berikut ini empat contoh interlock gas turbin antara lain:
Lube oil pressure low trip
Melindungi bearing-bearing turbin dari kehilangan pelumasan.
23
Gambar III-19 Interlock blade path temperature high trip
[sumber: Manual Book: PT. PLN Muara Karang Gas Power Plant Project]
Main fuel oil pump trip
Jika MFOP trip, maka fuel oil tidak bisa disuplai ke turbin, maka turbin
harus di shut down.
Unit interlock system steam turbine dibuat untuk memastikan proses shut down
plant yang aman dan memberikan proteksi terhadap equipment/peralatan terutama
steam turbin. Berikut ini empat contoh interlock steam turbin antara lain:
Over speed trip
Steam turbin speed harus dimonitor dan ter-interlock untuk melindungi
gas turbin rotor dan blade kerusakan.
24
Condensor vacum low trip
Jika vacum kondensor turun maka akan muncul vibrasi di blade low
pressure turbine.
25
Selain itu, pada unit HRSG, jika terjadi kondisi seperti dibawah ini:
1. HRSG HP drum level low low dan HP/LP drum level high high
2. Feed water pump stop
3. HRSG control system abnormal
4. HRSG emergency trip
Maka satu HRSG akan mengalami HRSG trip condition. Dalam kasus ini, ST
yang menjadi ST stop priority akan stop dalam kondisi normal, namun jika terjadi
kondisi trip pada kedua HRSG maka semua ST akan trip.
B. Proteksi
Kontrol diartikan sebagai pengendalian, sehingga sistem kontrol adalah
serangkaian perangkat untuk mengendalikan proses suatu kondisi yang
diinginkan. Proteksi adalah rangkaian kontrol yang dilengkapi dengan suatu
peralatan pendeteksi batasan-batasan pengoperasian pembangkit pada batas aman
dan tidak aman.
Tujuan dari proteksi sebagai berikut:
Mencegah kerusakan
Membatasi kerusakan
Mencegah meluaskan suatu gangguan sistem
Proteksi bertugas untuk:
Memberi peringatan (alarm)
26
Memisahkan sistem/peralatan yang terganggu dengan cara membuka
pemutus tenaga (PMT)
Mematikan mesin yang sedang beroperasi jika dianggap bahaya bagi
peralatan lain.
Maka, proteksi pada peralatan sangat dibutuhkan untuk menjaga peralatan dari
kerusakan.
27
Gambar III-26 Simbol Peralatan Instrumen P & ID
[sumber: Jurnal PT. PLN Muara Karang Site Training Manual]
Selain itu, terdapat huruf lain yang dapat menjadi referensi untuk mempelajari P
& ID seperti terlihat pada tabel berikut ini.
28
Identifikasi Huruf dalam P & ID untuk Peralatan Instrumen
29
Gambar III-29 Simbol Lain Peralatan Instrumen
[sumber: Jurnal PT. PLN Muara Karang Site Training Manual]
Selanjutnya, untuk simbol peralatan kontrol dapat dilihat pada gambar berikut ini.
30
Tidak hanya peralatan instrumen dan kontrol, simbol dibawah ini digunakan
untuk mengindentifikasi bagaimana cara peralatan instrument terhubung pada
proses dan mengindentifikasi sinyal yang digunakan.
31
Mengajukan working permit.
Melaksanakan pekerjaan.
Mengumpulkan job feedback.
Memasukkan data pada job feedback ke dalam CMMS/EAM.
Mengevaluasi informasi kondisi peralatan dan membuat laporan.
Manajer pemeliharaan memiliki tanggung jawab secara keseluruhan dalam
proses, selain itu meninjau serta memperbaharui instruksi ini. Manajer enjinering
UP bertanggungjawab melakukan review dan rekomendasi terhadap efektifitas
pelaksanaan PM. Tindakan preventive maintenance (PM) berasal dari
rekomendasi manufaktur, masukan yang berdasarkan pada pengalaman
tim manajemen operasi, pemeliharaan dan bidang enjinering serta best
practice unit lain yang sejenis.
32
6. Setelah melakukan eksekusi pekerjaan, apabila ada temuan
kerusakan pada checklist PM terdapat pekerjaan tambahan. Teknisi
diinstruksikan melakukan tindakan nomor 7. Apabila tidak ada
pekerjaan tambahan maka teknisi dapat melakukan pekerjaan di
nomor 8.
7. Hasil pencatatan checklist PM dari teknisi konin diberikan kepada
supervisor konin yang selanjutnya temuan kerusakan tersebut dapat
dilaporkan kepada supervisor senior produksi untuk dibuatkan
service request (SR).
8. Teknisi dapat melengkapi checklist PM.
9. Bila checklist PM telah selesai, maka teknisi akan memberikan
checklist PM kepada supervisor konin untuk melakukan review
dari setiap checklist PM dan mencatat pada laporan mingguan PM.
10. Setelah selesai, WO dapat ditutup.
33
Langkah Kerja Preventive Maintenance
1. Bersihkan peralatan tersebut menggunakan kain majun.
2. Bila terjadi kerusakan maka dapat dilakukan tindakan lebih lanjut.
- Bila terjadi kerusakan kecil dan mudah untuk diperbaiki,
maka dapat diperbaiki langsung ditempat (tindakan
bersihkan, lumasi, kencangkan)
- Bila terjadi kerusakan besar, tulis temuan tersebut di daftar
checklist PM seta ajukan WO di tabel rekomendasi
3. Catat bagaimana kondisi peralatan tersebut sesuai dengan catatan
kondisi peralatan di daftar checklist WO.
4. Bersihkan area kerja tersebut dari kotoran atau sampah dan
dibuang ke tempat sampah.
34
Gambar III-32 Contoh Checklist Preventive Maintenance Peralatan Instrumen
35
Untuk preventive maintenance DCS yang perlu disiapkan sebelum
melakukan eksekusi pekerjaan:
Dokumen
Daftar checklist PM DCS
Peralatan
Filter
Vacum cleaner
Toolset lengkap
Isolasi
Koordinasi dengan operator
K3
Wearpack
36
5. Nilai, temperatur dan visual dari modul.
6. Temuan
7. Rekomendasi
8. Pengesahan
37
Manajer Pemeliharaan UP bertanggungjawab secara keseluruhan untuk
menjalankan proses ini dan mengusulkan perbaikan.
3.5.4 Prosedur Kerja Corrective Maintenance
1. Supervisor Konin menerima work order (WO) dari Rendal Konin
yang berisi informasi corrective maintenance antara lain:
Lokasi dan asset
Lingkungan
Status peralatan
Fasilitas yang ada
Peralatan yang terkait
Faktor keselamatan
Sumber daya yang diperlukan
Spart part yang diperlukan
2. Supervisor dan teknisi konin melakukan cek kebutuhan spare part
dan tools yan tertulis WO.
3. Jika ada tambahan spare part atau tools maka teknisi membuat
manual (desktop) requisition.
4. Setelah tersedia digudang, maka teknisi melakukan pengambilan di
gudang.
5. Teknisi mempersiapkan sparepart and tools.
6. Teknisi diwajibkan untuk mengajukan izin WO pekerjaan kepada
supervisor untuk melakukan pekerjaan, jika sudah mendapatkan
izin maka teknisi dapat melakukan eksekusi pekerjaan.
7. Bila dalam eksekusi pekerjaan terdapat penambahan spare part
maka teknisi melakukan tindakan nomor 2, bila tidak ada
penambahan spare part maka eksekusi pekerjaan selesai
dikerjakan.
8. Teknisi diwajibkan melakukan pencatatan pada format corrective
maintenance tentang semua temuan kerusakan, penyebab
kerusakan dan rekomendasi meliputi tindakan perbaikan ataupun
sparepart yang digunakan.
38
9. Supervisor dan teknisi konin mengevaluasi hasil eksekusi
pekerjaan.
10. Bila WO ditutup maka mengikuti prosedur acceptance test, bila
diperlukan pekerjaan tambahan akan ditulis di WO untuk diajukan
ke Rendal Konin.
3.6 Kalibrasi
Kalibrasi merupakan suatu kegiatan untuk mengembalikan kinerja
peralatan ke standar kerja yang seharusnya. Inti dari kalibrasi adalah
menstandarisasi suatu peralatan dengan alasan karena peralatan sudah tidak sesuai
dengan standarnya. Salah satu contoh dari tindakan corrective maintenance adalah
kalibrasi.
Macam-macam kalibrasi sesuai kaitannya dengan sistem sebagai berikut:
Kalibrasi online
Dilakukan saat sistem sedang beroperasi tanpa melepas peralatan
instrumen
Kalibrasi offline
Dilakukan dengan melepas peralatan dari local dan dikalibrasi di tempat
kalibrasi.
39
K3
Wearpack
Earplug
Helm
Safety shoes
Sarung tangan
Setelah mempersiapkan hal seperti diatas sesuai dengan macam-macam kalibrasi,
tindakan lebih lanjut yang dapat dilakukan dikelompokkan sebagai berikut:
Kalibrasi online
Sebelum melakukan kalibrasi di tempat/local, teknisi dapat
mempersiapkan keperluan sebagai berikut:
Dokumen
Manual book tentang peralatan instrumentasi
Format kalibrasi
Peralatan
Kalibrator
Peralatan tambahan [tube, kabel, konektor, jumper, power supply,
komunikator dan indikator (manometer, avometer dll) sesuai
kebutuhan kalibrasi]
Isolasi
Koordinasi dengan operator
K3
Wearpack
Earplug
Helm
Safety shoes
Sarung tangan
Kalibrasi offline
Untuk melakukan kalibrasi offline, setelah melepas peralatan instrumentasi
dapat mempersiapkan keperluan dibawah ini sebelum melakukan kalibrasi.
40
Dokumen
Manual book tentang peralatan instrumentasi
Format kalibrasi
Peralatan
Kalibrator
Peralatan tambahan [tube, kabel, konektor, jumper, power supply,
komunikator dan indikator (manometer, avometer dll) sesuai
kebutuhan kalibrasi]
Isolasi
Tidak perlu isolasi untuk bekerja di bengkel
K3
Wearpack
Earplug
Helm
Safety shoes
Sarung tangan
41
Gambar III-35 Formulir Pengujian Kalibrasi
[sumber: Instruksi Kerja PT. PJB UP Muara Karang]
Sementara untuk langkah kerja disesuaikan dengan peralatan instrument yang
dikalibrasi. Langkah kerja juga harus sesuai dengan instruksi kerja (IK). Setelah
melakukan tindakan, bila peralatan tersebut dinyatakan kondisi rusak maka dapat
mengajukan item request (IR). Bila peralatan instrumen sudah dinyatakan kondisi
baik, maka teknisi sebelum memasang peralatan tersebut wajib koordinasi terlebih
dahulu dengan operator.
42
1. Kalibrator Temperatur
43
BAB IV
PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK
44
KEGIATAN MINGGU III
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Mendampingi operator Merecord nilai operasi steam
melakukan patroli check dan turbin dan desal plant.
record data steam turbin dan Mengetahui prosedur kerja
desal plant. melakukan ball cleaning.
Pembelajaran prinsip kerja ball
cleaning.
KEGIATAN MINGGU IV
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Melakukan patroli check dan Merecord nilai operasi ST dan
record data gas turbin, steam water intake.
turbin, water intake dan desal Tidak ada keabnormalan pada
plant. seal oil setelah dilakukan
Pengetesan sistem proteksi DC pengetesan sistem proteksi.
seal oil dan mengikuti operator Mempelajari sistem proteksi ST
ke intlet air filter (IAF). dan melihat lokasi penyaringan
Pembelajaran sistem proteksi (IAF) udara sebelum masuk ke
ST dan control valve bypass kompresor.
header steam Ditemukan keabnormalan pada
Pembersihan heat exchanger bypass valve 2.1
(HE) ST 2.1 dan strainer desal Mengetahui prosedur kerja
plant. pembersihan HE dan strainer
desal.
KEGIATAN MINGGU V
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Melakukan patrol check dan Me-record nilai operasi semua
record data ST, GT, HRSG, area tersebut.
water intake dan generator ST.
45
Tabel IV-2 Review Kegiatan Bulan September 2016
KEGIATAN MINGGU I
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Pembekalan tentang Mempelajari pemeliharaan yang
pemeliharaan yang dilakukan terdapat di manual book.
oleh divisi kontrol instrumen
(Konin).
KEGIATAN MINGGU II
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Pembelajaran dasar Mengenal dasar pemeliharaan
pemeliharaan peralatan terhadap peralatan instrumen.
instrumen. Pemeliharaan terhadap area
Preventive maintenance tersebut untuk check apakah
kondensor, enclosure GT, DCS terdapat keabnormalan.
ST, HRSG dan drainpot system. Memahami prinsip kerja PI,
Pembelajaran peralatan pressure langkah men-seal tape
indicator (PI), menggunakan connector dan prosedur
seal tape dan kalibrasi. kalibrasi sesuai instruksi kerja
Corrective maintenance (IK).
solenoid IAF Temuan keabnormalan pada
solenoid elevasi 1 baris 6 dan
elevasi 5 baris 2 dari selatan.
KEGIATAN MINGGU III
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Pembalajaran dasar Mengenal dasar pemeliharaan
pemeliharaan peralatan kontrol. peralatan kontrol.
Preventive maintenance fuel gas Tidak ada temuan keabnormalan
dan exhaust gas duct. saat pemeliharaan.
Corrective maintenance panel Penggantian baterai panel
minimax. minimax.
46
KEGIATAN MINGGU IV
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Preventive maintenance Tidak ada temuan keabnormalan
condensor vacum pump, saat pemeliharaan.
drainpot system. Setting level high pada level
Corrective maintenance level switch.
switch drainpot. Mengetahui prinsip kerja smoke
Mempelajari smoke detector dan dan heat detector.
heat detector. Melakukan kalibrasi sesuai IK.
Kalibrasi pressure transmitter
(PT).
KEGIATAN MINGGU V
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Preventive maintenance lube Tidak ada temuan keabnormalan
oil, seal oil, control oil, H2 atau kerusakan saat
system and closed cooling water pemeliharaan GT dan ST.
(CCW) GT. Mempelajari dasar high
Preventive maintenance sea pressure bypass valve untuk
water booster pump (SWBP) investigasi keabnormalan.
dan CCW ST.
Pembelajaran turbin bypass
valve
47
Tabel IV-3 Review Kegiatan Bulan Oktober 2016
KEGIATAN MINGGU I
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Preventive maintenance Tidak ditemukan keabnomalan
kondensor, HRSG, drainpot saat pemeliharaan.
system dan CEMS. Mengenal logic pada PLTGU
Pembelajaran logic diagram. Blok II.
Check kondisi bypass damper. Bypass damper dilakukan
Kalibrasi pressure indicator (PI) pengecekan 2 hari sekali.
dan temperature indicator (TI). Melakukan kalibrasi PI dan TI
sesuai IK.
KEGIATAN MINGGU II
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Preventive maintenance DCS Tidak ada temuan
GT dan deaerator. keabnormalan.
Investigasi alarm di emergency Temuan kegagalan sistem dalam
diesel generator (EDG). beroperasi.
Pembelajaran turbin bypass Memahami prinsip kerja HP
valve untuk mengikuti TBV.
investigasi saat overhaul.
KEGIATAN MINGGU III
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Preventive maintenance lube Tidak ada temuan kerusakan di
oil, seal oil, control oil, H2 semua area yang dilakukan
system dan closed cooling water pemeliharaan.
(CCW) GT.
Preventive maintenance
blowdown, damper, make up
water (MUT) dan service water
tank (SWT) serta sensor-sensor.
48
KEGIATAN MINGGU IV
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Mengikuti overhaul Memahami berbagai ilmu saat
mengikuti overhaul.
49
KEGIATAN MINGGU III
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Test damper yang telah Tidak ada alarm setelah
diperbaiki dan mengikuti proses diperbaiki.
start up gas turbin. Mengetahui proses start up
Lomba audit 5S. Mewujudkan lingkungan kerja
Preventive maintenance HRSG, yang aman, nyaman dan rapih.
seal oil dan H2 system ST. Tidak ada temuan kerusakan
saat pemeliharaan.
KEGIATAN MINGGU IV
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Pengecekan bypass damper Melihat kondisi bypass damper
Investigasi PI gland steam ST Temuan keabnormalan PI dan
Preventive maintenance CCW dilakukan tindakan pengetesan
ST dan SWBP. kinerja gland steam.
Tidak ditemukan kerusakan
peralatan saat pemeliharaan
KEGIATAN MINGGU V
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Preventive maintenance Tidak ada temuan kerusakan.
kondensor, debris, CCW ST, Filter kotor tetapi nilai tegangan
SWBP. normal.
Mengganti filter DCS dan Troubleshooting H2 plant.
mengukur tegangan.
Investigasi H2 plant.
50
Tabel IV-5 Review Kegiatan Bulan Desember 2016
KEGIATAN MINGGU I
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Check turbin bypass valve Kondisi HP TBV kondisi
setelah dilakukan perbaikan. normal.
Preventive maintenance Peralatan dalam kondisi baik.
blowdown.
KEGIATAN MINGGU II
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Preventive maintenance lube Tidak ada temuan kerusakan
oil, control oil, exhaust gas saat melakukan pemeliharaan.
duct, fuel gas dan CCW GT. Troubleshooting H2 plant.
Corrective maintenance H2
plant.
KEGIATAN MINGGU III
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Preventive maintenance lube Peralatan dalam kondisi aman
oil, seal oil, control oil, H2 saat pemeliharaan.
system dan CCW GT. Memahami fungsi IK sebagai
Mempelajari kalibrasi sesuai standar melakukan kalibrasi
dengan IK.
KEGIATAN MINGGU IV
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Kalibrasi PT, PI dan Kalibrasi peralatan sesuai IK.
Termokopel (TE). Mengetahui prosedur
Pemasangan display sensor pemasangan display temperatur.
temperatur DCS HRSG. Memahami isi pembuatan video
Mengikuti community of learning.
practice (COP).
51
KEGIATAN MINGGU V
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Pemasangan display sensor Mengetahui prosedur
temperature chlorin, demin, pemasangan display temperatur.
desal dan H2 plant. Tidak ada kerusakan pada
Investigasi regulator CEMS. regulator.
52
KEGIATAN MINGGU IV
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Preventive maintenance Tidak ada temuan kerusakan
kondensor dan drainpot system. atau keabnormalan.
Investigasi TI kondensor. TI kondensor aman dan tidak
List spare part GT 2.2 perlu di kalibrasi.
Pembelajaran pressure Mengetahui spart part yang
indicator. masih tersedia.
Pembekalan uji kompetensi di Mempersiapkan uji kompetensi.
PNJ.
KEGIATAN MINGGU V
REVIEW KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Pembelajaran pressure Mempersiapkan uji kompetensi.
indicator.
Kalibrasi PI diawasi dengan
mentor.
Dokumentasi selama pelaksanaan kerja praktik dilampirkan pada lampiran
laporan kerja praktik ini.
4.1.1 Kegiatan Pemeliharaan Preventive
Melaksanakan kegiatan rutin (preventive maintenance) dilakukan
secara berkala, preventive maintenance dilakukan dengan tujuan untuk
memantau kinerja peralatan, merawat perawatan dan dikategorikan dalam
upaya mencegah terjadinya kerusakan. Pada kegiatan harian yang
dilakukan mahasiswa kerja praktik dalam melakukan pemeliharaan
peralatan instrumen dan kontrol di peralatan utama PLTGU yaitu gas
turbin, HRSG dan steam turbin.
4.1.2 Kegiatan Pemeliharaan Corrective
Pemeliharaan corrective dilakukan jika ada temuan kerusakan yang
harus diperbaiki. Temuan kerusakan biasanya ditemukan oleh operator
yang setiap 2-4 jam sekali melakukan patroli check untuk memastikan
kondisi peralatan aman. Keabnormalan atau kerusakan yang ditemukan,
53
segera dilaporkan oleh operator ke supervisor operasi untuk dibuatkan
service request (SR) yang akan diberikan ke rendal. Selanjutnya, rendal
membuat work order (WO) dan menerbitkan nomor WO tersebut untuk
diberikan ke supervisor pemeliharan dan setelah menerima WO kemudian
melakukan eksekusi pekerjaan.
TRANSMITTER
Pi STANDARD
KALIBRATOR
54
5. Beri supply 24VDC pada Transmitter seperti gambar dibawah ini
SCANDURA/YOKOGAWA
POWER SUPPLY +
- +
24 V DC
- - +
mA +
measurement
-
Resistor 250 ohm
Transmitter
dipasang kalau mau
menggunakan HART/
BT200 saja
55
11. Apabila transmitter dilakukan pengaturan dengan menggunakan
communicator BT200/HART maka lakukan langkah No 5 hinggan No 9
dan catat hasil injeksi pada kolom AFTER
12. Jika penunjukan masih tidak sesuai dengan PI standard maka lakukan
langkah No 11 poin a
13. Jika penunjukan sudah sesaui dengan PI standard maka kalibrasi sudah
selesai.
56
Tabel IV-7 Pengujian Before Kalibrasi
Input Output Before Kalibrasi After Kalibrasi
Standar Standar (kg/cm2) (mA) (kg/cm2) (mA)
(kg/cm2) (mA) ↓ ↑ ↓ ↑ ↓ ↑ ↓ ↑
0 4 0,004 0,033 4,010 4,010
2,5 8 2,495 2,502 7,995 7,995
5 12 4,985 4,993 11,970 11,970
7,5 16 7,438 7,480 15,968 15,968
10 20 9,942 9,961 19,902 19,933
Maks error: < 1% Error: 0,23% Error: 0,77%
Selanjutnya, analisis hasil pengujian akan menunjukkan dua hasil antara lain; nilai
eror melebihi 1% akibat dari terdapat ketidaktepatan penunjukan pada transmitter
(baik zero ataupun span) atau terdapat selisih dengan PI standard maka perlu
dilakukan pengaturan dengan menggunakan communicator BT200/HART.
Sebaliknya nilai eror < 1% dikarenakan penunjukkan pada transmitter sesuai
dengan PI standar. Pada kegiatan kalibrasi ini, dapat disimpulkan bahwa tidak
diperlukan melakukan kalibrasi (menstandarisasi peralatan) karena nilai eror
menunjukkan nilai eror kurang dari 1%.
57
Kalibrasi Termokopel (TE)
Prosedur pelaksanaan kalibrasi TE sebagai berikut:
1. Lakukan isolasi terhadap well untuk termokopel
2. Lepas koneksi termokopel dari well-nya
3. Lakukan instalasi hardware dan wiring
4. Lakukan instalasi electrical wiring
58
Gambar IV-8 Injeksi Suhu Bertahap
59
Kalibrasi Pressure Indicator (PI)
Prosedur pelaksanaan kalibrasi PI sebagai berikut:
1. Beri seal tape pada konektor input-an pressure indikator
2. Hubungkan PI pada Pressure Calibrator
PI
PI STANDARD
KALIBRATOR
60
Untuk merubah nilai zero
61
Tabel IV-9 Pengujian Before Kalibrasi PI
Pressure Standar Before Kalibrasi After Kalibrasi
(kg/cm2) ↓ ↑ ↓ ↑
0 0 0
2 1,8 1,8
4 3,8 3,8
6 5,8 5,8
8 8 8
10 10,2 10,2
Maks Error: < 2,5% Error: 3,38%
62
Gambar IV-14 Zeroing Pressure Indicator
63
Tabel IV-11 After Kalibrasi Pressure Indicator
Pressure Before Kalibrasi After Kalibrasi After Kalibrasi
(kg/cm2) ↓ ↑ ↓ ↑ ↓ ↑
0 0 0 0 0 0 0
2 1,8 1,8 2,2 2,4 2 2
4 3,8 3,8 5,2 5,2 3,9 4
6 5,8 5,8 8 8,2 6 6
8 8 8 > 10 > 10 8 8
10 10,2 10,2 10,1 10,1
Error: < 2,5% Error: 3,38% Error: > 2,5 Error: 0,41%
64
merupakan peralatan utama pembangkit sehinggaa apabila terjadi
kegagalan penunjukkan level switch kondensor maka akan berpotensi pada
menurunnya kesiapan pembangkit dalam melakukan proses start up steam
turbin. Apabila terjadi kasus seperti itu, dibutuhkan penanganan sisi
maintenance pada keabnormalan level switch waterbox kondensor.
Kondensor adalah peralatan yang berfungsi untuk mengubah uap
menjadi air. Prinsip kerja kondensor yang proses perubahannya dilakukan
dengan cara mengalirkan uap ke dalam suatu ruangan yang berisi pipa-
pipa (tubes). Uap mengalir di luar pipa-pipa (shell side) sedangkan air
sebagai pendingin mengalir di dalam pipa-pipa (tube side). Kondensor
seperti ini disebut kondensor tipe surface (permukaan). Kebutuhan air
untuk pendingin di kondensor sangat besar sehingga dalam perencanaan
biasanya sudah diperhitungkan. Air pendingin diambil dari sumber yang
cukup persediannya, yaitu dari danau, sungai atau laut. Posisi kondensor
umumnya terletak dibawah turbin sehingga memudahkan aliran uap
keluar turbin untuk masuk kondensor karena gravitasi.
Laju perpindahan panas tergantung pada aliran air pendingin, kebersihan
pipa-pipa dan perbedaan temperatur antara uap dan air pendingin. Proses
perubahan uap menjadi air terjadi pada tekanan dan temperatur jenuh,
dalam hal ini kondensor berada pada kondisi vakum. Karena temperatur
air pendingin sama dengan temperatur udara luar, maka temperatur air
kondensatnya maksimum mendekati temperatur udara luar. Apabila laju
perpindahan panas terganggu, maka akan berpengaruh terhadap tekanan
dan temperatur. Aliran air pendingin ada dua macam, yaitu satu lintasan
(single pass) atau dua lintasan (double pass). Untuk mengeluarkan udara
yang terjebak pada water box (sisi air pendingin), dipasang venting pump
atau priming pump. Udara dan non condensable gas pada sisi uap
dikeluarkan dari kondensor dengan ejector atau pompa vakum.
65
Gambar IV-16 Ilustrasi Peralatan Kondensor
[sumber: Jurnal PT. PLN Muara Karang Site Training Manual]
66
Gambar IV-17 Desain Level Switch PLTGU Blok II
[sumber: Manual Book PT. PLN Muara Karang Gas Power Plant Project]
67
Gambar IV-19 Level Switch Terlepas dari Waterbox
68
Gambar IV-20 Waterbox Kondensor
Eksekusi pekerjaan setelah level switch dilepas dari waterbox selanjutnya
melepas tabung pelindung limit witch. Investigasi pertama dilakukan
dengan melihat visual kondisi pelampung dan limit switch, untuk lebih
jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Limit switch
69
membersihkan setiap bagian level switch terlebih dahulu sebelum
melakukan perbaikan
70
Gambar IV-24 Analisis Metode Fishbone
71
Gambar IV-25 Biota Laut pada Waterbox
B. Solusi
Batang pelampung yang patah menyebabkan kegagalan pelampung
dalam merespon kenaikan level air sehingga penunjukkan di lokal tidak
sesuai dengan penunjukkan di control room akibatnya terjadi alarm.
Selain itu, pentil yang rusak membuat batang pelampung tidak dapat
menyentuh bandul. Solusi yang dilakukan dalam perbaikan level switch
adalah memperbaiki batang pelampung yang rusak dengan membuat
batang baru lalu disambung ke pelampung. Selanjutnya perbaikan pentil
adalah mengganti tutup pentil yang hancur diganti dengan yang baru.
Pentil di bor agar mudah dimasukkan ke ujung bandul, sebelum
dimasukkan terlebih dahulu pentil diberikan watermur dengan alasan
untuk mengencangkan baut pentil.
Setelah eksekusi pekerjaan selesai dikerjakan, level switch
dipasang kembali ke waterbox dan dilanjutkan evaluasi hasil eksekusi
serta pembuatan laporan ke Rendal untuk menutup work order. Hasil
corective maintenance diharapkan mampu mengurangi potensi kegagalan
LS waterbox kondensor dan mengurangi downtime peralatan.
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam laporan kerja praktik yang
berjudul “Pemeliharaan Peralatan Instumentasi dan Kontrol PLTGU Blok II
UP Muara Karang” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kerja praktik bertujuan untuk menerapkan ilmu teori yang
telah didapatkan di perkuliahan serta mampu memahami proses
pembangkitan secara langsung di lapangan.
2. Instrumentasi dan kontrol dalam sistem pembangkitan dibutuhkan untuk
mengukur dan mengontrol proses sehingga proses berjalan sesuai dengan
yang diinginkan.
3. Peralatan instrumentasi terdiri dari indicator, transmitter dan switch
dengan instrumentasi tekanan, temperature, level dan aliran. Peralatan
kontrol terdiri dari control valve, solenoid valve dan motor valve.
4. Distributed control system (DCS) adalah suatu sistem kontrol berbasis
komputer yang dapat memproses sistem yang dinamik. Selain itu,
digunakan sistem interlock dan proteksi untuk mengamankan satu
peralatan terhadap peralatan lainnya.
5. Pemeliharaan yang dilakukan mahasiswa selama mengikuti kerja praktik
antara lain; preventive maintenance dan corrective maintenance yang
sesuai dengan work order. Selain itu, pengaplikasian instruksi kerja (IK)
dilakukan dalam melaksanakan kalibrasi.
6. Kendala dalam melaksanakan pemeliharaan adalah kegagalan level switch
waterbox kondensor yang diharuskan untuk melakukan corrective
maintenance.
7. Kegagalan diakibatkan tidak sesuainya penunjukkan level di lokal dengan
control room yang menyebabkan terjadinya alarm,
73
8. Setelah investigasi kerusakan terjadi pada bagian batang pelampung dan
pentil level switch. Kemudian dilakukan perbaikan dengan membuat
batang pelampung baru untuk mengganti batang pelampung yang patah,
selain itu mengganti tutup pentil yang hancur diganti dengan yang baru.
5.2 Saran
Setelah melakukan kerja praktik di PT. Pembangkitan Jawa Bali, saran
untuk kendala kerja adalah diperlukan solusi alternatif yang bersifat inovatif dan
reliability pada kasus kegagalan penunjukkan level waterbox condensor yang
berpotensi mengganggu proses start up steam turbine. Selain itu, untuk
mengurangi potensi kegagalan level switch dapat dilakukan dengan
mengendalikan dan menjadwalkan semua kegiatan taktis pemeliharaan agar
diperoleh hasil pemeliharaan optimal, mulai dari daily, weekly, annually planning
sampai long term plan (5 Tahun). Langkah tersebut mempermudah dalam
pemeliharaan preventive maupun corrective. Saran yang diberikan meningkatkan
kehandalan sistem monitoring level waterbox condensor steam turbine.
Selain itu, terdapat saran untuk perusahaan dan perguruan tinggi untuk
meningkatkan kualitas hingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Perusahaan
Perusahaan diharapkan mampu men-transfer ilmu di bidang
pembangkitan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dan
diharapkan dapat membimbing mahasiswa hingga lulus kerja
praktik dengan ilmu bermanfaat.
Perguruan Tinggi
Perlu adanya kajian ulang tentang kurikulum yang dibutuhkan di
perusahaan dengan yang dipelajari di perguruan tinggi agar terjadi
keselarasan saat melaksanakan kerja praktik.
74
DAFTAR PUSTAKA
[1] Instruction of Mitsubishi Gas Turbin. 2010. Jurnal PT. PLN Muara Karang
Site Training Manual.
[2] UP Muara Karang, PT. PJB. 2013. Instruksi Kerja
[3] Mitsubishi Heavy Industries, Ltd. 2010. Manual Book: PT. PLN (PERSERO)
Muara Karang Gas Power Plant Project.
75