Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Obat adalah semua campuran yang dipergunakan oleh

semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah,

meringankan dan menyembuhkan penyakit. Obat sebelum beredar di

pasaran tentu terlebih dahulu di lakukan pengujian mulai dari kandungan

hingga efek farmakologi yang di hasilkan. Pada pengujian tesebut di

gunakan hewan uji untuk mengetahui sejauh mana efek yang ditimbulkan

dengan bentuk atau cara yang sesuai. Pengalaman telah membuktikan

bahwa hasil percobaan farmakologi pada hewan coba dapat

diekstrapolasikan pada manusia bila beberapa spesies hewan pengujian

menunjukkan efek farmakologi yang sama. (Anonim, 2007)

Cara atau rute pemberian obat pada hewan uji ada beberapa macam,

dua diantaranya yaitu: pemberian secara oral atau pemberian yang

dilakukan masuk ke dalam mulut dan langsung menuju ke saluran

pencernaan. Pemberian secara intraperitonial atau pemberian obat yang

di suntikkan di sekitar rongga perut dan langsung menuju ke sirkulasi

darah. (Nafiu, 2004).

Praktikum kali ini akan dikenalkan dan dilakukan cara pemberian

secara oral (melalui mulut) dan Intraperitonial (disuntikkan di rongga


2

perut) pada hewan uji mencit, sehingga diharapkan praktikan dapat

mengetahui pengetahuan dasar mengenai teknik pemberian obat kepada

hewan uji dan mengetahui efek farmakologi yang dihasilkan, (Moriwaki,

2000).

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan

Untuk mengetahui cara pemberian oral dan parenteral terhadap

hewan uji.

I.2.2 Tujuan Percobaan

1. Mengetahui teknik cara pemberian oral terhadap hewan uji.

2. Mengetahui dengan tepat obat telah sampai di saluran

pencernaan hewan uji.

3. Mengetahui teknik cara pemberin parenteral terhadap hewan uji

4. Mengetahui dengan tepat obat telah masuk ke dalam pembuluh

atau site target injeksi organ hewan uji.

I.3 Prinsip Percobaan

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan mencit sebagai

hewan ujinya. Cara pemberian obat dilakukan dengan cara pemberian

secara oral dan pemberian secara parenteral yaitu intraperitonial (IP).


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Mencit ( Mus musculus ) merupakan hewan laboratorium yang

paling luas dan paling banyak digunakan untuk praktikum. Mencit

merupakan anggota dari Muridae ( tikus-tikusan) yang berukuran kecil.

Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan

pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang

kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini diduga

sebagaimamalia terbanyak kedua di dunia, setelah manusia. Mencit

sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat oleh

manusia, bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih

sedikit daripada yang tinggal di perkotaan. Mencit percobaan

(laboratorium) dikembangkan dari mencit, melalui proses seleksi.

Sekarang mencit juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan (Amori,

1996).

Untuk mengetahui efektifitas suatu obat maka salah satu

indicator yang perlu diperhatikan adalah cara pemberian obet (drug

administration). Kemampuan absorpsi obat merupakan faktor yang

penting dalam memilih cara pemberian obat yang tepat. ( Tim

Penyusun, 2018 )
4

Ada beberapa cara pemberian obat yang paling sering

digunakan salah satunya adalah cara pemberian secara oral (peros)

yang merupakan cara pemberian obat yang sebagian besar digunakan

dalam terapi. ( Tim Penyusun, 2018 )

Cara pemberian secara oral merupakan terminology “ditelan”,

dimaksudkan bahwa obat masuk melalui mulut dan langsung menuju ke

saluran pencernaan ( gastrointestinal tract = lambung atau usus ) baik

bersifat sistemik maupun local dalam tubuh. Dibandingkan cara lain,

maka cara ini paling aman, tidak sulit, menyenangkan dan aman dalam

hal pemberian obatnya. ( Tim Penyusun, 2018 )

Pemberian obat per oral merupakan pemberian obat paling

umum dilakukan karena relatif mudah dan praktis serta murah.

Kerugiannya ialah banyak faktor dapat mempengaruhi

bioavailabilitasnya (faktor obat, faktor penderita, interaksi dalam

absorpsi di saluran cerna). Intinya absorpsi dari obat mempunyai sifat-

sifat tersendiri. Beberapa diantaranya dapat diabsorpsi dengan baik

pada suatu cara penggunaan, sedangkan yang lainnya tidak (Ansel,

1989).

Pemberian oral secara parenteral merupakan salah satu rute

pemberian obat dimaksudkan untuk mendapatkan efek farmakologi


5

yang lebih cepat dengan efek terapi yang dikehendaki. ( Tim Penyusun,

2018 )

Terminologi parenteral adalah di luar usus tidak mengelami

suatu proses farmakokinetik dalam saluran pencernaan tetapi langsung

ke sirkulasi darah. Obat yang disuntikan dengan terapi langsung ke

dalam sirkulasi darah. Obat yang disuntikkan dengan cara parenteral

adalah suatu yang disuntikkan melalui lubang jarum yang runcing ke

dalam tubuh pada berbagai tempat dan dengan keadaan bermacam-

macam kedalaman. ( Tim Penyusun, 2018 )

Berikut ini adalah beberapa cara pemberian obat secara

parenteral yaitu :

1 Intravena Disuntikkan ke dalam vena

2 intramuskular Disuntikkan ke dalam otot

3 Subkutan Disuntikkan di bawah kulit

4 intraperitonial Disuntikkatn di sekitar rongga perut

5 intraarteri Disuntikkan ke dalam pembuluh nadi

6 intrakardial Disuntikkan kedalam jantung

7 intralumbal Disuntikkan kedalam ruang pinggang

8 intrapleural Disuntikkan ke dalam selaput dada

9 intraarticular Disuntikkan ke dalam celah sendi


6

Obat yang rusak atau tidak diarbsorpsi dalam saluran cerna

sehingga tidak memberikan respon terapi yang diinginkan maka

alternative cara pemberian salah satunya adalah pemberian secara

parenteral. Cara parenteral diinginkan jika diperlukan absorbs obat yang

cepat, keadaan emergency, jiga kadar obat dalam darah dapat

diramalkan. Cara pemberian obat secara parenteral digunakan juga

sebagai alternative pengobatan bagi penderita yang tidak dapat bekerja

sama, tidak patuh, hilang kesadaran dan tidak dapat direspon oleh

saluran cerna ( contoh : muntah ) ( Tim Penyusun, 2018 )

Namun perlu diketahui bahwa oabt yang disuntikkan masuk ke

dalam tubuh maka efek toksik, kelebihan dosisi kelebihan dosis karena

ketidak hati-hatian merupakan hal yang sangat sulit untuk ditarik

kembali, berbeda dengan cara pemberian oral, obat yang masuk ke

dalam saluran cerna begitu terjadi kesalahan maka dapat dilakukan

kumbah lambung untuk mengeluarkan obat tersebut dari saluran cerna.

( Tim Penyusun, 2018 )

Beberapa keuntungan pemakaian obat secara parenteral :

dapat memeberikan respon yang cepat jika diinginkan ( penyakit

jantung, asma, shock ), tidak efektif pada oral ( insulin, hormone,


7

beberapa antibiotic ), respon oral yang tidak diinginkan ( muntah ),

obatnya dapat dikontrol oleh medis karena medis yang melaksanakan

penyuntikkan, memberikan efek local yang diinginkan ( anastesi ), dapat

menghasilkan terapi yang lama jika diinginkan ( steroid, obat KB ), tidak

mengganggu keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh. Sedangkan

kerugiannya : dilakuan oleh personel yang terlatih, membutuhkan alat

yang aseptik dan reltif mahal. ( Tim Penyusun, 2018 )


8

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan yang digunakan

III.1.1 Alat yang digunakan

 Baskom

 Spuit oral

 Maag slang

 Gelas kimia

 Erlenmayer

 Spidol (warna Merah, Hitam, Biru)

 Timbangan berat badan hewan uji

 Spuit 10 ml

III.1.2 Bahan yang digunakan

 Masker

 Sarung Tangan

 Aqua destilata

 Tissue

 Alcohol 70 %

 Aqua pro injeksi


9

III.1.3 Hewan Percobaan

 Mencit (Mus musculus)

III.2 Cara Kerja

a. Per oral

1. Dibagi kelompok mencit (Mus musculus) menjadi 3 kelompok kecil.

2. Ditimbang berat badan mencit masing-masing kelompok.

3. Diberi tanda mencit pada ekor dengan spidol.

4. Mencit yang telah ditimbang kemudian dihitung dosis obat ( 1 ml/

20 g berat badan mencit ).

5. Siapkan dosis pemberian hewan uji ( spuit oral yang bulat untuk

mencit ). Pada mencit bagian tangan kiri, ibu jari dan telunjut

menjepit tengkuk, pastikan kepala mencit tidak menoleh

kebelakang, kokoh menghadap kedepan, kemudian kelingking dan

jari manis menjepit ekor dan dan tangan kanan memegang spuit

untuk dimasukkan ke dalam mulut hewan uji tersebut.

6. masukkan ke dalam mulut spuit atau slang secara perlahan-lahan

pastikan obat masuk ke dalam saluran pencarnaan ( bukan di paru-

paru ), setelah obat sudah masuk, tarik perlahan-lahan spuit atau

slang.
10

7. Setelah diberikan perlakuan hewan uji dimasukkan ke dalam

kandang untuk pengamatan.

b. Intraperitonial

1. Dibagi kelompok mencit (Mus musculus) .

2. timbang berat badan mencit yang akan diberikan perlakuan.

3. bersihkan dengan alcohol ( antiseptik )

4. pastikan bahwa penyuntikan dilakukan disekitar rongga perut.

5. Hitung volume pemberian yang akan di berikan sesuai berat badan

mencit.

6. Lakukan penyuntikan aqua pro injeksi secara intraperitonial

desekitar rongga perut mencit dengan sudut kemiringan spuit ± 20º

derajat.
11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. HASIL

IV1.1. Hasil Pengamatan

1. MENCIT ( dosis pemberian 1 ml / 20 g berat badan)

KELOMPOK : 1 HITAM

Replikasi Berat badan Volume pemberian


Keterangan
hewan uji ( gram ) ( ml )

− 20 0,66 Bagus

= 18 0,6 Bagus

≡ 19 0,63 Bagus
12

2. MENCIT ( dosis pemberian 1 ml / 20 g berat badan)

KELOMPOK : 2 BIRU

Replikasi Berat badan Volume pemberian


Keterangan
hewan uji ( gram ) ( ml )

− 18 0,6 Bagus

= 20 0,66 Bagus

≡ 18 0,6 Bagus

3. MENCIT ( dosis pemberian 1 ml / 20 g berat badan)

KELOMPOK : 3 MERAH

Replikasi Berat badan Volume pemberian


Keterangan
hewan uji ( gram ) ( ml )

− 18 0,6 Bagus

= 20 0,66 Bagus

≡ 24 0,8 Bagus
13

IV.2. PEMBAHASAN

Pengujian yang berkaitan dengan manusia harus diuji dahulu

dengan hewan coba. Hal ini dilakukan agar dapat member gambaran

secara ilmiah respon yang mungkin terjadi pada manusia.

Pada penanganan hewan percobaan. Penanganan ini sangat

penting untuk dipelajari karena masing-masing jenis hewan percobaan

berbeda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik serta tujuan

dalam penggunaan hewan tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam

menangani hewan percobaan, maka akan menyebabkan kecelakaan

atau adanya rasa sakit bagi hewan percobaan. Hal ini dapat menyulitkan

dalam pelaksanaannya, seperti saat penyuntikan. Selain itu, kecelakaan

yang akan dialami seperti tikus yang menggigit ketika merasa telah

mendapat perlakuan kasar oleh praktikannya. Dalam pelaksanaannya,

saya melakukan pendekatan terlebih dahulu terhadap hewan

percobaan. Tujuannya yaitu agar hewan percobaan yang digunakan

dapat lebih tenang sehingga mudah dipegang dan tidak stress. Hewan

percobaan yang dipakai dalam percobaan ini adalah mencit, karena

selain mudah didapat, harga ekonomis, dan system maupun organ yang

ada didalam tubuhnya hamper mirip dengan struktur organ yang ada di

dalam tubuh manusia.


14

Pada pemberian obat kehewan uji, dilakukan teknik

penyuntikan. Penyuntikan hewan percobaan digunakan sebagai cara

yang efektif untuk pemberian obat kepada hewan percobaan.

Keuntungan pemberian obat secara suntikan adalah efek yang

ditimbulkan lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan pemberian per

oral. Pemberian secara oral pada hewan percobaan dilakukan

menggunakan alat suntik atau spoid yang dilengkapi jarum oral atau

sonde oral (berujung tumpul). Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir

cedera ketika hewan percobaan diberikan sediaan uji.


15

BAB V

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil data praktikum kelompok 2 dapat di simpulkan

bahwa :

1. Pemberian oral pada mencit dilakukan dengan memasukkan spuit

oral ke dalam mulut mencit dengan perlakuan khusus agar spuit

oral tersebut tepat di esophagus dan masuk ke lambung.

2. Pemberian secara intraperitoneal dilakukan disekitar rongga perut

dengan kemiringan spoit ± 20º.

3. Pemberian dosis pada mencit masing-masing berbeda, sesuai

dengan berat badan mencit.

VI. 2 Saran

Di sarankan kedepannya untuk menambahkan hewan uji lain

seperti kelinci agar dapat diketahui perbedaan bagaimna cara

penanganan antara hewan uji mencit dan kelinci.


16

DAFTAR PUSTAKA

Amori, G. 1996. Mus musculus IUCN Red List of Threatened


Species. Makassar. Diakses pada tanggal 08 Maret 2018

Anonim 2007 Biology of The Laboratory Mouse. New York: Hill Dirjen

Tim Penyusun Laboratorium Farmakologi II 2018, “Penuntun Praktikum


Farmakologi”, AKFAR YAMASI, Makassar

Ansel, Howard C. 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta:


Universitas Indonesia Press.

Rahman, Rika Yustika. Pemberian obat pada mencit. Universitas Negeri


Makassar: 2011. Diakses pada tanggal 08/03/2018 dari
http://rikayustika12.blogspot.co.id/2012/04/pemberian-obat-pada-
mencit.html.

Moriwaki, K. (2000). Genetic in Wild Mice. Its Application to Biomedical


Research. Tokyo: Karger.

Nafiu, L. O. (2004). Kerenturan Fenotipik Mencit Terhadap Ransum


Berprotein Rendah. Bogor: IPB.

Katzung, B.G., 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
17

LAMPIRAN

NO GAMBAR KET

PENGEMBILAN
1
CAIRAN

PENIMBANGAN
2
MENCIT

CARA MEMEGANG
3
MENCIT

CARA PEMBERIAN
4
ORAL PADA MENCIT

Anda mungkin juga menyukai